Praktikum Farmasi Fisika EMULSIFIKASI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1



Hasil Pengamatan



4.1.1



Hasil



Tipe emulsi M/A 4.1.2



Tipe emulsi A/M



Tabel Hasil Pengamatan



a. Volume pemisahan HLB



Volume air (mL)



Butuh



Volume minyak (mL)



Volume pemisahan (mL)



7



-



-



-



12



15



4



0,26



b. Waktu terdispersi HLB Butuh



Waktu Terdispersi



7



-



12



44 detik



c. Tipe emulsi HLB Butuh



Tipe emulsi



7



Minyak dalam air (M/A)



12



Air dalam minyak (A/M)



4.1.3 Perhitungan a. Aligasi Tween 80 Span 80 Add 5 gramm 1. Tipe emulsi M/A Tween 80



15



2,7 7



Span 80



4,3



8



HLB gabungan : 2,7 + 8 = 10,7 Tween 80



: :



2,7 10,7



x 100 % = 25,23 %



25,23 100



x 5 g = 1,26 g



: 5 – 1,26 g = 3,74 g



Span 80



2. Tipe emulsi A/M Tween



15



7,7 12



Span



4,3



3



HLB gabungan : 7,7 + 3 = 10,7 Tween 80



: :



Span 80



7,7 10,7



x 100 % = 71,96 %



71,96 100



x 5 g = 3,6 g



: 5 – 3,6 g = 1,4 g



4.1.4 Formula 1.



Tipe M/A R/ fase minyak Minyak zaitun = 5 mL Span 80



= 3,74 g



fase air Aquadest



= 15 mL



Tween 80



= 1,26 g



Perhitungan bahan Minyak zaitun : 5 – 7,4 g



: 15 – 1,26 g = 13,74 mL



Aquadest 2.



= 1,26 mL



Tipe A/M R/ fase minyak Minyak zaitun = 15 mL Span 80



= 1,4 g



Fase air



= 5 mL



Tween 80



= 3,6 g



Perhitungan bahan Minyak zaitun = 15 – 1,4 g = 3,6 mL = 5 – 3,6 g = 1,4 mL



Aquadest 4.1.5 Evaluasi



1. Volume pemisahan tipe A/M Dik : volume air (V1) = 4 ml volume minyak (V2) = 15 ml Dit : volume pemisahan ? Penyelesaian :



4.2



V1 V2



=



4 ml 15 ml



= 0,27 ml



Pembahasan Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan



obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Biasanya emulsi mengandung dua zat atau lebih yang tidak dapat bercampur, misalnya minyak dan air. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil (Anief, 1996). Tipe emulsi yang dihasilkan, M/A atau A/M terutama bergantung pada sifat zat pegemulsi. Karakteristik ini dikenal sebagai keseimbangan hidrofil lipofil yakni sifat polar dan non polar dari pengemulsi. Kenyataannya, apakah surfaktan adalah selalu pengemulsi, zat tambahan, detergen, atau zat penstabil



keseimbangan dan zat hidrofilik dan sifat lipofilik dari suatu emulsi menentukan apakah akan dihasilkan suatu emulsi M/A atau A/M (Martin, 1990). Adapun tujuan pada percobaan emusifikasi ini adalah menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi., membuat emulsi menggunakan emulgator golongan surfaktan. mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi. Dan menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi. Pada percobaan ini disiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan. Adapun alat yang digunakan diantaranya batang pengaduk, cawan porselen, gelas ukur, gelas beaker, penangas, dan pipet. Selain itu, bahan yang akan digunakan diantaranya aquadest, aluminium foil, metilen blue, minyak zaitun, span 80, dan tween 80. Alat yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu menggunakan alkohol 70% dikarenakan dapat membunuh mikroba ataupun sebagai antiseptik. Konsentrasi optimal alkohol adalah 70-80%, dan konsentrasi alkohol antara 6090% terlihat lebih cepat membunuh mikroorganisme (Pratiwi, 2008). Pada praktikum ini dibuat sediaan emulsi minyak zaitun dengan emulgator Tween 80 dan Span 80. Menurut Laverius (2011), Tween 80 dan Span 80 merupakan emulsifying agent nonionik yang akan membuat fase minyak dan fase air dapat saling canpur sehingga dapat membentuk sistem emulsi. Pembuatan emulsi diawali dengan membuat fase minyak dan fase air. Untuk emulsi tipe minyak dalam air, ditimbang tween 80 sebanyak 1,26 g dan span 80 sebanyak 3,74 g yang sebelumnya telah dihitung HLB (Hydrophilic Lipophilic Balance) dari minyak zaitun, tween 80 dan span 80. Menurut Arief (1998) dalam suatu sistem HLB, harga HLB juga ditetapkan untuk minyakminyak dari zat-zat seperti minyak. Dengan menggunakan dasar HLB dalam penyiapan suatu emulsi seseorang dapat memilih zat pengemulsi yang mempunyai harga HLB sama atau hampir sama sebagai fase minyak yang dimaksud. Pada pembuatan sediaan emulsi tipe minyak dalam air fase air, tween 80 dicampurkan dengan aquadest sebanyak 14 ml didalam cawan porselen yang dipanaskan diatas penangas dengan suhu 70ºC. Hal ini karena kedua zat tersebut



memiliki suhu lebur yang sama sehingga pemanasan ini dapat memudahkan pencampuran yang mendukung tejadinya proses emulsifikasi (Laverius, 2011). Pada pembuatan fase minyak, span 80 dicampurkan dengan minyak zaitun sebanyak 1,26 ml didalam cawan porselen. Kedua fase tersebut dicampur dengan cara dituang fase minyak secara perlahan-lahan kedalam fase air dalam gelas beaker. Pada pembuatan sediaan emulsi tipe air dalam minyak, tween 80 dengan aquadest sebanyak 1,4 ml dicampurkan didalam cawan porselen yang dipanaskan sebagai fase air. Sedangkan fase minyak dibuat dengan mencampurkan span 80 dengan minyak zaitun sebanyak 14 ml. Kedua fase tersebut dicampur dengan cara dituang fase minyak secara perlahan-lahan kedalam fase air dalam gelas beaker. Kedua tipe emulsi yang telah jadi diamati volume pemisahan yang terjadi antara fase minyak dan fase air. Tipe emulsi minyak dalam air (M/A) tidak terjadi pemisahan antara kedua fase atau dapat dikatakan kedua fase tersebut stabil. Hal ini disebabkan ketika fase minyak ditambahkan ke dalam fase air, tween 80 dan span 80 akan membentuk lapisan monomolekuler pada lapisan batas antarmuka droplet minyak dengan air. Bagian hidrofobik dari tween 80 dan span 80, yakni rantai hidrokarbon akan mengarah ke dalam droplet parafin cair, sementara itu rantai polioksietilen dari tween 80 dan cincin span 80 yang merupakan bagian hidrofilik akan mengarah ke medium dispers, yaitu air. Di dalam droplet parafin cair akan terjadi interaksi van der waals antara rantai hidrokarbon dari tween 80 dan rantai hidrokarbon dari span 80, di mana rantai hidrokarbon tween 80 berada di antara rantai span 80. Sementara itu pada medium dispers akan terjadi ikatan hidrogen antara bagian hidrofilik dari tween 80 dan span 80 dengan air. Rantai polioksietilen dari tween 80 dan cincin span 80 akan menjadikan kedua emulsifying agent ini sebagai halangan sterik bagi droplet-droplet minyak zaitun sehingga kemungkinan untuk bergabungnya droplet-droplet minyak zaitun dapat diminimalkan (Kim, 2005). Pada sediaan emulsi tipe air dalam minyak terjadi pemisahan antara fase air dan fase minyak atau creaming. Menurut Syamsuni (2006) creaming adalah fenomena terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan yaitu satu bagian mengandung



fase disper lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali. Waktu yang dibutuhkan sediaan emulsi tipe air dalam minyak untuk terdispersi kembali yaitu selama 44 detik. Hal ini diketahui dengan cara mengatur waktu pada stopwatch kemudian sediaan emulsi dikocok hingga terdispersi kembali. Pada uji tipe emulsi digunakan metode pewarnaan dengan larutan metilen blue. Kedua tipe sediaan emulsi ditetesi sebanyak 2 tetes metilen blue kemudian diaduk agar dapat diamati perubahan warna yang terjadi. Adapun hasil yang diperoleh, pada tipe minyak dalam air metilen blue tercampur secara merata sedangkan pada emulsi tipe air dalam minyak tidak tercampur secara merata dan hanya membentuk gumpalan. Hal ini disebabkan karena metilen blue dapat memberikan warna pada emulsi tipe minyak dalam air karena metilen blue larut dalam air (Syamsuni, 2006).