Laporan Kasus Pprom [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar belakang Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membranes (PROM) merupakan masalah penting dalam obstetri karena berkaitan dengan komplikasi kelahiran yang berupa prematuritas dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis dengan dampak meningkatkan morbiditasdan mortalitas perinatal dan maternal(Anna,2007;Brian,2007;Cuninghamet al,2014). Persalinan preterm adalah kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu. Angka kejadian persalinan pretermsecara global sekitar 9,6%. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008). Kelahiran preterm merupakan suatu kelainan yang multifaktorial. Banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan persalinan pretermseperti : infeksi, overdistensi uterus, iskemia utero plasenter, faktor endokirn, kelainan servik dan kelainan immunologis



yang



mencetuskan



terjadinya



kelahiran



preterm(Mohammad,



2010).Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) 35/1000 kelahiran hidup (SDKI tahun 2002-2003) menjadi 34/1000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Angka kematian Bayi (AKB) Sumatera Barat (27/1000 kelahiran hidup) menempati peringkatlima dari seluruh provinsi di Indonesia. Infeksi masihmerupakan salah satu penyebab kematian bayi(SDKI,2014).Insiden KPD adalah 8 –10% pada wanita hamil, Sedangkan menurut Journal of Health Sciences Management and Public Health2006 , angka kejadian dari KPD adalah bervariasi antara 4% -14%, dengan 30% -40% kasus adalah preterm, yang mengakibatkan morbiditas dan mortalitas pada janin(Cunninghamet al,2014;Rangaswamy,2014).Angka kejadian KPD bervariasi dari 2-18% dari kehamilan, sedangkan dari laporan terbaru memperlihatkan angka kejadian 14-17% dari kehamilan. Pada kehamilan aterm angka kejadian kurang lebih 5-18% dari kehamilan(Riyani,2013). Ketuban pecah dini adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum



terjadinya



persalinan.



Bila



terjadi



sebelum



usia



kehamilan



37



minggu ini disebut sebagai KPD preterm atau Preterm Premature Rupture of



Membranes



adalah



infeksi,



(PPROM). riwayat



Beberapa



KPD



faktor



sebelumnya,



penyebab overdistensi



terjadinya uterus,



KPD



kelainan



pada serviks, malposisi dan malpresentasi janin, merokok, dan faktor stres



psikologik maternal. Tetapi faktor yang paling sering menyebabkan KPD adalah faktor eksternal yaitu infeksi 60-70% (Manuaba, 2007).



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam laporan kasus ini adalah Bagaimana Asuhan kebidanan pada Ny “R” Usia Kehamilan 35-36 minggu dengan Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM) di Ruangan PONEK RSUD Dr.Rasidin Padang tahun 2019 ?



C. Tujuan a. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana Asuhan kebidanan pada Ny “R” dengan Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM) di Ruangan PONEK RSUD



Dr.Rasidin



Padang



tahun



2019



dengan



menggunakan



pendokumentasian SOAP sesuai wewenang dan kompetensi bidan. b. Tujuan khusus 1) Mampu melakukan pengumpulan data dasar pada Ny. “R” dengan Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM) di Ruangan PONEK RSUD Dr.Rasidin Padang tahun 2019 2) Mampu menganalisa data pada Ny.”R” dengan Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM) di Ruangan PONEK RSUD Dr.Rasidin Padang tahun 2019 3) Mampu membuat perencanaan tindakan pada Ny.”R” dengan Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM) di Ruangan PONEK RSUD Dr.Rasidin Padang tahun 2019 4) Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada Ny.”R” Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM) di Ruangan PONEK RSUD Dr.Rasidin Padang tahun 2019. 5) Mampu melakukan rencana – rencana yang telah disusun pada ibu dengan Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM) di Ruangan PONEK RSUD Dr.Rasidin Padang tahun 2019.



D. Manfaat Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat pengaplikasiannya dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu yang mengalami Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM) di RSUD Dr.Rasidin Padang tahun 2019.



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of the Membranes (PROM) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya proses persalinan pada kehamilan aterm. Sedangkan Preterm Premature Rupture of the Membranes (PPROM) adalah pecahnya ketuban pada pasien dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu (Parry and Strauss, 1998; Brian and Mercer, 2003; Mamede dkk., 2012). Pendapat lain menyatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala I, yaitu bila ketuban pecah sebelum pembukaan pada primigravida kurang dari 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm. Dalam keadaan normal selaput ketuban pecah dalam proses persalinan (Cunningham, 2010; Soewarto, 2010).



B. Predisposisi dan etiologi ketuban pecah dini Menurut Nugroho (2010) penyebab KPD belum diketahui dan ditentukan secara pasti. Ada kemungkinan terjadinya KPD berhubungan dengan banyak faktor. Sujiyatini, Muflidah, dan hidayat (2009) berpendapat bahwa faktor yang berhubungan dengan terjadinya KPD yang pertama adalah infeksi yang terjadi pada selaput ketuban maupun infeksi dari vagina yang merambat keatas. Faktor kedua adalah serviks inkompeten yaitu kondisi serviks yang kurang lentur sehingga tidak mampu menahan kehamilan. Faktor yang ketiga adalah tekanan intrauterin yang meningkat. Peningkatan tekanan intra uterin dapat disebabkan oleh trauma fisik seperti hubungan seksual, pemeriksaan dalam maupun amniosintesis, faktor keempat adalah ketegangan rahim yang berlebihan yang dapat disebabkan karena hidramnion atau kehamilan ganda. faktor lain yang dapat menyebabkan KPD adalah ketidaksesuaian panggul dengan kepala bayi, kehamilan multigravida dan kurang gizi terutama dari tembaga dan vitamin c. Menurut Nugroho (2010) salah satu faktor yang dapat menyebabkan KPD adalah kekurangan vitamin c. Tetapi pendapat tentang vitamin c tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Spinnato (2008) yang menjelaskan bahwa vitamin C dan vitamin E yang diminum oleh ibu selama kehamilan tidak berpengaruh terhadap kejadian KPD. Caughey, Julian, Robinson, dan Errol (2008)



menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan KPD adalah hubungan seksual, pemeriksaan dengan spekulum, aktifitas fisik, dan jumlah kehamilan.



C. Patofisiologi ketuban pecah dini Menurut Manuaba (2009) mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan terjadi pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban mengalami devaskularisasi. Setelah kulit ketuban mengalami devaskularisasi selanjutnya kulit ketuban mengalami nekrosis sehingga jaringan ikat yang menyangga ketuban makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan adanya infeksi yang mengeluarkan enzim yaitu ensim proteolotik dan kolagenase yang diikuti oleh ketuban pecah spontan. Menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat (2009) menjelaskan bahwa KPD biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan membran dan peningkatan tekanan intra unterine ataupun karena sebab keduanya . Kemungkinan tekanan intrauterine yang kuat adalah penyebab dari KPD dan selaput ketuban yang tidak kuat dikarenakan kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. Hubungan serviks inkompeten dengan kejadian KPD adalah bahwa cervik yang inkompeten adalah leher rahim yang tidak mempunyai kelenturan, sehingga tidak kuat menahan kehamilan. Selain karena infeksi dan tekanan intra uterin yang kuat, hubungan sexual pada kehamilam tua berpengaruh terhadap terjadinya KPD karena pengaruh prostaglandin yang terdapat dalam sperma dapat menimbulkan kontraksi, tetapi bisa juga karena faktor trauma saat hubungan seksual. Pada kehamilan ganda dapat menyebabkan KPD karena uterus meregang berlebihan yang disebabkan oleh besarnya janin, dua plasenta dan jumlah air ketuban yang lebih banyak (Oxorn, 2003).



D. Tanda dan gejala ketuban pecah dini Menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat (2009) tanda yang terjadi pada KPD adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Menurut Kasdu (2005) ketuban yang pecah ditandai dengan adanya air yang mengalir dari vagina yang tidak bisa dibendung lagi. Untuk membedakan antara air ketuban dengan air seni dapat diketahui dari bentuk dan warnanya. Biasanya, air seni berwarna kekuning-kuningan dan bening, sedangkan air ketuban keruh dan bercampur



dengan lanugo (rambut halus dari janin) dan mengandung fernik kaseosa (lemak pada kulit janin). Sebagai informasi cairan ketuban adalah cairan putih jernih agak keruh kadang-kadang mengandung gumpalan halus lemak dan berbau amis dan akan berubah warna jika diperiksa dengan kertas lakmus ( Huliana, 2006).



E. Pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk mendeteksi KPD adalah Tes lakmus/nitrazin (jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air ketuban). Selain dengan kertas lakmus dapat dilakukan dengan pemerikasaan Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat (2009) pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana. Menurut Caughey, Julian, Robinson, dan Errol (2008) pada tahun 2008 telah ditemukan satu tes diagnostik yang baik di Amerika Serikat dan luar negeri yang baru saja disetujui di Amerika Serikat oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk diagnosis adalah PROM-ROM AmniSure tes (AmniSure International LLC, Cambridge, MA). Tes ini mengidentifikasi jumlah jejak PAMG-1, 34-kDa plasenta glikoprotein yang banyak terdapat dalam cairan ketuban (2000-25,000 ng / mL), tetapi didalam darah ibu konsentrasinya lebih sedikit yaitu (5-25 ng / mL). Protein dalam konsentrasi yang lebih rendah terdapat di cervicovaginal sekresi dalam KPD adalah (0,05-0,2 ng / mL) ,54-56 ini 1000 - 10.000 kali lipat perbedaan konsentrasi antara air ketuban dan sekresi cervicovaginal membuat PAMG-1 dapat digunakan untuk mendeteksi adanya KPD. Minimum ambang deteksi AmniSure immunoassay adalah 5 mg / mL, yang harus cukup sensitif untuk mendeteksi KPD dengan akurasi sekitar 99%.



F. Diagnosa klinis ketuban pecah dini Menegakan diagnosa KPD secara tepat adalah sangat penting sehingga dapat menghindari intervensi yang tidak diperlukan dalam penanganan KPD.



Menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat (2009) bahwa diagnosa KPD dapat ditegakan pertama dengan melakukan anamnesa. Dalam anamnese ibu dengan KPD biasanya didapatkan bahwa ibu merasa basah pada kemaluan atau juga dengan mengeluarkan cairan yang banyak dari jalan lahir atau yang sering disebut ngepyok. Cairan ketuban berbau khas dan yang perlu diperhatikan ketuban pecah terjadi sebeluma ada his, atau his belum teratur dan sudah keluar lendir darah atau belum. Cara yang kedua adalah dengan inspeksi dilihat tampak keluarnya cairan ketuban dari vagina. Cara yang ketiga adalah dengan cara pemeriksaan spekulum. Pemeriksaan KPD dengan spekulum akan tampak cairan dari orifisium uteri eksternum atau akan mengumpul pada fornik anterior. Dan cara yang keempat adalah dengan pemeriksaan dalam yang akan mendapatkan cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.



G. Komplikasi ketuban pecah dini a. Komplikasi pada janin Menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat (2009) komplikasi yang sering terjadi pada janin karena KPD adalah sindrom distres pernapasan dan prematuritas. Sindrom distres penapasan terjadi karena pada ibu dengan KPD mengalami oligohidramnion. Pendapat ini sesuai dengan pendapat dari Nugroho (2010) yang berpendapat bahwa komplikasi yang sering terjadi pada janin terutama sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distres pernapasan. Selain sindrom distres pernapasan komplikasi pada janin juga dapat terjadi prolap tali pusat dan kecacatan terutama pada KPD preterm. b. Komplikasi pada ibu Menurut Achadiat (2004) komplikasi yang sering terjadi pada ibu karena KPD yang pertama adalah infeksi sampai dengan sepsis. Menurut Caughey, Julian, Robinson, dan Errol (2008) membran janin berfungsi sebagai penghalang untuk menghalangi merambatnya infeksi. Setelah ketuban pecah, baik ibu dan janin beresiko infeksi hal ini terjadi karena setelah ketuban pecah maka akan ada jalan masuk mikroorganisme dari luar uterus apalagi jika sering dilakukan pemeriksaan dalam. Komplikasi yang kedua adalah peritonitis khususnya jika dilakukan pembedahan, dan komplikasi yang ketiga adalah ruptur uteri karena air ketuban habis, sehingga tidak ada pelindung antara janin dan uterus jika ada kontraksi sehingga uterus mudah mengalami kerusakan (Achadiyat, 2004).



H. Morbiditas dan Mortalitas ketuban pecah dini Menurut Caughey, Julian, Robinson, dan Errol (2008) persalinan prematur karena ketuban pecah dini dapat meningkatkan 4 kali lipat kematian bayi dan 3 kali peningkatan angka kesakitan bayi, yaitu sindrom gangguan pernapasan (RDS). RDS terjadi 10 % sampai 40% pada ibu dengan KPD dan 40-70 % dapat menimbulkan kematian pada bayi. KPD yang dapat menyebabkan infeksi intra anmion sebanyak 1530% dan 3-20% dapat menimbulkan kematian bayi. Infeksi dan prolap tali pusat memberikan kontribusi sebanyak 1- 2% pada kematian janin intrauterine (bayi lahir mati) setelah KPD. Komplikasi infeksi ketuban yang terjadi pada ibu dengan KPD adalah 13- 60 %. Infeksi ketuban lebih banyak terjadi pada wanita dengan KPD yang masa latennya panjang, Oligohidramnion, dan pemeriksaan vagina yang berulang dan KPD pada usia kehamilan dini. Selain itu, karena lebih banyak terjadi kelainan letak pada KPD dengan kehamilan kurang bulan.



I. Prognosis ketuban pecah dini Prognosis dari KPD menurut Moctar (1998) adalah tergantung dari cara penatalaksanan, komplikasi yang di timbulkan oleh KPD dan umur dari kehamilan ibu. Pendapat lain tentang prognosis KPD adalah menurut Achadiyat (2004) out put sembuh total atau infeksi, sepsis sampai dengan meninggal. Prognosis yang pertama di tentukan oleh faktor penatalaksanaan yang diberikan kepada ibu dengan KPD. Faktor kedua yang mempengaruhi prognosis dari KPD adalah tergantung dari komplikaasi-komplikasi yang timbul selama terjadinya KPD baik komplikasi pada janin maupun komplikasi pada ibu. Selain dari penatalaksanaan dan komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dengan KPD, faktor lain yang menentukan prognosis KPD adalah umur dari kehamilan. Semakin muda umur kehamilan maka prognosis KPD terutama pada janin akan semakin buruk. Prognosis pada janin yaitu kelahiran prematur. Kelahiran prematur berhubungan dengan resiko kecacatan dan kematian janin.



J. Pencegahan dan penatalaksanaan ketuban pecah dini Cara mencegah terjadinya KPD menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat (2009) adalah ibu hamil sebaiknya mengurangi aktifitas, terutama pada akhir trimester kedua dan trimester ketiga kehamilanya. Penatalaksaan KPD menurut Sujiyatini,



Muflidah, dan Hidayat (2009) ada 2 macam yaitu penatalaksanaa pada KPD pada umur kehamilan < 37 minggu dan pada umur kehamilan > 37 minggu. a. Penatalaksanaan pada kehamilan < 37 minggu Penatalaksanaan KPD secara konservatif pada kehamilan < 37 minggu adalah dengan memberikan Antibiotik profilaksis setiap 6 jam dan tidak dilakukan pemeriksaan dalam tujuanya adalah untuk mencegah terjadinya infeksi. Pasien dirawat dirumah sakit tidur dalam posisi trendelenberg. Pasien juga diberi obat tokolitik untuk menunda proses persalinan. Selain diberikan antibiotik dan tokolitik pasien dengan KPD juga diberikan kortikosteroid untuk mematangkan paru janin. Selama melakukan penatalaksanaan konservatif maka harus dilakukan pemantauan seperti pemeriksaan leukosit setiap hari, obsrevasi tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam sekali, dan obervasi denyut jantung janin. Jika selama pengelolaan konservatif pasien mengalami infeksi maka segera lakukan penetalaksanaan KPD secara aktif yaitu dengan melakukan induksi tanpa melihat umur kehamilan. Jika induksi tidak berhasil maka dilakukan tindakan bedah sesar. Menurut Yudin (2009) pemberian antibiotik pada KPD kurang dari 32 minggu yang mengalami infeksi dapat menurunkan angka kesakitan ibu dan neonatus. Wanita hamil > dari 32 minggu dengan pemberian antibiotik akan memperpanjang usia kehamilan . Pemberian antibiotik direkomendasikan jika paru-paru janin sudah matang, jika terbukti belum matang antibiotik sebaiknya tidak diberikan. Pemberian antibiotik dimulai dengan pemberian parenteral lalu diikuti dengan pemberian peroral atau boleh pemberian peroral saja. Antibiotik yang direkomendasikan antara lain penicillin atau eritromycin parenteral atau peroral. Cara pemberian antibiotik adalah: Ampicillin 2 gram IV tiap 6 jam dan eritromycin 250 mg iv tiap 6 jam selama 48 jam diikuti oleh 250 mg amoxilin peroral tiap 8 jam dan eritromicin 250 mg selama 5 hari. Eritromicin 250 mg peroral tiap 6 jam untuk 10 hari asam amoxilin / klavulanit tidak digunakan karena meningkatkan necrotik enterokolitis pada bayi. Proses persalinan pada kehamilann 24-37 minggu menurut Krisnadi, Effendi, dan Pribadi (2009) adalah disesuaikan dengan resiko obsterik yang mungkin terjadi dan proses persalinan disamakan dengan proses persalinan aterm.



b. Penatalaksanaan pada kehamilan > 37 minggu Jarak antara pecahnya ketuban dengan permulaan persalinan disebut periode laten. Makin muda umur kehamilan maka makin lama periode laten.Menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat (2009) sekitar 70-80 % kehamilan cukup bulan akan terjadi persalinan dalam waktu 24 jam. Jika dalam 24 jam persalinan belum berlangsung maka segera dilakukan penatalaksanaan aktif yaitu dengan induksi. Pelaksanaan induksi dilakukan dengan memperhatikan bishop score. Jika bishop score > 5 maka induksi dapat langsung dilakukan, tetapi jika bishop score < 5 maka harus dilakukan pematangan servik dahulu dan jika tidak berhasil maka dilakukan bedah sesar. Pada penatalaksanan KPD dengan kehamilan aterm juga diberikan antibiotik profilaksis. Antibiotik diberikan setelah 6 jam KPD dengan pertimbangan bahwa kemungkinan infeksi telah terjadi dan biasanya proses persalinan akan berlangsung lebih dari 6 jam.



BAB III TINJAUAN KASUS MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN Ny. “R” DENGAN PPROM DI RUANG PONEK RSUD. Dr. Rasidin PADANG TANGGAL 23-Agustus 2019-08-25



I.



PENGUMPULAN DATA



A. Identitas/Biodata Nama Ibu



: Ny “R”



Umur



: 23 tahun



Suku /Bangsa



: minang/ indonesia



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMU



Pekerjaan



: IRT



Alamat Rumah



: Jl. Azizi III No.4 Andalas



Telp.Rumah



:



Nama Suami



: Tn “B”



Umur



: 23 tahun



Suku /Bangsa



: Minang/Indonesia



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMU



Pekerjaan



: pedagang



Alamat Rumah



: Jl. Azizi III No.4 Andalas



Telp.Rumah



:



Tanggal



: 23 agustus 2019



Pukul



: 04.30 WIB



B.Data Subjektif 1. Alasan Utama Masuk Kamar Bersalin



: Keluar air – air dari kemaluan sejak jam 01.30 WIB, disertai dengan lendir bercampur darah. Ibu datang dengan didampingi oleh suami dan keluarga ke IGD RSUD dr.Rasidin Padang pada tanggal 23/08/2019, pukul : 04.30 WIB.



2. Perasaan (sejak terakhir datang ke RS)



: cemas



3. Tanda-tanda bersalin a. Kontraksi (HIS)



: positif



b. Frekuensi



: 3x10 menit



c. Lamanya



: 30-35 detik



d. Kekuatan



: sedang



e. Lokasi Ketidaknyamanan



: pinggang dan ari-ari



4. Pengeluaran Pervaginam a. Darah lendir



: ada



b. Air ketuban



: ada



c. Darah



: tidak ada



5. Masalah khusus



: tidak ada



6. Riwayat Kehamilan sekarang a. HPHT



: 16/12/2018



b. TP



: 23/09/2019



c. Haid bulan sebelumnya



: november



d. Siklus



: 30 hari



e. ANC



: 5x



f. Keluhan Lain



: tidak ada



7. Riwayat Imunisasi a. TT Catin



: ada



b. TT 1



: ada



8. Riwayat kehamilan,persalinan,nifas yang lalu : N Tgl lahir



U



Jenis



Tempat



Penol-



o



K



persali



Persalinan



ong



Bayi Jk



bb/pb



nan 1



Komplikasi KeaDaa n



Abortus



9. Kontrasepsi yang digunakan sebelumnya



: tidak ada



10. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir



: sering



11. Makan dan minum terakhir a. Pukul



: 12.30 WIB



b. jenis makanan yang dimakan



: Nasi Goreng



12. BAK terakhir



: 04.00 WIB



13. BAB terakhir



: 22/08/2019



14. Tidur (istirahat) terakhir



: 22/08/2019



15. Psikologis



: baik



16. Keluhan lain



: tidak ada



Ibu



Nifas bayi



Lochea



ASI



C.Data Objektif 1. Keadaan umum



:Baik



2.Status emosional



: Stabil



3. Tanda-tanda vital a. Tekanan darah



: 114/64 mmhg



b. Nadi



: 96x/i



c. pernafasan



: 22x/i



d. suhu



: 36,7 oC



4. Inspeksi a. Kepala - Rambut



: Rambut tidak rontok,kulit kepala bersih,tidak ada ketombe



- Mata



: Sklera an ikterik,conjungtiva pucat



- Muka



: Tidak oedema



- Mulut



: Tidak ada stomatitis,tidak ada caries



b. Leher



: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid



c. Dada - Puting susu



: Menonjol,puting tidak pecah



- Areola



: Hiperpigmentasi



- Pembesaran



: Simetris



- Kebersihan



: Bersih



- Benjolan



: Tidak ada



- Nyeri



: Tidak ada



- Kolostrum / ASI



: Ada



d. Abdomen - Bentuk



: Normal



- Pembesaran



: Normal



- Kebersihan



: Bersih



- Striae



: tidak ada



- Bekas luka operasi



: Tidak ada



- TFU



: 3 jari dibawah PX



- Kontraksi



: Baik



- Kandung kemih



: Tidak teraba



e. Genitalia - Kemerahan



: Tidak ada



- Pembengkakan



: Tidak ada



- Oedema



: Tidak ada



- Varises



: Tidak ada



f. Ekstremitas - Atas Infus terpasang



: RL



Oedema



: Tidak ada



Sianosis ujung jari



: Tidak ada



-Bawah Oedema



: Tidak ada



Varises



: Tidak ada



5. Palpasi a. Leopold I



: TFU 3 jari dibawah PX, teraba bundar lunak, kurang melenting, kemungkinan bokong janin.



b. Leopold II



: pada sisi kiri perut ibu teraba punggung janin, dan pada sisi kanan perut ibu teraba ekstremitas janin.



c. Leopold III



: pada bagian bawah perut ibu, teraba bulat, keras, melenting, kemungkinan kepala janin, dan kepala sudah masuk PAP



d. Leopold IV



: divergent



e. TFU



: 32 cm



f. TBJ



: 3,255 gram



g His - frekuensi



: 3x10 menit



- durasi



: 20-40 detik



- intensitas



: sedang



6. Auskultasi a. DJJ



: positif



b. Punctum Max



: perut kiri bagian bawah



c. Frekuensi



: 140x/i



d. Irama



: teratur



e. Intensitas



: kuat



7. Pemeriksaan dalam a. Pembukaan



: 7 cm



b. Konsistensi Porsio



:



c. Ketuban



: jernih



d. Presentasi



: kepala



e. Penurunan Presentasi : H-III



8. Perkusi a. Refleks patella kanan : (+) positif b. Refleks patella Kiri : (+) positif



D.Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Golongan Darah



:O



b. Hb



: tidak dilakukan



c. Leukosit



: tidak dilakukan



d. Trombosit



: tidak dilakukan



e. Hematokrit



: tidak dilakukan



MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN Ny. “R” DENGAN PPROM DI RUANG PONEK RSUD. Dr. Rasidin PADANG TANGGAL 23-Agustus 2019-08-25 SUBJEKTIF



OBJEKTIF



ASSESSMENT



PENATALAKSANAAN



Pasien masuk 1. Pemeriksaan umum



Tanggal : 23/08/2019



Diagnosa :



Pukul : 08.00 WIB



Keadaan umum : baik



Ny “R” G2P0A1H0 usia kehamilan 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu



Kesadaran : stabil



35-36 minggu, inpartu kala 1 fase



dan keluarga bahwa keadaan umum ibu dan janin



Kala I



TTV



aktif, janin hidup, tunggal, intra



dalam batas normal dan dari hasil pemeriksaan



-



Ibu mengatakan keluar



TD : 114/64 mmhg



unterine, pu-ki, let-kep, Keadaan



dalam, pembukaan ibu sudah 7cm.



air-air



P : 22x/i



jalan lahir baik, KU ibu dan janin



Evaluasi :



sejak pukul 01.30 WIB



S : 36,7 oC



baik dengan Ketuban pecah dini.



Ibu



disertai



N : 96x/i



Pukul : 04.30 WIB



-



-



dari



kemaluan



dengan



lendir



BB : 50 kg



Dasar :



Ibu mengatakan mules



TB : 150 cm



-



sejak pukul 04.00 WIB.



Lila : 24,4 cm



mengatakan



HPHT : 16/12/2018



mengetahui



hasil



2. Membantu ibu untuk mengurangi rasa nyeri dengan



-



Mules sejak pukul : 04.00 WIB



memposisikan



Inspeksi Head to toe



-



TTV dalam bnatas normal



meminta ibu untuk menarik nafas dalam melalui



dalam batas normal.



-



Auskultasi



hidung dan keluarkan perlahan melalui mulut serta



DJJ : (+)



melalukan



LI : TFU 3 jari dibawah PX,



Frek : 140x/i



mengurangi rasa sakit saat kontraksi.



teraba bundar lunak, kurang



Irama : teratur



Evaluasi :



melenting,



Intensitas : kuat



Manajemen nyeri sudah dilakukan.







pernah keguguran 1x -



sudah



Keluar air-air disertai lendir dan Pukul : 08.05 WIB darah sejak pukul 01.30 WIB.



ini 2. Pemeriksaan Kebidanan



kehamilan kedua, dan



keluarga



pemeriksaan.



bercampur darah.



Ibu



dan







Palpasi



bokong janin.



kemungkinan



-



Pembukaan : 7cm



ibu



masase



senyaman



pada



mungkin.



pinggang



ibu



Dan



agar



L.II : pada sisi kiri perut ibu -



Portio : 80 %



teraba punggung janin, dan pada -



Ketuban : jernih



sisi kanan perut ibu teraba ekstremitas janin.



Penurunan : H-III



L.III :



pada bagian bawah Masalah : Tidak ada perut ibu, teraba bulat, keras, melenting, kemungkinan kepala janin, dan kepala sudah masuk PAP



Pukul : 08.10 WIB 3. Memberikan dukungan emosional kepada ibu untuk semangat menghadapi persalinan dan meminta kepada keluarga atau suami untuk mendampingi ibu. Evaluasi : Ibu telah didampingi suami dan diberi dukungan emosional.



L.IV : divergent 



Mc.Donal :32 cm







TBJ : 3,255 gram



Pukul : 08.15 WIB 4. Melakukan



Pukul : 08.00 WIB 



HIS : positif, 3 x 10 menit,



selama



detik,



irama



teratur,



Pukul : 09.00 WIB HIS : positif, 4x 10 menit, selama >40 detik, irama teratur, intensitas kuat.



antibiotik



pada



ibu,



dengan advice dokter amoxylin Evaluasi : Antibiotik sudah diberikan sesuai resep dokter



20-40



intensitas kuat. 



penyuntikan



Pukul : 09.00 WIB 5. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu, menganjurkan ibu untuk makan atau minum. Evaluasi : Ibu sudah meminum setengah gelas teh manis hangat.











Pukul : 10.00 WIB



Pukul : 09.30 WIB



HIS : positif, 5x 10



6. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan



menit, selama > 40 detik,



benar, yaitu pada saat His kuat dan ibu merasa



irama teratur, intensitas



ingin



kuat.



merangkul kedua pangkal paha dan kepala diangkat



Auskultasi



ke arah dada serta tidak mengeluarkan suara.



meneran,



kedua



kaki



ditekuk,



tangan



DJJ : positif



Evaluasi :



Frekuensi : 140x/i



Ibu sudah mengerti cara meneran yang benar.



Irama : teratur Intensitas : kuat



Pukul : 10.15 WIB







7. Menyiapkan alat-alat untuk persalinan, APD, serta



Perkusi



Refleks patella kanan : (+)



perlengkapan ibu dan bayi.



Refleks patella kiri : (+)



Evaluasi :



3. Pemeriksaan dalam



Alat-alat untuk persalinan sudah disiapkan.



Pembukaan : 7cm Porsio : 80%



Pukul : 10.45 WIB



Ketuban : jernih



8. Memantau kemajuan persalinan keadaan ibu dan



Penurunan : H-III



janin dengan menggunakan Partograf. Evaluasi : Kemajuan persalinan, keaadan ibu dan janin sudah dipantau dan terlampir pada partograf.



Diagnosa :



KALA II Pukul : 11.00 WIB



-



Ibu



mengatakan



semakin sering. -



Pukul : 11.00 WIB



-



Pembukaan : Lengkap



Ibu inpartu kala II, KU ibu dan 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu



-



Penipisan :



janin baik.



sakit -



Ketuban :



dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap, keaadaan umum ibu dan janin baik, dan proses



Penurunan :



Dasar :



persalinan akan segera ditolong.



Ibu mengatakan ada rasa -



TTV



-



Pembukaan lengkap



Evaluasi :



ingin BAB



TD : 130/80 mmhg



-



DJJ : 142x/i



Ibu dan keluarga sudah mengetahui kondisi ibu saat



N : 96x/i



-



His : 3 x 10 menit, selama 20-40



ini.



P : 24 x/i S : 36,7 oC -



Adanya tanda kala II



Pukul : 11.05 WIB 2. Melakukan kolaborasi dengan dokter, dengan advis



Frekuensi : 142x/i



Masalah :



RL + oxy 5 IU/20



Irama : teratur



Tidak ada



Evaluasi : Infus RL + oxy 5 IU/20 sudah terpasang



His Frekuensi : 3x 10 menit Durasi : 20-40 detik



-



-



DJJ



Intensitas : kuat -



detik



Pukul : 11.30 WIB 3. Mencuci tangan, memasang APD, dan mendekatkan



Intensitas : kuat



alat – alat persalinan .



Adanya tanda kala II



Evaluasi :



Ada dorongan meneran



APD sudah terpasang, alat sudah didekatkan



Vulva membuka Perenium menonjol Anus membuka



Pukul : 11.45 WIB 4. Mengatur posisi ibu untuk bersalin, dengan posisi kepala ditekuk kearah dada, kaki ditekuk, paha dibuka lebar, serta kedua tangan merangkul pangkal paha. Evaluasi : Ibu sudah dalam posisi yang baik dan nyaman.



Pukul : 11.46 WIB 5. Membimbing ibu untuk meneran pada saat ada his sesuai dengan yang diajarkan. Evaluasi : Ibu sudah meneran dengan baik



Pukul : 11. 50 WIB 6. Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu agar dapat menambah tenaga ibu untuk meneran. Evaluasi : Ibu sudah minum 2 teguk air mineral



Pukul : 12.00 WIB 7. Meletakkan handuk bersih diperut ibu untuk mengeringkan bayi setelah lahir, meletakkan alas bokong, dan tetap melakukan pencegahan infeksi dengan memakai sarung tangan steril. Evaluasi : Handuk dan alas bokong sudah diletakkan.



Pukul : 12.35 WIB 8. Membantu kelahiran bayi sesuai dengan APN Evaluasi : Bayi baru lahir pukul 12.40 WIB, dengan A/S : 6/8, jenis kelamin laki – laki, BB : 2750 gram, PB : 46 cm.



KALA III



-



Keadaan umum ibu : baik



Ibu parturien kala III, ku ibu dan



Pukul : 12.43 WIB



Pukul : 12.43 WIB



-



TTV



janin baik



1. Melakukan manajemen aktif kala III



-



Ibu dengan



merasa



TD : 130/80 mmhg



Evaluasi : plasenta lahir lengkap pukul 12.45 WIB,



senang



P : 24x/i



kontraksi uterus sedang, perdarahan kira – kira



kelahiran



N : 98x/i



400cc.



S : 36,5 oC



bayinya -



Ibu



merasa



perutnya



mules



-



Tidak ada janin kedua



Pukul : 14.47 WIB



-



TFU setinggi pusat



2. Melakukan KBE karna kontraksi ibu sedang



-



Kontraksi uterus baik



-



Adanya



tanda



-



Evaluasi : tanda



KBE sudah dilakukan sesuai prosedur, kontaksi



kelahiran plasenta Tali



pusat



uterus baik.



bertambah



panjang Keluar darah banyak secara tiba – tiba Rahim bundar dan keras -



Kandung kemih tidak teraba



KALA IV



-



Keadaaan umum ibu : baik



Ibu parturien kala IV, ku ibu dan



Pukul : 12.52 WIB



-



TFU 2 jari dibawah pusat



bayi baik.



-



Kontraksi uterus baik



Evaluasi :



Ibu mengatakan lelah



-



Perdarahan -/+ 150 cc



Terdapat laserasi derajat 2 pada perenium ibu



dan senang karena



-



Lochea rubra



kelhiran bayinya



-



Kandung kemih tidak teraba



-



Pukul :12.52 WIB 1. Melakukan pengecekan Laserasi jalan lahir.



Pukul : 12.53 WIB 2. Melakukan penjahitan laserasi dengan anestesi



Evaluasi : Penjahitan telah dilakukan sesuai prosedur.



Pukul : 12.59 WIB 3. Membersihkan ibu dan memasang pakaian yang bersih pada ibu serta menempatkan peralatan partus dalam larutan klorin. Evaluasi : Ibu sudah bersih, peralatan sudah di desinfektan.



Pukul : 13.00 WIB 4. Memantau kontraksi uterus ibu dan pengeluaran darah. Evaluasi : Kontraksi uterus baik, perdarahan dalam batas normal, ttv sudah terlampir pada partograf.



BAB IV