Perdir Pedoman Pengelolaan Utilitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Jl.Raya. Kosambi-Telagasari Km 3 Klari - Karawang (41371) Telepon (0267) 437507 Fax (0267) 438681 Email :[email protected] Website : www.rscitrasarihusada.com Family Health Center



PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA NOMOR : 109/PER-DIR/RSCSH/I/2018 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN UTILITAS DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA KARAWANG



Menimbang



: a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Citra Sari Husada maka diperlukan Pengelolaan Utilitas rumah sakit yang bermutu tinggi; b. bahwa dalam Pengelolaan Utilitas di Rumah Sakit Citra Sari Husada dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Pedoman Direktur Rumah Sakit Citra Sari Husada sebagai landasan bagi penyelenggaraan Pengelolaan Utilitas di Rumah Sakit Citra Sari Husada; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Citra Sari Husada.



Meningkat



: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangungan Gedung Pedoman teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C Departemen Kesehatan RI Tahun 2007; 3. Peraturan Menteri Kesehatan No 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana RS; 4. PERATURAN



MENTERI



PEKERJAAN



UMUM



Nomor



:



29/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung; 5. Peraturan



Menteri



Kesehatan



Nomor



012/Menkes/Per/III/2012



tentang Akreditasi Rumah Sakit; 6. Keputusan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kab.



Karawang



Nomor



503/12342/6/SIO.RS/XII/BPMPT/2006



tentang Pemberian Izin Operasional RS Citra Sari Husada atas nama PT. Novialiano Husada;



Jl.Raya. Kosambi-Telagasari Km 3 Klari - Karawang (41371) Telepon (0267) 437507 Fax (0267) 438681 Email :[email protected] Website : www.rscitrasarihusada.com Family Health Center



7. Anggaran Dasar PT. Novialiano Husada (Akte Notaris Hindung Muchsin, SH Nomor 20 Tahun 2011); 8. Keputusan Direktur PT. Novialiano Husada Nomor 003/SKDIR/NH/VIII/2015 tentang Pengangkatan Pejabat Direktur Rumah Sakit Citra Sari Husada.



MEMUTUSKAN: Menetapkan



: PEDOMAN PENGELOLAAN UTILITAS



Pasal 1 Peraturan direktur rumah sakit citra sari husada tentang pemberlakuan pedoman pengelolaan utilitas rumah sakit citra sari husada. Pasal 2 Memberlalkukan Pedoman Pengelolaan Utilitas Rumah Sakit Citra Sari Husada sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. Pasal 3 Dengan dikeluarkannya Peraturan Direktur ini, maka apabila terdapat peraturan yang bertentangan dengan Peraturan Direktur ini maka peraturan - peraturan yang terdahulu dinyatakan tidak berlaku. Pasal 4 Apabila dikemudian hari terdapat kekurangan dan / atau kekeliruan dalam Peraturan Direktur ini maka akan diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.



Ditetapkan di : Karawang Pada tanggal : 08 Januari 2018 RS Citra Sari Husada,



dr. Tresna Karmila, Sp.PK Direktur



Tembusan : 1. Bag. Umum 2. IPSRS 3. Arsip



LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA NOMOR : 109/PER-DIR/RSCSH/I/2018 TANGGAL : 08 Januari 2018 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN UTILITAS DI RUMAH SAKIT CITRA SARI HUSADA KARAWANG BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Bangunan - bangunan gedung tidak dapat terlepas dari masalah-masalah lingkungan seperti hujan, angin, panas, dingin dan lembab, polusi dan sebagainya. Hal itu menyebabkan sebuah bangunan memerlukan suatu sistem utilitas yang dapat berfungsi dalam pelayanan suatu bangunan (building sertice), dimana fungsi utamanya adalah pada operasi mekanikal dan elektrikal seperti sistem tata udara, sistem plumbing sistem kelistrikan, sistem tata cahaya sistem transportasi vertikal dan sistem - sistem yang lain yang dapat menunjang bangunan tersebut agar dapat berfungsi dengan baik. Secara fisik sistem utilitas rumah sakit sebagian besar merupakan jalur - jalur panjang, baik pada arah horisontal maupun pada arah vertikalnya. Dan di dalam perancangan bangunan jalur-jalur ini menuntut disediakannya ruang/tempat/lokasi yang secara kuantitas cukup dan secara kuatitas memenuhi syarat, baik syarat teknis maupun syarat pemeliharaan dan perbaikan. Di dalam perancanganya seringkali jalur instalasi ini ditempatkan pada satu zona dengan jalur sirkulasi, baik yang berada dalam jalur vertikal maupun yang berada pada jalur horisontal. Pada lajur vertikal yang ditempatkan pada satu zona disebut core dan pada jalur horisontal sering kita lihat berada sejalan dengan jalur-jalur koridor yang menjalar di dalam bangunan yang bersangkutan.



B. Tujuan Pedoman 1. Merencanakan sistem utilitas sebaik mungkin agar fungsi bangunan dapat berjalan lancer dan keberadaannya tidak mengganggu lingkungan di sekitarnya. 2. Menerapkan sistem penghawaan yang tepat untuk rumatr sakit. 3. Menggunakan sistem komunikasi yang tepat di lingkungan rumah sakit. 4. Mengetahui spesifikasi jenis air bersih dan air minum, standar penggunaan danpenyesuaian terhadap kebutuhan penghuni bangtrnan. 5. Merancang secara rinci sistem plambing air bersih yang terdfui dari: a. Sistem perpipaan air bersih. b. Perhitungan kebutuhan sistem penyediaan sistem air bersih



C. Ruang Lingkup Pelayanan Pada umumnya sistem utilitas suatu gedung terdiri dari : 1. Sistem Mekanikal a. Sistem Plumbing b. Sistem Fire Fighting (Pemadam Kebakaran) c. Sistem Tata Udara (AC) d. Sistem Transportasi Vertikal (Lift) 2. Sistem Elektrikal 1. Sistem Arus Kuat 2. Sistem Penangkal Petir 3. Sistem Telepon 4. Sistem Tata Suara (Sound Sistem) 5. Sistem Fire Protection (Alarm) 6. Sistem Data/Jaringan Komputer 7. Sistem MATV (Master Televisi) 8. Sistem CCTV (Close Circuit Television)



D. Batasan Operasional 1. Sistem Mekanikal a. Sistem Plumbing Sistem plumbing adalah suatu pekerjaan meliputi sistem pembuangan limbah/air bangunan (air kotor, dan air bekas), sistem venting, air hujan dan sistem penyediaan air bersih b. Sistem Fire Fighting (sistem pemadam kebakaran) disediakan digedung sebagai preventif (pencegah) terjadinya kebakaran, sistem ini terdiri dari sistem sprinker, sistem hidran dan extinguisher. dan pada tempat–tempat tertentu digunakan juga sistem fire gas, tetapi pada umumnya sistem yang digunakan terdiri dari hidran dan extinguisher. c. Sistem Tata Udara (AC) Secara umum sistem tata udara berfungsi mempertahankan kondisi udara ruang baik suhu maupun kelembaban agar udara terasa lebih nyaman. Kenyamanan dalam suatu ruangan diperkantoran/fungsi gedung lainya merupakan kebutuhan psikologis yang mulai banyak diperhatikan dizaman modern ini. d. Sistem Transportasi Vertikal (lift) Sudah menjadi suatu kebutuhan pada bangunan – bangunan tingkat tinggi diperlukan suatu alat transportasi vertical, untuk memudahkan transportasi pengguna dan efisiensi bangunan itu sendiri. Sistem transportasi vertical didalam bangunan gedung



adalah suatu sistem peralatan yang digunakan untuk memindahkan orang/barang dari lantai bawah keatas atau sebaliknya, yang disebut lift atau elevator. 2. Sistem Elektrikal Sistem elektrikal merupakan suatu rangkaian peralatan penyediaan daya listrik untuk memenuhi kebutuhan daya listrik tegangan rendah. dalam rangkaian peralatan yang disediakan meliputi sarana penyesuaian tegangan listrik (trafo), sarana penyaluran utama (kabel feeder) dan panel hubungan utama LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel) dan panel distribusi utama di tiap gedung (SDP/Sub Distribution Panel) dan terakhir panel–panel di tiap lantai (PP-LP untuk penerangan, Panel Stop Kontak, Panel Stop Kontak UPS, Panel UPS OKA dan PVAC untuk Power AC) a. Sistem Penangkal Petir Secara umum sistem ini berfungsi untuk memproteksi gedung dan sekitarnya dari petir, pekerjaan penangkal petir menyangkut meliputi pemasangan dan penyediaan instalasi penangkal petir, grounding dan pembuatan bak control. b. Sistem Telepon Sistem telepon berfungsi sebagai alat komunikasi antar instansi dalam gedung, sistem ini menggunakan PABX yang berfungsi sebagai sentral komunikasi telepon di dalam gedung (pelanggan) yang terhubung dengan Telkom. c. Sistem Tata Suara (Sound system) Sistem ini berfungsi sebagai public address, paging dan pengumuman. sistem ini terdiri dari peralatan untuk memenuhi background music dan pengumuman darurat. d. System Fire Protection (fire alarm) Sistem fire protection atau disebut juga dengan sistem fire alarm (sistem pengindra api) adalah suatu sistem terintregrasi yang didesain untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberi peringatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual dengan sistem instalasi pemadam kebakaran (sistem fire fighting). e. Sistem Data/Jaringan Komputer Berfungsi sebagai jaringan computer terintegrasi dalam gedung, sistem kabel data atau disebut juga loca area network (LAN) merupakan jaringan computer yang menghubungkan computer PC dari workstation untuk memakai bersama sumberdaya (resource, misalnya printer, internet, dll) dan saling bertukar informasi. f. Sistem MATV (master television) Kebutuhan pengelolaan televise dalam suatu bangunan menjadi kebutuhan di perkantoran, sistem ini dinamakan dengan sistem master antenna TV (MATV), sistem MATV terdiri dari beberapa perangkat penerima (receiver), mixer, dan penguat sinyal g. Sistem CCTV Sistem CCTV merupakan bagian dari upaya untuk mempermudah pekerjaan security sistem, yang terintegrasi untuk memberikan kemudahan dalam proses pengontrolan



dan pemantauan lebih akurat dan otomatis. security sistem biasanya meliputi pekerjaan untuk mengawasi keluar masuk orang ke gedung, mengawasi keluar masuk kendaraan dan mengawasi lokasi parkir kendaraan dan mengamati ruangan – ruangan yang dianggap penting.



E. Landasan Hukum 1. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 3. Permenkes RI No. 159b/MENKES/PER/II/1988 tentang Rumah Sakit 4. Kepmenkes-RI No. 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit 5. Permennakertrans No. Per-01/MEN/1980 tentang K3 Kontruksi Bangunan 6. Kepmenkes No. 1204/KepMenkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS 7. PERMENPU No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara



BAB II STANDAR KETENAGAAN



Dalam Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 34 ayat (2) menyatakan “ Penyelenggara Fasilitas pelayanan kesehatan dilarang memperkerjakan tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan ijin melakukan profesi”. Sumber daya manusia merupakan unsur yang penting dalam melaksanakan pemeliharaan peralatan kesehatan. Kualifikasi teknis disesuaikan dengan job deskripsi yang ditetapkan rumah sakit, standart minimal telah menempuh pendidikan D3 Elektromedis. Sedangkan jumlahnya berdasarkan jam kerja dengan metode full time ekuivalen, seperti : Kepala IPSRS



: Minimal Diploma III (teknik lektro/elektromedik/sipil/ telekomunikasi Mekatronika/Komputer/Kesehatan Masyarakat)



Petugas Administrasi



: Minimal SMK elektro/komputer/bangunan/otomotif/mesin



Petugas lapangan



:



-



Staff MEP



: D III elektro/SMK TK/listrik/elektro/otomotif/mesin



-



Staff sipil / gedung



: D III Sipil/SMK Sipil/Bangunan



-



Staff Khusus Medik : D III Elektromedik/Instrumentasi Medis



BAB III STANDAR FASILITAS



A. Denah Ruangan 1. Denah Ruang Kerja dan Workshop 2. Denah Gedung Trafo/Genset dan Sentral Air Panas 3. Denah Ruang Pompa 4. Denah Ruang Water Chiller 5. Denah STP 6. Denah WTP 7. Denah Ruang Gas Medik 8. Denah Ruang Kontrol 9. Denah Roof Top



B. Standar Fasilitas Fasilitas kerja pemeliharaan guna menunjang terlaksananya pengelolaan utilitas meliputi : 1. Ruangan tempat bekerja, terdiri dari workshop/bengkel, gudang dan ruang administrasi. 2. Peralatan kerja terdiri dari tool set elektrik, tool set elektronik, tool set mekanik, dan



berbagai alat ukur serta alat kalibrasi.



BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A. Sistem Mekanikal 1. Sistem Plumbing Plambing Rumah Sakit adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan alat plambing dan pipa dengan peralatannya didalam gedung rumah sakit, yang bersangkutan dengan sistem drainase saniter drainase air hujan, vent, dan jaringan air bersih yang dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang diperbolehkan. Perencanaan sistem plambing bertujuan untuk memenuhi kebutuhan airbersih dan menyalurkan air kotor ke tempat buangan secara higienis yangsesuai dengan lingkungan sekitar. Mengetahui dasar-dasar dan mampumembuat perencan'um plambing dan instrumentasi/peratatan instalasi yang berkaitan dengan bangun di bidang teknik lingkungan. Sistem peratan plumbing adalah suatu system penyedian atau pengeluaran air ke tempat tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran terhadap daerah – daerah yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan penghuninya dalam masalah air a) Fungsi dan Jenis Peralatan Plambing Funngsinya : 1) Untuk menyediakan air bersih ke tempat tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup. 2) Membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya Peralatannya : 1) Peralatan untuk penyedian air bersih 2) Peralatan untuk penyedian air panas 3) Peralatan lainnya yang ada hubungannya terhadap perencanium pemipaan b) Syarat - sayarat dan mutu bahan bangunan Datam perencanaan pelaksanaan plambing harus diperhatikan syarat-syarat dari bahan plambing yaitu : 1) Tidak menimbulkan bahaya kesehatan 2) Tidak menimbulkan gannguan suara 3) Tidak menimbulkan radiasi 4) Tidak merusak perlengkapan bangunan 5) Instalasi harus kuat dan bersih Kemudian mutu bahannya harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1) Daya tahan harus lama minimal 30 tahun 2) Permukaan harus halus dan tahan air 3) Tidakk ada bagian-bagran yan tersembunyi/menyimpan kotoran pada bahanbahan yang dimaksud



4) Bebas dari kerusakan baik mekanis maupun yang lain 5) Mudah memeliharanya 6) Memenuhi peraturan yang berlaku Dalam perencanaan plumbing, perlu diperhatikan bahan atau alat plumbing pipa PVC dan pipa tembaga (untuk air panas). Ukuran yang sering digunakan mulai dari diameter W' sampai dengan 2" dan 6" untuk bangunan tinggi Alat - alat plumbing yang merupakan permulaan dari system pembuangan dari instalasi dapat berupa : Kran, kloset, wastafel (lavatory), urinoir, bidet, beth tub, shower. c) Sistem Plumbing Air Bersih WHO telah membuat standarisasi mengenai air bersih. Air bersih adalah air yang telah memenuhi syarat tersebut yang meliputi kualitas fisik, biologis, kimia dan radiologi yang jika dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping. Untuk gedung gedung yang di bangun di daerah yang tidak tersedia fasilitas penyediaan air minum untuk umum, maka penyediaan air akan diambil dari sungai, air tanah dangkal atau dalam. Namun air baku tersebut harus diolah agar dicapai standar kualitas air yang berlaku. Persyaratan yang harus di penuhi untuk sistem penyediaan air bersih adalah 1) Persyaratan Kualitatif Menggambarkan syarat air bersih secara kualitas yang meliputi : (a) Syarat Fisik Air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa (b) Syarat Kimia Air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dan jumlah yang melampaui batas, adapun persyaratan kimia tersebut adalah pH, zat padat total' zat organik sebagai KmnO4, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe) dan mangan, tembaga (cu), seng (Zn), klorida(cl), nitrit(No2), fluorida, dan logam- logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr,Hg, CN) (c) Syarat biologis Air minum tidak boleh mengandunng bakteri-bakteri patogen danparasit, seperti kuman korela, typus, dysentri, dan gatreosinesis (d) Syarat Radiologis Air minum tidak boleh mengandung zat - zat yang dapat menimbulkan radioaktif seperi sinar alfa 2) Persyaratan Kuantitatif persyaratan kuantitatif dilihat dari banyaknya air baku yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan air dari jumlah pemakai yang menempati gedung tersebut. 3) Persyaratan Kontinuitas Persyaratan kontinuitas sangat berkaitan dengan kualitas air digunakan air baku yang digunakan diambil secara terus menerus dengan debit yang sama pada saat musim kemarau mauprm musim penghujan



4) Sistem Sambungan Langsung Dalam sistem ini pipa distibusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih (PDAM). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasi ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapatditerapkan untuk perumahan dan gedung skala kecil dan rendah 5) Sistem Tangki Atas Selama air digunakan tidak terjadi perubahan tekanan yang berartipada alat plumbing. Perubahan tekanan hanya terjadi karena akibat penambahan level air di dalam tangki atap sehingga harus diupayakan agar level air tetap konstan. Pada sistem penyedia air tangki atas bekerja secara otomatis karena pada umumnya dilengkapi swithaut omatik sehingga kecil kemungkinan timbulnya kesulitan akibat penurunan tajam pada permukaan level air. Perawatan tangki atas relatif lebih sederhana dibandingkan dengan sistem tangki tekan, perlu pompa cadangan untuk bangunan yang besar dan tinggi. Karena tuntutan alat-alat plumbing agar dapatbekerja dengan baik maka peletakan tangki atap menjadi penting'sebagai contoh katub glontor (flush valve) dapat bekerja dengan baik jika tekanan air pada alat plumbing sebesar 1,00 kg/cm2 atau tinggi tangki atap lebih besar atau sama dengan l0 meter. Jika peletakan tangki tidak memungkinkan sehingga tekanan tidak dapat tercapai maka perlu dipertimbangkan pemasangan pipa sambung langsung ke alat saniter atau alat plumbing (fixture) atau dengan pompa pendorong (booster pump) agar kerugian tekanan berkurang. Memilih alat plumbing yang tidak terlalu tinggi tuntutan tekanan kerjanya, misal kloset dengan katup glontor dengan tekanan kerja 0,6 kglcnz atau tinggi tangki 6,00 meter 6) Sistem Tangki Tekan prinsip kerja dari sistem tangki tekan (hidrosfor) adalah sebagai berikut, air yang telah ditampung di dalam tangki bawah drpompa kedalam tangki tertutup yang mengakibatkan udara didalamnya terkompresi sehingga tersedia air dengan tekanan awal yang cukup untuk didistribusikan ke peralatan plumbing di seluruh bangunan yang direncanakan. Pompa bekerja secara otomatis diatur oleh detector tekanan, yang membuka dan menutup saklar penghasut motor listik penggerak pompa. Pompa akan berhenti bekerja jika tekanan tangkitelah mencapai batas maksimum yang ditetapkan dan mulai bekerjajika batas minimum tekanan yang ditetapkan telah dicapai 7) Sistem Tanpa Tangki Sistem ini sebenarnya tidak direkomendasi oleh berbagai pihak. Sistem ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap langsung dari pipa utama. Ciri - ciri sistem tanpa tangki adalah mengurangi kemungkinan pencemaran air minum karena menghilangkan tangki



bawah maupun tangki atas, mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak air dengan udara relatif singkat, kalau cara ini diterapkan pada bangunan pencakar langit akan mengurangi beban struktur bangunan, untuk kompleks perumahan



perumahan



dapat



menggantikan



menaraair,



penyediaan



air



sepenuhnya bergantung pada sumber daya, pemakaian daya besar dibandingtan dengan tangki atap dan hargaawal tinggi karena harga sistem pengaturannya d) Sistem Plambing Air Buangan dan Ven Air buangan atau juga sering disebut air lirnbah adalah semua cairan yang dibuang baik yang mengandung kotoran makhluk hidup maupun sisa - sisa proses roduksi Air buangan dibagi menjadi 4 golongan, yaitu : 1) Air Kotor Air buangan yang berasal dari kloset, pehlrasan, bidet, dan ak buangan mengandung kotoran manusia yang berasal dali alat - alat plambing lainnya 2) Air Bekas Air buangan yang berasal dari alat – alat plumbing lainnya, seperti bak mandi, bak cuci tangan, bak dapur 3) Air Hujan Sistem pembuangan dimana hanya air hujan dari atap gedung dan tempat lainnya dikumpulkan dan dialirkan ke luar 4) Air Buangan Khusus Air buangan yang mengandung gas, racun, atau bahan - bahan berbahaya seperti dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, tempat pemeriksaan di rumah sakit, rumah pemotongan hewan, air buangan yang bersifat radioaktif, atau mengandung bahan radioaktif yang dibuang dari pusat Tenaga Nuklir atau laboratorium penelitian atau pengobatan yang menggunakan bahan radioaktif. Air buangan yang mengandung banyak lemak berasal dari restoran e) Sistem Plumbing Air Hujan Pada sistem plumbing air hujan, penggunaan perangkap harus dipasang pada cabang datar untuk melayani tiap talang drainase, bila talang tegak dan saluran buangan air hujan disambungkan pada drainase gedung gabungan atau saluran pembuangan gedung bangunan. Talang tegak air hujan dipakai ukuran pipa tegak air hujan ditambah dengan memperhitungankan 50% dinding terluas yang dianggap sebagai atap. cara penggabungan sistem air hujan dengan drainase saniter adalah harus dipisahkan apabila terdapat saluran umum gabungan yang dapat menampung darinase dan pembuangan air hujan, maka saluran pembuangan air hujan gedung dan saluran drainase dapat digabungkan ke saluran pembuangan gedung gabungan pada bidang datar dengan fitting Y tunggal yang ditempatkan sekurang - kurangnya 3 m dari suatu cabang drainase saniter. Hal - hal yang dilarang dalam sistem pembuangan air buangan adalah :



(1) Mengalirkan air buangan ke dalam saluran pembuangan yang dikhususkan untuk air hujan, atau mengalirkan sedemikian rupa sehingga meluap diatas trotoar atau jalan. (2) Membuang air buangan dari sistem plumbing ke dalam perairan umum, kecuali apabila dibenarkan. Pembuangan dari buangan berbahaya harus dilakukan sesuai dengan segala peraturan yang berlaku 2. Sistem Tata Udara (AC) a) Sistem Pengkondisian Udara Untuk kenyamanan dalam ruang di dalam bangunan rumah sakit harus mempertimbangkan temperatur dan kelembapan udaranya. Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembapan udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat pengkondisian udara yang mempertimbangkan : (1) Kondisi bangunan rumah sakit / ruang, jumlah pengguna letak geografis, orientasi bangunan, volume, jenis peralatan dan penggunaan bahan bangunan. (2) Kemudahan pemeliharaan dan perawatan (3) Prinsip - prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan b) Pemeliharaan Mekanikal (1) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumahnya (case unit) menyeka menggunakan kain atau sikat pembersih dan deterjen, dilakukan setiap bulan sekali. (2) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada komponen heat exchanger condensor, koil pipa evapwater, saringan (filter) dan panci penampung. Pembersihan dilakukan dengan cara mengeluarkan window AC dan rurnahnya kemudian dibersihkan menggunakan sikat atau kain pembersih, deterjen dan kompresor angin. Pemeliharaan dilakukan 3 (iga) bulan sekali. (3) Dilalarkan pengisian refrigeran dengan cara memasukkan refrigeran ke dalam pipa unit melalui lubang pengisian yang telah ada. Jenis refrigerant yang digunakan adalah Freon, R22, R32, pengisian dilakukan bila dianggap perlu. c) Perbaikan Kecil (1) AC Split Dilakukan penggantian solasi pipa tembaga atau kuningan atau jenis lain bila ditemui adanya bagian solasi pipa yang rusak dengan cara membuka bagian / daerah solasi yang rusak tersebut sekeliling pipa kemudian diganti dengan solasi baru. (2) AC Package Bila terjadi kerusakan tali kipas atau kendor dilakukan penggantian atau penyetelan. Bila terjadi kerusakan tali kipas maka tali kipas harus diganti dengan cara mengatur posisi motor penggerak sedemikian, sehingga tali kipas dapat diganti dan kemudian diatur kembali pada posisi yang sesuai dengan ketentuan



tegangan tali kipas dari pabrik pembuatnya dan dilakukan pada saat blower tidak beroperasi. pemeriksaan kondisi tali kipas ini dilakukan setiap minggu. Baut baut yang ditemukan dalam keadaan kendor pada saluran pipa refrigerant dilakukan pengokohan. Pengkokohan baut yang kendor, disesuaikan dengan petunjuk dari pabrik pembuat AC tersebut. Pemeriksaan kondisi baut dilakukan setiap minggu. Dilakukan



penyetelan



termostat



pendinginan



sesuai



dengan



kebutuhan



pendinginan di dalam ruangan dengan cara mengatur termostat pada kondisi temperatur ruangan yang diinginkan. Pemeriksaan kondisi pentrnjukan termostat dilalrukan setiap minggu. (3) Chiller (a) Dilakukan pembersihan atau penyetelan terhadap permukaan laras unit chiller ini dengan cara menyeka dengan kain atau dengan sikat pembersih. Pembersihan dilalokan setiap 3 (tiga) bulan. (b) Dilakukan pembersihan terhadap komponen pipa air pendingin kondensor dan koil pipa pendingin evaporator dengah cara membuka bagian penutup mesin chiller yang telah ditentukan oleh pabrik pembuatnya. Pembersihan dilakukan pada saat mesin chiller tidak beroperasi, dan dilakukan 2 (dua) bulan sekali (c) Untuk penggantian refrigerant mesin chiller dilakukan sesuai petunjuk mesin tersebut, karena setiap mesin chiller mempunyai spesifikasi yang berlainan (d) Fluida yang digunakan adalah R-22, R-32 atau refrigeran lain sesuai petunjuk pabrik. Penggantian dilakukan bila dianggap perlu (4) Unit pengolah udara (AHU) (a) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit dengan cara menyeka dengan kain atau sikat pembersih dan deterjen. Pemeliharaan ini dilakukan 6 (enam) bulan sekali (b) Dilakukan pembersihan terhadap komponen filter udara dengan cara membuka filter, komponen pipa pembuangan air dan panci pembuangan dengan cara membuka penutup untuk perawatan bagian bawah AHU, komponen koil pendingin dengan cara membuka bagian penutup untuk perawatan bagran evaporator (c) Dilakukan pengontrolan baut - baut yang kendor pada jalur aliran pipa dengan cara mengokohkan baut yang kendor sesuai dengan petunjuk pabrik. Pemeriksaan kondisi baut dilakukan setiap minggu (d) Dilakukan penyetelan termostat pendinginan sesuai dengan kebutuhan pendinginan di dalam ruangan dengan cara mengatur termostat pada kondisi temperatur ruangan yang diinginkan. Pemeriksaan kondisi penunjukan termostat dilakukan setiap minggu.



(5) Cooling Tower (a) Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit dengan kain atau sikat pembersih dan deterjen. Pemeliharaan dilakukan 3 (tiga) bulan sekali (b) Dilakukan pembersihan pada komponen lauver / filling kipas udara, saringan air keluar, panci penampung / filter drain dengan membuka lauver / filling udara dan dikeluarkan kemudian dibersihkan dengan cara menggunakan alat, kain / sikat pembersih dan deterjen sedangkan untuk kipas udara saringan air keluar dan panci penampung dibersihkan ditempat dengan menggunakan alat yang sama seperti di atas. Pembersihan dilakukan 6 (enam) bulan sekali (c) Dilakukan pencampuran fluida cair pada air cooling tower yang gunanya untuk membantu menurunkan temperatur air dan juga mencegah timbulnya korosi, pencampuran ini dilakukan dengan memakai fluida cair tersebut dan disesuaikan standar manual dari pabrik pembuatnya dengan mengukur fluida tabung gelas. Pengukuran tabung fluida ini dilakukan setiap hari. (d) Dilakukan pelumasan terhadap motor listrik penggerak propeler dengan cara melumasi poros yang berputar. Pemeliharaan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali. (e) Dilakukan penyetelan / pengaturan terhadap katup pelarnpung sesuai dengan kebutuhan air cooling tower. Penyetelan dilakukan dengan cara kalibrasi level pelampung yang berhubungan dengan make up water terhadap kebutuhan air cooling tower yang ditunjukkan oleh meter air yang ada. 3. Sistem Fire Fighting (pemadam kebakaran) Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan di rumah sakit bertingkat tinggi sebagai preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler, sistem hidran dan Fire Extinguisher. Dan pada tempat - tempat tertentu digunakan juga sistem fire gas. Tetapi pada umumnya sistem yang digunakan terdiri dari: sistem sprinkler, hidran dan fire extinguisher. Ada 3 pompa yang digunakan dalam sistem sprinkler dan Hydran, yaitu elektrik pump, diesel pump dan jockey pump. Jockey pump berfungsi untuk menstabilkan tekanan di instalasi, dan secara otomatis akan bekerja apabila ada penurunan tekanan. Dan jika ada head sprinkler yang pecah atau hydran digunakan, maka yang bekerja secara otomatis pompa elektrik bekerja, dan secara otomatis pula jockey pump akan berhenti bekerja. Pompa elektrik pump (atau elektrik pump) merupakan pompa utama yang bekerja bila head sprinkler atau hydrant digunakan. Sedang pompa diesel merupakan pompa cadangan, jika pompa elektrik gagal bekerja selama 10 detik, maka secara otomatis pompa ini akan bekerja. a) Fire Fighting Sistem Sprinkler Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head sprikler sebagai alat utama untuk memadamkan kebakaran.



Sistem ada 2 macam, yaitu: (1)



Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.



(2)



Dry riser system : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alar memerintahkannya.



Pada umumnyarumah sakit bertingkat tinggi menggunakan sistem wet riser, seluruh pipa sprinkler berisikan air bertekanan, dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap. Apabila tekanan dalam pompa menurun, maka secara otomatis jockey pump akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan terus menurun atau ada glass bulb head sprinkler yang pecah maka pompa elektrik akan bekerja dan secara otomatis pompa jockey akan berhenti. Dan apabila pompa elektrik gagal bekerja setelah 10 detik, maka pompa cadangan diesel secara otomatis akan bekerja. b) Fire Fighting Sistem Hydrant Sistem ini menggunakan instalasi hydrant sebagai alat utama pemadam kebakaran, yang terdiri dari box hydrant dan accesories, pilar hydrant dan siemese. Box Hydrant dan accesories instalasinya (selang (hose), nozzle) (atau disebut juga dengan Fire House cabinet (FHC)) biasanya ditempatkan dalam gedung, sebagai antisipasi jika sistem sprinkler dan sistem fire extinguisher kewalahan mengatasi kebakaran di dalam gedung. Sedang Pilar hydrant (yang dilengkapi juga dengan box hydrant disampingnya, untuk menyimpan selang (hose) dan nozzle) biasanya ditempatkan di area luar (jalan) disekitar rumah sakit bertingkat tinggi, digunakan jika sistem kebakaran di dalam rumah sakit bertingkat tinggi tidak memadai lagi. Dan Siemese berfungsi untuk mengisi air ground tank (sumber air hydrant) tidak memadai lagi atau habis. Siemese ditempatkan di dekat di dekat jalan utama. Hal ini untuk memudahkan dalam pengisian air. System Hydran ini juga terdiri dari 2 system, yaitu: (1) wet riser system: Seluruh instalasi pipa hydrant berisikan air bertekanan dengan tekanan yang selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap. (2) Dry Riser System: seluruh instalasi pipa hydrant tidak berisikan air bertekanan, peralatan penyedia air akan secara otomatis jika katup selang kebakaran di buka. Seperti halnya sistem sprinkler, jika ada tekanan dalam pipa instalasi menurun, maka pompa jockey akan bekerja. Dan jika instalasi hydran dibuka maka secara otomatis pompa elektrik akan bekerja, dan jockey pump secara otomatis akan berhenti. Dan jika pompa elektrik gagal bekerja secara otomatis, maka pompa diesel akan bekerja c) Fire Fighting fire Extinguisher Fire extinguisher atau lebih dikenal dengan nama APAR (Alat Pemadam Api Ringan) merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara manual dan



langsung diarahkan pada posisi dimana api berada. Apar biasanya ditempatkan di tempat - tempat strategis yang dissuaikan dengan peraturan Dinas Pemadam Kebakaran. Terdapat beberapa jenis Apar yang digunakan di Rumah Sakit Citra Sari Husada, yaitu: Apar Type A: Murtipupuse Dry Chemical Powder 6 Kg Apar type D : Multipupuse Dry Chemical Powder 25 kg (dilengkapi dengan Trolley) d) Fire Fighting Sistem Gas Sistem fire gas biasanya digunakan untuk ruangan tertentu, seperti: ruang Genset, ruang panel dan ruangan eletronik (ruang central komputer: ruang hub dan server, IT, Comunication dan lain - lain). Sistem yang digunakan biasanya sistem fire gas terpusat, dimana tabung - tabung gas (foam, halon, FM 100, Co2 dan lain - lain), ditempatkan secara terpusat dan pendistribusiannya ke dalam ruangan dilewatkan melalui motorized valve / actuator, instalasi pemipaan dan nozzle 4. Sistem Transportasi Vertikal (lift) Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Lift umumnya digunakan digedung - gedung bertingkat tinggi, biasanya lebih dari tiga atau empat lantai. Gedung - gedung yang lebih rendah biasanya hanya mempunyai tangga atau eskalator. Lift - lift pada zaman modern mempunyai tomboltombol yang dapat dipilih penumpangnya sesuai lantai tujuan mereka, Terdapat tiga jenis mesin, yaitu Hidraulik, Traxon atau katrol tetap, dan Hoist atau katrol ganda, Jenis hoist dapat dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu hoist dorong dan hoist tarik. a. Cara Kerja Lift Pada sistem geared atau gearless (yang masing - masing digunakan pada instalasi gedung dengan ketinggian menengah dan tinggi), kereta elevator tergantung di ruang luncur oleh beberapa steel hoist ropes, biasanya dua puli katrol, dan sebuah bobot pengimbang (counterweight). Bobot kereta dan counterweight menghasilkan traksi yang memadai antara puli katrol dan hoist ropes sehingga puli katrol dapat menggegam hoist ropes dan bergerak serta menahan kereta tanpa selip berlebihan. Kereta dan counterweight bergerak sepanjang relyang vertikal agar mereka tidak berayun – ayun. (1) Mesin Lift “Gearless” Mesin untuk menggerakkan elevator terletak di ruang mesin yang biasanya tepat diatas ruang luncur kereta. Untuk memasok listrik ke kereta dan menerima sinyal listrik darikereta ini, dipergunakan sebuah kabel listrik multi-wire untuk menghubungkan ruang mesindengan kereta. Ujung kabel yang terikat pada kereta turut bergerak dengan kereta sehingga disebut sebagai kabel bergerak (traveling cable)



(2) Jalur Lift (Hoistway) dan ruang mesin di atasnya Mesin geared memiliki motor dengan kecepatan lebih tinggi dan drive sheave dihubungkan dengan poros motor melalui gigi - gigi di kotak gigi, yang dapat mengurangi kecepatan rotasi poros motor menjadi kecepatan drive-sheave rendah. Mesin gearless memiliki motor kecepatan rendah dan puli katrol penggerak dihubungkan langsung ke porosmotor (3) Sistem pergerakan Elevator/Lift dengan Gearless Pada sistem hidrolik (terutama digunakan pada instalasi di gedung rendah, dengan kecepatan kereta menengah), kereta dihubungkan ke bagian atas dari piston panjang yang bergerak naik dan turun di dalam sebuah silinder. Kereta bergerak naik saat oli dipompa kedalam silinder dari tangki oli, sehingga mendorong piston naik. Kereta turun saat oli kembali ke tangki oli. Aksi pengangkatan dapat bersifat langsung (piston terhubungkan ke kereta) atau roped (piston terikat ke kereta melalui rope). Pada kedua cara tersebut, pekerjaan pengangkatan yang dilakukan oleh pompa motor (energi kinetik) untuk mengangkat kereta ke elevasi yang lebih tinggi sehingga membuat kereta mampu melakukan pekerjaan (energi potensial). Transfer energi ini terjadi setiap kali kereta diangkat. Ketika kereta diturunkan, energi potensial digunakan habis dan siklus energi menjadi lengkap sudah. Gerakan naik danturun kereta elevator dikendalikan oleh katup hidrolik. (4) Prototype of Double Front Side Elevator Lift atau Elevator merupakan alat transportasi secara vertical dan mempunyai prinsipdasar mekatronika yang memiliki bagian mekanik, elektronik dan sistem kontrol. Elevator sendiri sudah mengalami berbagai perubahan bentuk serta jenisnya, khususnya elevator double front side (lift / elevator dengan pintu di dua muka). Suatu alat tercipta karena adanyakebutuhan, begitu juga dengan double front side elevator. Banyak perusahaan membutuhkanlift / elevator dengan pintu di kedua sisinya, seperti hotel atau rumah sakit atau bangunanlainnya yang menuntut penggunaan elevator double front side ini Besarnya



penggunaan



Lift /



elevator jenis



ini



dikarenakan



banyaknya



desain bangunan yang mana menuntut efisiensi tanpa mengesampingkan fungsi dari bagunan dimana elevator itu sendiri berada atau tujuan dari penggunaan eelevator itu sendiri. Seperti halnya penggunaan lift / elevator jenis ini di rumah sakit, yang semata demi kenyamanan pengunjung atau pasien agar dimudahkan aksesnya untuk menuju fasilitas yang diinginkannya atau dokter yang ingin dirujuk, atau pada suatu hotel yang mana desain bangunan dibuat sesuai dengan tata letak ruang yang sesuai dengan fungsinya dan saling berbeda tiap lantainya b. Sistematik Cara Kerja Rangkaian Car - lift akan bergerak naik atau turun apabila tombol Car - Call yaitu tombol yangterdapat pada panel di dalam car ditekan, atau Hall-Call yaitu tombol panggil



car-lift yangterdapat di setiap lantai ditekan. PLC akan mengeksekusi perintah pemanggilan car - liftsetelah mendapatkan sinyal dari tombol tersebut. Eksekusi ini berupa pergerakan motor utama untuk menarik car - lift naik - atau turun (motor utama akan berputar dengan arah putar searah jarum jam atau sebaliknya) dengan memperhatikan prioritas penyelesaiansekuensialnya. Di mana contohnya ketika lift sedang bergerak naik ke lantai 3 setelahmelewati lantai 2, car-lift tidak akan bergerak turun, namun akan menuju lantai 3 untuk menyelesaikan sekuensialnya dan kemudian baru akan kembali ke lantai 2. Dengan adanya dua sisi muka pintu, maka aktifnya pintu mana yang akan membuka ditentukan oleh di sisimana tombol ditekan di tiap lantai. Adapun kekhususan dari program PLC untuk aplikasielevator ini adalah: 1) Adanya lampu indicator kondisi Car-Lift saat bergerak ada di posisi lantai berapa 2) Adanya sensor Infra Red untuk mendeteksi adanya objek yang menghalangiuntuk pintu menutup dengan menggunakan laser 3) Adanya sensor berat untuk mendeteksi kelebihan beban yang diangkut, sehingga jika sensor ini aktif, maka elevator tidak akan bisa beroperasi sebelum bebandikurangi, sensor berat menggunakan 2 buah limit switch 4) Adanya limit switch pintu membuka minimal dan maksimal pada berfungsiuntuk mendeteksi pintu dalam keadaan tertutup atau terbuka 5) Adanya tombol Emergency Stop untuk kondisi bahaya dan mematikan systemsecara keseluruhan 6) Adanya Car Gong yang berfungsi sebagai indicator kepada penumpang bahwalift sudah sampai di lantai yang dituju 7) danya Lampu Car yang berfungsi sebagi penerangan di dalam lift c. Tata Letak Lift (UK) atau Elavator (US) Secara umum (tidak mengikat) syarat dalam mendesain sistem transportasi lift adalahsebagai berikut: 1) Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 3 tingkat.2. 2) Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 1 tingkat jika ada penggunamanula dan atau difabel. 3) Jarak jalan ke area lift maksimal 45 meter. 4) Lobby lift cukup luas dan berdekatan dengan tangga. 5) Sebuah lift hanya melayani maksimal 15 lantai agar waktu tunggu tidak terlalu lama. Tersedia express lift untuk bangunan melebihi 15 lantai (sistem zona lift). Express liftmem – bypass lantai - lantai bawah dan langsung berhenti di lantai 16, 17, 18. 6) Tersedia sky lobby untuk setiap kelipatan 20 - 25 lantai. Sky lobby adalah lantai lobby dimana orang turun dari lift express dan berpindah ke lift - lift lokal yang berhenti padatiap lantai di atasnya. Dengan demikian kebutuhan ruang core/shaft lift bisa tetap



d. Peralatan Pengamanan (Safety Device ) pada Lift 1) Cirduit braker, berfungsi : Memutuskan sumber (aliran) listrik dari panel induk (sub panel) ke panelcontrol lift, Menjaga peralatan elektronik dari lift jika terjadi arus lebih (over current). 2) Governoor, berfungsi : Memutuskan power / aliran listrik ke control panel lift jika governor mendeteksi terjadinya over speed (kecepatan lebih) pada traffict lift (putaranroda pulley governoornya), Menjepit sling governor (catching) Secara mekanik bandul governor akan menjepit sling governor (rope governor) dan dengan terjepitnya sling ini, maka sling ini akan menarik safety wedge pada unit safety gear/safety wedge yang terletak di bawah car lift dan akan mencengkaram rail untuk melakukan pengereman secara paksa terhadap lift. 3) Final limit switch (upper/bagian atas), berfungsi : Merupakan double proteksi untuk menghentikan operasi lift jika limit switch (upper) gagal beroperasi 4) Limit switch (upper/bagian atas), berfungsi : Berfungsi menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai tertingginya 5) Emergency exit (manhole),berfungsi : Penumpang dapat di tolong/evakuasasi dari dalam sangkar melalui manholeini pada saat emergency. Manhole ini hanya dapat di buka dari sisi luar bagianatas. jika pintu ini terbuka lift otomatis akan berhenti. 6) Emergency light (lampu mergency), berfungsi : Lampu emergency akan menyala secara otomatis jika terjadi pemdamansumber listrik.Lampu ini dapat bertahan rata - rata sampai dengan 15 menit 7) Safety gear/safety wedge, berfungsi : Melakukan pengereman (menjepit) terhadap rail jika governor mendeteksi terjadinya over speed 8) Limit switch (Lower/bagian bawah), berfungsi : Menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai terendahnya 9) Final limit switch (lower / bagian bawah), berfungsi : Merupakan double proteksi untuk menghentikan opersi lift jika limit swichgagal beroperasi 10) Lubang kunci pintu luar,berfungsi : Terletak di sisi sebelah atas dari pintu luar lift yang memungkinkan untuk di buka jika ingin melakukan pertolongan darurat pada penumpang jika terjadi emergency. 11) Door lock switch, berfungsi: Mencegah pintu terbuka pada saat lift sedang beroperasi (running). Pintu hanyadapat di buka setelah sangkar berhenti



12) Interphone, berfungsi : Penumpang dapat berkomunikasi dengan petugas teknisi (building maintenance) di ruang mesin, ruang control atau ruang security jika terjadi pemdaman listrik atau hal emergency. 13) Safety shoe, berfungsi : Mendeteksi gangguan pada saat pintu akan menutup dan membuka kembali jika mendeteksi sesuatu. Photocell dapat di gunakan secara bersamaan safety shoe ini. 14) Weighing Device (pendeteksi beban), berfungsi : Memberikan/mengaktifkan buzzer alarm pada saat weighing device inimendeteksi beban sangkar yang berlebih. jika weighing device ini aktif pintulift akan tetap terbuka sampai dengan sangkar di kurang bebannya. 15) Apron, berfungsi : Mencegah penumpang terjatuh ke dalam hoistway (ruang luncur lift) pada saat penumpang mencoba keluar ketika lift berhenti tidak level 16) Buffer, berfungsi : Jika sangkar atau counterweight (beban penyeimbang) bergerak kearah paling bawah, buffer akan mengurangi terjadinya shock (guncangan)



B. Sistem Elektrikal 1. Sistem Telepon Persyaratan komunikasi datam rumah sakit dimaksudkan sebagai penyedia sistem komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan ataupun untuk hubungan keluar, pada saat terjadi kebakaran kondisi darurat lainnya. termasuk antara lain sistem telepon, sistem tata suara, sistem voice evacuation dan sistem panggilan perawat. Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat dimungkinkan asal memenuhi pedoman dan standar yang berlaku. a. Sistem Telepon dan Tata Suara Persyaratan teknis instalasi telepon antara lain : 1) Saluran masuk sistem telepon harus memenuhi persyaratan 2) Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada genangan air, aman dan mudah dikerjakan 3) Ukuran lubang omng (manhole) yang melayani saluran masuk ke dalam gedung unhrk instalasi telepon minimal berukuran 1,50 m x 0,80 m dan harus diamankan agar tidak menjadi jalan air masuk ke rumah sakit pada saat hujan 4) Diupayakan dekat dengan kabel catu dari kantor telepon dan dekat dengan jalan besar.



5) penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel listrik, minimal berjarak 0,10 m atau sesuai ketentuan yang berlaku 6) Ruang yang bersih, terang, kedap debu, sirkulasi udaranya cukup dan tidak boleh kena sinar matahari langsung, serta memenuhi persyaratan untuk tempat peralatan 7) Tidak boleh digunakan cat dinding yang mudah mengelupas 8) Tersedia nrangan untuk petugas senml dan operator telepon Persyaratan teknis sistem instalasi tata suara 9) Setiap bangunan rumah sakit dengan ketinggian 3 lantai atau 14 meter ke atas, harus dipasang sistem tata suara yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengumuman dan intruksi apabila terjadi bencana. 10) Kabel instalasi komunikasi darurat harus terpisah dari instalasi lainnya dan dilindungi terhadap bahaya kebakaran atau terdiri dari kabel tahan api. Harus dilengkapi dengan sumber/pasokan daya listrik utama mengalami gangguan dengan kapasitas dan dapat melayani dalam waktu yang cukup sesuai ketentuan yang berlaku. b. Sistem Panggil Perawat (Nurce Call) peralatan sistem panggilan perawat dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang memerlukan bantuan perawatan baik dalam kondisi rutin ataupun darurat. Sistem panggil perawat bertujuan menjadi alat komunikasi antara perawat dengan pasien dalam bentuk visual dan audible (suata) dan memberikan sinyal pada kejadian darurat pasien. 2. Sistem Arus Kuat/Kelistrikan a. Sumber daya listrik normal Sumber daya lisfik utama gedung harus diusahakan untuk menggunakan tenaga listik dari Perusahaan Listik Negara b. Sumber daya listrik siaga Bangunan, ruangan atau peralatan khusus yang pelayanan daya listriknya disyaratkan tidak boleh terputus - putus, harus memiliki pembangkit/pasokan daya tistrik siaga yang dayanya dapat memenuhi kelangsungan pelayanan dengan Persyaratan tersebut. c. Sumber listrik cadangan berupa diesel generator (genset) Genset harus disediakan 2 (dua) rmit dengan kapasitas minimal 40 % dari jumlah daya terpasang pada masing - masing unit. Genset dilengkapi sistem AMF dan ATS. d. Sumber daya listrik darurat 1) Sistem instalasi listrik pada rumah sakit harus memiliki sumber daya listrik darurat yang mampu melayani kelangsungan pelayanan seluruh atau sebagian beban pada bangunan rumah sakit apabila terjadi gangguan sumber utama



2) Sumber pasokan daya listrik darurat yang digunakan harus mampu melayani semua beban penting terrnasuk untuk perlengkapan pengendalian kebakaran, secara otomatis 3) pasokan daya listik darurat berasal dari peralatan) PS (Uninterruptable Power Supply) untuk melayani kamar operasi (Central Operation Theater), ruang perawatan intensif (Intensive Care Unit), ruang perawatan intensif khusus jantung (Intensive Cardiac Care Unit) e. Jaringan Distribusi Listrik Jaringan distribusi listrik terdiri dari kabel dengan inti tunggal atau banyak dan/atau busduct dari berbagai tipe, ukuran dan kemampuan. peralatan pada papan hubung bagi seperti pemutus atus, sakelar, tombol, alat ukur dan lain - lain harus ditempatkan dengan baik sehingga memudahkan pengoperasian dan pemeliharaan oleh petugas. Jaringan yang melayani beban penting, seperti pompa kebakaran, lift kebakaran peralatan pengendali asap, sistem deteksi dan alarm kebakaran sistem komunikasi darurat dan beban penting lainnya harus terpisah dari instalasi beban lainnya dan ditindungi terhadap kebakaran atau penggunaan penghantar tahan api sesuai dengan ketentuan yang berlaku. f. Instalasi Listrik 1) Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya listrik jaringan distribusi, papan hubung bagi dan beban listrik sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah diamati, dilakukan pemeliharaan dan perbaikan, tidak membahayakan, mengganggu atau merus bagi manusia lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lainnya. 2) Sistem tegangan rendah (TR) dalam gedung adalah 3 fase 22A 880 Volt dengan frekuensi 50 Hertz. Sistem tegangan menengah (TM) dalam gedung adalah 20 KV dengan frekuensi 50 Hertz, mengikuti ketentuan yang berlaku. Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung dari PLN minimal 200 KVA disarankan agar sudah memiliki jaringan listrik tegangan menengah 20 KV (aringan listrik TM 20 KV) 3) Instalasi listik tegangan menengah antara lain : a) penyediaan bangunan gardu listik rumah sakit (ukuran sesuai standar gardu PLN) b) Peralatan transformator (kapasitas sesuai daya terpasang) c) Peralatan panel TM 20 KV dan aksesorisnya d) Peralatan pembantu dan sistem peogamanan (grounding) 4) Semua perlengkapan listrik seperti penghantar, papan hubung bagi dan isinya, transformator dan lain - lainnya tidak boleh dibebani melebihi batas kemampuannya. Masalah harmonisasi dalam sistem kelistrikan harus diperhatikan



5) Sistem penerangan darurat (emergency lighting) harus tersedia di dalam ruang - ruang tertentu 6) Sistem pembumian (grounding system) harus terpisah antara grounding panel gedung dengan panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2 Ohm 7) Transformator distribusi Transformator distribusi yang berada dalam gedung harus ditempatkan dalam rungan khusus yang tahan api dan terdiri dari dinding, atap dan lantai yang kokoh, dengan pintu yang hanya dapat dimasuki oleh petugas g. Pemeliharaan Listrik 1) Kotak Lampu Pijar pembersihan terhadap debu yang menempel dilakukan dengan lap kain pembersih, jika sulit kain pembersih dicampur air dan glass cleaner. Kotak TL bagian dalam harus dibuka dan dibersihkan dengan vacum cleaner (penghisap debu). ujung - ujung kontak di lampu TL sering terjadi korosi 2) Lampu dilakukan



pembersihan



dan



debu/kotoran



yang



menempel



dengan



menggunakan kain bersih yang dicampur air atau glass cleaner. Dilakukan setahun sekali perbaikan kecil. Bila louwe retak/pecah dilakukan penggantian atau perbaikan secepat mungkin karena mempengaruhi deviasi sinar 3) Saklar Pemeliharaan saklar yang menggunakan pegas harus dibersihkan setiap tahun sekali. Bagian dalam terutama pada kontak saklar harus bersih dari debu. 4) Stop Kontak Pemeliharaan stop kontak dimaksud harus sering dilakukan pemeriksaan terutama pada ruang bedah, poliklinik dan ruang yang sering menggunakan alat yang portable (pindah - pindah) karena sering ditusuk dan dilepas, sehingga kotak - kontak yang menjepit akan cepat aus. Perlu diperhatikan stop kontak ini selalu bersih. Kalau terjadi panas atau rusak segera diganti 5) UPS Pada nrangan - ruangan khusus terdapat UPS. UPS perlu perhatian khusus pada baterai, harus sering diperiksa/diganti jika dalam indikator UPS sudah tidak dapat diisi kembali dibagian baterai terdapat pole - pole yang perlu dibersihkan dan temperatur ruangan diusahakan 190C. Untuk menjaga program - program yang ada dalam UPS yang menggunakan micro processor, setiap bulan 2 (dua) kali 3. Sistem Penangkal Petir Bagi kita yang tinggal di daerah yang banyak petir, mungkin kita sudah sering melihat kilatan cahaya dan suara gemuruh yang ditimbulkan oleh petir. Dan jika petir



yang terjadi dekat dengan tempat kita berada sering merasakan adanya semacam sengatan listrik ke tubuh kita. Secara teoritis petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup



besar,



maka



akan



terjadi



pembuangan



muatan



negatif



(elektron). dimana muatan akan diteruskannya ke bumi. Karena sifat petir adalah meneruskan muatan ke bumi, maka muatan akan mengejar tempat paling dekat padanya sebagai penghantar ke bumi. Untuk mengantisipasi resiko bilamana petir berada dekat rumah kita, perlu membuat sistem penangkal petir (grounding system) di rumah kita. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi resiko kita dari sambaran petir dan juga



barang barang



elektronik dari arus lebih yang diakibatkan oleh petir yang mengenai sekeliling rumah sakit. Tetapi dengan pembuatan penangkal petir berarti bukan 100% membuat kita aman dari resiko petir tersebut. Berikut uraian bagaimana membuat sistim instalasi penangkal petir konvensional yang bisa diterapkan di bangunan rumah sakit. Secara umum bagian dan sistem pemasagan penangkal petir adalah sebagai berikut : 1. Batang Penangkal Petir, sering disebut Splitzen. 2. Pengkabelan (Konduktor). Adalah merupakan penghantar aliran dari penangkal petir ke pembumian (pentanahan). Kabel yang digunakan untuk yang jauh dari jangkauan biasanya jenis kabel BC (kabel tembaga terbuka) dan untuk yang mudah dalam jangkauan menggunakan kabel BCC atau NYY (kabel tembaga terbungkus). 3. Terminal, Pembumian/Pentanahan adalah bagian yang meneruskan hantaran ke tanah, menggunakan sejenis pipa tembaga (cooper rod) diameter 1/2 inch panjang 3-4 m Dari gambaran tersebut diatas , dapat dijelaskan fungsi pembumian adalah : 1. Menghantar muatan dari petir ke bumi. 2. Bilamana ada arus lebih yang masuk dari jaringan listrik, dengan menggunakan alat bantu arester yang sudah di integarsikan ke sistim pembumian maka tegangan lebih dapat di hantarkan ke bumi, hal ini akan mengurangi kerusakan sitim dan peralatan elektronik didalam rumah. 3. Bilamana ada tegangan lebih yang masuk kedalam sistim jaringan listrik didalam rumah, alat alat elektronik yang sudah diintegrasikan kedalam sistim pembumian sehingga tegangan lebih akan dihantarkan ke bumi, hal ini akan mengurangi kerusakan barang barang elektronik di dalam rumah. Kita dapat membuat sub –



sub terminal didalam rumah tapi harus memperhatikan faktor keamanan dan estetika. a. Sistim Pemasangan Instalasi Penangkal Petir dan Pembumian : 1) Splitzen adalah bagian yang ditempatkan ditempat tertinggi di atas bangunan rumah. Dapat juga dilakukan dengan menambah ketinggian dengan menambah pipa untuk mendapatkan radius yang lebih besar dari sambaran petir. Bahan yang digunakan adalah dari batang tembaga, saat ini jenis splitzen ini ada berbagai macam dipasaran ada jenis splitzen tunggal ataupun bentuk trisula. Spliten dihubungkan ke terminal atau langsung ke pipa tembaga dengan kabel BC 50 mm 2) Untuk keamanan barang barang elektronik didalam rumah, anda bisa memasangkan



sub



terminal



dengan



menggunakan



plat



tembaga



dengan ukuran kira kira 5 cm x 20 cm. Kemudian sub terminal ini diintegrasikan ke terminal dengan menggunakan kabel BCC / NYY 15 mm 3) Untuk mengamankan tegangan lebih dari jaringan listrik, anda bisa menambah arester di sistem instalasi listrik, dimana arester kemudian di hubungkan ke terminal grounding dengan menngunakan kabel BC / NYY ukuran 15 mm. 4) Terminal adalah pusat yang menghubungkan beberapa kabel sebelum diteruskan ke pembumian/pentanahan. Bahan terminal dapat menggunakan plat tembaga dengan ukuran 10 x 30 cm.Terminal bisa dibuatkan diluar bangunan rumah dengan menempatkannya di sebuah bak kontrol. Kemudian terminal dihubungkan ke sistim pembumian dengan menggunakan kabel BC ukuran 50 mm. 5) Sebagaimana persyaratan dalam pentanahan dimana dianjurkan nilai tahanan sitim pembumian adalah dibawah 3 ohm untuk kemanan barang - barang elektronik. Pada dasarnya untuk sistim pembumian yang bagus adalah berhubungan dengan tanah dimana pipa dipasangkan, dimana kekedapan tanah yang tinggi adalah tempat yang paling bagus untuk mendapatkan nilai tahanan pembumian yang rendah. Dianjurkan tidak menanam pipa didaerah berpasir ataupun berbatu, karena biasanya nilai tahanan pembumian akan semakin tinggi. 6) Untuk mendapatkan hasil yang maksimal anda bisa menambahkan beberapa pipa tembaga yang saling terintegarasi. Atau cara lain bisa dilakukan dengan menanam pipa dalam hingga lebih dari 20 m. Bilamana nilai tersebut tidak dapat dicapai, sistem pembumian dapat ditambahkan dengan memasangkan cooper plate yang ditanamkan bersamaan dengan bentonite. 4. Sistem Tata Suara (Sound System) Pekerjaan sistem tata suara atau sound system diantaranya meliputi pemasangan peralatan sentral sound system yang terdiri dari unit sinyal suara (program source)



dan penguat sinyal suara (audio amplifier), yang ditempatkan pada rak peralatan sentral sistem tata suara. a. Peralatan Utama Sistem Tata Suara Peralatan utama sistem tata suara diantaranya memenuhi back ground musik dan pengumuman darurat/paging. Diantara pealatan utama dari sistem tata suara, adalah: 1) Micropone paging 2) Mixer 3) Power Amplifier 4) Ceiling speaker 5) Chyme microphone 6) Radio Tunner AM/FM 7) Caset dect 8) CD Player 9) Volume Control 10) Monitor unit b. Terminal Box dan Sistem Perkabelan



Terminal box merupakan kotak penghubung antara peralatan utama dengan speaker. Kabel instalasi dari ceiling dan horn speaker di hubungkan melalui kabel instalasi melalui terminal box, dan dari terminal box ke peralatan utama. 5. Sistem Fire Protection



Sistem fire protection atau disebut juga dengan sistem fire alarm (sistem pengindra api) adalah suatu sistem terintegrasi yang didesain untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberiperingatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual dengan deengan sistem instalasi pemadam kebakaran (sistem Fire fighting). Peralatan utama dari sistem protection ini adalah MCFA (Main Control Fire Alarm) atau disebut juga dengan Fire Alarm Control Panel (FACP). MACP berfungsi meneriman sinyala masuk (input signal) dari detector dan komponen pendeteksi lainnya (Fixed Heat detector dan smoke detector) a. Macam Macam Sistem Pendetectian Dalam prakteknya, ada 3 sistem pendetectian dari fire protection ini, yaitu: 1) Non addresable System Sistem ini disebut juga dengan sistem konvensional. Pada sistem inji MCFA menerima sinyal masukan langsung dari detector (biasanya jumlahnya sangat terbatas) tanpa pengalamatan dan langsung memerintahkan komponen outpu (keluaran) untuk merespon input (masukan) tersebut. Sistem ini pada umumnya digunakan pada bangunan/area supervisi berskala kecil, seperti perumahan, pertokoan, perkantoran, dan lain - lain



2) Semi addresable System Pada sistem ini dilakukan pengelompokan pada detector dan alat penerima masukan (input) berdasarkan area pengawasan (supervisory area). Masing masing zona dikendalikan (baik input maupun output) oleh zona kontroler yang mempunyai alamat/adress yang spesifik. Pada saat detector atau alat penerima masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O) berdasar zona kontroler yang mengumpulkannya. Dalam kontruksinya tiap zona dapat terdiri dari: a) Satu lantai dalam bangunan / gedung b) Beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah gedung c) Beberapa ruangan yang mempunyai karakteristik tadi di sebuah gedung Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjado gejala kebakaran, sehingga dengan demikian tindakan yang harus diambil dapat dilokalisir hanya pada zona tersebut 3) Full Adresable System Merupakan pengembangan dari sistem semi adresibble. Pada sistem ini semua detector dan alat pemberi masukan (deteksi) mempunyai alamat yang spesifik, sehingga proses pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan langsung pada titik yang diperkirakan mengalami kebakaran



b. Peralatan Utama 1) Pendeteksi Pendeteksi atau alat penerima input (masukan) yang bekerja secara otomatis (automatic Input Device), yaitu: a) Heat Detektor (Pengindra panas) berdasar cara kerjanya, heat detektor dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: (1) Fixed Temperatur heat detector, yang bekerja mendeteksi suhu udara disekitarcasingnya (ambience temperatur) dengan membandingkannya terhadap suhu setting defaultnya, mislnya 57 ‘ C , 75 ‘ C dan sebagainya (2) ROR (Rate of Rise) heat detector yang bekerja mendeteksi kecepatan



peningkatan suhu di sekitar casingnya. Bila kecepatan



peningkatan suhu berjalan lebih lambat dari nilai settingnya, maka detector ini tidak akan memberikan respon. b) Smoke Detector (pengindra asap) 2) MCFA (Main Control Fire Alarm) MCFA merupakan peralatan utama dari sistem protection. (Main Control Fire Alarm) atau disebut juga dengan Fire Alarm Control Panel (FACP), berfungsi meneriman sinyal



masuk (input signal) dari detector dan komponen



pendeteksi lainnya (Fixed Heat detector dan smoke detector).



6. Sistem Data/Jaringan computer a. Jaringan LAN Jaringan LAN adalah istilah kebanyakan orang indonesia yang maksudnya adalah Jaringan Wilayah Lokal atau dalam bahasa inggris LAN (Lokal Area Network), yaitu jaringan komputer yang hanya mencakup wilayah kecil, seperti jaringan komputer kampus, warnet, gedung, kantor, dalam rumah, sekolah atau yang lebih kecil. Saat ini kebanyakan LAN berbasis pada teknologi IEEE 802.3 Ethernet menggunakan perangkat hub atau switch, yang mempunyai kecepatan transfer data 10, 100, atau 1000 Mbit/s. Selain teknologi Ethernet, saat ini teknologi 802.11b (atau biasa disebut Wi-fi) juga sering digunakan untuk membentuk LAN. Tempat-tempat yang menyediakan koneksi LAN dengan teknologi Wi-fi biasa disebut hotspot. Biasanya LAN dengan teknologi Wi-fi sudah diterapkan ditempat-tempat rumah sakit. Pada sebuah LAN, setiap node atau komputer mempunyai daya komputasi sendiri. Setiap komputer juga dapat mengakses sumber daya yang ada di LAN sesuai dengan hak akses yang telah diatur. Sumber daya tersebut dapat berupa data atau perangkat seperti printer atau scanner. Pada LAN, seorang pengguna juga dapat berkomunikasi dengan pengguna yang lain dengan menggunakan aplikasi yang sesuai.LAN mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1) Mempunyai pesat data yang lebih tinggi 2) Meliputi wilayah geografi yang lebih sempit 3) Tidak membutuhkan jalur telekomunikasi yang disewa dari operator telekomunikasi Biasanya salah satu komputer di antara jaringan komputer itu akan digunakan menjadi server yang mengatur semua sistem di dalam jaringan tersebut. Dan jika server itu dihubungkan ke internet, semua komputer dalam jaringan LAN tersebut bisa ikut terhubung ke internet hanya dengan satu modem di server. b. Jaringan MAN Pengertian Metropolitan Area Network (MAN), MAN biasanya meliputi area yang lebih besar dari LAN, area yang digunakan adalah dalam sebuah negara. Dalam hal ini jaringan komputer menghubungkan beberapa buah jaringanjaringan LAN ke dalam lingkungan area yang lebih besar, sebagai contoh yaitu: jaringan pada Bank (sistem Online Perbankan). Setiap bank tentunya memiliki kantor pusat dan kantor cabang. Di setiap kantor baik kantor cabang maupun kantor pusat tentunya memiliki LAN, penggabungan LAN – LAN di setiap kantor ini akan membentuk sebuah MAN. MAN biasanya mampu menunjang data teks dan suara, bahkan dapat berhubungan dengan jaringan televisi kabel atau gelombang radio.



c. Jaringan WAN Pengertian Wide Area Network (WAN), WAN adalah jaringan komputer dengan jangkauan area geografi yang paling luas, antar negara, antar benua bahkan keluar angkasa (sebagai contoh jaringan internet yang menggunakan sistem koneksi satelit) d. Jaringan WIFI WiFi atau dikenal juga dengan Wireless LAN telah banyak digunakan baik untuk keperluan privat maupun keperluan korporasi (perusahaan). Seiring dengan kebutuhan akan akses wireless internet dan telah menjamurnya produk notebook yang terintegrasi dengan WiFi, membuat WiFi mudah dikenal oleh masyarakat. Dengan didukung oleh keuntungan bila memanfaatkan WiFi maka hampir di setiap sudut kota terutama daerah “hot” telah dipasang apa yang namanya Hotspot. Bahkan dengan memiliki hotspot akan meningkatkan brand image baik dari sisi operator maupun dari pemilik lokasi misalkan kafe, sekolah, rumah sakit dan lain sebagainya. 7. Sistem MATV (Master Televisi) Kebutuhan pengelolaan televisi dalam suatu bangungan menjadi kebutuhan, terutama di perkantoran, apartemen, bandara dan lain-lain. Sistem ini dinamakan dengan sistem master antena TV (MATV). Sistem MATV terdiri dari beberapa perangkat penerima (receiver), mixer, dan penguat sinyal. Peralatan dari sistem MATV meliputi: peralatan utama, peralatan pendukung, unit spur/distributor dan perkabelan. Peralatan sentral sistem MATV meliputi unit antena penerima (antena parabola, antena hagi), mixer preamplifier, TVRO dan chanel receiver. Peralatan pendukung meliputi penyediaan vidio casset, tape player, vidio amplifier dan power suplay. Pendistribusian sinyal meliputi spur unit (distributor), cupler/spliter dan TV outlet. Spur unit dharus ditempatkan sesuai fungsi dan kemudahan dari mantenance. Dan coupler harus ditempatkan di tempat yang terlindung dan mempunyai jarak yang cukup aman daripengaruh interferensi instalasi listrik (yang menggunakan suplay tegangan 220 Vac/50 Hz terutama di atas plafon. Dalam perkabelan biasanya yang digunakan jemis coaxial 7C-2V pada trunk line dan dan 5C-2V pada TV outlet atau setara dengan losses yang memadai pada frekwensi 200 Mhz dipasang dalam konduit. Ada beberapa sumber siaran MATV dalam suatu gedung, diantaranya: sumber siaran dari teretrial TV local, dan sumber siaran dari satelit. Sumber siaran dari terestrial TV Local bisanya menggunakan antena Yagi sedang sumber siaran dari satelit menggunakan antena parabola. 8. Sistem CCTV CCTV merupakan kepanjangan dari Closed Circuit Television. Yang di artikan secara harafia adalah jalur televisi tertutup, yang dalam pengertiannya bahwa sebuah CCTV sistem bersifat tertutup dari lingkungan umum, atau kata lain yang dapat



mengakses CCTV sistem tersebut adalah hanya bagian atau orang tertentu saja. Kamera CCTV dapat dibedakan berdasarkan jenis output, lokasi penempatan, waktu penggunaan, mekanisme control, dan resolusi. Mengacu pada jenis output, Kamera CCTV dapat digolongkan menjadi Analog dan Digital.



BAB V LOGISTIK



A. Fungsi Perencanaan Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-devisi yang terjadi. Suatu rencana harus di dukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan sulit mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar dalam pelaksanaannya. Di bawah ini akan dilukiskan bagan kerjasama antara pimpinan, perencana, pelaksana dan pengawas. Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan pencapaian tujuan ( Sasaran ) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara pimpinan / staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing kegiatan yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas masingmasing. Seluruh kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk mencapai sasaran) organisasi. Perencanaan dapat dibagi ke dalam periode-periode sebagai berikut: 1. Rencana jangka panjang (Long range) 2. Rencana jangka menengah (Mid range) 3. Rencana jangka pendek (Short range) B. Fungsi Penganggaran enganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu/skala standar yaitu skala mata uang dan jumlah biaya. Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi perencanaan dan penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan besarnya biaya dari dana-dana yang tersedia. Dengan mengetahui hambatan-hambatan dan keterbatasan yang dikaji secara seksama maka anggaran tersebut merupakan anggaran yang reliable. Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek berulang kali dan diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana biaya keseluruhan, maka penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa. Pengaturan keuangan yang jelas, sederhan dan tidak rumit akan sangat membantu kegiatan. Dalam menyususn anggaran terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain adalah: 1. Peraturan–peraturan terkait 2. Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan tehnologi 3. Hal-hal yang berhubungan dengan anggaran 4. Pengaturan anggaran seperti: sumber biaya pendapatan sampai dengan pegaturan logistik



5. Sumber anggaran di suatu rumah sakit bermacam-macam, tergantung pada institusi yang ada apakah milik pemerintah atau swasta C. Fungsi Pengadaan pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas-batas efisiensi. Sedangkan Mustikasari berpendapat fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi atau mewujudkan kebutuhan yang telah direncanakan atau telah disetujui sebelumnya. Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi didasarkan dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien untuk kepentingan organisasi. Cara–cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi pengadaan adalah: 1. Pembelian 2. Penyewaan 3. Peminjaman 4. Pemberian (hibah) 5. Penukaran 6. Pembuatan 7. Perbaikan D. Fungsi Penyimpanan Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pngelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan. Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi-fungsi sebelumya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya serendah-rendahnya. Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain adalah: Kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan, pencarian barang yang lebih mudah dan barang yang aman dari pencuri. E. Fungsi Penyaluran (Distribusi) Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya: 1994). Faktor yang mempengaruhi penyaluran barang antara lain: 1. Proses Administrasi 2. Proses penyampaian berita (data-data informasi) 3. Proses pengeluaran fisik barang 4. Proses angkutan 5. Proses pembongkaran dan pemuatan 6. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan



BAB VI KESELAMATAN PASIEN



A. Definisi Suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakanuntuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudian komunikasi dan mobilitas dalam bangunan. B. Tujuan 1. Merencanakan sistem utilitas sebaik mungkin agar fungsi bangunan dapat berjalan lancer dan keberadaannya tidak mengganggu lingkungan di sekitarnya. 2. Menerapkan sistem penghawaan yang tepat untuk rumatr sakit 3. Menggunakan sistem komunikasi yang tepat di lingkungan rumah sakit 4. Mengetahui spesifikasi jenis air bersih dan air minum, standar penggunaan dan penyesuaian terhadap kebutuhan penghuni bangtrnan 5. Merancang secara rinci sistem plumbing air bersih yang terdiri dari: a. Sistem perpipaan air bersih b. Perhitungan kebutuhan sistem penyediaan sistem air bersih C. Keselamatan Pasien Dilakukan pemeliharaan dan perbaikan atau pergantian sistem utilitas rumah sakit demi menjaga kenyamanan dan keselamatan pasien ataupun pengunjung dan staff Rumah Sakit Citra Sari Husada yang dilaksanakan secara rutin dan berkala. Sehingga kegagalan sistem utilitas yang ada di rumah sakit bisa terkendali atau menekan risiko yang mungkin ditimbulkan akibat kegagalan dari sistem utilitas rumah sakit. Evaluasi dan pelaporan akibat kegagalan sistem utilitas disampaikan kepada Ka. Umum dan Logistik dari unit UPSRS untuk ditindak lanjuti, dan kemudian melakukan perencanaan perbaikan dan pergantian peralatan sistem utilitas rumah sakit yang kemudian diserahkan ke bagian unit UPSRS setelah peralatan yang dirasakan harus diganti sudah ada digudang workshop.



BAB VII KESELAMATAN KERJA



Seperti yang telah kita ketahui pekerjaan mekanikal elektrikal adalah pekerjaan yang menyangkut tentang utilitas gedung, yaitu pekerjaan tentang perpipaan pembuangan air kotor, penyediaan air bersih, instalasi lift, dan lain sebagainya.Yang dimaksud dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pekerjaan mekanikal elektrikal adalah pemahaman dan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada pekerjaan instalasi komponen jaringan dan peralatan sistem utilitas bangunan, yang bertujuan untuk mengurangi resiko kerja, penyakit yang timbul dari pekerjaan dan penanganannya. Berikut ini tujuan dari pelaksanaan K3 mekanikal elektrikal adalah: a.



Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja.



b.



Melindungi



tenaga kerja terhadap



setiap



gangguan kesehatan yang timbul dari



pekerjaan atau lingkungan kerja. c.



Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja.



d.



Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit.



Peralatan yang harus digunakan untuk para pekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja saat mengerjakan pekerjaan mekanikal elektrikal adalah sebagai berikut : 1. Sarung tangan Berikut ini adalah tipe-tipe sarung tangan untuk keselamatan kerja : a. Metal mesh, sarung tangan yang tahan terhadap ujung benda yang tajam dan melindungi tangan dari terpotong. b. Leather gloves, melindungi tangan dari permukaan yang kasar. c. Vinyl dan neoprene gloves, melindungi tangan dari bahan kimia beracun. d. Rubber gloves, melindungi tangan saat bekerja dengan listrik. e. Padded cloth gloves, melindungi tangan dari sisi yang tajam, bergelombang dan kotor. f. Heat resistant gloves, melindungi tangan dari panas dan api. g. Latex disposable gloves, melindungi tangan dari bakteri dan kuman. 2. Pelindung pendengaran Melindungi pendengaran dari suara kebisingan. jenis yang paling banyak digunakan: foam earplugs, PVC earplugs, earmuffs. 3. Kaca mata dan pelindung wajah a. Kaca mata safety merupakan peralatan yang paling banyak digunakan sebagai pelindung mata. Meskipun kelihatannya sama dengan kacamata biasa, namun kaca mata safety lebih kuat dan tahan benturan serta tahan panas dari pada kaca mata biasa.



b. Goggle memberikan perlindungan yang lebih baik dibandingkan safety glass sebab lebih menempel pada wajah. c. Pelindung wajah memberikan perlindungan menyeluruh pada wajah dari bahaya percikan bahan kimia, obyek yang beterbangan atau cairan besi. Banyak dari pelindung wajah ini dapat digunakan bersamaan dengan penggunaan helm. d. Helm pengelas memberikan perlindungan baik pada wajah dan juga mata. Helm ini menggunakan lensa penahan khusus yang menyaring intesnsitas cahaya serta energi panas yang dihasilkan dari kegiatan pengelasan. 4. Pelindung kepala atau helm Berikut ini adalah tipe-tipe helm pelindung : a. Keas G untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh; dan melindungi dari sengatan listrik sampai 2.200 volts. b. Kelas E untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh, dan dapat melindungi dari sengatan listrik sampai 20.000 volts. c. Kelas F untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh. 5. Pelindung kaki Berikut ini dalah tipe-tipe pelindung kaki : a. Steel toe, sepatu yang didesain untuk melindungi jari kaki dari kejatuhan benda. b. Metatarsal, sepatu yang didesain khusus melindungi seluruh kaki dari bagian tuas sampai jari. c. Reinforced sole, sepatu ini didesain dengan bahan penguat dari besi yang akan melindungi dari tusukan pada kaki. d. Latex/Rubber, sepatu yang tahan terhadap bahan kimia dan memberikan daya cengkeram yang lebih kuat pada permukaan yang licin. e. PVC boots, sepatu yang melindungi dari lembab dan membantu berjalan di tempat becek. f. Vinyl boots, sepatu yang tahan larutan kimia, asam, alkali, garam, air dan darah. g. Nitrile boots, sepatu yang tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia. 6. Wear pack Digunakan untuk melindungi tubuh dari bahaya luar seperti cahaya matahari, debu, bahan kimia dan lain-lain. Berikut ini adalah cara pencegahan kecelakaan: a. Memberitahukan terlebih dahulu Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara penanggulangannya. b. Faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. c. Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan. d. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya. e. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja. f. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.



g. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. h. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan. i. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja, hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi. j. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan di perusahaan. k. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja. l. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja



BAB VIII PENGENDALIAN MUTU



Secara fisik sistem utilitas rumah sakit sebagian besar merupakan jalur-jalur panjang, baik pada arah horisontal maupun pada arah vertikalnya. Dan di dalam perancangan bangunan jalur-jalur ini menuntut disediakannya ruang/tempat/lokasi yang secara kuantitas cukup dan secara kuatitas memenuhi syarat, baik syarat teknis maupun syarat pemeliharaan dan perbaikan agar kepuasan pasien akan sarana dan prasarana rumah sakit dirasakan kepuasannya selama dilingkungan rumah sakit. Adapun pemeliharaan yang dilakuakan untuk menunjang sarana dan prasarana rumah sakit adalah : 1. Sistem Mekanikal e. Sistem Plumbing f. Sistem Fire Fighting (Pemadam Kebakaran) g. Sistem Tata Udara (AC) h. Sistem Transportasi Vertikal (Lift) 2. Sistem Elektrikal 9. Sistem Arus Kuat 10. Sistem Penangkal Petir 11. Sistem Telepon 12. Sistem Tata Suara (Sound Sistem) 13. Sistem Fire Protection (Alarm) 14. Sistem Data/Jaringan Komputer 15. Sistem MATV (Master Televisi) 16. Sistem CCTV (Close Circuit Television)



BAB IX PENUTUP



Rumah Sakit Citra Sari Husada yang mempunyai sistem utilitas pada bangunan rumah sakit, terutama pada sistem transportasi, sistem komunikasi, dan sistem penyediaan air bersih. Sistem transportasi yang digunakan Rumah Sakit Citra Sari Husada adalah lift dan juga tangga. Lift pada bangunan rumah sakit ini dikhususkan untuk pasien rumah sakit itu. Kecepatan lift 150-250 m/menit dengan kapasitas maksimal 8 orang. Sistem komunikasi pada Rumah Sakit Citra Sari Husada menggunakan sistem komunikasi telepon dan computer melalui jaringan internet. Sistem penyediaan air bersih bersumber dari sumur bor, dari satu sumber akan ditampung pada 4 bak penampung di lantai atas gedung yang kemudian disalurkan keseluruh bangunan Rumah Sakit Citra Sari Husada