Pola-Pola Pelayanan Bimbingan Konseling. [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH POLA PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING



Untuk memenuhi mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang diampu oleh Bapak M. Arli Rusandi, M. Pd.



Disusun Oleh: Kelompok 5 Meisarah 2005126273 Silvi Wiliya Asiva 2005126493 Uswatun Hasanah 2005114134



Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau September, 2021



i



Kata Pengantar



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Pekanbaru, September2021 Penyusun



i



Daftar Isi



Kata Pengantar....................................................................................................................i Daftar Pustaka....................................................................................................................ii BAB I Pendahuluan............................................................................................................iii 1.1.



Latar Belakang...................................................................................................iii



1.2.



Rumusan Masalah.............................................................................................iii



1.3.



Tujuan................................................................................................................iii



BAB II Kajian Teori..............................................................................................................1 2.1



Pola-pola layanan Bimbingan dan konseling......................................................1



2.2 Hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif remaja dan implikasinya dalam bimbingan dan konseling................................................................9 2.3



Kajian pustaka..................................................................................................14



BAB III Kesimpulan...........................................................................................................23 Daftar Pustaka..................................................................................................................25 Lampiran..........................................................................................................................26



ii



BAB I Pendahuluan 1.1.



Latar Belakang



Pelayanan bimbingan di lembaga pendidikan formal akan terlaksana dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan bimbingan itu bisa diselenggarakan dalam program bimbingan, yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode tertentu. Kegiatan pelayanan bimbingan mencakup tiga pola bimbingan, yaitu pola-pola dasar, pola 17 plus, dan pola komprehensif, yang masing-masing memberikan corak tertentu pada kegiatan yang terapung dalam suatu program bimbingan. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan non materil yang diberikan kepada individu atau kelompok. Bimbingan juga mempunyai model dan pola dasar yang merupakan asas pokok untuk mengatur penyebaran pelayanan bimbingan. Penerapan pola dasar tertentu dapat berakibat terhadap pola organisasi bimbingan yang terapung dalam program bimbingan. Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang pola pelayanan bimbingan konseling kepada para mahasiswa, maka melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa jenis pola layanan bimbingan konseling.



1.2. Rumusan Masalah A. Apa saja pola pelayanan Bimbingan dan koseling B. Bagaimana implikasi bimbingan dan konseling terhadap kecerdasan emosi dan perilaku agresif remaja C. Jurnal-jurnal terkait pola pelayanan bimbingan dan konseling



1.3. Tujuan A. Untuk mengetahui jenis dari pola pelayanan Bimbingan dan koseling B. Untuk mengatahui implikasi bimbingan dan konseling terhadap kecerdasan emosi dan perilaku agresif remaja



iii



BAB II Kajian Teori 2.1Pola-pola layanan Bimbingan dan konseling A. Pola-Pola Dasar Pola bimbingan adalah suatu asas pokok untuk mengatur penyebaran pelayanan bimbingan di sekolah, dengan mempertimbangkan kegiatan bimbingan apa yang diadakan, oleh siapa bimbingan dilaksanakan dan kepada siapa bimbingan diberikan. Menurut Edward C. Glanz (1964) dalam sejarah perkembangan pelayanan bimbingan di institusi pendidikan muncul 4 pola dasar yang diberi nama: 1. Pola generalis Pola generalis berasaskan keyakinan, bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas usaha belajar siswa, dan seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa. Segi positif dari pola dasar ini adalah tekanan yang diberikan pada perhatian terhadap perkembangan optimal masing-masing siswa dan pada partisipasi semua tenaga kependidikan dalam program kegiatan bimbingan. Kelemahannya adalah terdapat persebaran pelayanan bimbingan yang luas, dengan melibatkan banyak pengajar. Belum tentu semua tenaga pengajar mampu melaksanakan bimbingan. Intinya, bimbingan hanya dianggap perlu pada saat tertentu saja. 2. Pola spesialis Pola spesialis berasaskan keyakinan, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh para ahli bimbingan yang masingmasing berkemampuan khusus dalam cara pelaanan bimbingan tertentu seperti testing psikologis, bimbingan karier, dan bimbingan konseling. Segi positif pola dasar ini adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada siswa bermutu tinggi. Kelemahannya adalah terdapat kecenderungan sentrifugal, yaitu kecendrungan semua tenaga ahli akan bekerja sendirisendiri dan saling melemparkan tanggung jawab. Pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh ahli-ahli bimbingan yang masingmasing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu. 3. Pola kurikuler Pola kurikuler berasaskan keyakinan, bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pengajaran khusus dalam rangka kursus bimbingan. Segi positif dari pola ini adalah hubungan yang lebih dekat dengan staf pengajar, karena semua tenaga bimbingan langsung terlibat dalam seluk beluk pengajaran.



1



Kelemahannya terletak pada kenyataan yaitu kemajuan dalam pemahaman diri dan perkembangan kepribadian tidak dapat diukur melalui suatu tes hasil belajar. 4. Pola relasi-relasi manusia dan kesehatan mental Pola relasi-relasi manusia dan kesehatan mental berasaskan keyakinan, bahwa seseorang akan lebih hidup bahagia apabila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain. Segi positif dari pola dasar ini adalah peningkatan kerja sama antara anggota-anggota staf pendidik di institusi pendidikan dan integrasi sosial di antara peserta didik dengan staf pendidik.



B. Pola 17 Plus Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan berdampak pada buruknya citra bimbingan dan konseling, sehingga melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan BK, munculnya persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK, berbagai kritikan muncul sebagai wujud kekecewaan atas kinerja Guru Pembimbing sehingga terjadi kesalah pahaman, persepsi negatif dan miskonsepsi berlarut. Masalah menggejala diantaranya: konselor sekolah dianggap polisi sekolah, BK dianggap sematamata sebagai pemberian nasehat, BK dibatasi pada menangani masalah yang insidental, BK dibatasi untuk klien-klien tertentu saja, BK melayani ”orang sakit” dan atau ”kurang normal”, BK bekerja sendiri, konselor sekolah harus aktif sementara pihak lain pasif, adanya anggapan bahwa pekerjaan BK dapat dilakukan oleh siapa saja, pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja, menganggap hasil pekerjaan BK harus segera dilihat, menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien, memusatkan usaha BK padapenggunaan instrumentasi BK (tes, inventori, kuesioner dan lain-lain) dan BK dibatasi untuk menangani masalah-masalah yang ringan saja. Sejak tahun 1993 penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah memperoleh perbendaharaan istilah baru, yaitu BK Pola-17 (Prayitno, 2004: i). BK Pola-17 merupakan pola dasar dalam BK yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Pola ini meliputi empat bidang bimbingan, tujuh layanan BK, dan lima kegiatan pendukung BK. Dengan berkembangnya zaman, pada abad ke-21 BK Pola-17 berkembang menjadi BK Pola 17 Plus. Hal ini dikarenakan adanya pengembangan sasaran pelayanan BK yang lebih luas. Butir-butir pokok BK Pola-17 Plus meliputi keterpaduan mantap tentang pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan asas, serta landasan BK; enam bidang pelayanan BK; sembilan jenis layanan BK; enam kegiatan pendukung BK; serta format pelayanan yang mencakup format individual, kelompok, klasikal, lapangan, dan politik.



2



Jika pola 17 bimbingan konseling dapat dilaksanakan maksimal, terprogram dan berkualitas dapat menunjang hasil belajar siswa. Pelaksanaan bimbingan konseling pola 17 dapat maksimal apabila dalam kurikulum diberikan alokasi waktu minimal 1 jam pelajaran sehingga empat bidang bimbingan, delapan layanan, lima kegiatan pendukung dapat diberikan pada seluruh siswa dan bukan pada siswa yang bermasalah saja. Menurut Prayitno (2004: i-ii) butir-butir pokok BK Pola-17 Plus adalah sebagai berikut:  Fungsi - Fungsi pemahaman, fungsi yang menghasilkan pemahaman peserta didik tentang diri dan lingkungan. - Fungsi pencegahan, fungsi yang berupaya mencegah peserta didik agar tidak menemui permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat, atau menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangannya. - Fungsi perbaikan, fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik mengatasi berbagai permasalahan yang di hadapi. - Fungsi pemeliharaan, fungsi yang bertujuan untuk menjaga agar perilaku peserta didik yang sudah baik jangan sampai rusak kembali. - Fungsi pengembangan, fungsi dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik. - Fungsi penyaluran, fungsi dalam membantu peserta didik untuk memilih dan memantapkan penguasaan karier yang sesuai dengan bakat, minat, keahlian, dan cirri-ciri kepribadiannya. - Fungsi penyesuaian, fungsi dalam membantu peserta didik menemukan penyesuaian diri dan perkembangannya secara optimal. - Fungsi adaptasi, fungsi yang membantu staf sekolah untuk mengadaptasikan program pengajaran dengan minat, kemampuan, serta kebutuhan peserta didik.  Layanan dan Strategi - Layanan orientasi, layanan yang di tujukan untuk peserta didik baru guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasuki. - Layanan informasi. Layanan yang bertujuan untuk membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga, dan anggota masyarakat. - Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu serangkaian kegiatan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik agar dapat menyalurkan/menempatkan dirinya dalam berbagai program sekolah, kegiatan belajar, penjurusan, kelompok, belajar,pilihan pekerjaan, dll. 3



-



Layanan pembelajaran, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya,serta berbagai aspek tujuan daan kegiatan lainnya yang berguna untuk kehidupannya. - Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik memperoleh pelayanan secara pribadi melalui tatap muka dengan konselor atau guru pembimbingdalam rangka pembahasan dan pengentasan masalah yang di hadapi peserta didik. - Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu. - Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mempero;eh kesempatan untuk membicarakan dan menyelesaikan permasalahan yang dialami melaui dinamika kelompok, terfokus pada masalah pribadi. - Layanan konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang di berikan kepada seseorang untuk memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani atau membantu pihak lain. - Layanan mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak yang sedang dalam keadaan tidak menemukan kecocokan sehingga membuat mereka saling bertentangan dan bermusuhan.  Bimbingan - Bimbingan pribadi, yaitu bidang layanan pengembangan kemampuan mengatasai masalah-masalaah pribadi dan kepribadian, berkenaan dengan aspek-aspek intelektual, afektif dan motorik. - Bimbingan soaial, yaitu bidang layanan pengembangan kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah social, dalam kehidupan keluarga, disekolah, maupuin di masyarakat juga upaya dalam berinteraksi dengan masyarakat. - Bimbingan karier, yaitu layanan yang merencanakan dan mempersiapkan masa depan karier peserta didik. - Bimbingan belajar, yaitu layanan untuk mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses pembelajaran. - Bimbingan keberagamaan, yaitu layanan untuk memilih dan menganut kepercayaan sesuai dengan dirinya. - Bimbingan keberkeluargaan, yaitu layanan yang berkenaan dengan masalah keluarga.



4



 Kegiatan pendukung - Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan pendukung berupa pengumpilan data dan keterangan tentang peserta didik dan lingkungan yang lebih luas yang dilakukan baik dengan tes maupun non tes. - Himpunan data, yaitu kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. - Konferensi kasus, yaitu kegiatan bimbingan dan konseling untuk membahas permaslahan yang dialami oleh peserta didik dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat meberikan penyelesaian. - Kunjungan rumah, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi pemecaha masalah yang dialami peserta didik melalui kunjungan rumahnya. - Alih tangan kasus, yaitu kegiatan bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas terhadap masalah yang di alami peserta didik dengan memindahkan penanganan ke pihak yang lebih kompeten dan berwenang. - Terapi kepustakaan. Yaitu kegiatan pemecahan masalah dengan buku.



C. Pola Komprehensif Bimbingan Konseling komprehensif adalah suatu program pendidikan di sekolah yang diberikan oleh konselor sebagai penanggungjawab dan pelaksana program bimbingan konseling di sekolah. Dalam perkembangannya, para ahli bimbingan dan konseling selalu mengadakan penelitian dan pembaharuan pada layanan yang diberikan di sekolah. Bimbingan konseling sendiri di Indonesia berada sejak tahun 1975 sampai tahun 2011 telah mengalami perubahan-perubahan sebagai bentuk pengembangan layanan yang mengikuti perkembangan dunia. Bimbingan konseling komprehensif yang telah dikenalkan sekarang ini adalah program bimbingan konseling yang bertujuan untuk memandirikan peserta didik. Bentuk layanan yang diberikan tidak lagi berfungsi membantu peserta didik menyelesaikan masalahnya namun mengembangkan potensi peserta didik berasarkan perkembangannya sehingga disebutlah bahwa BK komprehensif adalah sama dengan BK berbasis perkembangan. Untuk mencapai kemandirian peserta didik tersebut konselor tidak lagi mengedepankan fungsi kuratif. Namun lebih menekankan fungsi pencegahan/preventif dan perkembangan/developmental. Bentuk layanan yang diberikan meliputi 4 layanan. Bimbingan dan konseling komprehensif atau disebut juga bimbingan dan konseling perkembangan (karena menggarap semua aspek kehidupan 5



peserta didik) merupakan orientasi baru dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang didasari fungsi pengembangan dengan prinsip antara lain: -



Dibutuhkan oleh semua peserta didik ; Fokus pada kegiatan belajar peserta didik; Konselor dan guru merupakan fungsionaris yang bekerjasama; Berorientasi tim dan pelayanan konselor profesional; Memiliki dasar dalam psikologi anak, perkembangan anak dengan tujuan: • Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya, • Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, • Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, • Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri • Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, • Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan • Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal



1. Tujuan Bimbingan dan Konseling Komprehensif Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat: -



Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang - Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin - Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya - Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. 2. Fungsi Bimbingan dan Konseling Komprehensif - Fungsi Pemahaman, yaitu membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). - Fungsi Preventif, yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.



6



-



Fungsi Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. - Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. - Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. - Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat kemampuan, dan kebutuhan individu (siswa). - Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama. 3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Komprehensif Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsepkonsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut: Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut: -



Bimbingan dan Konseling diperuntukkan bagi semua individu (guidance is for all individuals) - Bimbingan dan Konseling bersifat individualisasi Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya) - Bimbingan dan Konseling menekankan hal yang positif. - Bimbingan dan Konseling Merupakan Usaha Bersama. sekolah. Mereka sebagai team work terlibat dalam proses bimbingan. - Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan Konseling. - Bimbingan dan Konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. 4. Bidang Bimbingan dan Konseling Komprehensif Bimbingan dan Konseling Komprehensif terbagi menjadi tiga bidang bimbingan, yaitu: - Bidang Bimbingan Akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik.



7



-



Bidang Bimbingan Sosial Pribadi, Bimbingan sosial-pribadi merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi. - Bidang Bimbingan Karir Bimbingan karir, yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir  Komponen Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen layanan, yaitu: a. Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling. Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Secara rinci tujuan layanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar: -



Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama), - Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, - Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan - Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. b. Layanan Responsif Bimbingan dan Konseling. Layanan responsif bimbingan dan konseling merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Yang termasuk layanan responsif diantaranya adalah: -



Konseling individual, Konseling krisis, Konsultasi dengan orangtua, guru, dan Alih tangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam layanan responsif. c. Layanan Perencanaan Individual Bimbingan dan Konseling.



8



Layanan perencanaan individual bimbingan dan konseling ini diartikan proses bantuan kepada peserta didik agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman peserta didik secara mendalam dengan segala karakteristiknya, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki peserta didik amat diperlukan sehingga peserta didik mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus peserta didik. d. Layanan Dukungan Sistem Bimbingan dan Konseling Layanan dukungan sistem bimbingan dan konseling merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik.



2.2Hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif remaja dan implikasinya dalam bimbingan dan konseling A. Kecerdasan Emosi Kecerdasan emosi remaja disebabkan oleh kemampuan remaja untuk merasakan dan memahami emosi pada dirinya, peka terhadap emosi orang lain dalam menjalin hubungan dengan orang dan berinteraksi sosial serta dapat mengelola emosi yang dapat digunakan untuk membimbing pikiran untuk mengambil keputusan yang terbaik. Hal ini sesuai dengan pendapat Goleman (2015:55-57) yang menyatakan kecerdasan emosi meliputi kemampuan mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Dengan kecerdasan emosi, maka seseorang dapat menempatkan emosinya pada keadaan yang tepat, memilah kepuasan dan dapat mengatur suasana hati. Dengan demikian, individu yang memiliki kecerdasan emosi yang baik, apabila memiliki hubungan sosial yang matang, mudah berteman, jenaka, tidak mudah takut atau gelisah, mampu menyesuaikan diri dengan beban stres, serta memiliki kemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang-orang atau permasalahan, untuk mengambil tanggung jawab, dan memiliki pandangan moral. Salah satu keberhasilan dalam berkomunikasi adalah adanya rasa percaya diri (Dika, Syahniar & Marjohan, 2016). Hal ini menandakan bahwa dalam berkomunikasi siswa dapat diterima oleh orang lain, karena keberhasilan komunikasi sebagian besar dipengaruhi oleh kecerdasan emosi. Dengan adanya kecerdasan emosi maka individu akan 9



mampu dalam mengontrol emosi diri dan berusaha menjaga perasaan orang lain. Dengan demikian, perlu intervensi dari guru BK di sekolah dengan cara membina siswa melalui pengembangan diri pribadi dan sosialnya agar tidak mudah terjerumus ke dalam aksi yang mengarah kepada perilaku agresif dan semisalnya. Dalam menyikapi keadaan ini, guru BK di sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membantu siswa membina kemampuan dalam mempertahankan dan meningkatkan emosi dengan baik sehingga peluang untuk berperilaku agresif di kalangan siswa dapat diminimalisir. Dari uraian di atas secara umum kecerdasan emosi remaja berada pada kategori tinggi yang artinya remaja mampu mengendalikan kecerdasan emosi dengan baik dalam aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi diri sendiri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lain, maka remaja harus bisa mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan emosinya mengingat berbagai persoalan yang dihadapi remaja dalam berhubungan sosial. Untuk itu guru BK/Konselor sekolah diharapkan memberikan layanan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan remaja mampu agar mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan emosinya dengan baik. B. Perilaku Agresif Perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja disebabkan oleh banyak sekali faktor diantaranya agresi sebagai suatu dorongan, agresi sebagai suatu respon yang dipelajari, ekspresi agresif sebagai katarsis. Siswa merupakan remaja yang sedang berada pada periode peralihan dan rentan terjadinya perubahan dalam dirinya, salah satunya seperti ketidakseimbangan dan ketidakstabilan emosi, dalam arti prilaku negatif lebih mudah muncul. Hal ini sesuai dengan pendapat Elhesmi, S., Neviyarni, S., & Ibrahim, I (2013) bahwa pada masa remaja menunjukkan perubahan sikap dan prilaku anak. Perilaku negatif yang ditunjukkan remaja adalah perilaku agresif. Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai orang lain baik secara fisik ataupun psikis. Menurut Buss dan Perry (1992) aspek-aspek dalam prilaku agresif yang timbul pada individu yaitu agresi fisik, agresif verbal, kemarahan dan permusuhan. Dalam hal ini Guru Bimbingan dan Konseling (BK)/Konselor dapat berperan aktif dalam mencegah dan menangani perilaku agresif tersebut dengan menggunakan berbagai macam layanan BK dan kegiatan pendukung lainnya. Sebelum mencegah perilaku agresif sebaiknya Guru BK/Konselor mengetahui faktor yang menjadi penyebab terjadinya perilaku agresif tersebut. Selain untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya perilaku agresif, juga dapat dijadikan sebagai rancangan pembuatan program layanan BK yang akan diberikan oleh Guru BK/Konselor terhadap peserta didik.



10



Dari uraian di atas secara umum perilaku agresif remaja berada pada kategori sedang yang artinya sebagian besar remaja melakukan tindakan agresif baik secara fisik, verbal, kemarahan dan permusuhan. Tindakan agresif yang dilakukan remaja yaitu memukul, mendorong, menendang, menghina, memaki, memfitnah, dendam, iri hati, dengki dan lain sebagainya. Tindakan agresif remaja ini harus di atasi agar tidak terjadi kesalahan besar. Untuk itu remaja perlu dibimbing dan diberikan layanan yang tepat dan sesuai oleh guru BK/Konselor sekolah agar remaja mampu meminimalisir perilaku agresifnya terutama pada aspek permusuhan dan agresi fisik. C. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja Hubungan yang negatif signifikan ini dapat diartikan, semakin tinggi kecerdasan emosi maka tingkat perilaku agresif semakin rendah. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi maka tingkat perilaku agresif semakin tinggi. Menurut Goleman (2009:45) kecerdasan emosi merupakan kemampuan emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati, kemampuan berempati dan membina hubungan dengan orang lain. Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Guswani dan Kawuryan (2011) kecerdasan emosi merupakan salah satu faktor bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi perilaku agresif. Dengan demikian masih ada faktor yang lain yang mempengaruhi perilaku agresif seperti tekanan teman sebaya, pengaruh media kekerasan, faktor amarah, biologis, kesenjangan generasi, proses pendisiplinan yang keliru, frustasi, stress, provokasi, dan alkohol. Dayaksini & Hudaniah (2009:178) meyakini bahwa yang sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif adalah tujuan atau kesengajaan dalam melakukannya. Seseorang yang hendak berperilaku agresif berfikir bahwa peristiwa yang terjadi secara kebetulan menghasilkan perilaku agresif seseorang yang dengan sengaja menubruk orang lain sehingga orang itu kehilangan keseimbangan dan jatuh, maka perilaku orang tersebut dapat dikatakan sebagai perilaku agresif. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa indikasi yang cerdas secara emosi adalah dapat mereka yang dapat memahami terlebih dahulu situasi yang sedang dihadapinya sebelum bertindak, mereka tidak akan bereaksi seperti anak-anak yang cenderung lebih mengedepankan emosinya ketimbang pemikiran. Namun tidak jarang di sekolah, sebagian remaja lebih mengedepankan emosi negatifnya dalam menghadapi situasi yang kurang menguntungkan baginya, seperti marah ketika kesal terhadap teman, berkatakata kasar, bahkan ada yang merusak benda disekitarnya. Sehingga remaja yang belum mampu mengelola kecerdasan emosinya mudah terjerumus ke dalam perilaku negatif seperti agresif. Dalam menyikapi keadaan ini, guru BK di sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membantu remaja membina kemampuan dalam mengelola kecerdasan emosinya dengan baik sehingga peluang berperilaku agresif di kalangan siswa dapat diminimalisir.



11



Berdasarkan uraian di atas terdapat hubungan yang negatif signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif remaja. Artinya semakin tinggi kecerdasan emosi remaja maka semakin rendah tingkat perilaku agresif remaja. Hal ini dapat terjadi karena kecerdasan emosi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku agresif remaja, tetapi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi perilaku agresif remaja. Jadi guru BK/Konselor sekolah mempunyai peranan penting di sekolah untuk mencegah timbulnya perilaku agresif dikalangan remaja dengan cara mengendalikan kecerdasan emosi remaja dengan baik, dan faktor-faktor lain yang dapat memicu terjadinya perilaku agresif remaja. Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling Materi layanan yang dapat diberikan yaitu: bagaimana cara memahami penyebab timbulnya emosi dalam diri remaja, cara meningkatkan kepercayaan diri remaja, cara mengendalikan emosi, kiat-kiat meningkatkan motivasi berprestasi remaja, pengenalan tentang macam-macam emosi dan upaya penanggulangannya, kemampuan dalam berkomunikasi, pengenalan tentang kekuatan dan kelemahan diri serta upaya pengembangan dan penanggulangannya, cara berkomunikasi yang efektif dalam pergaulan, dampak yang ditimbulkan dari agresi fisik, cara meredam kemarahan, cara menghindari sikap iri dan dengki dalam diri, dampak yang dtimbulkan dari agresi fisik baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, dan bahaya yang ditimbulkan dari sikap permusuhan, cara menghindari perilaku agresi fisik, komunikasi yang positif antar remaja, penanggulangan kemarahan dalam diri, kiat menghindari sikap iri hati dan dengki, cara meminimalisir agresi fisik remaja, cara menghindari komunikasi negatif, serta cara mengelola emosi dengan baik agar tidak timbul kemarahan dan rasa iri hati dan dengki terhadap orang lain. Dari uraian di atas materi layanan tersebut dapat diberikan oleh guru Bk melalui jenis layanan sebagai berikut. a. Layanan Informasi Prayitno dan Erman Amti (2004:259) menyatakan bahwa layanan informasi merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada individu tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Adapun materi layanan yang dapat diberikan yaitu sebagai berikut: (1) untuk mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan emosi remaja materi layanan informasi yang dapat diberikan yaitu: bagimana cara memahami penyebab timbulnya emosi dalam diri remaja, cara meningkatkan kepercaya diri remaja, cara mengendalikan emosi, kiat-kiat meningkatkan motivasi berprestasi remaja, (2) untuk meminimalisir perilaku agresif remaja materi layanan informasi yang dapat diberikan yaitu: komunikasi yang positif, dampak yang dtimbulkan dari agresi fisik, cara meredam kemarahan, cara menghindari sikap iri dan dengki dalam diri. 12



b. Layanan Konseling Individual Layanan konseling individual menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:288) merupalan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang mana terdapat hubungan langsung secara tatap muka antara konselor dengan klien dalam proses konseling. Pada layanan ini konselor membantu klien untuk mengentaskan permasalahan yang dialami oleh klien. Dalam hal ini, layanan konseling individual dapat diberikan kepada remaja sebagai berikut: (1) untuk mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan emosi remaja materi layanan konseling perorangan yang dapat diberikan yaitu: pengenalan tentang macam-macam emosi dan upaya penanggulangannya, kemampuan dalam berkomunikasi, pengenalan tentang kekuatan dan kelemahan diri serta upaya pengembangan dan penanggulangannya, (2) untuk meminimalisir perilaku agresif remaja materi layanan konseling perorangan yang dapat diberikan yaitu: dampak yang dtimbulkan dari agresi fisik baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, dan bahaya yang ditimbulkan dari sikap permusuhan. Dorongan untuk berperilaku agresif yang dimiliki remaja haruslah dientaskan oleh guru BK/Konselor yang mana jika perilaku agresif siswa tidak segera dientaskan maka akan membahayakan diri sendiri dan orang lain yang menjadi subjek perilaku agresif remaja tersebut. c. Layanan Bimbingan Kelompok Layanan bimbingan kelompok menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:309) merupakan layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok. Layanan bimbingan kelompok memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan atau topik tertentu untuk perkembangan dirinya. Dengan bimbingan kelompok ini, guru BK/Konselor bisa memberikan topik bahasan terkait dengan kecerdasan emosi dan perilaku agresif remaja sebagai berikut: (1) untuk mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan emosi remaja materi layanan bimbingan kelompok yang dapat diberikan yaitu: cara mengendalikan emosi, cara meningkatkan kepercayaan diri, cara berkomunikasi yang efektif dalam pergaulan, dan (2) untuk meminimalisir perilaku agresif remaja materi layanan konseling perorangan yang dapat diberikan yaitu: cara menghindari perilaku agresi fisik, komunikasi yang positif antar remaja, penanggulangan kemarahan dalam diri, dan kiat menghindari sikap iri hati dan dengki. d. Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:311) merupakan layanan konseling perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok. Melalui adanya dinamika interaksi sosial yang terjadi antara anggota kelompok, masalah yang dialami oleh masing-masing individu anggota kelompok dicoba untuk dientaskan. Dalam konseling 13



kelompok ini, Guru BK/Konselor dan siswa bisa bersama-sama membantu menyelesaikan permasalahan yang mengganggu siswa. Materi layanan konseling kelompok yang dapat diberikan yaitu memahami penyebab timbulnya emosi, cara meminimalisir agresi fisik remaja, cara menghindari komunikasi negatif, cara mengelola emosi dengan baik agar tidak timbul kemarahan dan rasa iri hati dan dengki terhadap orang lain. Jadi melalui semua layanan tersebut guru BK memiliki peran yang sangat penting dalam membantu remaja dalam mengelola kecerdasan emosinya dengan baik sehingga peluang untuk berperilaku agresif dikalangan remaja dapat diminimalisir.



2.3Kajian pustaka 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Menurut pandangan kita layanan adalah suatu tindakan sukarela dari satu pihak ke pihak lain dengan tujuan hanya sekedar membantu atau adanya permintaan kepada pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya.Maka dari itu, layanan atau pelayanan itu sendiri secara umum menurut Purwadarminta adalah menyediakan segala apa yang dibutuhkan orang lain. Bimbingan dan konseling terdiri dari dua kata yakni bimbingan dan konseling. Kedua memiliki pengertian yang berbeda-beda akan tetapi keduanya saling berhubungan. Adapun bimbingan secara istilah dapat didefinisikan  Dewa Ketut Sukardi, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus tercapai dalam sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dalam penyesuaian diri di lingkungan.  Koestoer Partowisastro, bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seorang kepada seseorang agar memperkembangkan potensi potensi yang dimilikinya mengenai dirinya sendiri.  Menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. 2. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling



14



Tujuan pelayanan dasar bimbingan ini bertujuan untuk membantu semua peserta didik agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh dasar keterampilan hidupnya atau dengan kata lain membantu peserta didik agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan layanan bimbingan konseling secara umum dan khusus adalah sebagai berikut : a) Tujuan umum  Agar siswa dapat memperkembangkan pengertian dan pemahaman dirinya untuk mencapai kemajuan sekolah.  Agar siswa dapat memperkembangkan pengetahuan tentang dunia kerja, kesempatann kerja, serta rasa tanggung jawab dalam meraih peluang dan memilih dalam suatu kesempatan kerja tertentu.  Agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan unuk memilih, dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi yang ada.  Agar siswa dapat mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga orang lain. b) Tujuan khusus  Agar para siswa dapat memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri.  Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungan.  Agar para siswa dapat mengatasi dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah.  Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya. 3. Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling Fungsi layanan bimbingan dan konseling diambil dari buku Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur Pendidikan Formal (ABKIN, 2008: 200) yaitu sebagai berikut: a) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungan (pendidikan, pekerjaan, dan norma-norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseling diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan secara dinamis dan konstruktif.



15



b) Fungsi fasilitas, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli. c) Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. d) Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan, atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu kerja sama dengan pendidikan lainnya di dalam meupun di luar lembaga pendidikan. e) Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan kepala sekolah dan staf, konselor dan tutor untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun, menyusun materi, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuoan dan kecepatan konseling. f) Fungsi pencegahan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang muingkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya sendiri. g) Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola pikir yang sehat, rasional, dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normative. h) Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek sosial-pribadi, belajar, dan karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching.



16



i) Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercapai dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, kreatif, dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli. j) Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih produktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personil pendidikan paket B setara SMP lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat, dan karya wisata.20 4. Prinsip Layanan Bimbingan dan Konseling Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai landasan bagi pelayanan bimbingan dan konseling.Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofi tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun luar sekolah. Pinsip-prinsip itu sebagai berikut : a) Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua klien. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua klien, baik yang tidak bermasalah maupunn yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupunn dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif) dan lebih diutamakan teknik kelompok dari perseorangan. b) Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap klien bersifat unik (berbeda satu sama lainnya) dan memulai bimbingan klien dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini berarti bahwa yang menjadi focus sasaran bantuan adalah klien, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok. c) Bimbingan dan konseling menekankan hal yang positif. Dalam kenyataannya masih ada klien yang memiliki presepsi yang



17



negative terhadap bimbingan dn konseling, karena bimbingan dan konseling dipandang sebagai satu cara yang menekankan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan dan konseling sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan dan konseling merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang. d) Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereke bekerja sebagai team work. e) Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan membantu klien agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan dan konseling memiliki peran untuk memberikan informasi dan nasihat kepada klien, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan klien diarahkan oleh tujuannya dan bimbingan memfasilitasi klien untuk mempertimbangkan, meneysuaikan diri dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan mengembangkan kemampuan klien untuk memecahkan masalahnya dan mengembalikan keputusan. f) Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah saja, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan, lembaga pemerintahan, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribasi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan. 5. Asas-asas Layanan Bimbingan dan Konseling a. Asas kerahasiaan Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan siwa (klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu data yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benarbenar terjaga. b. Asas kesukarelaan



18



c.



d.



e.



f.



g.



h.



Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan siswa (klien) mengikuti layanan yang diperuntukkan baginya. Guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu. Asas keterbukaan Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan bersikap terbuka dan tidak berpura pura, baikk dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan siswa (klien). Agar mau terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidek berpura-pura.Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan kesukarelaan. Asas kegiatan Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan bimbingan. Guru pembimbing harus mendorong dan memotivasi siswa untuk aktif salam setiap layanan yang diberikan kepadanya. Asas kemandirian Asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan konseling yaitu siswa (klien) seabagai sasaran layanan bimbingan konseling diharapkan menjadi individu yang mandiri, dengan cirri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, maupun mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan konseling bagi perkembangan kemandirian siswa (klien). Asas kekinian Asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan konseling yakni permasalahan yang dihadapi siswa adalah dalam kondisi sekarang. Adapun kondisi masa lampau dan masa depan dilihat siswa (klien) pada saat sekarang. Asas kedinamisan Asas kedinamisan menghendaki agar isi layanan sasaran hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya sendiri waktu ke waktu. Asas keterpaduan Asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan konseling baik yang dilakukan oleh guru pembimbing



19



maupun pihak lain saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Dalam hal ini kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan konseling menjadi amta penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya. i. Asas alih tangan kasus Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan siswa (klien) dapat mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima hali tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain,, atau ahli lain. Demikian pula sebaliknya guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten baik yang di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah. j. Asas tut wuri handayani Asas ini menunjukkan bawa suasana umum yang hendaknya tercapai dalam rangka hubungan keseluruhan antara pembimbing dan yang terbimbing. Lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas ini makin dirasakan manfaatnya, dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodo, ing madya mbangun karso.”Asas ini menuntut agar layanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada waktu siswa mengalami masalah dan menghadap pembimbing saja, namun di luar hubungan kerja kebimbingan dan konselingan pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya. 6. Program layanan bimbingan dan konseling a) Empat bidang layanan bimbingan dan konseling Secara umum tujuan dari pada adanya bantuan layanan bimbingan dan konseling adalah uoaya untuk membantu siswa. Guna menemukan pribadinya dan memahami potensi yang terdapat dalam dirinya sebagai modal untuk mengembangkan diri Kemudian empat bidang bimbingan semestinya menjadi program kerja bagi kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Misalnya:  Bimbingan pribadi  Bimbingan sosial  Bimbingan belajar  Bimbingan karier Untuk masing-masing bidang tersebut, digunakan bagi setiap siswa baik SD, SLTP, SMU/SMK yang mana semua dijelaskan butir-butir materi pokok pada bidang-bidang bimbingan khusus bagi SMU/SMK saja, sebagaimana tertera pada daftar berikut:



20



1) Bidang pribadi  Pada bidang bimbingan pribadi ini berguna untuk membantu siswa dalam menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan sehat jasmani dan rohaninya.  Pemantapan sikap dan adanya pembiasaan serta pengembangan wawasan atau pengetahuan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.  Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri serta mengembangkannya guna kegiatan-kegiatan yang mengandung unsur kreatif dan produktif, baik didalam kehidupan sehari-hari ataupun untuk perannya dimasa yang akan datang.  Pemantapan pemahaman tentang kekurangan ataupun bahkan kelemahan diri dan menemukan usaha untuk menanggulanginya.  Pemantapan tentang kemampuan dalam menngambil semua keputusan.  Kemantapan kemampuan untuk mengarahkan diri yang sesuai dengan keputusan yang telah diambil.  Pemantapan pada perencenaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohani dan jasmani. 2) Bidang sosial  Pemantapan kemampuan cara berkomunikasi, baik melalui ragam lisan ataupun tulisan secara efektif.  Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan sebuah pendapat dan beragumentasi secara dinamis, kreatif, dan produktif.  Pemahaman kemampuan bertingkah laku dan menjalin hubungan sosial, baik dirumah, sekolah maupun didalam masyarakat luas dengan menunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat, hukum, ilmu, dan kebiasaan yang berlaku.  Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif dengan teman sebaya disekolah atupun dimasyarakat.  Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta cara pelaksanaannya secara dinamis dan bertangung jawab.  Orientasi tentang hidup berkeluarga.  Bidang bimbingan belajar 7. Aplikasi instrument bimbingan dan konseling a. Pengertian



21



Aplikasi instrument layanan bimbingan dan konseling adalah kegiatan pendukung. Layanan bimbingan dan konseling yang mengandung manfaat untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik. Adapun pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrument, baik tes maupun non-tes. b. Tujuan Aplikasi instrument layanan bimbingan dan konseling mempunyai tujuan untuk mengumpulkan data dan keterangan peserta didik dan lingkungannya. Unntuk mengumpulkan data dan keterangan dapat dilakukan dengan cara berbagai instrument baik tes maupun non-tes. Hasil pengumpulan data tersebut dpat digunakan dalam setiap kegiatan layanan bimbingan dan konseling. c. Fungsi Untuk fungsi dari aplikasi instrument layanan bimbingan dan konseling adalah fungsi pemahaman. d. Materi umum aplikasi instrument  Pembiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.  Kondisi mental dan fisik siswa, pengendalian terhadap diri sendiri.  Kemampuan pengenalan lingkungan dan hubungan sosial.  Tujuan, sikap dan kebiasaan, keterampilan dan kemampuan belajar.  Informasi karier dan pendidikan.  Kondisi keluarga dan lingkungan.



22



BAB III Penutup 3.1Kesimpulan Menurut Edward C. Glanz (1964) dalam sejarah perkembangan pelayanan bimbingan di institusi pendidikan muncul 4 pola dasar yang diberi nama 1.Pola generalis. Segi positif dari pola dasar ini adalah tekanan yang diberikan pada perhatian terhadap perkembangan optimal masing-masing siswa dan pada partisipasi semua tenaga kependidikan dalam program kegiatan bimbingan. Kelemahannya adalah terdapat persebaran pelayanan bimbingan yang luas, dengan melibatkan banyak pengajar. 2. Pola spesialis berasaskan keyakinan, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh para ahli bimbingan yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu seperti testing psikologis, bimbingan karier, dan bimbingan konseling. Segi positif pola dasar ini adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada siswa bermutu tinggi. 3. Pola kurikuler berasaskan keyakinan, bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan diusulkan dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pengajaran khusus dalam rangka kursus bimbingan. Segi positif dari pola ini adalah hubungan yang lebih dekat dengan staf pengajar, karena semua tenaga bimbingan langsung terlibat dalam seluk beluk pengajaran. 4. Pola relasi-relasi manusia dan kesehatan mental berasaskan keyakinan, bahwa seseorang akan lebih hidup bahagia apabila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain. Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas, ketidakjelasan pola yang harus diterapkan berdampak pada buruknya citra bimbingan dan konseling, sehingga melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan BK, munculnya persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK, berbagai kritikan muncul sebagai wujud kekecewaan atas kinerja Guru Pembimbing sehingga terjadi kesalahpahaman, persepsi negatif dan miskonsepsi berlarut. Sejak tahun 1993 penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah memperoleh perbendaharaan istilah baru, yaitu BK Pola-17 (Prayitno, 2004: i). BK Pola-17 merupakan pola dasar dalam BK yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Jika pola 17 bimbingan konseling dapat dilaksanakan maksimal, terprogram dan berkualitas dapat menunjang hasil belajar siswa. Pelaksanaan bimbingan konseling pola 17 dapat maksimal apabila dalam kurikulum diberikan alokasi waktu minimal 1 jam pelajaran sehingga empat bidang bimbingan, delapan layanan, lima kegiatan pendukung dapat diberikan pada seluruh siswa dan bukan pada siswa yang bermasalah saja. Bimbingan Konseling komprehensif adalah suatu program pendidikan di



23



sekolah yang diberikan oleh konselor sebagai penanggungjawab dan pelaksana program bimbingan konseling di sekolah. Bimbingan konseling komprehensif yang telah dikenalkan sekarang ini adalah program bimbingan konseling yang bertujuan untuk memandirikan peserta didik. Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan dan Konseling menekankan hal yang positif. Bimbingan dan Konseling Merupakan Usaha Bersama. Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen layanan, yaitu: layanan dasar bimbingan dan konseling, layanan responsif bimbingan dan konseling, layanan perencanaan individual bimbingan dan konseling, dan layanan dukungan sistem Bimbingan dan Konseling. Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Layanan responsif bimbingan dan konseling merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Layanan Perencanaan Individual Bimbingan dan Konseling. Layanan perencanaan individual bimbingan dan konseling ini diartikan proses bantuan kepada peserta didik agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Layanan dukungan sistem bimbingan dan konseling merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta didik atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik.



24



Daftar Pustaka http://bk13006-wastitiadiningrum.blogspot.com/2014/12/jenis-jenisbimbingan-dan-pola-dasar.html?m=1 https://utariyahya95.wordpress.com/2014/04/23/bk-pola-17-dan-bkkomprehensif/ http://indonesiakonselor.blogspot.com/2012/12/lahirnya-bk-pola-17plus.html?m=1 http://neilcl.blogspot.com/2012/05/bk-komprehensif.html?m=1 https://bksmkmsumpiuh.wordpress.com/bk-komprehensif/ https://www.materikonseling.com/2021/03/bimbingan-dan-konselingkomprehensif.html?m=1 Munawar, Nyani (2016) Hubungan layanan bimbingan dan konseling dengan kedisiplinan peserta didik di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 13 Surabaya.  Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. Illahi Ulya, Neviyarni Neviyarni. DKK. 2018. Hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif remaja dam implikasinya dalam bimbingan dan konseling. Vol 3, No 2.



25



Lampiran No



Nama



NIM



1



Meisarah



2005126273



Tugas dalam Kelompok PPT



2



Silvi Wiliya Asiva



2005126493



Makalah



3



Uswatun Hasanah Hasibuan



2005114134



Makalah dan pertanyaan



Soal pilihan ganda 1. Bimbingan dan Konseling Komprehensif terbagi menjadi tiga bidang bimbingan, yaitu... a. Bidang bimbingan akademik, bidang bimbingan sosial pribadi, dan bidang bimbingan karir b. Bidang bimbingan akademik, bidang bimbingan karir, bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi c. Bidang bimbingan informasi, bidang bimbingan kelompok, dan bidang bimbingan akademik d. Bidang bimbingan belajar, bidang bimbingan sosial, dan bidang bimbingan politik e. Bidang bimbingan politik, bidang bimbingan edukasi, dan bidang bimbingan sosial 2. Pola generalis berasaskan keyakinan, bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas usaha belajar siswa merupakan pengertian pola dasar yaitu... a. Pola kurikuler b. Pola instrumental c. Pola generalis d. Pola spesialis e. Pola 17 plus i. ii. iii. iv. v.



Fungsi pemahaman Fungsi pencegahan Fungsi perbaikan Fungsi sosial Fungsi Preventif



3. Dari pernyataan diatas sebutkan fungsi butir-butir pokok BK Menurut Prayitno (2004: i-ii) dalam pola 17 Plus adalah...



26



a. b. c. d. e.



(i),(v),(iii) (i),(ii),(iii) (i),(ii),(iv) (iii),(iv),(ii) (ii),(i),(v)



4. Tujuan bimbingan dan konseling komprehensif dalam pemberian layanan bimbingan ialah agar individu dapat... a. Memberikani hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin c. Mengenal dan memahami peluang kerja yang ada di lingkungannya d. Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya e. Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. 5. Menurut Prayitno (2004: i-ii) butir-butir pokok BK Pola-17 Plus salah satunya adalah kegiatan pendukung, kemudian kegiatan pendukung terbagi lagi menjadi beberapa bagian, kecuali... a. Aplikasi instrumentasi b. Alih tangan kasus c. Konferensi kasus d. Penyaluran bakat e. Terapi kepustakaan 6. Suatu layanan bimbingan konseling yang bertujuan mengatasi masalah klien adalah a. b. c. d. e.



Layanan penempatan Layanan orientasi Layanan informasi Layanan konseling Layanan permasalahan



7. Menurut Dewa Ketut Sukardi secara istilah bimbingan adalah... a. suatu tindakan sukarela dari satu pihak ke pihak lain dengan tujuan hanya sekedar membantu atau adanya permintaan kepada pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya b. suatu proses pemberian bantuan yang terus tercapai dalam sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dalam penyesuaian diri di lingkungan c. suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai 27



kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya d. bantuan yang diberikan oleh seorang kepada seseorang agar memperkembangkan potensi potensi yang dimilikinya mengenai dirinya sendiri e. suatu petunjuk atau penjelasan cara untuk mengerjakan sesuatu 8. Kecerdasan emosi remaja disebabkan oleh... a. kemampuan remaja untuk merasakan dan memahami emosi pada dirinya b. peka terhadap emosi dirinya sendiri dalam menjalin hubungan dengan orang c. interaksi orang sekitar yang dapat membimbing pikiran untuk mengambil keputusan yang terbaik d. pengaruh lingkungan sekitar yang mampu membentuk karekter e. tekanan orang tua yang mewajibkan seorang anak untuk belajar 9. Menurut Dika, Syahniar & Marjohan, 2016 salah satu keberhasilan dalam berkomunikasi adalah adanya a. rasa percaya diri b. rasa sopan santun c. rasa hormat kepada orang tua d. rasa ingin tahu e. rasa persaudaraan 9. Aspek-aspek dalam prilaku agresif yang timbul pada individu yaitu agresi fisik, agresif verbal, kemarahan dan permusuhan merupakan pernyataan dari... a. Buss dan Perry b. Edward C. Glanz c. Prayitno d. Goleman e. Dayaksini & Hudaniah 10. Pengertian bimbingan soaial dari pola 17 plus adalah... a. bidang layanan pengembangan kemampuan mengatasai masalahmasalaah pribadi dan kepribadian, berkenaan dengan aspek-aspek intelektual, afektif dan motorik b. bidang layanan pengembangan kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah social, dalam kehidupan keluarga, disekolah, maupuin di masyarakat juga upaya dalam berinteraksi dengan masyarakat c. bidang layanan yang merencanakan dan mempersiapkan masa depan karier peserta didik d. bidang layanan untuk mengoptimalkan perkembangan dan mengatasi masalah dalam proses pembelajaran 28



e. bidang layanan untuk memilih dan menganut kepercayaan sesuai dengan dirinya. 11. Bimbingan dan konseling komprehensif atau disebut juga... a. bimbingan dan konseling pertumbuhan b. bimbingan dan konseling pendukung c. bimbingan dan konseling perkembangan d. bimbingan dan konseling sosial e. bimbingan dan konseling terstuktur 12. Berikut asas-asas dalam layanan bimbingan dan konseling, kecuali... a. Asas kerahasiaan b. Asas kesukarelaan c. Asas keterbukaan d. Asas kemanusiaan e. Asas kekinian 13. Materi layanan yang dapat diberikan oleh guru Bk melalui jenis layanannya adalah sebagai berikut, kecuali a. Layanan Informasi b. Layanan Konseling Individual c. Layanan Bimbingan Kelompok d. Layanan Konseling Kelompok e. Layanan Bimbingan Mandiri 14. Salah satu tujuan layanan bimbingan konseling secara umum adalah sebagai berikut... a. Agar siswa dapat mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga orang lain b. Agar para siswa dapat memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri. c. Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungan. d. Agar para siswa dapat mengatasi dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah. e. Agar siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyalurkan potensi-potensi yang dimilikinya. 15. Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan siswa dapat mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli merupakan pengertian dari asas... a. Asas keterpaduan b. Asas kedinamisan



29



c. Asas kekinian d. Asas alih tangan kasus e. Asas sosial



30