PREMATUR & BBLR Baru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RTM : PREMATUR DAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH KEPERAWATAN ANAK



MAKALAH



oleh: Dyah Ayu Rizki Imani NIM 162310101002 Meisa Onyta Nurcahyati



NIM 162310101006



KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2018 BAB 1. STUDI KASUS



Dalam survey Demografi kesehatan Indonesia tahun 2007 mengatakan bahwa Angka Kematian Bayi di Indonesia yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab utama dari kematian neonatal 0-6 hari adalah BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Dari penyebab kasus BBLR ini menjadi penyebab kematian neonatal yang jumlahnya sebesar 15-20%. Penyebab dari BBLR sendiri salah satunya adalah terjadinya prematuritas pada suatu kelahiran bayi (KemenKes RI, 2014). Haris Riskerdas tahun 2013 menyatakan bahwa presentase balita (0-59 bulan) dengan BBLR sebesar 10.2%. Presentase BBLR tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar (16,8%) dan terendah terdapat di pulau Sumatera utara sebesar 7,2%. Prematur sendiri dapat disebabkan karena kekurangan zat besi sebelum kehamilan, kekurangan zat besi inilah yang dapat menyebabkan anemia. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko kematian pada saat melahirkan, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, dan meningkatkan terjadinya premature (KemenKes RI, 2014).



BAB 2. KONSEP PENYAKIT 2.1 DEFINISI Persalinan prematur dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur disertai pendataran dan/atau dilatasi serviks serta turunannya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir. (Oxorn dan Forte, 2010). Sebelumnya, pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang (BBLR) atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Lalu pada tahun 1970 diselenggarakan kongres Europian Perinatal Medicine II di London guna mendapatkan keseragaman, sehingga didapatkan definisi sebagai berikut (Pantiawati, 2010) : 1. Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu atau 259 hari. 2. Term infant atau bayi cukup bulan : yaitu bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai dengan 42 minggu atau 259 – 293 hari. 3. Post term atau bayi lebih bulan : yaitu bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih). World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa semua bayi yang baru lahir dengan berat badan yang kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah / BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonates tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga tingkat kematangan (maturitas) bayi (Pantiawati, 2010). Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan untuk usia kehamilan neunates kurang bulan sesuai masa kehamilan. Menurut WHO, bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Bayi premature atau bayi preterm lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010). 2.2 EPIDEMIOLOGI Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki prevalensi sekitar 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan Batasan 3.3% - 38%, dan lebih sering terjadi di negara – negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Selain itu juga lebih



sering terjadi di negara dengan sosio-ekonomi penduduknya yang rendah. Secara statistik menunjukkan bahwa 90% kejadian BBLR didapatkan dari kelahiran bayi premature, di negara berkembang angka kematian bayi 35 kali lebih tinggi dibanding dengan dengan bayi yang lahir dengan berat badan lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk dalam faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan disabilitas neonatus, bayi, dan anak yang memberikan dampak dimasa depan. Anka kejadian di Indonesia sendiri sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9% - 30%. Secara nasional berdasarkan Analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih dari target BBLR yang diterapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (Pantiawati, 2010). 2.3 ETIOLOGI Penyebab terbanyak dari bayi dengan berat badan lehir kurang adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar atau ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya prmatur dan BBLR (Pantiawati, 2010). BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : 1. Faktor Ibu a. Penyakit : 1) Toksemia gravidarum 2) Perdarahan antepartum 3) Trauma fisik dan psikologis 4) Nefritis akut 5) Diabetes melitus b. Usia Ibu : 1) Usia < 16 Tahun 2) Usia > 35 Tahun 3) Multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat c. Keadaan Sosial : 1) Golongan social ekonomi rendah 2) Perkawinan yang tidak sah d. Sebab Lain : 1) Ibu perokok



2) Ibu peminum alkhohol 3) Ibu pecandu narkotik 2. Faktor Janin a. Hidramnion b. Kehamilan ganda c. Kelainan kromosom 3. Faktor Lingkungan a. Tempat tinggal dataran tinggi b. Radiasi c. Zat-zat racun 2.4 KLASIFIKASI Klasifikasi bayi premature dan berat badan lahir rendah (BBLR), (Pantiawati, 2010): 1. Berdasarkan Penyebab (etilogi) Kelahiran : a. Toksemia gravidarum, yaitu preeklamsi dan eklampsi b. Kelainan bentuk uterus (misalnya uterus bikornis, inkompeten serviks) c. Tumor (misalnya mioma uteri, sistoma) d. Ibu menderita penyakit lain : 



Akut : Dengan gejala panas tinggi (misalnya tifus abdominalis, malaria)







Kronis : Dengan penyakit lain seperti TBC, penyakit jantung, glomerulonephritis krinis)



e. Trauma pada masa kehamilan :



f.







Fisik : Misalnya jatuh







Psikologis : Misalnya stress.



Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.



g. Plasenta previa, sulusio plasenta 2. Berdasarkan Faktor Janin : a. Kehamilan ganda b. Hidromnion c. Ketuban pecah dini d. Cacat bawaan e. Infeksi (misalnya, rubella, sifilis, toksoplasmosis)



f.



Insufiensi plasenta



g. Inkompatibilitas darah ibu dan janin (factor resus, golongan darah ABO) 3. Berdasarkan Faktor Plasenta : a. Plasenta previa b. Solusio plasenta 2.5 TANDA DAN GEJALA Tanda dan gejala bayi premature (Pantiawati, 2010) : a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu. b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram. c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm. d. Panjang kuku belum melewati ujung jari. e. Batas dahi dan rambut kepala belum jelas. f.



Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.



g.



Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.



h. Rambut lanugo masih banyak. i.



Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.



j.



Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolaholah tidak teraba tulang rawan daun telinga.



k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus. l.



Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup labio mayora.



m. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap, menelan dan batuk masih lemah. o. Jaringan kelenjar mamame masih urang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang. p. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit. 2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG



Pemeriksaan yang dilakukan (Lestari, 2016). a. Radiologi 1. Foto thoraks / baby gram pada bayi yang baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, hal ini dapat dimulai pada umur bayi 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membrane hyaline karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white lung. 2. USG kepala, terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari setelah proses persalinan untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intracranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka. b. Laboratorium 1) Pemeriksaan Darah rutin a) Hematokrit (HTC) 



Bayi usia 1 hari 48 – 69%







Bayi usia 2 hari 48 – 75%







Bayi usia 3 hari 44 – 72%



b) Hemoglobin (Hb) untuk bayi dengan usia 1 – 3 hari 14,5 – 22,5 g/dl. c) Hb A > 95& dari total atau 0,95 fraksi Hb. d) Hb F 



Bayi usia 1 hari 63 – 92%







Bayi usia 5 hari 65 – 88%







Bayi usia 3 minggu 55 – 85%







Usia 6 – 9 minggu 31 – 75%



e) Jumlah Leukosit 



Bayi baru lahir 9,0 – 30,0 x 103 sel / mm3 (µL)







Bayi usia 1 hari / 24 jam 9,4 – 43,0 x 103 sel / mm3 (µL)







Bayi usia 1 bulan 5,0 – 19,5 x 103 sel / mm3 (µL)



2) Bilirubin a. Total (serum)



-



Tali pusat 1 jam 55-80 mmHg e) 1 hari 54-95 mmHg f) Kemudian (menurun sesuai usia) 83-100 mmHg 3. Saturasi oksigen (SaO2) a. Bayi baru lahir 85-90% b. Kemudian 95-99% 4. pH bayi premature (48 jam) 7,35-7,50 e. Elektrolit darah (k/p) 1. Natrium a. Serum atau plasma 



Bayi baru lahir 136-146 mEq/L







Bayi 139-146 mEq/L



b. Urine 24 jam 40-220 mEq/L 2. Kalium a. Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L b. Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L c. Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L 3. Klorida a. Serum/plasma



1. Tali pusat 96-104 mEq/L 2. Bayi baru lahir 97-110 mEq/L



c. Tes Kocok / Shake Test Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam, dengan cara mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung bayi, dan bayi belum diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah dengan garam faal 0,5 cc, kemudian ditambah 1 cc alcohol 95% dicampur dalam tabung. Kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan tabung tetap berdiri, intrepretasi hasil : a.



[+] : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup



b. [+] : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya paru-paru belum matang atau tidak ada sulfaktan c. Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak tidak ada cincin. Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang. 2.7 PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk bayi premature yang menyebabkan terjadinya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), antara lain (Pantiawati, 2010) : 1. Medikamentosa, pemberian vitamin K1 : a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu) 2. Diatetik, pemberian nutrisi yang adekuat : a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit. b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui sendok atau pipet. c. Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan harus dipasang pipa lambung / sonde fooding Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena reflex menghisapnya masih lemah. Untuk bayi yang mengalami hal demikian,



sebaiknya untuk pemberian ASI yaitu dengan cara ASI dikeluarkan dengan dipompa atau diperas, lalu untuk pemberiannya menggunakan pipa lambung atau pipet. Selain itu dapat juga denga melatih bayi untuk menghisap sementara ASI dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. Pemberian minum pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) menurut berat badan dan keadaan bayi, antara lain : A. Berat Lahir 1750 – 2500 gram : 1. Bayi sehat -



Biarkan bayi menyusu pada Ibu semau bayi, anjurkan bayi menyusu lebih sering setiap 2 jam sekali bila perlu.



-



Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan bayi, untuk menilai keefektifan menyusui.



2. Bayi sakit -



Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.



-



Apabila bayi memerlukan cairan intravena : 1) Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama 2) Mulai berikan minum pada hari ke 2. Pastikan ibu dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.



-



Apabila ada masalah yang menghalangi proses menyusui seperti gangguan nafas, dan kejang, berikan ASI peras melalui pipa lambung ; 1) Berikan cairan IV dan ASI menurut umur 2) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam, apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kg BB per hari tetap masih Nampak lapar, berikan tambahan ASI setiap kali minum.



B. Berat Lahir 1500 – 1749 gram : 1. Bayi Sehat -



Berikan ASI peras dengan cangkir / sendok apabila bayi tidak mengalami batuk dan tersedak. Apabila terjadi batuk dna tersedak gunkan pipa lambung.



-



Berikan minum 8 kali dalam 24 jam, apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kg BB per hari tetap masih Nampak lapar, berikan tambahan ASI setiap kali minum.



-



Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/sendok, bisa dicoba untuk menyusu langsung.



2. Bayi Sakit -



Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama



-



Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke 2, dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.



-



Berikan minum 8 kali dalam 24 jam, apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kg BB per hari tetap masih Nampak lapar, berikan tambahan ASI setiap kali minum.



-



Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila kondisi bayi dufsh stabil, dan dapat menelan tanpa tersedak.



-



Apabila bayi sudah dapat minum bisa mencoba untuk menyusukan langsung.



C. Berat Lahir 1250 – 1499 gram : 1. Bayi Sehat : -



Beri ASI peras melalui pipa lambung



-



Berikan minum 8 kali dalam 24 jam, apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kg BB per hari tetap masih Nampak lapar, berikan tambahan ASI setiap kali minum.



-



Lanjutkan pemberian ASI menggunkan cangkir atau sendok.



-



Apabila bayi sudah dapat minum bisa mencoba untuk menyusukan langsung.



2. Bayi Sakit -



Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama



-



Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke 2, dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.



-



Berikan minum 8 kali dalam 24 jam, apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kg BB per hari tetap masih Nampak lapar, berikan tambahan ASI setiap kali minum.



-



Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila kondisi bayi dufsh stabil, dan dapat menelan tanpa tersedak.



-



Apabila bayi sudah dapat minum bisa mencoba untuk menyusukan langsung.



D. Berat Lahir (Tidak Tergantung Kondisi) -



Beri cairan intravena hanya selama 48 jam pertama



-



Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke 2, dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.



-



Berikan minum 8 kali dalam 24 jam, apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kg BB per hari tetap masih Nampak lapar, berikan tambahan ASI setiap kali minum.



-



Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok apabila kondisi bayi dufsh stabil, dan dapat menelan tanpa tersedak.



-



Apabila bayi sudah dapat minum bisa mencoba untuk menyusukan langsung.



3. Suportif Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal, selain itu hal-hal yang perlu diperhatikan lagi : a. Membersihkan jalan napas b. Memotong tali pusar c. Membersihkan badan bayi dengan kapas baby oil / minyak d. Memberikan obat mata e. Membungkus bayi dengan kain hangat f.



Pengkajian keadaan kesehatan bayi dengan berat badan lahir rendah.



BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 PENGKAJIAN 1. Riwayat kesehatan 2. Riwayat antenatal, meliputi hal-hal berikut a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok, ketergantungan obat-obatan, atau dengan penyakit lain seperti DM, kadiovaskuler, dan paru. b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kengenital, dan riwayat persalinan preterm. c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinuitas atau tidak teratur dan periksa tetapi tidak ada petugas kesehatan. d) Hari pertama dan hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate dan preterm). 3. Riwayat komplikasi natal, yang perlu dikaji : a) Kala I : perdarakan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa. b) Kala II : persalinan dengan tindakan cesar, karena pemakaian obat penenang (narkose) dapat menekan system pusat pernafasan. 4. Riwayat postnatal : a) Agar skor bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (03) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan. b) Berat badan lahir : preterm/BBLR