5 0 502 KB
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pecahnya selaput ketuban merupakan bagian integral dari proses kelahiran
normal dan abnormal. Pecahnya selaput ketuban sebelum timbulnya kontraksi (ketuban pecah dini/PROM dan ketuban pecah dini preterm/PPROM) menimbulkan kesulitan pada 10% kehamilan, sebanyak 3% wanita hamil dengan usia kandungan 169 x/menit, leukosit > 15.000, air ketuban yang berbau dan terjadi perlunakan uterus. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara gejala dengan infeksi intreuterin (Gjoni, 2006) Tabel 2.2. Frekuensi gejala dihibungkan dengan infeksi intra uterin NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
GEJALA Temperatur Denyut jantung ibu Denyut jantung janin Hitung darah putih Hitung darah putih Air ketuban yang berbau Perlunakan uterus
>37,8 oC >100 x/menit >169 x/menit >15.000 >20.000
FREKUENSI (%) 100 20-80 40-70 70-90 3-10 5-22 4-25 (Gjoni, 2006)
6. Deteksi infeksi cairan amnion dilakukan dengan amniosentesis. 7. Pemeriksaan penunjang a. Pemerksaan laboratorium
19
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. Tes lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7.5. Darah dan infeksi vagina dapat meghasilkan tes
yang positif palsu Mikroskopis (tes pakis) dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion.Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sedehana. 2.8
Komplikasi Komplikasi PPROM: 1. Persalinan prematur PPROM merupakan penyebab pentingnya persalinan premature dan prematuritas janin. Setelah ketuban pecah biasanya diikuti dengan persalinan. Pada kasus ketuban pecah dini preterm biasanya 50% persalinan akan terjadi dalam kurun waktu 24 jam 2. Infeksi fetal/neonatal Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis 3. Infeksi maternal Resiko terjadinya ascending infection akan lebih tinggi jika persalinan dilakukan setelah 24 jam onset pecahnya ketuban. Infeksi pada ketuban pecah dini preterm lebih tinggi dibandingkan ketuban pecah dini aterm. Infeksi pada ibu biasanya adalah korioamnionitis, sementara umumnya, korioamnionitis terjadi sebelum janin terinfeksi 4. Kompresi tali pusat/ prolaps
20
Pecahnya ketuban dapat menyebabkan terjadinya oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Insiden prolaps tali pusat (cord prolapse) akan meningkat bila dijumpai adanya malpresentasi. Terdapat
hubungan
antara
terjadinya
gawat
janin
dengan
derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, semakin gawat janinnya 5. Failed induction resulting in cesarean section 6. Pulmonary hypoplasia (early, severeoligohydramnions) 7. Fetal deformation Ketuban pecah dini yang terjadi pada kehamilan preterm atau aterm menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan yang disebabkan oleh kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasia pulmonal. Hipoplasia pulmonal janin sangat mengancam janin, khususnya pada kasus oligohidramnion (Soewarto, 2010). 2.9
Penatalaksanaan Tujuan utama dari penatalaksanaan PPROM adalah keselamatan neonates
pada usia gestational ketika selaput ketuban ruptur, karena itulah penatalaksanaan PPROM tergantung pada usia kehamilan. Penanganan berdasarkan usia kehamilan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Penanganan konservatif Rawat di rumah sakit, berikan: Antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila alergi terhadap
ampisilin) selama 7 hari Metronidazol 2x500 mg selama 7 hari (Soewarto, 2010)
Jika usia kehamilan:
5: Induksi persalinan (Soewarto, 2010)
23
2.10
Medikasi 1. Kortikosteroid Pemberian kortikosteroid dapat menekan morbiditas dan mortalitas perinatal
pasca ketuban pecah dini preterm. Kortikosteroid juga menekan resiko terjadinya sindrom distress pernafasan (20–35,4%), hemoragi intraventrikular (7,5–15,9%), enterokolitis nekrotikans (0,8–4,6%). Rekomendasi sebagian besar menggunakan betamethason (celestone) intramuscular 12 mg setiap 24 jam selama 2 hari. National Institute of Health merekomendasikan pemberian kortikosteroid sebelum masa gestasi 30–23 minggu, dengan asumsi viabilitas fetus dan tidak ada infeksi intra amniotik.Pemberian kortikosteroid setelah masa gestasi 34 minggu masih kontroversial dan tidak direkomendasikan kecuali ada bukti immaturitas paru melalui pemeriksaan amniosentesis (Danielsson, 2009; Medina, 2006) 2. Antibiotik Pemberian antibiotik pada pasien ketuban pecah dini dapat menekan infeksi neonatal dan memperpanjang periode latensi. Sejumlah antibiotik yang digunakan meliputi ampisilin 2 gram dengan kombinasi eritromisin 250 mg setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti pemberian amoksisilin 250 mg dan eritromisin 333 mg setiap 8 jam untuk lima hari. Pasien yang mendapat kombinasi ini dimungkinkan dapat mempertahankan kandungan selama 3 minggu setelah penghentian pemberian antibiotik setelah 7 hari (Medina, 2006). 3. Agen Tokolitik Pemberian agen tokolitik diharapkan dapat memperpanjang periode latensi namun tidak memperbaiki luaran neonatal. Tidak banyak data yang tersedia mengenai pemakaian agen tokolitik untuk ketuban pecah dini. Pemberian agen tokolitik jangka panjang tidak diperkenankan dan hingga kini masih menunggu hasil penelitian lebih jauh (Medina, 2006).
24
(Medina, 2006) Gambar 2.2 Algoritma penatalaksanaan ketuban pecah dini preterm
25
BAB III LAPORAN KASUS 3.1
Identitas Pasien Nama Pasien No Register Usia Alamat Pekerjaan Pendidikan terakhir Tanggal MRS Status obstetric
: Ny. S. A. : 11182xx : 30 tahun : Jl. MT. Haryono Gg XII N/8 Lowokwaru : Ibu rumah tangga : 12 tahun : 19 Juli 2011 jam 11.30 WIB. : Wanita/30 tahun/ menikah 1x, 6 tahun/ G 3 P2002 Ab000
gr 28-30 minggu T-H / AT 12 th / HPHT: 30 Desember 2010. 3.2
Subjektif Keluhan utama : Kenceng-kenceng dan keluar cairan dari jalan lahir 18 Juli 2011 jam 16.30, pasien merasa keluar cairan dari jalan lahir disertai kenceng-kenceng. Pada jam 17.30, pasien pergi ke RSI dan dikonsulkan ke
Sp. OG dan di-AP konservatif. 19 Juli 2011 jam 09.00, pasien merasa kenceng-kenceng dan dilakukan USG, ternyata didapatkan ketuban minimal setelah itu dilakukan VT, didapatkan pembukaan 2 cm dan direncanakan dilahirkan karena pasien ikut jampersal
lalu pasien dirujuk ke RSSA untuk melahirkan. Riwayat keputihan (+) selama masa kehamilan, fluor berwarna putih kental,
gatal dan berbau Riwayat anyang-anyangan (-), Alasan dirujuk: G3 P2002 Ab000 hamil 28-30 minggu + KPD + 12 jam Pengobatan pendahuluan di luar RSSA dilakukan pada tanggal 18 Juli 2011
dengan medikasi: IVFD RL Inj. Gentamycin 2 x 80 mg (18.00 dan 06.00) Profenid supp. Inj. Dexametason 16 mg I.V (19.00) Riwayat Persalinan: 1. Aterm/?/ Sptb/ dukun/ perempuan/ 15 tahun/ hidup 2. Aterm/2500 gram/ Sptb/ RSSA/ Laki-laki/ 12 tahun/ hidup 3. Hamil ini Riwayat kehamilan sekarang
26
ketuban pecah tanggal 18 Juli 2011 jam 16.30 Kontrasepsi sebelum hamil ini: (-) 3.3 3.3.1
Objektif Status interna KU : baik, compos mentis TB : 155 cm BB : 50 kg TD : 120/80 Nadi : 88 x/menit Tax : 36,6 oC Trec : 36,8 oC K/L : an (-), ict (-) Cor/pulmo : S1S2 single murmur (-) gallop (-) / vesicular, rh (-), wh (-) Abdomen : BU (+) N Ekstirimitas : edema (-) cyanosis (-)
3.3.2
Status Obstetri TFU : 29 cm Letak janin : bujur BJA : 12.12.11 TBJ : 1085 gram His : 10.3.30 Pembukaan : 2 cm, efficement: 100%, Hodge I, Ketuban : jernih Presentasi kepala, denominator UUK jam 3, UPD: dbn
3.3.3
NST ± normal Baseline rate : 130 bpm Variabilitas : 5-10 Akselerasi : (+) Deselerasi : (-)
3.3.4
Hasil laboratorium: DL: 9600/11,8/ 35,1/ 185.000
3.4
Assesment G3 P2002 Ab000 part 28-30 mgg T/H + Kala I fase laten + Partus prematurius + Riwayat PPROM + Primi tua sekunder
3.5
Planning
PDx PTx
: DL admission test : evaluasi 6 jam lagi (18.00) pro expectative pervaginam
27
PMo PEd
kondisi bayi yang masih sangat kecil) Kelahiran bayi
: VS, keluhan, DJJ, kemajuan persalinan : KIE (Kemungkinan bayi hidup setelah lahir sangat kecil karena
Bayi lahir hidup pada tanggal 19 Juli 2011 jam 20.09 dengan jenis kelamin perempuan, berat badan janin 1320 gram, panjang badan 37 cm, dan Apgar Score: 6-8 Tabel 3.5 Laporan Kemajuan Persalinan Tgl 19-72011
Jam
Subjective
Objective
kenceng dan keluar cairan dari jalan lahir
12.00 Kenceng-
KU baik, CM TB 155 cm BB 50 kg TD 120/80 Nadi 88x/mnt Tax 36,6oC Trect 36,8oC K/L ed -|- ict -|Cor/pulmo dbN Ekstremitas ed =|
Assessment G3P2002Ab000 part
cm,
efficement
100%, H I Presentasi
PDx
:
DL
28-30 admission test
mgg
T/H
Kala
I
+ PTx
:
fase evaluasi 6 jam
laten + Partus lagi
(18.00)
prematurius + pro Riwayat
expectative
PPROM
+ pervaginam
= ict =|= Primi TFU 29 cm sekunder Letak janin bujur U BJA 12.12.11 TBJ 1085 gram His 10.3.30/sk Pembukaan 2
Planning
tua PMo
:
VS,
keluhan, DJJ, kemajuan persalinan PEd
:
KIE
(Kemungkinan bayi
hidup
setelah
lahir
sangat
kecil
kepala,
karena kondisi
denominator
bayi
UUK jam 3, UPD
masih sangat
dbN NST ± normal: Baseline rate:
kecil) C
/senior
yang
28
130 bpm Variabilitas 10 Akselerasi Deselerasi Hasil
: 5:+ :-
laboratorium: DL: 9600/11,8/ 35,1/ 185.000 18.00 Kencengkenceng teratur
KU baik, CM TB 155 cm BB 50 kg TD 120/80 Nadi 88x/mnt Tax 36,6oC Trect 36,8oC K/L ed -|- ict -|Cor/pulmo dbN Ekstremitas ed =|
G3P2002Ab000 part
28-30 PTx
mgg
T/H
Kala
I
cm,
efficement
100%, H I-II Presentasi
::
+ evaluasi 2 jam
fase lagi
(20.00)
aktif + Partus pro prematurius + expectative Riwayat PPROM
= ict =|= Primi TFU 29 cm sekunder Letak janin bujur Ʉ BJA 12.11.12 TBJ 1085 gram His 10.3.30/sk Pembukaan Ǿ 4
PDx
pervaginam + PMo
:
tua Observasi VS, keluhan, DJJ, his, kemajuan persalinan PEd
:
KIE
(Kemungkinan bayi
hidup
setelah
lahir
sangat
kecil
kepala,
karena kondisi
denominator
bayi
UUK jam 2, UPD
masih sangat
dbN
kecil) C
/senior
yang
29
ingin mengejan Kenceng kenceng teratur
20.00 Ibu
KU baik, CM TB 155 cm BB 50 kg TD 120/80 Nadi 88x/mnt Tax 36,6oC Trect 36,8oC K/L ed -|- ict -|Cor/pulmo dbN Ekstremitas ed =|
G3P2002Ab000 part
28-30 PTx
mgg
T/H
Kala
II
Partus
lengkap, efficement 100%, H III+, ketuban (-)
jernih,
presentasi kepala, denominator UUK jam 1, UPD 20.04
dbN Lahir
bayi
perempuan/BB 1120 gr/37 cm/AS 6-8 .
::
Ibu
+ dipimpin + mengejan PMo
:
prematurius + Observasi VS, Riwayat
keluhan, DJJ,
PPROM
+ his, kemajuan
= ict =|= Primi TFU 29 cm sekunder Letak janin bujur Ʉ BJA 12.11.12 TBJ 1085 gram His 10.3.40/sk Pembukaan Ǿ
PDx
tua persalinan PEd
:
KIE
(Kemungkinan bayi
hidup
setelah
lahir
sangat
kecil
karena kondisi bayi
yang
masih sangat kecil) C
/senior
30
BAB IV PEMBAHASAN
Teori Data Kasus Penegakan diagnosis ketuban pecah Anamnesis: o tanggal 18 Juli 2011 jam 16.30, dini preterm diperoleh dari anamnesis, pasien merasa keluar cairan dari pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan jalan
penunjang. Ketuban Pecah Dini Preterm atau Preterm Premature Rupture of the
o
sebelum
mencapai 37 minggu.
usia
kenceng. HPHT: 30
disertai
kenceng-
Desember
2010,
taksiran persalinan 6 Oktober 2011
Membran (PPROM) adalah pecahnya ketuban
lahir
~ umur kehamilan 28-30 minggu.
kehamilan
Pemeriksaan Fisik: o
Pemeriksaan
dalam:
pada
VT
didapatkan cairan ketuban jernih Pemeriksaan Penunjang:
Etiologi: o o o o o o o
o Tes Lakmus: + o USG: Maturasi grade I-II Riwayat Infeksi saluran
kemih
Infeksi langsung atau ascenden (demam, anyang-anyangan, nyeri Inkompeten serviks supra/retropubik, dysuria): Tekanan intrauterine yang Riwayat infeksi genitalia: (+) ditandai berlebihan denga adanya riwayat keputihan Trauma selama masa kehamilan, fluor putih, Kelainan letak lintang Keadaan sosial ekonomi kental, berbau dan gatal. Factor lain: disproporsi antara Riwayat trauma: Pemeriksaan fisik dan USG: letak kepala janin dengan panggul ibu, bujur multigravida, defisiensi gizi. TB: 155 cm, BB: 50 kg. ibu hamil underweight. Riwayat gizi: jarang makan daging dan jarang minum susu. Dalam kasus ini faktor penyebab dari
31
PPROM
diduga
asenden
dari
adalah vagina
infeksi (riwayat
keputihan +). Hal ini juga diperberat dengan faktor sosioal ekonomi dan gizi
dimana
pasien
tergolong
underweight Faktor resiko: o o o o o o o o
Kehamilan multipel Riwayat persalinan
preterm
o o
sebelumnya o Perdarahan pervaginam o pH vagina di atas 4,5 Kelainan atau kerusakan selaput o ketuban Flora vagina abnormal Fibronektin >50 ng/ml Kadar CRH (corticotrophin releashing
hormone)
Riwayat kehamilan multipel: Riwayat persalinan sebelumnya: aterm Perdarahan pervaginam: Riwayat ketuban pecah
dini
sebelumnya : Riwayat trauma: -
maternal
yang tinggi misalnya pada stress psikologis, dapat menjadi stimulasi o o
persalinan preterm Inkompetensi serviks (leher rahim) Polihidramnion (cairan ketuban
o
berlebih) Riwayat
o o
sebelumnya Trauma Serviks tipis/kurang dari 39 mm,
ketuban
pecah
dini
serviks yang pendek (37,8oC Denyut jantung ibu: >100x/menit Denyut jantung janin: >169x/menit Hitung sel darah putih: >15.000
o o o
Temperatur : Tax: 36,6oC, Trec: 36,8oC Denyut jantung ibu : 88x/menit Denyut jantung janin: 130 dengan
32
o o
Air ketuban yang berbau Perlunakan uterus
o o o
variabilitas 5-10. Hitung sel darah putih: 9600 Air ketuban tidak berbau Perlunakan uterus : -
Kesimpulan: tidak didapatkan tandatanda infeksi intrauterine. Penatalaksanaan: IVFD RL Inj. Gentamycin 2 x 80 mg Penanganan berdasarkan usia (18.00 dan 06.00) kehamilan dapat dibagi menjadi dua, Profenid supp. yaitu: Inj. Dexametason 16 mg I.V Penanganan konservatif (19.00) Rawat di rumah sakit, berikan:
Antibiotik (ampisilin 4x500 mg
atau
alergi
eritromisin
terhadap
selama 7 hari Metronidazol
bila
ampisilin)
2x500
mg
selama 7 hari Jika usia kehamilan: minggu:
Dirawat
selama air ketuban masih atau
sampai
air
ketuban tidak keluar lagi. Penanganan aktif Penanganan aktif dilakukan dengan menterminasi kehamilan.
Usia kehamilan 26-30 minggu: Disarankan untuk melakukan observasi Berikan dan
dan
follow
antibiotik
steroid
untuk
up.
profilaksis maturasi
paru. Resiko prematuritas lebih tinggi
aktif
karena
inpartu: 3.4 His
adanya
dibandingkan
dengan
resiko infeksi janin/neonatus.
tanda-tanda
: 10.3.30 (ibu
mengalami kontraksi His yang semakin sering dan lama) 3.5 Pembukaan: 2 cm, effacement: 100%, Hodge I.