Perinsip Komposisi Arsitektur Pada Gedung Sate [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GEDUNG SATE, BANDUNG Gedung Sate dengan dengan cirri khasnya berupa ornament tusuk sate pada menara sentralnya, telah lama menjadi penanda atau markah tanah kota Bandung yang tidak saja di kenal di masyarakat jawa barat, namun juga seluruh Indonesia bahkan model bangunan itu di jadikan pertanda bagi beberapa bangunan dan tanda-tanda di kota jawa barat. Mulai di bangun tahun 1920 dan kini berfungsi sebagai gedung pusat pemerintahan Jawa Barat. Arsitektur pada bangunan ini memiliki beberapa prinsip-prinsip komposisi dalam arsitektur di antaranya yaitu : 1. KESEIMBANGAN (BALANCE) Bangunan ini memiliki keseimbangan yang simetris dimana antara sisi kanan dan kiri terlihat sama. Dengan adanya ornament tusuk sate pada menara sentralnya menandakan adanya keseimbangan yang mana menjadi batas antara sisi kanan dan kiri. Bangunan ini memiliki keseimbangan yang simetris terlihat dari bentuk bagian atap, penempatan jendela, dan tiang serta memiliki luasan yang sama antara sisi kanan dan kiri. Keseimbangan simetris ini ditujukan untuk menampilakan nilai-nilai atau kesan formal karena bangunan ini difungsikan sebagai perkantoran. Dengan adanya keseimbangan yang simetris dengan menunjukan bentuk, warna, dan bidang menunjukan adanya keserasian dan keselarasan pada bangunan ini. 2. KESATUAN (UNITY) Adanya kesan kesatuan terlihat pada bagian jendela dan pintu dengan berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda. Pada bagian bawah terlihat lebih besar dan mempunyai lengkungan sedangkan pada bagian atasnya terlihat lebih kecil dan berbentuk persegi, dan pada lantai di atasnya lagi memiliki jendela yang sama besarnya namun di bagi beberapa persegi dengan menggunakan beberapa kolom-kolom kecil, dengan tersusunnya beberapa unsur bentuk dan ukuran jendela menjadi satu kesatuan menimbulkan kesan utuh dan serasi. Begitu pula pada bagian atap dengan menggunakan perulangan dan bentuk yang berbeda. Dalam hal ini seluruh unsur pada bangunan saling menunjang dan membentuk satu kesatuan yang lengkap, tidak berlebihan dan tidak kurang. 3. IRAMA (RHYTHM)



Adanya irama perulangan bentuk pada jendela yaitu elemen lengkungan yang ritmis, hal ini menimbulkan kesan dinamis sehingga bangunan tidak terlihat kaku. Selain itu perulangan bentuk jendela yang berbeda yaitu pada lantai di atasnya yang berbentuk persegi dan perulangan bentuk atap sehingga menciptakan irama arsitektur yang anggun, indah dan unik. 4. PROPORSI



Proporsi yang di timbulkan karena adanya perbandingan betuk dan ukuran yang berbeda pada jendela dan atap yang sesuai sehingga satu bagian dengan bagian lainnya dapat memperoleh satu kesatuan irama bentuk yang ekspresif. 5. TEKANAN (POINT OF INTEREST) Tekanan atau focal point dari gedung ini adalah pada menaranya yaitu berupa ornament tusuk sate yang menjadi penanda dari tanah kota bandung, hal ini di fungsingan sebagai ciri khas dari daerah ini. Selain itu penggunaan atap yang bersusun pada menara yaitu menggunakan gaya pura yang ada di bali hal ini juga untuk melambangkan gaya arsitektur yang ada di asia khususnya Indonesia.