Perencanaan Mulok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Gedung Dekanat FIP Unnes, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Telepon / Fax: (024) 8508019. Laman : http://fip.unnes.ac.id/



BAHAN AJAR Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal (Pertemuan 5)



PERENCANAAN MULOK A. DESKRIPSI Bagian ini membahas tentang Perencanaan Bahan Mulok dalam bentuk peta konsep B. CAPAIAN PEMEBELJARAN Aspek Kognitif Menguasai konsep: Perencanaan Bahan Mulok Aspek Skill Ketrampilan menjelaskan, tanya jawab, berdiskusi, argumentasi. Membuat rancangan bahan mulok Aspek Sikap Humanis, kreatif, inovatif, jujur. Perencanaan Muatan Lokal Dalam pelaksanaan proses pembelajaran selalu menyangkut berbagai unsur atau komponen. Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai sumber, pengajar, metode, media, dana dan evaluasi. Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan antara lain dengan : a. Mengidentifikasikan segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan lokal b. Menseleksi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut : 1) Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 2) Tidak bertengan dengan Pancasila dan aturan adat yang berlaku. 3) Letaknya terjangkau dari sekolah. 4) Ada nara sumber baik didalam maupun diluar sekolah. 5) Bahan/ajaran tersebut merupakan ciri khas daerah tersebut. c. Menyusun Silabus d. Mencari sumber bahan yang tertulis maupun yang tidak tertulis e. Mengusahan sarana/prasarana yang relevan dan terjangkau. Dalam merancang mulok dapat menggunakan pendekatan monolitik, terpadu, maupun disiplin ganda. Cara-cara yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut. 1. Pendekatan Monolitik a. Membentuk suatu disiplin tersendiri



Disiplin ini dinamakan Program Muatan Lokal yang disesuaikan dengan kekhasan daerah setempat. Dengan pendekatan serupa ini, program muatan lokal menjadi sama dan setaraf dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Mata pelajaran lain di Sekolah Dasar dengan segala persoalan yang menyertainya b. Mengisikan dan Mengaitkan secara Okasional Materi program muatan lokal dimaksudkan dan dikaitkan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada secara okasional tanpa rencana yang teratur dan sistematis. Dengan kata lain, mata pelajaran pokok atau mata pelajaran induk akan tetap dominan dan keberadaan program muatan lokal dianggap sebagai program tempelan untuk menghabiskan sisa waktu. Contoh, mengaitkan pelajaran pendidikan Kependudukan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia 2. Pendekatan Terpadu Berbeda dengan pendekatan monolitik, pendekatan ini bertitik tolak dari pandangan bahwa setiap mata pelajaran harus terpadu satu sama lain. Tidak ada mata pelajaran yang terpisah sebagai suatu subyek yang berdiri sendiri. Pandangan ini sesungguhnya sesuai dengan gagasan baru dalam penyusunan kurikulum, yaitu memasukkan program muatan lokal ke dalam kurikulum yang berlaku. Caranya antara lain sebagai berikut: Membentuk Gagasan Pokok Guru diharapkan dapat menyusun gagasan pokok dari pola kehidupan masyarakat setempat yang mencerminkan kekhasan daerah sebagai inti muatan lokal yang dapat dipadukan dengan satu atau beberapa mata pelajaran. Gagasan pokok dari pola kehidupan ini dirancang secara sistematis, logis, dan sesuai dengan tingkat perkembangan kemampuan fisik, sosial, dan mental peserta didik Sekolah Dasar, tidak bertentangan dengan upaya pelestarian lingkungan alam, sosial, dan budaya serta berguna bagi kehidupan murid dan pembangunan daerahnya. Misalnya, pola kehidupan ”perkebunan” gagasan pokoknya adalah perkebunan tebu, perkebunan teh, perkebunan kelapa sawit dan lain-lain. Jadi kalau diambil gagasan pokok ’perkebunan sawit’ dapat dipadukan dengan mata-mata pelajaran sebagai berikut: IPA: pembibitan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pemilihan bahan dan lain-lain. Matematika: jumlah batang, pupuk, buah, hasil, penjualan, ekspor, luas keliling dan lain-lain. Bahasa Indonesia: membaca, menulis, mengarang, puisi, cerita pendek dan lain-lain. Kesenian: menggambar, menyanyi, mengarang, puisi, cerita pendek dan lain-lain. Dengan pendekatan ini berarti program muatan lokal yang dipadukan dengan mata pelajaran di atas bukan program tambahan melainkan satu kesatuan program yang bersenyawa, baik dalam penyajian pelajaran maupun dalam penyusunan silabi untuk mata pelajaran terkait. 3. Pendekatan Disiplin Ganda Pendekatan ketiga berbeda dari kedua pendekatan yang dikemukakan tersebut di atas. Pendekatan ini tidak sekedar suatu keterpaduan program muatan lokal ke dalam satu atau beberapa mata pelajaran, melainkan merombak kurikulum yang berlaku. Dalam pendekatan ini harus dibangun program-program baru berdasarkan masalah-masalah kehidupan. Untuk memecahkan masalah kehidupan, kita memakai bermacam-macam disiplin ilmu (bidang studi). Karena itu, pembahasan masalah kehidupan tersebut menjadi sangat kompleks dan menuntut analisis yang lebih mendalam dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan mana yang akan dipakai, tergantung dari guru/petugas di lapangan, sebab tiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing.



SUMBER ACUAN 1. Bafadal Ibrahim. 2014. Panduan Teknis Pengembangan Muatan Lokal di SD. Kemendikbud. Dirjen Dikdas Direktorat Pembinaan SD. 2. Dakir. 2010. Perencanaan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta. 3. Mulyasa. H.E. 2013.Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosda Karya. 4. http://hermanlusi.blogspot.co.id/2016/05/kurikulum-nasional-dan-kurikulumlokal.html.diakses 2 Februari 2018 5. http://duni-ablajar.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-tujuan-dan-manfaatkurikulum.html.diakses 2 Februari 2018 6. https://datadikdasmen.blogspot.co.id/2016/02/permendikbud-nomor-79-tahun2014.html.diakses 2 Februari 2018 7. https://fosgambir.blogspot.co.id/2014/10/peraturan-baru-tentang-muatan-lokal.html. diakses 25 Februari 2018