Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Sistem ekonomi suatu Negara sebagai bagian dari satu sistem kehidupan, berkaitan erat dengan sistem sosial lain yang berlangsung di dalam masyarakat. Di dunia ini ada kecenderungan bahwa sistem ekonomi berkaitan erat dengan sistem politik di Negara yang bersangkutan. Suatu Negara yang beridiologi politik liberal, pada umumnya menganut ideologi ekonomi kapitalisme, dengan pengelolaan ekonomi berdasarkan mekanisme pasar. Sedangkan Negara-negara yang berideologi politik komunisme, ideology ekonominya cenderung sosialisme, dengan pengelolaan ekonominya berdasarkan perencanaan terpusat. Namun, demikian tidak ada satu negarapun di dunia ini yang menerapkan secara mutlak kedua sistem ekonomi tersebut, seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, RCC dan lain sebagainya, termasuk juga Negara Indonesia. Dari beberapa beberapa sistem ekonomi tersebut di atas mempunyai struktur yang berbeda terutama dalam penerapan di masing-masing Negara. Struktur ekonomi tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan antara lain tinjauan makro-sektoral, tinjauan keuangan, tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, dan tinjauan birokrasi dan pengambilan keputusan. Tinjauan makro-sektoral dan tinjauan keuangan adalah merupakan tinjauan ekonomi murni, sedangkan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan dan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan adalah merupakan tinjauan politik. Dengan melihat beberapa sistem ekonomi yang ada tersebut maka pada dasarnya suatu struktur ekonomi adalah merupakan penjabaran atau implementasi dari sistem-sistem ekonomi yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan (mewujudkan) kesejahteraan masyarakakan suatu Negara melalui pembangunan ekonomi dan pertumbuhan pendapatan nasional, maka akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. B. 1. 2. 3. 4.



RUMUSAN MASALAH Apa saja Perubahan Struktur Ekonomi Apa saja Struktur Perekonomian yang ada Apa saja Struktur Perekonomian Indonesia Apa saja Perubahan Struktur Perekonomian Indonesia



C. 1. 2. 3. 4.



TUJUAN Menjelaskan beberapa teori terjadinya perubahan struktur ekonomi Menjelaskan struktur perekonomian yang ada Menjelaskan struktur perekonomian Indonesia Menjelaskan perubahan struktur perekonomian Indonesia



1



BAB II PEMBAHASAN



A. PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Teori perubahan struktur ekonomi menitikberatkan pada mekanisme transformasi yang dialami oleh Negara-negara sedang berkembang yang semula bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor tradisional menuju ke struktur yang lebih modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer, khususnya industry jasa. Chenery, meminjam istilah Kuznets, megatakan bahwa perubahan struktur ekonomi, secara umum disebut sebagai transformasi struktur yang diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu sama lain dalam komposisi agregat deman (AD), eksporimpor (X-M). agregat supplay (AS) yang merupakan produksi dan penggunaan factor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Tambunan, 2003). Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisi perubahan struktur ekonomi, yakni dari Arthur Lewis tentang teori migrasi dan Hollis Chenery tentang teori transportasi structural. Teori Lewis pada dasarnya membahas tentang proses pembangunan ekonomi yang terjadi di daerah pedesaan dan daerah perkotaan. Dalamnya lewi mengasumsikan bahwa perekonomian suatu Negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Karena perekonomiannya masih bersifat tradisional dan subsisten, dan pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka terjadi kelebihan suplai tenaga kerja. Over-supply tenaga kerja ini ditandai dengan produk marginalnya yang nilainya nol dan tingkat upah riil yang rendah. Kerangka pemikiran Chennery pada dasarnya sama seperti teori model Lewis. Teori Chennery, dikenal dengan teori patterh of development, dimana dalam teori ini memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi dinegara sedang berkembang, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional (subsistem) ke sector industry sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitiannya Chennery dan Syrquin (1975) mengidentifikasi bahwa dengan peningkatan perubahan pendapatan masyarakat per kapitan membawa perubahan ke arah konsumerisik dari penekanan pada makanan dan kebutuhan pokok lainnya ke arah barang-barang manufaktur dan jasa. Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan total, pertumbuhan nilai tambah (NT) dari semua sektor ekonomi. Secara umum dalam proses pembangunan terjadi transformasi ekonomi, dimana pangsa PDB dari sektor industry meningkat dan sektor pertanian mengalami penurunan (Tambunan, 2003). Chennery dalam Tambunan (2003), proses transformasi structural akan mencapai tarafnya yang paling cepat bila pergeseran pola permintaan domestic kea rah output industry manufaktur diperkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri 2



atau ekspor sebagaimana yang terjadi di kelompok Negara-negara Industri baru (Newly Industrialized Countries/NICs) seperti korea selatan, Taiwan, Singapura, dan Hong Kong. B. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Selain teori migrasi yang dikemukakan Lewis dan teori transformasi structural yang dikemukakan oleh Chennery, struktur perekonomian suatu neraga menurut Dumairy (1996) dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan. Setidak-tidaknya struktur perekonomian dapat dilihat dari empat sudut tinjauan, yaitu tinjauan makro-sektoral, tinjauan keuangan, tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, dan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan. Tinjauan makro-sektoral dan keuangan merupakan tinjauan ekonomi murni, sedangkan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan dan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan merupakan tinjauan politik. Keempat sudut tinjauan struktur ekonomi tersebut akan dibahas satu persatu dan dikaitkan dengan struktur perekonomian Indonesia. 1.



Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Makro-Sektoral Berdasarkan tinjauan makro-sektoral perekonomian suatu Negara dapat berstruktur agraris (agriculturall), industry ( industial), atau niaga (commercial). Hal ini tergantung pada sektor apa/mana yang dapat menjadi tulang punggung perekonomian Negara yang bersangkutan. Struktur ekonomi Indonesia yang industrialisasi pada saat ini sesungguhnya belum mutlak, tetapi masih sangat dini. Industrialisasi di Indonesia barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam dalam membentuk PDB atau pendapatan nasional. Industrialisasi yang ada belum didukung dengan kontribusi sektoral dalam penyerapan tenaga atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam menyumbang pendapatan dan dalam penyerapan tenaga kerja diperbandingan, maka struktur ekonomi Indonesia ternyata masih dualism. Hal ini dikemukakan oleh Boeke (dalam Dumairy; 1996) seorang ekonom belanda mengatakan bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis. 2.



Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Keruangan Pergeseran struktur ekonomi secara makro-sektoral senada dengan pergeseran secara keuangan (spasial lebih sedikit, hal ini bukan semata-mata karena perpindahan penduduk dari pedesaan ke kota untuk bekerja di pabrik-pabrik (urbanisasi), tetapi juga karena mekar dan berkembangnya). Di tinjau dari sudut pandang keuangan (spasial), struktur perekonomian telah tergeser dari berstruktur pedesaan (tradisional) menjadi berstruktur perkotaan (modern). Hal ini dapat kita lihat dan kita rasakan sejak pelita I hingga era reformasi sekarang ini. Dengan demikian jumlah penduduk yang tinggal dikawasan pedesaan mejadi kotakota khususnya di pulau jawa sehingga terjadi penumpukan penduduk disini. Disamping itu juga kehidupan sehari-hari masyarakat semakin modern yang tercermin dari perilaku konsumtif masyarakat semakin modern yang tercermin dari perilaku konsumtif masyrakat dan juga penerapan teknologi modern untuk proses produksi oleh perusahaan-perusahaan. 3



3.



Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Penyelenggaraan Kenegaraan Struktur ekonomi dapat pula melihatnya dengan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan. Ditinjau dari sini maka struktur per-ekonomian dapat dibedakan menjadi struktur etatis, egaliter, atau borjuis. Predikat ini tergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeran utama dalam perekonomian yang bersangkutan, yaitu bisa pemerintah/Negara, bisa rakyat kebanyakan, atau kalangan pemodal dan usahawan (kapitalis). Struktur ekonomi Indonesia sejak awal orde baru hingga pertengahan dasawarsa 1980-an berstruktur etatis, dimana pemerintah atau Negara dengan BUMN dan BUMD sebagai kepanjangan tangannya, merupakan pelaku utama perekonomian Indonesia. Pada era reformasi ini struktur ekonomi Indonesia diarahkan pada struktur ekonomi yang egaliter dimana seluruh penggerak roda perekonomian dilibatkan dalam membangun perekonomian Indonesia. 4.



Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Birokrasi Pengambilan Keputusan Struktur ekonomi dapat pula dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan. Dilihat dari sudut tinjauan ini, struktur ekonomi dapat dibedakan menjadi struktur ekonomi yang terpusat (sentrlistis) dan desentralisasi (desentralistis). Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya, dapat dikatakan bahwa struktur perekonomian Indonesia selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama adalah sentralistis. Dalam struktur ekonomi yang sentralistis, pembuatan keputusan (decision making) lebih banyak ditetapkan oleh pemerintah pusat atau kalangan atas pemerintahan (battom up). Pemerintah daerah atau kalangan pemerintahan dibawah, beserta masyaraka dan mereka yang tidak memiliki akses ke pemerintahan pusat, cenderungnya mereka hanya menjadi pelaksana saja, dan dalam pembuatan perencanaan hanya sekedar pendengar. Struktur birokrasi pengambilan keputusan yang sentralistis ini terpelihara rapi selama pemerintahan orde baru, hal ini disebabkan oleh budaya atau kultur masyarakat Indonesia yang paternalistik. Struktur ekonomi yang etatis dan sentralistis berkaitan erat. Pemerintah pusat dan menganggap bahwa pemerintah daerah dianggap belum cukup mampu untuk diserahi tugas untuk melaksanakan pembangunan ekonomi. Argumentasi yang sering di jadikan legitimasi adalah karena sebagai Negara sedang berkembang yang baru mulai melakukan proses pembangunan. Jadi, tinjauan secara makro-sektoral struktur perekonomian Indonesia sesungguhnya masih dualistis. Hal ini dapat dilihat dari mata pencaharian utama sebagian besar pennduduk masih sektor pertanian, yang berarti struktur ekonominya masih agraris. Tetapi penyumbang utama pendapatan nasional adalah sektor industri pengolahan, yang berarti struktur perekonomian industrial. Dengan demikian secara makro sektoral perekonomian Indonesia baru bergeser dari struktur yang agraris menuju ke struktur yang industrial. Pembangunan ekonomi Indonesia memang sengaja diarahkan ke industrialisasi, tentu saja hal ini mengurangi kadar agraris struktur perekonomian. Hal ini sudah menjadi 4



consensus nasional (GBHN 1999-2004). Namun yang disayangkan adalah belum semua lapisan dan golongan masyarakat siap menghadapinya. Akibatnya, ketika pemerintah mengajak masyarakat luas untuk bermitra dalam pembangunan, hanya mereka yang bermodal kuat dan pengusaha besar yang bisa berperan serta aktif dalam pembangunan, dan masyarakat (rakyat) terpaksa harus puas menjadi penonton (supporter) dalam pembangunan. Jadi, tidak heran jika struktur perekonomian kita dilihat dari kaca mata politik, cenderung berstruktur borjuis. Struktur perekonomian Indonesia yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan suatu struktur yang tradisional. Sekarang kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke struktur industrial; dari struktur yang etatis ke struktur borjuis; dari struktur yang pedesaan/tradisional ke struktur perkotaan/modern; sementara dalam hal birokrasi dan pengambilan keputusan sudah mulai disentralisasi.



5



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Jadi ditinju secara makro-sektoral struktur perekonomian Indonesia sesungguhnya masih dualistis. Hal ini dapat dilihat dari mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor pertanian, yang berarti struktur perekonomiannya masih agraris. Tetapi penyumbang utama pendapatan nasional adalah sektor industri pengolahan, yang berarti struktur perekonomian industrial. Dengan demikian secara makro-sektoral perekonomian Indonesia baru bergeser dari struktur yang agraris menuju struktur yang industrial. B. SARAN Sebelumnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, seperti yang penulis sadar i bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka sebagai penulis meminta masukan, kritik saran dan keterlibatan pembaca yang konstruktif dalam upaya perbaikan dan verifikasi makalah ini kedepannya. Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat untuk kita dan pembaca pada umumnya.



6