Profesional 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DESAIN BIMTEK PROFESIONAL 2 (PUBLIKASI ILMIAH) PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN GURU PAI (PKB -GPAI)



Hak Cipta dilindungi Undang-Undang All Rights Reserved



Pengarah: Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T Penanggung jawab: Dr. H. Rohmat Mulyana Sapdi, M.Pd Tim Penulis 1. Dr. Andewi Suhartini, M.Ag | [email protected] 2. Nurhuda Kurniawan, S.Ag., M.Si | [email protected]



Diterbitkan oleh: Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Jl. Lapangan Banteng Barat No. 3-4 Jakarta Pusat



SAMBUTAN Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Pendidikan memiliki peran penting bagi penyiapan generasi bangsa. Sebagai ujung tombak transformasi nilai dan pengetahuan, guru mempunyai peran, fungsi, dan kedudukan yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif. Dalam hal ini, peningkatan profesionalitas guru termasuk Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) menjadi sebuah keharusan. Profesi guru harus dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. GPAI seharusnya juga mampu menjadikan pendidikan agama sebagai instrumen transformasi sosial. Tanggung jawab GPAI tidak hanya berhenti dalam aspek kognitif akan tetapi lebih jauh dari itu, yaitu membentuk karakter peserta didik. Karena itu GPAI tidak boleh berhenti belajar dan mencukupkan pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya GPAI harus terus memperkuat dan meningkatkan kompetensi serta kualitasnya. GPAI juga dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuan mengajarnya, hal ini agar pembelajaran yang ia bawakan dapat sesuai dengan perkembangan peserta didik, baik secara psikologis, teknologis, maupun sosiologis. Untuk itu, diperlukan sistem pembinaan dan pengembangan terhadap profesi guru secara terprogram dan berkelanjutan. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama terus berkomitmen meningkatkan kualitas GPAI. Hal ini diperlukan agar Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak mengalami stagnasi baik dari sisi kualitas guru, kurikulum, ataupun metode pembelajaran. Sebaliknya penyelenggaraan PAI perlu terus disempurnakan dengan metode dan pengetahuan terbaru. Komitmen ini diwujudkan dengan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru Pendidikan Agama Islam (PKB-GPAI). PKB-GPAI merupakan salah satu program yang dirancang untuk mewujudkan terbentuknya GPAI yang profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai ujung tombak keberhasilan pembelajaran. PKB-GPAI merupakan inisiasi yang baik untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas GPAI di sekolah. Melalui PKB-GPAI ini diharapkan menjadi sarana bagi terwujudnya GPAI yang kompeten dan profesional.



i



Kami mengapresiasi terbitnya modul Bimtek PKB-GPAI ini. Semoga buku ini dapat digunakan dengan baik sebagai panduan dalam rangkaian bimtek PKB-GPAI dan pada akhirnya secara keseluruhan dapat meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Jakarta, September 2021



ii



KATA PENGANTAR Dr. H. Rohmat Mulyana Sapdi, M.Pd Plt. Direktur Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama RI Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah (SD, SMP, SMA, dan SMK) memiliki peran penting bagi penumbuhan perilaku beragama di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara yang majemuk. Oleh karena itu, Ikhtiar untuk meningkatkan kualitas Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) di sekolah terus dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama. Hal ini diwujudkan dengan berbagai inovasi agar penyelenggaraan PAI di sekolah mengalami kemajuan secara berkelanjutan sesuai dengan tantangan dan perkembangan dunia pendidikan. Salah satunya adalah melalui Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru Pendidikan Agama Islam (PKB-GPAI). PKB-GPAI diproyeksikan sebagai bentuk peningkatan kualitas penyelenggaraan PAI, utamanya dari sisi kompetensi dan profesionalitas GPAI. Program yang dikembangkan oleh Direktorat Pendidikan Agama Islam ini merupakan wujud penguatan layanan standar kompetensi GPAI agar kualitas, kompetensi, dan karir mereka semakin meningkat. Secara umum tujuan PKB-GPAI adalah untuk meningkatkan kualitas layanan PAI di sekolah dalam rangka peningkatan mutu PAI. Program ini difokuskan untuk pengembangan keprofesian GPAI yang mencakup 6 (enam) kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional, kompetensi spiritual, dan kompetensi leadership. Proses dan kegiatan dalam program ini dirancang untuk meningkatkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan profesional GPAI di sekolah yang dilaksanakan secara berjenjang dan berkesinambungan dalam rangka peningkatan kinerja dan pemenuhan kompetensi profesional GPAI di sekolah. Dalam implementasinya, PKB-GPAI membutuhkan desain bimtek yang sesuai dengan standar kompetensi dan profesionalitas. Untuk itu diperlukan suatu modul bimtek yang dapat memandu proses bimtek PKB-GPAI, sekaligus mengatur pelaksanaan bimtek secara tertib dan tersistem. Atas dasar itu, Direktorat Pendidikan Agama Islam menerbitkan buku Modul Bimtek PKB-GPAI. Buku modul kali ini merupakan penyempurnaan (revisi) dari modul yang sebelumnya telah dipakai pada tahun 2018. Pada modul kali ini dijabarkan tentang integrasi moderasi beragama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah sebagai salah satu isu sentral yang diarusutamakan oleh Kementerian Agama. Selayaknya sebuah modul, buku ini berisi dua bagian yaitu bagian desain bimtek iii



dan bagian materi bimtek. Modul ini merupakan pegangan bagi pelatih dan peserta bimtek PKB-GPAI. Dalam modul ini diuraikan secara terperinci tentang metode, bahan, dan konten penyelenggaraan bimtek PKB-GPAI bagi Pelatih Nasional (PN), Pelatih Provinsi (PP), maupun Pelatih Daerah (PD) tingkat kabupaten/kota. Buku ini selain mempermudah proses bimtek, juga diharapkan dapat menjadi standar kualitas penyelenggaraan bimtek PKB-GPAI, sehingga dapat berlangsung dengan baik dan lancar. Atas terselesaikannya modul ini, kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya modul ini. Semoga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan nantinya dapat meningkatkan mutu PAI. Amin. Jakarta, September 2021



iv



DAFTAR ISI Sambutan Direktur Jenderal Penbdidikan Islam .................................................................... i Kata Pengantar Direktur PAI ......................................................................................................... iii Daftar Isi ................................................................................................................................................. v Bagian 1 Petunjuk Penggunaan Modul ...................................................................................................... 1 Bagian 2 Pendahuluan, Latar Belakang, Tujuan, Sasaran, dan Target ............................................. 2 Bagian 3 Materi Bimtek ..................................................................................................................................... 4 A. Materi 1 : Konsep Publikasi Ilmiah ........................................................................................ 4 B. Materi 2 : Analisis SKL, Capaian Pembelajaran kaitannya dengan Publikasi Ilmiah ........................................................................................................................31 C. Materi 3 : Penelitian Tindakan Kelas ................................................................................40 D. Materi 4 : Praktik Penulisan PTK ........................................................................................62 E. Materi 5 : Penulisan Artikel Ilmiah ....................................................................................75 F. Materi 6 : Praktik Penulisan Artikel Ilmiah .................................................................. 103 G. Materi 7 : Penulisan Modul ............................................................................................. 111 H. Materi 8 : Praktik Penulisan Modul ................................................................................ 124 Bagian 4 I.



Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 131



v



BAGIAN 1 Petunjuk Penggunaan Modul Untuk mengoptimalkan penggunaan modul ini, perhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Pendahuluan Pendahuluan berisi latar belakang pentingnya guru Pendidikan Agama Islam untuk selalu meningkatkan kompetensi melalui bimtek Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan GPAI. Kemudian dijelaskan pula pentingnya materi yang disajikan dalam modul ini. 2. Tujuan, Sasaran, dan Target Tujuan modul berisi informasi tentang pemahaman terhadap semua materi perencanaan pembelajaran yang akan disajikan dalam bimtek profesional 2 (Publikasi Ilmiah). Sasaran diperuntukkan bagi pihak penyelenggara Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan GPAI mulai dari tingkat pusat sampai daerah dan bagi GPAI bersangkutan. Target modul ini adalah tercapainya penguasaan materi bimtek profesional 2 (publikasi ilmiah) oleh GPAI jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK. 3. Materi Bimtek Materi bimtek profesional 2 (publikasi ilmiah) meliputi: Konsep Penulisan dan Publikasi Ilmiah, Analisis SKL, Capaian Pembelajaran kaitannya dengan Publikasi Ilmiah, Penelitian Tindakan Kelas, Praktik Penulisan PTK, Penulisan Artikel Ilmiah, Praktik Penulisan Artikel Ilmiah Penulisan Modul,, dan Praktik Penulisan Modul. 4. Daftar Pustaka Memuat semua sumber kutipan yang berupa buku atau sumber lain. Pustaka yang dimaksud dalam modul ini ialah semua sumber kutipan yang berupa tulisan dan sejenisnya.



1



BAGIAN 2 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Guru Pendidikan Agama Islam memiliki kewajiban untuk selalu memperbaharui dan meningkatkan kompetensi yang dimilikinya melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai esensi pembelajar seumur hidup. Dalam rangka mendukung pengembangan pengetahuan dan keterampilan, maka dikembangkan modul untuk pembinaan karir guru PAI yang berisi materi profesional 2 (publikasi ilmiah). Dengan adanya modul ini, memberikan kesempatan kepada guru PAI untuk belajar menjadi pribadi yang lebih aktif dan produktif. Modul ini dapat digunakan oleh pelatih dan guru PAI sebagai bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan bimtek. Modul yang berjudul “Materi Bimtek Publikasi Ilmiah” ini merupakan modul untuk bimtek profesional 2 pada Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan GPAI. Setiap materi bahasan dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang memuat capaian pembelajaran (tujuan dan indikator keberhasilan), pokokpokok materi, uraian materi, aktivitas pembelajaran, rangkuman, tugas dan umpan balik. 2. Tujuan Tujuan modul ini disusun agar dapat digunakan bagi pihak-pihak penyelenggara kegiatan bimtek PKB GPAI dan guru PAI untuk memahami materi bidang bimtek profesional 2 (publikasi ilmiah) yang meliputi: a. Penulisan dan Publikasi Ilmiah; b. Penelitian Tindakan Kelas; c. Praktik Penulisan PTK; d. Penulisan Artikel Ilmiah; e. Praktik Penulisan Artikel Ilmiah; f. Penulisan Modul; g. Praktik Penulisan Modul 3. Sasaran Modul ini diperuntukkan bagi pihak penyelenggara Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan GPAI mulai dari tingkat pusat sampai daerah yang meliputi: a. Direktorat Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI. 2



b. Bidang PAI/PAKIS/PENDIS Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi. c. Bidang PAI/PAKIS/PENDIS Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. d. Kelompok Kerja Pengawas PAI (Pokjawas Pai) dan learning community di lingkup Kelompok Kerja Guru PAI SD dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PAI SMP, SMA dan SMK 4. Target Target modul ini adalah tercapainya penguasaan materi dalam bimtek profesional 2 (publikasi ilmiah) oleh GPAI jenjang SD, SMP, SMA dan SMK. Adapun materi yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g.



Penulisan dan Publikasi Ilmiah; Penelitian Tindakan Kelas; Praktik Penulisan PTK; Penulisan Artikel Ilmiah; Praktik Penulisan Artikel Ilmiah; Penulisan Modul; Praktik Penulisan Modul.



3



BAGIAN 3 Materi Bimtek A. Materi 1: Konsep Penulisan dan Publikasi Ilmiah 1. Capaian Pembelajaran a. Tujuan Setelah selesai bimtek diharapkan peserta mampu memahami konsep penulisan dan publikasi ilmiah serta angka kreditnya. b. Indikator Keberhasilan Setelah selesai bimtek diharapkan peserta mampu: 1) Menjelaskan Pengertian Karya Tulis Ilmiah; 2) Mengidentifikasi Kriteria Karya Tulis Ilmih; 3) Menjelaskan Fungsi Karya Tulis Ilmiah; 4) Mengidentifikasi Syarat Karya Tulis Ilmiah 5) Mengidentifikasi Sistematika Karya Tulis Ilmiah 6) Menguraikan prosedur Prosedur penulisan karya tulis ilmiah 7) Menjelaskan Pengertian Publikasi Ilmiah 8) Mengidentifikasi Macam-macam Publikasi Ilmiah dan Angka Kreditnya 2. Pokok-Pokok Materi a. Pengertian Karya Tulis Ilmiah; b. Kriteria Karya Tulis Ilmiah; c. Fungsi Karya Tulis Ilmiah; d. Prinsip Karya Tulis Ilmiah; e. Syarat Karya Tulis Ilmiah; f. Sistematika Karya Tulis Ilmiah; g. Prosedur Penulisan Karya Tulis Ilmiah; h. Pengertian Publikasi Ilmiah; i. Macam-macam Publikasi Ilmiah dan Angka Kreditnya. 3. Uraian Materi a. Pengertian Konsep Karya Tulis Ilmiah Karya Tulis Ilmiah merupakan alat berkomunikasi yang sangat penting diantara para ilmuwan dan akademisi. Keefektifan komunikasi terkait konten diantara para ilmuan dan akademisi ditentukan oleh kualitas tulisan atau teks (Kirub, 2014; Mack, 2018). Inilah yang membuat penguasaan keterampilan menulis Karya Tulis Ilmiah menjadi penting untuk para ilmuan dan akademisi kuasai.



4



Sejumlah penulis mendefinisikan pengertian Karya Tulis Ilmiah, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karya ilmiah adalah tulisan tentang suatu pokok yang dimaksudkan untuk dibacakan di muka umum dan sering disusun untuk diterbitkan. 2) Karya ilmiah adalah karya ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar (Brotowidjoyo dalam Yaniawati, 2018). 3) Karya tulis ilmiah pada hakekatnya merupakan laporan tertulis tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah (Munip, 2017) dengan serangkaian konvensi akademik dan generalitis serta pola penulisan teks tertentu (Evans, 2007). 4) Karya ilmiah adalah suatu tulisan yang memuat kajian suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, yaitu penggunaan metode ilmiah dan prinsip-prinsip keilmiahan: objektif, logis, empiris, sistematis, lugas, jelas, dan konsisten (Budiyanto, 2017). 5) Karya tulis ilmiah adalah sebuah karya tulis yang disajikan secara ilmiah dalam sebuah forum atau media ilmiah dimana karakteristik keilmiahan nampak dari isi, penyajian, dan bahasa yang digunakan (UPI). 6) Karya ilmiah merupakan karya tulis yang disusun berdasarkan karangan, pernyataan, atau gagasan orang lain yang menyajikan data dan fakta hasil penelitian atau pengkajian, ditulis menurut metode dan sistematika yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan (Yaniawati, 2018) Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang bersumber dari pemikiran, gagasan, penelitian, telaah atau review buku, yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang disusun berdasarkan kaidah ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan dan untuk menginformasikan sesuatu hal secara logis dan sistematis sehingga memiliki nilai tambah bagi penulis dan komunitas yang memanfaatkannya. b. Kriteria KTI Dalam karya tulis ilmiah, ciri-ciri keilmiahan dari suatu karya ialah harus dapat dipertanggungjawabkan secara empiris dan objektif, baik dalam teknik penulisan ilmiah, bahasa yang digunakan, maupun isi kajian. Suatu



5



karya tulis baru dapat disebut sebagi karya tulis ilmiah apabila sedikitnya memenuhi empat syarat (Yaniawati, 2018), yakni: 1) Logis, yaitu ide disampaikan sesuai dengan logika, masuk nalar dan masuk akal. 2) Langkah-langkah penyusunan dijiwai atau menggunakan metode berfikir ilmiah. 3) Sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai tulisan ilmiah. Yaniawati (2018) lebih jauh mengungkapkan ciri-ciri karya tulis ilmiah. Pertama, karya ilmiah bersifat logis, yakni ide yang disampaikan sesuai menurut logika, benar menurut penalaran dan masuk akal. Kedua, karya ilmiah bersifat sistematis, yakni teratur menurut sistem sehingga membentuk suatu sistem yang utuh, menyeluruh dan terpadu. Ketiga, karya ilmiah bersifat objektif, yakni sesuai dengan keadaan sebernarnya tanpa dipengaruhi pandangan dan pendapat pribadi peneliti. Keempat, karya ilmiah bersifat etis, yakni mengikuti asas perilaku dan etika yang sudah disepakati khalayak umum. Lebih jauh lagi, Nowak dan Thomson (2018) mengungkapkan four traits of good scientic writing, yaitu: 1) Memiliki tema yang jelas; 2) Memiliki latar belakang informasi yang menjelaskan konteks dari tema penelitian; 3) Terdapat contoh yang bersifat ilustratif dari tema dan menghadirkan kesimpulan; 4) Karya tulis ilmiah menggunakan data kuantitatif dan grafik untuk memberi gambaran dan mendukung tema yang diteliti Kirub (2006) mengungkapkan bahwa secara umum suatu karya ilmiah dikatakan memiliki standar karya ilmiah yang baik apabila: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)



Menampilkan akurasi pada aspek masalah yang diteliti; Memiliki aliran gagasan yang logis; Ditulis dengan jelas dan mudah dipahami; Mengikuti kaidah penulisan ilmiah; Bebas dari jargon dan kata-kata slang; Memiliki ilustrasi yang lengkap dan sesuai; Tidak mengandung plagiasi; Memiliki hasil yang orsinil.



Secara rinci, karya ilmiah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Zulfikar dalam http://fikarzone.wordpress.com): 1) Objektif.



6



Keobjektifan karya tulis ilmiah tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan, serta dalam setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan dan diverifikasi kebenarannya. 2) Netral. Kenetralan karya tulis ilmiah tampak pada setiap pernyataan atau penilaian yang bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. 3) Sistematis. Uraian karya tulis ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya sehingga pembaca dapat mengikuti alur uraiannya dengan mudah. 4) Logis. Kelogisan karya tulis ilmiah dapat dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Jika bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, jika bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis maka digunakan pola deduktif. 5) Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yakni menyajikan fakta. 6) Tidak Pleonastis Kata-kata yang digunakan dalam karya tulis ilmiah langsung tepat menuju sasaran, tidak berlebihan dan tidak berbelit-belit; dan 7) Bahasa yang digunakan adalah bahasa formal. Yakhontova (2013) menjelaskan mengenai aspek bahasa dan gaya akademik yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Pertama, karya tulis ilmiah menggunakan diksi atau kosa kata akademik, dan fitur conversational dipastikan tidak muncul dalam karya tulis ilmiah. Kedua, dalam penulisan karya tulis ilmiah termasuk yang berbahasa Inggris fiturfitur seperti berikut tidak lazim muncul; 1) penggunaan contraction seperti “we’ll” untuk “we will,” 2) Interjection atau fillers seperti “well” dan “own”, 3) penyebutan pembaca secara langsung seperti “saudara” atau “anda”, 4) menggunakan bentuk kalimat berupa pertanyaan langsung, dan 5) penulisan angka di awal kalimat. Ketiga, penggunaan sudut pandang impersonal lebih disukai dari pada sudut pandang personal. Hal tersebut nampak dari penggunan kata “Penulis” (impersonal) dan “Saya” (personal). Lebih khusus lagi, karya ilmiah yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Munip, 2017): 7



1) Mendalam/Tuntas. Topik pembahasan yang diangkat dalam karya ilmiah dikupas secara mendalam, mendetail sampai ke akar-akarnya. Agar sebuah topk dapat dibahas dengan tuntas, maka seorang penulis hendaknya tidak mengangkat topik yang terlalu luas. Contoh: “Pemberantasan Korupsi di Indonesia” 2) Objektif Segala keterangan yang dikemukakan dalam tulisan adalah benar dan apa adanya sesuai dengan data dan fakta yang diperoleh. Keobjektifan karya ilmiah dapat dicapai dengan tersedianya data literatur dan data lapangan yang memadai (data harus representatif), serta janganlah seorang penulis melakukan manipulasi data. 3) Sistematis Ini berarti bahwa uraian disusun menurut pola tertentu sehingga jelas urutan dan kaitan antara unsur-unsur tulisan (berkesinambungan, berurutan, berkaitan). 4) Cermat Seorang penulis harus berupaya menghindari kesalahan/kekeliruan baik dalam pengutipan, penyajian data, dan penulisan huruf. 5) Lugas Karya ilmiah menampilkan kajian tentang suatu persoalan secara langsung, tanpa basa-basi. 6) Tidak emosional Dalam penyajian temuan tidak melibatkan perasaan, sehingga tidak perlu menggunakan emotional atau emotive words. 7) Logis, yakni segala keterangan yang disajikan memiliki dasar dan alasan yang masuk akal. 8) Bernas, artinya meskipun uraian itu singkat, isinya padat. 9) Jelas, keterangan yang dikemukakan dapat mengungkap makna secara jernih sehingga mudah dipahami pembaca. 10) Terbuka, tidak menutup kemungkinan adanya pendapat baru yang tidak sesuai dengan apa yang ditulis dalam karya ilmiah tersebut. 11) Menggunakan bahasa baku, tepat, ringkas, dan jelas. Secara khusus karya tulis ilmiah untuk laporan Pengembangan Keprofesian berkelanjutan, harus memenuhi persyaratan “APIK,” yang artinya adalah sebagai berikut (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010): 1) Asli, maksudnya laporan yang dibuat benar-benar merupakan karya asli penyusunnya, bukan merupakan plagiat, jiplakan, atau disusun dengan niat dan prosedur yang tidak jujur. Laporan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang tidak Asli antara lain ditandai oleh: (1) adanya bagian-bagian tulisan yang dirubah di sanasini, bentuk ketikan yang tidak sama, tempelan nama, terdapat 8



petunjuk adanya lokasi dan subyek yang tidak konsisten, terdapat tanggal pembuatan yang tidak sesuai, terdapat berbagai data yang tidak konsisten, tidak akurat; (2) waktu pelaksanaan kegiatan yang kurang wajar; (3) adanya kesamaan isi, data dan hal lain yang sangat mencolok dengan laporan orang lain; dan (4) tidak adanya lampiran dokumen-dokumen kegiatan yang dapat memberikan bukti bahwa kegiatan itu telah dilaksanakan. 2) Perlu, maksudnya hal yang dilaporkan atau gagasan yang dituliskan, harus sesuatu yang diperlukan dan mempunyai manfaat dalam menunjang pengembangan keprofesian dari guru yang bersangkutan untuk memperbaiki mutu pembelajaran di satuan pendidikan guru bersangkutan. Laporan kegiatan PKB yang tidak Perlu antara lain ditandai oleh: (1) masalah yang dikaji terlalu luas, dan (2) tidak langsung berhubungan dengan permasalahan yang berkaitan dengan upaya pengembangan profesi dari guru yang bersangkutan. 3) Ilmiah, maksudnya laporan disajikan dengan memakai kerangka isi dan mempunyai kebenaran yang sesuai dengan kaidah-kaidah kebenaran ilmiah dan mengkuti kerangka isi yang telah ditetapkan. Laporan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang tidak Ilmiah antara lain ditandai dengan adanya: (1) latar belakang masalah yang tidak jelas sehingga tidak dapat menunjukkan pentingnya hal yang dibahas dan hubungan masalah tersebut dengan upayanya untuk mengembangkan profesinya; (2) kebenaran yang tidak terdukung oleh kebenaran teori, kebenaran fakta dan kebenaran analisisnya; (3) kesimpulan yang tidak/belum menjawab permasalahan yang diajukan. 4) Konsisten, maksudnya isi laporan harus sesuai dengan tugas pokok penyusunnya. Bila penulisnya seorang guru, maka isi laporan haruslah berada pada bidang tugas guru yang bersangkutan, dan memasalahkan tentang tugas pembelajaran yang sesuai dengan tugasnya di sekolah/madrasahnya. c. Fungsi Karya Tulis Ilmiah Fungsi dari karya tulis ilmiah ialah untuk mengembangkan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang digunakan dalam bidang keilmiahan akademik (tugas perkuliahan) dan karya ilmiah keprofesionalan (karya ilmiah yang mengembangkan informasi). Jika dihubungkan dengan hakekat ilmu, karya ilmiah mempunyai fungsi sebagai berikut (Dwiloka dan Riana, 2005: 2-3): 1) Penjelasan (Explanation). Karya ilmiah dapat menjelaskan suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui, dan tidak pasti, menjadi sebaliknya.



9



2) Ramalan (Prediction). Karya ilmiah dapat membantu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa mendatang. 3) Kontrol (Control). Karya ilmiah dapat berfungsi untuk mengontrol, mengawasi dan atau mengoreksi benar tidaknya suatu pernyataan. d. Prinsip Karya Tulis Ilmiah Dalam Karya Tulis Ilmiah terdapat 10 prinsip yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut: 1) Tujuan yang Jelas. Tujuan paling umum dalam penulisan akademik adalah untuk membujuk, menganalisis/mensintesis, dan menginformasikan. a) Tujuan persuasif, yaitu untuk membuat pembaca mengadopsi sudut pandang yang diuraikan di dalam tulisan ilmiah dan mengubah sudut pandang pembaca tentang topik tersebut. Tulisan yang persuasif termasuk artikel argumentatif dan posisi. b) Tujuan analitis, yaitu untuk menjelaskan dan mengevaluasi gagasan dan memilih gagasan yang terbaik berdasarkan kriteria sendiri. Tugas analitis sering menyelidiki penyebab, memeriksa efek, mengevaluasi keefektifan, menilai cara memecahkan masalah, menemukan hubungan antara berbagai ide, atau menganalisis argumen orang lain. Sedangkan tujuan sintesis, yaitu mengumpulkan semua bagian menjadi satu kesatuan. Contoh dari penugasan ini adalah artikel analisis dan analisis kritis. c) Tujuan informatif, yaitu untuk menjelaskan gagasan, memberikan informasi baru kepada pembaca tentang topik tertentu. Ini berbeda dari topik analitis karena tidak mendorong sudut pandang tertentu pada pembaca, tetapi mencoba memperbesar pandangan pembaca. 2) Keterlibatan Pemirsa. Seperti halnya semua tulisan, tulisan akademis diarahkan pada audiens yang memiliki pemikiran spesifik. 3) Sudut Pandang yang Jelas. Penulisan akademik, bahkan dengan tujuan informatif, bukan hanya daftar fakta atau ringkasan sumber. 4) Fokus Tunggal. Setiap paragraf (bahkan setiap kalimat) dalam tuisan ilmiah akan mendukung pernyataan tesis tetentu. 5) Organisasi Logis. Penulisan akademik mengikuti pola organisasi standar. Esai akademik dan makalah, terdiri dari pendahuluan, tubuh, dan kesimpulan. Setiap paragraf secara logis mengarah ke yang berikutnya.



10



a) Pengantar menangkap perhatian pembaca, memberikan informasi latar belakang, dan memungkinkan pembaca tahu apa yang diharapkan. Ini juga memiliki pernyataan tesis. b) Paragraf tubuh mendukung pernyataan tesis. Setiap paragraf tubuh memiliki satu poin utama untuk mendukung tesis, yang dinamai dalam kalimat topik. Setiap poin kemudian didukung dalam paragraf dengan penalaran dan bukti logis. Setiap kalimat terhubung ke satu sebelum dan sesudahnya. Pembaca tidak harus bekerja untuk menemukan hubungan antara ide-ide. c) Kesimpulannya merangkum tesis dan poin-poin utama paper dan menunjukkan kepada pembaca pentingnya temuan-temuan paper tersebut. 6) Dukungan kuat. Setiap paragraf tubuh akan memiliki dukungan yang cukup dan relevan untuk kalimat topik dan pernyataan tesis. Dukungan ini akan terdiri dari fakta, contoh, deskripsi, pengalaman pribadi, dan pendapat dan kutipan ahli. 7) Penjelasan yang Jelas dan Lengkap. Pembaca tidak perlu berpikir keras untuk memahami ide, logika, atau organisasi tulisan ilmiah. 8) Penggunaan Penelitian yang Efektif. Tulisan ilmiah harus mengacu pada berbagai sumber terkini, berkualitas tinggi, profesional dan akademis. Riset yang digunakan mendukung ide yang harus diintegrasikan ke dalam tulisan dan tidak disajikan secara terpisah. Itu berarti bahwa materi sumber akan diperkenalkan, dianalisis, dijelaskan, dan kemudian dikutip. 9) Gaya APA yang Benar. Semua makalah akademis harus mengikuti pedoman dari American Psychological Association seperti yang ditemukan dalam Research and APA Style Guide 2010, mengenai kutipan dalam teks, daftar referensi, dan format. 10) Gaya menulis, yakni dengan menggunakan kata-kata sendiri jika memungkinkan. Tulisan harus jelas, ringkas, dan mudah dibaca. Juga sangat penting bahwa tidak ada kesalahan tata bahasa, ejaan, tanda baca, atau kosakata dalam penulisan akademik (Anne Whitaker: 2010). e. Syarat Karya Ilmiah Dalam penulisanya karya ilmiah memiliki syarat-syarat tertentu, berikut ini adalah syarat-syarat karya ilmiah menurut Zulfikar (dalam http://fikarzone.wordpress.com): 1) Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.



11



2) Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya. 3) Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi. 4) Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur. 5) Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandungdalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan. 6) Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan). f. Sistematika Karya Tulis Ilmiah Sistematika karya ilmiah yang akan dipublikasikan pada dasarnya meminta penulis untuk menjawab 5 (lima) pertanyaan berikut: 1) Apa yang menjadi masalah? Paparan tentang apa yang menjadi masalah dengan latar belakangnya biasanya dikemas dalam bagian Pendahuluan. 2) Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai untuk memecahkan masalah? Paparan tentang kerangka acuan teoretik yang digunakan dalam memecahkan masalah umumya dikemukakan dalan bagian dengan judul Kerangka Teoritis atau Teori atau Landasan Teori, atau Telaah Kepustakaan, atau label-label lain yang semacamnya. 3) Bagaimana cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah itu? Paparan mengenai apa yang dilakukan dikemas dalam bagian yang seringkali diberi judul Metode atau Metodologi atau Prosedur atau Bahan dan Metode. 4) Apa yang ditemukan? Jawaban terhadap pertanyaan apa yang ditemukan umumnya dikemukakan dalam bagian Temuan atau Hasil Penelitian. 5) Makna apa yang dapat diambil dari temuan itu? Paparan tentang makna dari temuan penelitian umumnya dikemukakan dalam bagian Diskusi atau Pembahasan. Khusus untuk penerbitan karya ilmiah berupa jurnal ilmiah, Sistematika karya ilmiah sangat bergantung pada tradisi masarakat keilmuan dalam bidang terkait, jenis karya ilmiah (makalah, laporan penelitian, skripsi). Dalam suatu karya ilmiah yang mempunyai tingkat keformalan yang tinggi, seperti misalnya skripsi, sistematika penulisan lebih baku, dan beberapa paparan lainnya sering diminta dari mahasiswa kesimpulan dan rekomendasi (saran-saran) pada bagian akhir, atau kata pengantar pada bagian awal. Banyak jurnal dan majalah memuat abstrak, yakni rangkuman informasi yang ada dalam dokumen laporan, makalah, atau



12



skripsi, lengkapnya (Muslimin Mahmud, http://research-report. umm.ac.id /index.php/research-report/article/view/872 ). Sebagian besar tulisan yang terbit dalam jurnal ilmiah mengandung komponen sederhana yang dikenal dengan IMRAD (Mack, 2018): 1) Introduction 2) Method (experiment, theory, design, model) 3) Results and Discussion 4) Conclusions g. Prosedur penulisan karya tulis ilmiah 1) Tahap persiapan a) Persiapan penulisan karya ilmiah Langkah-langkah persiapan penulisan karya ilmiah: (1) Pemilihan topik/ masalah untuk karya ilmiah Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan topik untuk karya ilmiah. Dalam penulisannya harus mengikuti kaidah kebenaran isi, metode kajian, serta tata cara penulisannya yang bersifat keilmuan. Salah satu cara untuk memenuhi kaidah tersebut adalah dengan melakukan pemilihan topik yang jelas dan spesifik. Pemilihan untuk karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara; (a) Merumuskan tujuan yang jelas dan tepat untuk dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang terfokus bahasannya. Tips yang dapat dilakukan untuk merumuskan tujuan diantaranya; 1) Usahakan merumuskan tujuan dalam satu kalimat yang sederhana; 2) Ajukan pertanyaan dengan menggunakan salah satu kata tanya terhadap rumusan yang kita buat; 3) Jika kita dapat menjawab dengan pasti pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan, berarti rumusan tujuan yang kita buat sudah cukup jelas dan tepat; (b) Menentukan Topik. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan topik adalah menentukan ide-ide utama. Kemudian uji dan tanya pada diri sendiri apakah ide-ide itu yang akan kita tulis; (c) Menelusuri Topik. Bila topik telah ditentukan, kita masih harus memfokuskan topik tersebut agar dalam penulisannya tepat sasaran. Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam memfokuskan topik; 1) Fokuskan topik agar mudah dikelola; 2) Ajukan pertanyaan. (2) Mengidentifikasi pembaca karya ilmiah



13



Kewajiban seorang penulis karya ilmiah adalah memuaskan kebutuhan pembacanya akan informasi, yaitu dengan cara menyampaikan pesan yang ditulisnya agar mudah dipahami oleh pembacanya. Sebelum menulis, kita harus mengidentifikasi siapa kira-kira yang akan membaca tulisan kita. Hal tersebut perlu dipertimbangkan pada saat kita menulis karya tulis ilmiah agar tulisan kita tepat sasaran. (3) Menentukan cakupan isi materi karya ilmiah Cakupan materi adalah jenis dan jumlah informasi yang akan disajikan di dalam tulisan. b) Pengumpulan informasi untuk penulisan karya ilmiah (1) Memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber data, informasi, dan bahan untuk tulisan. (a) Mencari Buku dengan Online Catalog dan Card Catalog (b) Memeriksa Bahan-Bahan Pustaka yang Telah Diperoleh. Cara memeriksa bahan pustaka tersebut adalah; atur waktu membaca, bacalah secara selektif, bacalah secara bertanggung jawab, bacalah secara kritis, membuat catatan dari bahan-bahan pustaka dengan mengacu pada kartu indeks yang telah kita buat. (c) Membuat Ringkasan dan ‘Paraphrasing’; (d) Membuat Kutipan dengan persis dan apa adanya pernyataan dari sumber bacaan yang digunakan. (2) Melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi untuk tulisan. Ada empat hal yang harus diperhatikan saat akan melakukan wawancara untuk keperluan proyek penulisan karya ilmiah, yaitu; (a) Menentukan orang yang tepat untuk diwawancarai; (b) Mempersiapkan pedoman wawancara; (c) Melaksanakan wawancara; (d) Mengolah hasil wawancara. 2) Tahap Proses Penulisan Tahap Penulisan merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah penulisan selesai. a) Tahap Pra Penulisan, meliputi: pemilihan dan pembatasan topik, merumuskan tujuan, mempertimbangkan bentuk karangan, mempertimbangkan pembaca, mengumpulkan data pendukung,



14



b)



c)



d)



e)



f)



merumuskan judul, merumuskan tesis, dan penyusunan ide dalam bentuk karangan atau outline. Tahap Penulisan Draf, meliputi: mengekspresikan ide-ide ke dalam tulisan kasar dan pengembangan ide masih bersifat tentatif. Tahap Revisi, meliputi: memperbaiki ide-ide dalam karangan, berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, penataan isi sesuai dengan kebutuhan pembaca dan kegiatan: (a) membaca ulang seluruh draf, (b) sharing atau berbagi pengalaman tentang draf kasar karangan dengan teman, (c) merevisi dengan memperhatikan reaksi, komentar/masukan. Tahap Penyuntingan, meliputi: memperbaiki perubahanperubahan aspek mekanik karangan, memperbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain. Aspek mekanik antara lain: huruf kapital, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah, kosakata, format karangan. Tahap Publikasi, meliputi: tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca orang lain, dan sesuaikan tulisan dengan media publikasi yang akan kita tuju. Tahap Evaluasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lainlain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya. Ada 5 (lima) kriteria yang bisa kita gunakan untuk mengevaluasi setiap bagian dari menulis sebagai berikut: (a) fokus yang ditulis berkaitan dengan konteks, tujuan, dan koherensi dari sepotong tulisan, (b) pembangunan berkaitan dengan rincian dan bukti, (c) organisasi menyangkut ketertiban dan tata letak kertas, (d) gaya berkaitan dengan kejelasan, keanggunan presisi, dan (5) konvensi meliputi tata bahasa, mekanik, tanda baca, format, dan isu-isu lain yang ditentukan oleh konvensi atau aturan (https://yanhasiholan. wordpress. com/2013/01/14/langkah-langkah-penulisan-karyailmiah/).



h. Pengertian Publikasi Ilmiah Publikasi ilmiah adalah sistem publikasi yang dilakukan berdasarkan peer review dalam rangka untuk mencapai tingkat obyektivitas setinggi mungkin. "Sistem" ini, bervariasi tergantung bidang masing-masing, dan selalu berubah, meskipun seringkali secara perlahan. Sebagian besar 15



karya akademis diterbitkan dalam jurnal ilmiah atau dalam bentuk buku. Sebagian besar bidang akademik yang telah mapan memiliki jurnal dan bentuk publikasi tersendiri, meskipun banyak pula terdapat jurnal akademik yang bersifat interdisipliner (antar cabang) dan mempublikasikan karya dari beberapa bidang yang berbeda. Jenis-jenis publikasi yang dapat diterima sebagai kontribusi terhadap bidang ilmu pengetahuan dan penelitian sangat bervariasi di antara berbagai bidang. Publikasi ilmiah saat ini sedang mengalami perubahan yang besar, yang muncul akibat transisi dari format penerbitan cetak ke arah format elektronik, yang memiliki model bisnis berbeda dengan pola sebelumnya. Trend umum yang berjalan sekarang, akses terhadap jurnal ilmiah secara elektronik disediakan secara terbuka. Hal ini berarti semakin banyak publikasi ilmiah yang dapat diakses secara gratis melalui internet, baik yang disediakan oleh pihak penerbit jurnal, maupun yang disediakan oleh para penulis artikel jurnal itu sendiri. Dalam publikasi ilmiah, sebuah makalah adalah sebuah karya akademis yang umumnya diterbitkan dalam suatu jurnal ilmiah. Makalah ini dapat berisi hasil penelitian orisinil atau berupa telaah dari hasil-hasil yang telah ada sebelumnya. Makalah seperti ini baru dapat dianggap valid setelah melalui proses peer review oleh satu atau beberapa pemeriksa (yang juga merupakan akademisi di bidang yang sama) dalam rangka untuk memeriksa isi makalah apakah telah sesuai untuk dipublikasikan di jurnal. Sebuah makalah dapat mengalami beberapa kali pemeriksaan dan revisi, sebelum akhirnya dapat diterima untuk publikasi. Hal ini dapat berlangsung hingga beberapa tahun, khususnya untuk jurnal penerbitan yang sangat populer (http://barkahrepeks.blogspot.com/2011/01/publikasi-ilmiah.html). i.



Macam-macam Publikasi Ilmiah dan Angka Kreditnya Publikasi Ilmiah terdiri dari tiga kelompok kegiatan, yaitu: 1) Presentasi pada forum ilmiah; 2) Publikasi Ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal; dan 3) Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan atau pedoman guru (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010 dan Nana Sudjana & Ulung Laksamana: 2008). 1) Presentasi pada Forum Ilmiah Guru



seringkali diundang mengikuti



pertemuan



ilmiah



untuk



memberikan presentasi, baik sebagai pemrasaran atau pembahas pada pertemuan ilmiah tersebut. Untuk keperluan itu, guru harus membuat prasaran ilmiah. Prasaran ilmiah adalah sebuah tulisan 16



ilmiah berbentuk makalah yang berisi ringkasan laporan hasil penelitian, gagasan, ulasan, atau tinjauan ilmiah. Kerangka isi makalah pada pertemuan ilmiah pada umumnya mengikuti ketentuan yang ditetapkan panitia pertemuan ilmiah. Namun demikian, setidaknya makalah tersebut, mempunyai bagian-bagian isi sebagai berikut: Bagian Awal: Memuat judul, keterangan tentang waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan, dan pada kegiatan apa pertemuan ilmiah tersebut dilakukan. Bagian Isi: 1) sajian abstrak / ringkasan; 2) paparan masalah utama berikut pembahasan masalah, dan 3) penutup. Bagian Akhir: Daftar Pustaka. Makalah prasaran ilmiah untuk penilaian angka kredit menuntut bukti fisik sebagai berikut: a) Makalah yang sudah disajikan pada pertemuan ilmiah dan telah disahkan oleh kepala sekolah / madrasah. b) Surat keterangan dari panitia seminar atau sertifikat / piagam dari panitia pertemuan ilmiah. Besaran angka kredit pemrasaran / narasumber pada forum ilmiah sebagai berikut. No 1



Jenis Kegiatan dalam Forum Ilmiah



Angka Kredit



Pemrasaran / narasumber pada seminar atau



0,2



lokakarya ilmiah 2



Pemrasaran / nara sumber pada koloqium atau



0,2



diskusi ilmiah Permenpan RB 16-2009 tentang JF Guru dan Angka Kredit 2) Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal Karya tulis ilmiah guru dapat dipublikasikan dalam bentuk laporan hasil penelitian (misalnya laporan Penelitian Tindakan Kelas) atau berupa tinjauan / gagasan ilmiah yang ditulis berdasar pada pengalaman dan sesuai dengan tugas pokok serta fungsi guru. Publikasi karya tulis ilmiah guru di atas, terdiri dari empat kelompok, yakni: a) Laporan hasil penelitian.



17



Laporan hasil penelitian adalah karya tulis ilmiah berisi laporan hasil penelitian yang dilakukan guru pada bidang pendidikan yang telah dilaksanakan guru di sekolah / madrasahnya dan sesuai dengan tupoksinya, antara lain dapat berupa laporan Penelitian Tindakan Kelas. Laporan hasil penelitian tersebut, dibedakan berdasarkan pada jenis publikasinya sebagai berikut. (1) Laporan hasil penelitian yang diterbitkan/ dipublikasikan dalam bentuk buku ber-ISBN dan telah mendapat pengakuan BSNP. (2) Laporan hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah diterbitkan/ dipublikasikan dalam majalah ilmiah / jurnal ilmiah diedarkan secara nasional dan terakreditasi. (3) Laporan hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah diterbitkan/ dipublikasikan dalam majalah / jurnal ilmiah tingkat provinsi (4) Laporan hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah diterbitkan/ dipublikasikan dalam majalah/jurnal ilmiah tingkat kabupaten/kota. (5) Laporan hasil penelitian yang diseminarkan di sekolah/madrasahnya dan disimpan di perpustakaan. Bila laporan hasil penelitian tersebut dimuat dibuku atau jurnal, pada umumnya kerangka isi laporan mengikuti persyaratan yang berlaku dalam penulisan buku atau jurnal. Untuk laporan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk makalah, pada umumnya kerangka isi atau format laporan hasil penelitian terdiri dari bagian awal, bagian isi dan bagian penunjang. Bagian Awal terdiri dari halaman judul; lembaran persetujuan; kata pengantar; daftar isi, daftar label, daftar gambar, dan lampiran; serta abstrak atau ringkasan. Bagian Isi Umumnya terdiri dari beberapa bab yakni: (1) Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan, dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (2) Bab Kajian/TinjauanPustaka; (3) Bab Metode Penelitian; (4) Bab Hasil dan Diskusi Hasil Kajian, serta (5) Bab Kesimpulan dan Saran. Bagian Penunjang memuat daftar pustaka dan lampiran18



lampiran (seperti instrumen yang digunakan, contoh hasil kerja siswa, contoh isian instrumen, foto-foto kegiatan, surat ijin penelitian, rencana pembelajaran, dan dokumen pelaksanaan penelitian lain yang menunjang keaslian penelitian tersebut). Bukti fisik yang diperlukan untuk penilaian angka kredit adalah sebagai berikut: (1) Buku asli atau fotokopi yang dengan jelas menunjukkan keterangan nama penerbit, tahun terbitan, serta nomor ISBN. Bila buku tersebut telah diedarkan secara nasional, harus disertakan pernyataan dari penerbit yang menerangkan bahwa buku tersebut telah beredar secara nasional. Bila buku tersebut telah lulus penilaian dari BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) Kementerian Pendidikan Nasional, maka harus ada keterangan yang jelas tentang persetujuan atau pengesahan dari BSNP tersebut, yang umumnya berupa tanda persetujuan / pengesahan yang tercetak di sampul buku. (2) Majalah/jurnal ilmiah asli atau fotokopi yang menunjukkan adanya nomor ISSN, tanggal terbitan, susunan dewan redaksi dan editor (mitra bestari). Bila jurnal tersebut dinyatakan telah terakreditasi, harus disertai dengan keterangan akreditasi untuk tingkat nasional. Bila dinyatakan jurnal tersebut diterbitkan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota harus disertai keterangan yang jelas tentang tingkat penerbitan jurnal tersebut. Bila satu artikel ilmiah yang sama (atau sangat mirip) dimuat dibeberapa majalah / jurnal ilmiah, maka angka kredit untuk artikel tersebut hanya diberikan pada salah satu majalah/jurnal ilmiah dan dipilih angka kredit yang terbesar. (3) Makalah laporan hasil penelitian yang dilengkapi dengan berita acara yang membuktikan bahwa hasil penelitian tersebut telah diseminarkan di sekolah/madrasahnya. Berita acara tersebut paling tidak berisi keterangan tentang waktu, tempat, peserta, notulen seminar, dan dilengkapi dengan daftar hadir peserta. Berita acara ditandatangan oleh panitia seminar dan kepala sekolah/madrasah. Seminar dilaksanakan di sekolah/ madrasah penulis, dengan peserta minimal 15 orang guru yang berasal dari minimal 3 sekolah / madrasah yang setingkat. Semua bukti fisik di atas memerlukan surat pernyataan keaslian 19



dari kepala sekolah / madrasah yang disertai tanda tangan kepala sekolah / madrasah dan cap sekolah / madrasah bersangkutan. Juga harus disertakan surat keterangan dari perpustakaan sekolah/madrasah yang menyatakan bahwa arsip dari buku/jurnal/makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan sekolah/madrasahnya. Besaran angka kredit untuk karya tulis hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolah/madrasahnya, dapat dipublikasikan dalam berbagai bentuk, dengan perolehan angka kredit sebagai berikut. No



Jenis Publikasi Ilmiah Hasil Penelitian di Bidang Pendidikan Formal



Angka Kredit



1



Berupa buku yang diterbitkan ber ISBN dan diedarkan secara nasional atau ada pengakuan dari BSNP.



4



2



Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat di jurnal ilmiah tingkat nasional yang terakreditasi



3



3



Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat di jurnal ilmiah tingkat provinsi



2



4



Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat di jurnal ilmiah tingkat kabupaten/kota



1



5



Berupa makalah hasil penelitian dan telah diseminarkan di sekolah/madrasah penulis.



4



Permenpan RB 16-2009 tentang JF Guru dan Angka Kredit 3) Tinjauan ilmiah Makalah tinjuan ilmiah adalah karya tulis guru yang berisi ide/gagasan penulis dalam upaya mengatasi berbagai masalah pendidikan formal dan pembelajaran yang ada di satuan pendidikannya (di sekolah/madrasahnya). Bagian Awal terdiri dari halaman judul ; lembaran persetujuan; kata pengantar ; daftar isi, daftar label, daftar gambar, dan lampiran; serta abstrak atau ringkasan. Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab, yakni: a) Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat; b) Bab Kajian/Tinjauan Pustaka; c) Bab Pembahasan Masalah yang didukung data berasal dari satuan pendidikannya, adapun yang harus disajikan pada bab ini 20



adalah kejelasan ide atau gagasan asli penulis yang terkait dengan upaya pemecahan masalah di satuan pendidikannya (di sekolah/madrasahnya); d) Bab Kesimpulan, bagian penunjang yang memuat daftar pustaka dan lampiran data yang digunakan dalam melakukan tinjauan atau gagasan ilmiah. Bukti fisik yang diperlukan untuk penilaian angka kredit berupa, makalah asli atau fotokopi dengan surat pernyataan tentang keaslian dari kepala sekolah/ madrasah disertai dengan tanda tangan dari kepala sekolah/madrasah dan cap sekolah/madrasah bersangkutan, serta didukung oleh surat keterangan dari kepala perpustakaan sekolah/madrasah yang menyatakan bahwa arsip dari buku/jurnal/makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan sekolah/ madrasahnya. Besaran angka kredit makalah tinjauan ilmiah pendidikanformal dan pembelajaran sebagai berikut: No.



1



Jenis Publikasi Ilmiah pada Bidang Pendidikan Tinjauan Ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan



di



bidang Angka Kredit 2



4) Tulisan ilmiah popular. Karya ilmiah populer adalah tulisan yang dipublikasikan di media massa (koran, majalah, atau sejenisnya). Karya ilmiah populer dalam kaitan dengan upaya pengembangan profesi ini merupakan kelompok tulisan yang lebih banyak mengandung isi pengetahuan berupa ide atau gagasan pengalaman penulis yang menyangkut bidang pendidikan pada satuan pendidikan penulis yang bersangkutan. Kerangka isinya disesuaikan dengan persyaratan atau kelaziman dari media massa yang akan mempublikasikan tulisan tersebut. Berupa guntingan (kliping) tulisan dari media massa yang memuat karya ilmiah penulis, dengan pengesahan dari kepala sekolah/madrasah. Pada guntingan media massa tersebut harus jelas nama media massa serta tanggal terbitnya. Bila berupa fotokopi harus ada surat pernyataan dari kepala sekolah/madrasah yang menyatakan keaslian karya ilmiah populer yang dimuat di media massa tersebut. Besaran angka kredit tulisan ilmiah populer sebagai berikut:



21



No. 1



2



Jenis Tulisan Ilmiah Populer di Bidang Pendidikan Angka dan Pembelajaran Kredit Artikel ilmiah populer dibidang pendidikan formal 2 dan pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di media massa tingkat nasional Artikel ilmiah populer dibidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di media massa tingkat provinsi



1,5



5) Artikel ilmiah Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan adalah tulisan yang berisi gagasan atau tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran di satuan pendidikan yang dimuat di jurnal ilmiah. Artikel ilmiah di bidang pendidikan umumnya mengikuti aturan dari jurnal yang akan memuat artikel ilmiah dan setidak-tidaknya berisi: a) pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat; b) kajian teori, yang menguraikan tentang teori-teori yang relevan; c) pembahasan, yang mengemukakan tentang gagasan/ide penulis dalam upaya memecahkan masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan pembelajaran di sekolah/ madrasahnya. Pembahasan tersebut didukung oleh teori dan data yang relevan; dan d) Kesimpulan. Bukti fisik yang diperlukan untuk penilaian angka kredit adalah sebagai berikut: a) Jurnal ilmiah asli atau fotokopi yang menunjukkan adanya nomor ISSN, b) Surat keterangan akreditasi untuk tingkat nasional (atau surat keterangan bahwa jurnal tersebut adalah tingkat nasional tetapi tidak terakreditasi), c) Surat keterangan bila jurnal tersebut diterbitkan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota, atau tingkat lokal (kabupaten/kota/sekolah/madrasah). d) Bila satu artikel ilmiah yang sama dimuat dibeberapa majalah/jurnal ilmiah, maka yang dapat dinilai hanya satu dan dipilih artikel yang berpeluang angka kreditnya terbesar. Semua bukti fisik di atas memerlukan surat pernyataan keaslian dari kepala sekolah/madrasah yang disertai tanda tangan kepalasekolah/madrasah dan cap sekolah/madrasah bersangkutan.



22



Besaran angka kredit artikel ilmiah dalam bidang pendidikan sebagai berikut: No. 1



Jenis Artikel Ilmiah di Bidang Pendidikan Angka dan Pengajaran Kredit Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di 2 jurnal tingkat nasional terakreditasi



2



Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan di muat di jurnal tingkat nasional tidak terakreditasi atau tingkat provinsi terakreditasi



1,5



3



Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan dimuat di jurnal tingkat provinsi tidak terakreditasi atau tingkat lokal (kabupaten/kota/sekolah/madrasah)



1



6) Publikasi Buku Teks Pelajaran, Buku Pengayaan, dan/ atau Pedoman Guru Publikasi ilmiah pada kelompok ini terdiri dari: a) Buku Pelajaran Buku pelajaran adalah buku berisi pengetahuan untuk bidang ilmu atau mata pelajaran tertentu dan diperuntukkan bagi siswa pada suatu jenjang pendidikan tertentu atau sebagai bahan pegangan mengajar guru baik sebagai buku utama atau pelengkap. Buku dapat ditulis guru secara individu atau berkelompok. Adapun kerangka isi buku pelajaran adalah sebagai berikut: (1) pengantar, (2) bagian pendahuluan yang terdiri dari daftar isi dan tujuan buku pelajaran, (3) bagian isi yang terdiri dari; judul bab atau topik isi bahasan, penjelasan tujuan bab, uraian isi pelajaran, penjelasan teori, sajian contoh, dan soal latihan, serta (4) bagian penunjang yang terdiri dari daftar pustaka dan data diri penulis. Bukti fisik yang harus disertakan dalam pengajuan usul penetapan angka kredit adalah berupa buku asli atau fotokopi yang secara jelas menunjukkan nama penulis tersebut. Buku tersebut juga harus secara jelas menunjukkan nama penerbit, tahun diterbitkan, serta keterangan- keterangan lain yang



23



diperlukan seperti persetujuan dari BSNP, nomor ISBN, dan lainlain (jika ada). Bila buku tersebut berupa fotokopi, maka diperlukan surat pernyataan keaslian dari kepala sekolah/madrasah disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap sekolah/madrasah bersangkutan. Besaran angka kredit untuk buku pelajaran sebagai berikut: No.



Jenis Buku Pelajaran



Angka Kredit 6



1



Buku pelajaran yang lolos penilaian oleh BSNP



2



Buku pelajaran yang dicetak oleh penerbit dan ber ISBN



3



3



Buku pelajaran yang dicetak oleh penerbit tetapi belum ber –ISBN



1



b) Modul / Diktat Pembelajaran per Semester Modul adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut. Diktat adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran atau bidang studi yang dipersiapkan guru untuk mempermudah/ memperkaya materi mata pelajaran / bidang studi yang disampaikan oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Materi pelajaran pada suatu modul, disusun dan disajikan sedemikian rupa agar siswa secara mandiri dapat memahami materi yang disajikan. Modul umumnya terdiri dari: petunjuk siswa, isi materi bahasan (uraian dan contoh), lembar kerja siswa, evaluasi, kunci jawaban evaluasi, dan pegangan tutor / guru (bila ada). Ciri lain dari modul adalah dalam satu modul terdapat beberapa kegiatan belajar yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu dan di setiap akhir kegiatan belajar terdapat umpan balik dan tindak lanjut. Umumnya satu modul menyajikan satu topik materi bahasan yang merupakan satu unit program pembelajaran tertentu. Sebagai bagian dari modul, buku materi bahasan mempunyai kerangka isi yang tidak berbeda dengan buku pelajaran. Ciri khas modul adalah tersedianya berbagai petunjuk yang lengkap dan rinci, agar siswa mampu menggunakan modul dalam membelajarkan diri mereka sendiri. 24



Pada hakikatnya diktat adalah buku pelajaran yang “masih” mempunyai keterbatasan, baik dalam jangkauan penggunaannya maupun cakupan isinya. Dengan demikian kerangka isi diktat yang baik seharusnya tidak berbeda dengan buku pelajaran, namun karena masih digunakan dikalangan sendiri (terbatas), beberapa bagian isi seringkali ditiadakan. Bagian yang seharusnya tetap tersaji pada suatu diktat adalahsebagai berikut: (1) Bagian Pendahuluan yang terdiri dari; daftar isi dan penjelasan tujuan diktat pelajaran. (2) Bagian Isi yang terdiri dari; judul bab atau topik isi bahasan, penjelasan tujuan bab, uraian isi pelajaran, penjelasan teori, sajian contoh, soal latihan. (3) Bagian Penunjang yang terdiri dari daftar pustaka. Bukti fisik yang harus disertakan dalam pengajuan angka kredit adalah berupa modul atau diktat asli atau fotokopi yang secara jelas menunjukkan nama penulisnya. Modul atau diktat tersebut harus secarajelas menunjukkan nama mata pelajaran atau materi pokok tertentu yang menjadi isi utamanya, tahun/semester diterbitkan, serta penjelasan kelas dari siswa yang akan menggunakan modul atau diktat tersebut. Modul dan diktat yang digunakan di tingkat provinsi memerlukan pengesahan dari kepala Dinas Pendidikan Provinsi yang disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap Dinas Pendidikan Provinsi bersangkutan. Modul dan diktat yang digunakan di tingkat kota/kabupaten memerlukan pengesahan dari kepala Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten yang disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten bersangkutan. Modul dan diktat yang digunakan di sekolah/ madrasah harus disahkan oleh kepala sekolah/madrasah yang disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap sekolah/ madrasah bersangkutan. Besaran angka kredit modul dan diktat sebagai berikut:



No. 1



Jenis Modul/Diktat Pembelajaran per Semester Modul dan diktat yang digunakan di tingkat provinsi.



25



Angka Kredit 1,5



Modul dan diktat yang digunakan di



2



tingkat kota/kabupaten. Modul dan diktat yang digunakan di



3



sekolah/madrasah.



1 0,5



c) Buku dalam Bidang Pendidikan Perbedaan antara buku pelajaran dan buku dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut: Aspek



Isi



Buku Pelajaran Berisi pengetahuan untuk bidang ilmu atau mata pelajaran tertentu



Sasaran Siswa pada jenjang Pembaca pendidikan tertentu



Buku dalam Bidang Pendidikan Berisi pengetahuan yang terkait dengan bidang kependidikan Tidak hanya pada siswa pada jenjang pendidikan tertentu



Tujuan



Tidak hanya membantu siswa dalam memahami mata pelajaran Membantu siswa dalam tertentu, atau sebagai memahami mata pelajaran bahan pegangan tertentu, atau sebagai mengajar guru, baik bahan pegangan mengajar pegangan utama guru, baik pegangan utama maupun pelengkap maupun pelengkap namun dimaksudkan juga untuk memberikan informasi pengetahuan dalam bidang kependidikan



Penulis



Guru atau kelompok guru yang bertugas dan atau berkemampuan terhadap isi buku



26



Guru atau kelompok guru yang berkemampuan terhadap isi buku



Berbeda dengan kerangka isi buku pelajaran, buku dalam bidang pendidikan mempunyai kerangka isi yang lebih bebas, tergantung pada isi pengetahuan apa yang akan disajikan dalam buku tersebut. Meskipun demikian pada umumnya kerangka buku dalam bidang pendidikan terdiri dari: Pengantar, daftar isi, bagian pendahuluan, bagiani isi yang terdiri dari beberapa bab/bagian sesuai dengan isi pengetahuan yang disajikan, dimana masing-masing dari bab/bagian serupa dengan bagian isi buku. Bagian penunjang yang terdiri dari daftar kepustakaan dan data diri penulis. Bukti fisik yang harus disertakan dalam pengajuan angka kredit adalah berupa buku asli atau fotokopi yang secara jelas menunjukkan nama penulis buku tersebut. Buku tersebut juga harus secara jelas menunjukkan nama penerbit, tahun diterbitkan, serta keterangan- keterangan lain yang diperlukan seperti, nomor ISBN, dan lain-lain (jika ada). Bila buku tersebut berupa fotokopi, maka diperlukan pernyataan keaslian dari kepala sekolah/madrasah yang disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap sekolah/ madrasah bersangkutan. Besaran angka kredit dari buku dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut: No



Jenis Buku dalam Bidang Pendidikan



1



Buku dalam bidang pendidikan yang dicetak oleh penerbit dan ber-ISBN



2



Buku dalam bidang pendidikan yang dicetak oleh penerbit tetapi belum ber-ISBN



Angka Kredit 3 1,5



d) Karya Terjemahan Karya terjemahan adalah tulisan yang dihasilkan dari penerjemahan buku pelajaran atau buku dalam bidang pendidikan, dari bahasa asing atau bahasa daerah ke Bahasa Indonesia atau sebaliknya. Buku yang diterjemahkan biasanya adalah buku yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Untuk itu, perlu adanya surat pernyataan dari kepala sekolah/madrasah yang menjelaskan perlunya karya terjemahan tersebut untuk menunjang proses pembelajaran. Bagian buku yang diterjemahkan adalah keseluruhan isi buku secara lengkap



27



dan bukan merupakan bagian dari buku, atau suatu tulisan pendek, artikel, atau jenis tulisan lain di luar guru. Umumnya kerangka karya terjemahan mengikuti kerangka isi dari buku yang diterjemahkannya. Bukti fisik yang harus disertakan dalam pengajuan angka kredit adalah berupa karya terjemahan atau fotokopinya yang secara jelas menunjukkan nama buku yang diterjemahkan, nama penulis karya terjemahan, serta daftar isi buku yang diterjemahkan. Buku tersebut harus dilengkapi dengan surat pernyataan dari kepala sekolah/madrasah yang menjelaskan perlunya karya terjemahan tersebut untuk menunjang proses pembelajaran guru disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap sekolah/madrasah bersangkutan. Besaran angka kredit karya terjemahan adalah sebagai berikut:



No 1



Jenis Karya Publikasi Ilmiah Karya hasil terjemahan



Angka Kredit 1



e) Buku Pedoman Guru Buku Pedoman Guru adalah buku tulisan guru yang berisi rencana kerja tahunan guru. Isi dari rencana kerja paling tidak meliputi upaya dalam meningkatkan/ memperbaiki kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proses pembelajaran. Pada rencana tersebut juga harus disajikan rencana kegiatan PKB yang akan dilakukan. Melalui rencana kerja tersebut, guru mempunyai pedoman untuk mengembangakan profesinya. Buku ini juga dapat dipakai kepala sekolah/madrasah dan/atau pengawas sekolah untuk mengevaluasi kinerja guru bersangkutan. Buku pedoman guru disajikan dalam bentuk makalah, diketik dan dibendel, dengan kerangka isi sebagai berikut: (1) Bagian Awal yang terdiri dari; halaman judul yang menerangkan identitas guru dan tahun kerja dari rencana kerja guru tersebut, lembaran persetujuan dari kepala sekolah/ madrasah, kata pengantar, dan daftar isi. (2) Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni: (a) Pendahuluan, yang menjelaskan tentang tujuan,



28



pembuatan Rencana Kerja Tahunan Guru, menjelaskan ringkasan target-target capaian yang diharapkan dicapai. (b) Rincian rencana kerja yang disajikan dengan satuan bulanan selama setahun. Rencana kerja tersebut berupa rencana guru yang bersangkutan dalam meningkatkan kompetensinya sebagai guru, yakni kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, professional, spiritual dan leadership. (3) Penutup, yang menjelaskan ringkasan rencana kegiatan dan rencana target yang ingin dicapai. (4) Bagian penunjang memuat lampiran yang menunjang rencana kerja tahunan tersebut, misalnya RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, skenario kegiatan, dan lain-lain. Bukti fisik yang harus disertakan dalam pengajuan penetapan angka kredit adalah berupa makalah rencana kerja (Pedoman Kerja Guru) yang secara jelas menunjukkan nama penulis dan tahun rencana kerja tersebut akan dilakukan. Makalah tersebut dilengkapi dengan pernyataan keaslian dari kepala sekolah/madrasah yang disertai tanda tangan kepala sekolah/madrasah dan cap sekolah/madrasah bersangkutan. Besaran angka kredit Buku Pedoman Guru sebagai berikut: No 1



Jenis Karya Publikasi Ilmiah Buku Pedoman Guru



Angka Kredit 1,5



4. Rangkuman Karya Tulis Ilmiah adalah kegiatan penuangan data lapangan atau gagasan pemikiran dalam bentuk karangan dengan mengikuti aturan dan metode ilmu pengetahuan sebagai informasi ilmiah yang dapat didiskusikan dan disebarluaskan kepada masyarakat pendidikan serta didokumentasikan diperpustakaan. Karya Tulis Ilmiah memiliki 4 kriteria yaitu; asli, perlu, ilmiah, dan konsisten. Jika dihubungkan dengan hakekat ilmu, karya ilmiah mempunyai fungsi sebagai penjelasan (Explanation), ramalan (Prediction), dan kontrol (Control). Sistematika karya tulis ilmiah terdiri dari; masalah, kerangka acuan teoretik, cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah, sesuatu yang ditemukan dan makna dari sebuah temuan. Syarat karya tulis ilmiah hendaknya memuat gagasan ilmiah, bangun pikir yang berdasar, sistematika dan notasi, memuat unsur-unsur; kata, angka, tabel, dan gambar yang disusun untuk mendukung dan mampu mengekspresikan 29



asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan serta merupakan narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan). Prosedur penulisan karya tulis ilmiah terdiri dari; Pra penulisan (bahan tulisan dan kerangka), Penulisan (draft tulisan), dan Pasca penulisan (Penyuntingan dan publikasi). Publikasi Ilmiah merupakan upaya untuk menyebarluaskan suatu karya pemikiran seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk laporan penelitian, makalah, buku atau artikel yang merupakan wujud dari profesionalisme guru sebagai salah satu bentuk upaya untuk memperbaharui mental. Publikasi Ilmiah terdiri dari tiga kelompok kegiatan, yaitu: 1) Presentasi pada forum ilmiah; 2) Publikasi Ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal; dan 3) Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan atau pedoman guru. 5. Tugas Tugas ini berkaitan dengan tagihan produk yang harus diselesaikan dan dihasilkan peserta bimtek pada sesi penulisan dan publikasi ilmiah, diantaranya: a. Mempresentasi konsep karya tulis dan publikasi ilmiah b. Mengisi lembar kerja permasalahan karya tulis ilmiah (masalah apa, mengapa dianggap masalah, apa penyebab, dan apa alternatif solusinya) c. Lembar kerja Index Card Match tentang macam-macam publikasi ilmiah dan angka kreditnya d. Lembar kerja sistematika karya tulis ilmiah 6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut a. Manfaat apa yang sudah anda dapatkan setelah mendalami materi penulisan karya tulis ilmiah dan publikasi ilmiah? b. Apa yang akan anda lakukan setelah mendalami materi penulisan karya tulis ilmiah dan publikasi ilmiah?



30



B. Materi 2: Analisis SKL, Capaian Pembelajaran Kaitannya dengan Publikasi Ilmiah 1. Capaian Pembelajaran a. Tujuan Tujuan dari mengikuti materi ini adalah diharapkan peserta bimtek dapat menganalisis deskripsi Standar Kompetensi Lulusan, deskripsi Kompetensi Inti, deskripsi Kompetensi Dasar dan Konsep Publikasi Ilmiah, menyusun Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) sesuai kompetensi dasar, mengidentifikasi jenis-jenis publikasi ilmiah yang tepat sesuai dengan hasil indentifikasi masalah pada materi, metode, Media, Alat peraga, Sumber belajar, Hasil belajar, menganalisis keterkaitan SKL, Capaian Pembelajaran, Tema serta IPK dengan tema pokok penulisan dan publikasi ilmiah. b. Indikator Keberhasilan Setelah mengikuti bimtek ini, diharapkan peserta bimtek dapat: (1) Menganalisis Standar Kompetensi Lulusan sesuai jenjang yang meliputi dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan (2) Menganalisis deskripsi kompetensi inti sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang meliputi aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan (3) Menganalisis kompetensi dasar sesuai kompetensi inti aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan (4) Menyusun indikator pencapaian Kompetensi (IPK) sesuai kompetensi dasar pada tema (5) Menganalisis jenis-jenis publikasi ilmiah (6) Mengidentifikasi jenis-jenis publikasi ilmiah yang tepat sesuai dengan hasil indentifikasi masalah pada materi, metode, Media, Alat peraga, Sumber belajar, Hasil belajar. (7) Menganalisis keterkaitan SKL, Capaian Pembelajaran dan IPK dengan tema pokok penulisan dan publikasi ilmiah 2. Pokok-pokok Materi a. Analisis Standar Kompetensi Lulusan sesuai jenjang yang meliputi dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan b. Kompetensi inti sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang meliputi aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan c. Kompetensi dasar sesuai kompetensi inti aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan



31



d. Indikator Pencapaian Kompetensi, Materi, Metode, Media, Sumber Belajar dan Hasil Belajar kaitannya dengan tema pokok penulisan dan publikasi ilmiah. e. Jenis-jenis publikasi ilmiah. 3. Uraian Materi a. Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari delapan Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan ialah: 1) Pengertian Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 2) Tujuan Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. 3) Ruang Lingkup Standar Kompetensi Lulusan terdiri dari kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. 4) Monitoring dan Evaluasi Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang. Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan



32



keterampilan. Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B memiliki kompetensi pada dimensi sikap sebagai berikut: Dimensi sikap SMP/MTs/SMPLB/ Paket B RUMUSAN Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: 1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2. Berkarakter, jujur, dan peduli, 3. Bertanggungjawab, 4. Pembelajar sejati sepanjang hayat, dan 5. Sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional. Lulusan SMP/MTs/ SMPLB/Paket B memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan sebagai berikut: Dimensi pengetahuan SMP/MTs/SMPLB/ Paket B RUMUSAN Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berkenaan dengan: 1. Ilmu pengetahuan, 2. Teknologi, 3. Seni, dan 4. Budaya. mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.



33



Istilah pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif pada masing-masing satuan pendidikan dijelaskan pada matriks berikut: Penjelasan Faktual



SMP/MTs/SMPLB/ Paket B Pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.



Konseptual



Terminologi/ istilah dan klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi dan teori, yang digunakan terkait dengan pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.



Prosedural



Pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis, spesifik, algoritma, metode tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.



Metakognitif



Pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan menggunakannya dalam mempelajari pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.



34



Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B memiliki kompetensi pada dimensi keterampilan sebagai berikut: Dimensi keterampilan SMP/MTs/SMPLB/ Paket B RUMUSAN Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1. Kreatif, 2. Produktif, 3. Kritis, 4. Mandiri, 5. Kolaboratif, Dan 6. Komunikatif melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang pendidikan memperhatikan: a. Perkembangan psikologis anak; b. Lingkup dan kedalaman; c. Kesinambungan; d. Fungsi satuan pendidikan; dan e. Lingkungan. b. Kompetensi Inti Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkatan kelas. Isi Kurikulum 2013 dikembangkan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti dikembangkan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan merupakan kualitas minimal yang harus dikuasai peserta didik di kelas untuk setiap mata pelajaran. Kompetensi Inti terdiri atas; jenjang kompetensi minimal yang harus dikuasai peserta didik di kelas tertentu, isi umum materi pembelajaran, dan ruang lingkup penerapan kompetensi yang dipelajari. Jenjang kompetensi dalam KI meningkat untuk kelas-kelas berikutnya, KI tidak memuat konten khusus mata pelajaran tetapi konten umum yaitu fakta, konsep, prosedur, metakognitif dan kemampuan menerapkan 35



pengetahuan yang terkandung dalam setiap mata pelajaran. Perluasan penerapan kompetensi yang dipelajari dinyatakan dalam KI, dimulai dari lingkungan terdekat sampai ke lingkungan global. Dalam desain Kurikulum 2013, Kompetensi Inti berfungsi sebagai pengikat bagi Kompetensi Dasar. Oleh karena itu, setiap Kompetensi Dasar yang dikembangkan harus mengacu kepada Kompetensi Inti. Kompetensi Inti terdiri atas empat dimensi yang satu sama lain saling terkait. Keempat dimensi tersebut adalah; sikap spiritual (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3), dan keterampilan (KI 4), yang tercantum dalam pengembangan Kompetensi Dasar, Silabus, dan RPP. Dalam proses pembelajaran, KI 1 dan KI 2 dikembangkan di setiap kegiatan sekolah dengan pendekatan pembelajaran langsung (direct teaching) dan tidak langsung (indirect teaching). Sedangkan KI 3 dan KI 4 dikembangkan oleh masing-masing mata pelajaran dengan pendekatan pembelajaran langsung (direct teaching). Kompetensi Inti 3 (KI 3) menitikberatkan pada pengembangan pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif) dalam jenjang kemampuan kognitif dari mengingat sampai mencipta. Sedangkan KI 4 merupakan penerapan dari apa yang dipelajari pada KI 3 dalam proses pembelajaran yang terintegrasi ataupun terpisah. Pembelajaran terintegrasi mengandung makna bahwa proses pembelajaran KI 3 dan KI 4 dilakukan pada waktu bersamaan baik di kelas, laboratorium maupun di luar sekolah. Pembelajaran terpisah mengandung makna bahwa pembelajaran mengenai KI 3 terpisah dalam waktu dan/atau tempat dengan KI 4. Setiap KI dijabarkan dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar (KD) dari masing-masing KI menjadi rujukan guru dalam pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Lingkup kompetensi minimal terdapat pada jenjang SMP/MTs Kelas VIIIX . Kompetensi minimal tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut oleh satuan pendidikan yang telah memenuhi standar nasional pendidikan. c. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran. Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran dikembangkan



36



dengan merujuk kepada Kompetensi Inti dan setiap KI memiliki KD yang sesuai. Dengan perkataan lain, KI 1 memiliki KD yang berkaitan dengan sikap spiritual, KI 2 memiliki KD yang berkaitan dengan sikap sosial, KI 3 memiliki KD yang berkaitan dengan pengetahuan dan KI 4 memiliki KD yang berkaitan dengan keterampilan. KI-1, KI-2, dan KI-4 dikembangkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3. Setiap kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses pembelajaran dan penilaian. Hal ini bermakna bahwa pembelajaran dan penilaian pada tingkat yang sama memiliki karakteristik yang relatif sama dan memungkinkan terjadinya akselerasi belajar dalam 1 (satu) tingkat kompetensi. Selain itu, untuk tingkat kompetensi yang berbeda menuntut pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan penekanan yang berbeda pula. Semakin tinggi Tingkat Kompetensi semakin kompleks intensitas pengalaman belajar peserta didik dan proses pembelajaran serta penilaian. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang dimaksud di atas jenjang SMP/MTs Kelas VII sampai dengan Kelas IX. Kompetensi Dasar tersebut dapat dilihat pada lampiran permendikbud no 37 tahun 2018. d. Indikator Pencapaian Kompetensi, identifikasi masalah pada materi, Metode, Media/alat peraga, Sumber Belajar dan Hasil Belajar kaitannya dengan tema pokok penulisan dan publikasi ilmiah. Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hal ini berarti indikator pencapaian kompetensi merupakan rumusan kemampuan yang harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar (KD). Dengan demikian indikator pencapaian kompetensi merupakan tolok ukur ketercapaian suatu KD. Hal ini sesuai dengan maksud bahwa indikator pencapaian kompetensi menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Keterkaitan antara SKL, Capaian Pembelajaran dan IPK merupakan langkah awal guru dalam mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan masalah yang terdapat pada materi, metode, media/alat peraga, sumber belajar dan hasil belajar. Berdasarkan langkah awal tersebut akan teridentifikasi materi apakah yang perlu diperbaiki, diperdalam, dikembangkan; metode apa saja yang perlu dimodifikasi, diperbaiki dan diperbaharui; media/alat peraga pembelajaran apa saja yang perlu didesain, dibuat, dikembangkan sesuai kebutuhan peserta didik dan



37



perkembangan zaman; sumber belajar apa saja yang diperlukan, apakah perlu pendalaman dan perluasan sumber belajar terkait dengan perkembangan revolusi industri 4.0; apakah hasil belajar siswa pada kompetensi dasar tertentu sudah sesuai harapan, ada masalah atau perlu peningkatan? Pengayaan apa yang harus diberikan? Hasil identifikasi terhadap problem tersebutlah yang akan menjadi tema pokok penulisan dan publikasi ilmiah. Berikut ini tabel yang dapat membantu untuk melakukan analisis SKL, Capaian Pembelajaran, IPK kaitannya dengan tema pokok penulisan dan publikasi ilmiah. Jenjang: _______________(SMP) Kompetensi Inti: KI-1 : KI-2 : KI-3 : KI-4 : KD IPK Identifikasi masalah pada jenis publikasi materi metode Media Alat Sumber Hasil peraga belajar belajar ilmiah (modul, diktat, buku atau artikel/Jurnal 1.1



1.1.1 1.1.2



2.1



dst. 2.1.1 2.1.2



3.1



dst. 3.1.1 3.1.2



4.1.1



dst. 4.1.1.1 4.1.1.2



4.1.2



dst. 4.1.2.1 4.1.2.2 38



dst.



Publikasi ilmiah menjadi sarana dan upaya bagi guru untuk berkarya dan menyebarluaskanya dalam bentuk laporan penelitian, makalah, modul, diktat, buku atau artikel/jurnal, untuk memberi solusi atas problem pembelajaran dan mengembangkan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 4. Rangkuman a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan b. Kompetensi Inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti yang dimaksud terdiri atas; kompetensi inti sikap spiritual, kompetensi inti sikap sosial, kompetensi inti pengetahuan, dan kompetensi inti keterampilan. c. Kompetensi Dasar yakni kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. d. Indikator Pencapaian Kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. e. Keterkaitan antara SKL, Capaian Pembelajaran dan IPK berfungsi untuk mengidentifikasi masalah yang terdapat pada materi, metode, media/alat peraga, sumber belajar dan hasil belajar. 5. Tugas Buatlah Analisis SKL, Capaian Pembelajaran dan IPK serta identifikasi masalah yang terdapat pada materi, metode, media/alat peraga, sumber belajar dan hasil belajar, kemudian tentukan bentuk karya tulis ilmiah yang akan anda publikasikan ! 6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut a. Manfaat apa yang bisa diambil setelah belajar tentang Analisis SKL,



39



Capaian Pembelajaran dan IPK kaitannya dengan publikasi ilmiah? b. Apa rencana tindak lanjut setelah belajar tentang Analisis SKL, KI,KD dan IPK kaitannya dengan publikasi ilmiah?



40



C. Materi 3: Penelitian Tindakan Kelas 1. Capaian Pembelajaran a. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran, peserta bimtek mampu memahami konsep PTK, serta format usulan dan laporan penelitian tindakan kelas. b. Indikator 1. Menjelaskan Pengertian PTK 2. Mengidentifikasi Karakteristik PTK 3. Menjelaskan Tujuan dan Manfaat PTK 4. Mengidentifikasi Prinsip Pelaksanaan PTK 5. Menguraikan Prosedur Pelaksanaan dan Alur PTK 6. Mengidentifikasi Model dan Bentuk PTK 7. Merumuskan Format Usulan dan Pelaporan PTK 2. Pokok-Pokok Materi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Pengertian PTK Karakteristik PTK Tujuan dan Manfaat PTK Prinsip Pelaksanaan PTK Prosedur Pelaksanaan dan Alur PTK Model dan Bentuk PTK Usulan dan pelaporan PTK



3. Uraian Materi a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas atau classroom action research (CAR) ialah suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan di kelas. Ada tiga istilah yang dapat memudahkan seseorang untuk memahami PTK yaitu; penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru (Kunandar: 2011). Berikut ini beberapa pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dirumuskan oleh beberapa ahli, di antaranya yaitu: 1) PTK mengandung pengertian sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi



41



kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: a) Praktik-praktik kependidikan; b) Pemahaman tentang praktikpraktik tersebut, c) Situasi dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan (David Hopkins dalam Kunandar: 2011). 2) PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan–tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional (Suyanto dalam Masnur Muslich: 2011). 3) PTK adalah sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan–tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan (PGSM dalam Masnur Muslich: 2011). 4) PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan dimaksudkan sebagai pencarian jawab atas permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan tugasnya sehari–hari (Kasihani dalam Sukayati: 2008). 5) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit; Noehi Nasution: 2006). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan dengan melakukan tindakan–tindakan tertentu untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan– tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan secara professional. b. Karakteristik PTK Penelitian Tindakan Kelas memiliki beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut: 1) Bersifat siklis atau berulang, yakni terdapat siklus-siklus atau perulangan mulai dari perencanaan, pemebrian tindakan, pengamatan dan refleksi, sebagai prosedur baku; 2) Bersifat jangka panjang atau longitudinal, yakni berlangsung dalam jangkan waktu lama yang tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara 42



kontinu untuk memperoleh data yang diperlukan; 3) Bersifat partikular spesifik, tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka menguji atau menemukan teori-teori; 4) Bersifat partisipatoris, yakni guru sebagai peneliti sekaligus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah; 5) Bersifat emik (bukan etik), yaitu memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; 6) Bersifat kolaboratif dan kooperatif, artinya selalu terjadi kerjasama antara peneliti dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian; 7) Bersifat kasuistis, artinya menggarap kasus-kasus spesifik dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru; menggarap masalah-masalah yang memiliki urgensi tinggi; 8) Mengguankan konteks alamiah kelas; 9) Mengutamakan adaya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diperlukan; 10) Bermaksud mengubah kenyataan dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan (Ekawarna: 2011). c. Tujuan dan Manfaat PTK Tujuan Penelitian Tindakan Kelas di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran bermutu; 2) Memperbaiki dan menignkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru; 3) Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu; 4) Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya; 5) Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran; 6) Mencobakan aggasan,pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan meningkatkan inovatif guru; 7) Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi (Ekawarna: 2011). Banyak manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan PTK, antara lain: 43



1) Dengan melaksanakan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya; 2) Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap profesional guru; 3) Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa; 4) Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas; 5) Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas; 6) Dengan pelaskanaan PTK akan terjadi perbaikan dan atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa; 7) Dengan pelaskanaan PTK akan terjadi perbaikan dan atau pengembangan pribadi siswa di sekolah; 8) Dengan pelaskanaan PTK akan terjadi perbaikan dan atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum (Masnur Muslich: 2012). d. Prinsip Pelaksanaan PTK Pelaksanaan PTK didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut: 1) Tugas pendidika dan tenaga pendidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas; 2) Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data; 3) Kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan denagn tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah; 4) Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap diagnosis masalah bersandar pada kajian nyata yang berlangsung alam konteks pembelajaran yang sesungguhnya; 5) Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan; dan 6) Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas (Supardi dalam Suharsimi Arikunto, dkk.: 2010). e. Prosedur Pelaksanaan dan Alur PTK Pelaksanaan PTK memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang, agar hasil yang diperoleh dari PTK yang dilaksanakan mencapai hasil yang optimal. PTK dilaksanakan dengan langkah–langkah sebagai berikut (Zainal Aqib, dkk. Dalam Suyadi: 2010): 44



1) Tahap 1: Tahap Perencanaan Langkah pertama pelaksanaan PTK adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti. Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga dasar, yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan masalah. a) Identifikasi Masalah Langkah pertama dalam menyusun rencana PTK adalah melakukan identifikasi permasalahan. Identifikasi yang tepat akan mengarahkan pada hasil penelitian, sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan hasil belajar siswa. Sebaliknya, identifikasi masalah yang keliru hanya akan membuat penelitian menjadi siasia, disamping memboroskan waktu dan biaya. Identifikasi masalah menjadi titik tolok bagi perencanaan PTK yang lebih matang. Sebab, tidak semua masalah belajar siswa dapat diselesaikan dengan PTK. Hanya masalah-masalah tertentu yang dapat diatasi dengan PTK. Empat langkah yang dapat dilakukan agar identifikasi masalah mengenai sasaran. Pertama, masalah harus rill.Masalah yang diangkat adalah masalah yang dapat dilihat, dirasakan, dan didengar secara langsung oleh guru. Kedua, masalah harus problematik. Banyak masalah di sekolah, tetapi, tidak semua masalah layak diangkat dalam PTK. Hanya permasalahan yang problematiklah yang layak diangkat dalam PTK. Permasalahan yang bersifat problematik adalah permasalahan yang bisa dipecahkan oleh guru, mendapat dukungan literatur yang memadai, dan ada kewenangan untuk mengatasinya secara penuh. Ketiga, manfaatnya jelas. Hasil penelitian harus bermanfaat secara jelas. Tentu, hal ini berkaitan erat dengan kemampuan dalam mengidentifikasi atau mendiagnosis masalah. Hasil PTK harus dapat dirasakan. Untuk mendapatkan manfaat PTK yang maksimal, harus menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut dibiarkan? Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut berhasil diatasi? Dan, tujuan pendidikan mana yang akan gagal jika masalah tersebut tidak teratasi? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan menuntun para pelaku PTK untuk dapat menemukan hasil yang tepat. Keempat, masalah harus fleksibel. Masalah yang hendak diteliti harus bisa diatasi dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti, waktu, biaya, tenaga, sarana prasarana, dan lain sebagainya. Jadi, tidak setiap masalah yang riil, problematik, dan bermanfaat secara jelas dapat diatasi dengan PTK. 45



b) Analisis penyebab masalah dan merumuskannya Langkah kedua dalam merencanakan PTK adalah menganalisis berbagai kemungkinan penyebab munculnya permasalahan yang diangkat. Jadi, setelah menemukan masalah yang rill, problematik, bermanfaat, dan fleksibel, maka masalah tersebut harus ditemukan akar penyebabnya. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menemukan penyebab masalah. Beberapa di antaranya adalah dengan menyebar angket ke siswa, mewawancarai siswa, observasi langsung, dan lain sebagainya. Di samping itu, peneliti juga bisa melakukan wawancara dengan siswa dan observasi langsung. Kemudian, semua data dari segala sumber tersebut dikumpulkan dan dianalisis secara kolaboratif sehingga penyebab utama munculnya masalah dapat ditemukan. Akar masalah tersebut harus digali sedalam-dalamnya sehingga ditemukan akar masalah yang benar-benar menjadi penyebab utama terjadinya masalah. Akar masalah inilah yang nantinya akan menjadi tolok ukur tindakan. Dengan menemukan akar masalah, maka sama halnya dengan si peneliti telah menemukan separuh dari solusi masalah. Sebab, solusi masalah sebenarnya merupakan kebalikan dari akar masalah. c) Ide untuk Memecahkan Masalah Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa akar masalah menjadi tumpuan bagi rencana tindakan untuk mengatasi masalah. Rencana tindakan sebagai langkah mengatasi masalah inilah yang disebut dengan ide orisinal peneliti. Tetapi, sebelum memutuskan tindakan apa yang akan dikenakan kepada siswa, peneliti harus mengembangkan banyak alternatif sebagai pengayaan tindakan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah peneliti harus mempunyai dukungan teori atau referensi rujukan atas tindakan yang akan dikenakan kepada siswa. Sebab, PTK adalah kegiatan ilmiah sehingga tanpa adanya dukungan teori yang memadai, sebaik apa pun tindakan guru, maka hal itu tidak akan dianggap sebagai perilaku ilmiah. Setelah identifikasi masalah, menemukan akar masalah, merumuskan masalah, dan menemukan alternatif tindakan sebagai solusi masalah, maka peneliti dapat membuat judul penelitian. 2) Tahap Acting (Pelaksanaan) Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu 46



bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat disinkronkan dengan maksud semula. 3) Tahap Observation (Pengamatan) Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing). Prof. Supardi menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data (angket/wawancara/observasi, dan lain-lain). Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh kolaborator, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Walaupun demikian, antara tindakan (dilakukan oleh guru) dan pengamatan (dilakukan oleh kolaborator), keduanya harus berlangsung dalam satu waktu dan satu tempat atau kelas. Inilah sebabnya, mengapa Suharsimi mengatakan kurang tepat jika pengamatan disebut sebagai tahap ketiga. Sebab, antara tahap kedua dan tahap ketiga itu berlangsung secara bersamaan. Walaupun demikian, tidak ada salahnya kita menyebut “pengamatan” sebagai tahap ketiga dalam PTK. Hanya saja, sebutan ini hanya untuk membedakan antara tindakan dan pengamatan, bukan menunjukkan suatu urutan. Ketika guru sedang melakukan tindakan di kelas, secara otomatis seluruh perhatiannya terpusat pada reaksi siswa dan tindakan selanjutnya yang akan diterapkan. Atas dasar ini, tidak mungkin guru mengamati tindakannya sendiri. Di sinilah diperlukan seorang pengamat yang siap merekam setiap peristiwa berkaitan dengan tindakan guru. Sambil merekam peristiwa yang terjadi, pengamat sebaiknya juga membuat catatan-catatan kecil agar memudahkan dalam menganalisis data. 4) Tahap Reflecting (refleksi) Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi (reflecting). Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi juga sering disebut dengan istilah "memantul.” Dalam hal ini, peneliti seolah memantulkan



47



pengalamannya ke cermin, sehingga tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan kekurangannya. Jika penelitian dilakukan secara individu, maka kegiatan refleksi lebih tepat disebut sebagai evaluasi diri. Evaluasi diri adalah kegiatan untuk melakukan introspeksi terhadap diri sendiri. Ia harus jujur terhadap dirinya sendiri dalam mengakui kelemahan dan kelebihannya. Dalam hal ini, guru dan peneliti juga harus mengakui sisi-sisi mana yang telah sesuai dan sisi mana harus diperbaiki. Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara guru yang melakukan tindakan berhadapan langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolabolator. Tetapi, jika PTK dilakukan secara sendirian, maka refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan diri sendiri untuk mengetahui sisi-sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi lain yang harus diperbaiki. f. Model dan Bentuk PTK Beberapa model dan Bentuk PTK yang sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: a. Model Kurt Lewin, b. Model Kemmis dan Mc Taggart, c. Model Cohen dkk d. Model Hopkins, dan e. Model John Elliot. 1) Model Kurt Lewin Kurt Lewin menyatakan bahwa PTK terdiri atas beberapa siklus, setiap siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atau tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Keempat langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:



Perencanaan



Refleksi



SIKLUS PTK



Observasi



48



Aksi



Berdasarkan langkah-langkah PTK seperti yang digambarkan di atas, selanjutnya dapat digambarkan lagi menjadi beberapa siklus, yang akhirnya menjadi kumpulan dari beberapa siklus sebagai berikut: Perencanaan



Perencanaan Refleksi



Refleksi



Aksi



Refleksi



Aksi



Observasi



Perencanaan



Aksi



Observasi



Observasi



2) Model Kemmis dan Mc Taggart Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi:(1) perencanaan, (2) aksi/tindakan,(3)observasi,dan(4) refleksi. Sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah adanya refleksi, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafi′uddin, 1996) penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral daripenyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.Dalam pelaksanaannya, pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut. a) Refleksi awal Refleksi awal dimaksudkan sebagai kegiatan penjajagan yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasisituasi yang relevan dengantema penelitian. Peneliti bersama timnya melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahuisituasiyang sebenarnya. Berdasarkan hasil



49



refleksi awal dapat dilakukan pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah penelitian. Berdasar rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu melaksanakan refleksi awal, paling tidak calon peneliti sudahmenelaah teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah rumusan masalah selesai dilakukan, selanjutnya perlu dirumuskan kerangka konseptual dari penelitian. b) Penyusunan perencanaan Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci, perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada. c) Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empiric agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal. d) Observasi (pengamatan) Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasilatau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi. e) Refleksi Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil



50



penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Pada hakekatnya model Kemmis dan Taggart berupa perangkatperangkat atau untaian dengan setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan, yang pada umumnya lebih dari satu siklus. PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di sekolah. Pada umumnya berdasar pada model (2) ini yaitu merupakan siklus-siklus yang berulang. Secara mudah PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dapat digambarkan dengan diagram alur berikut ini:



3) Model Cohen dkk. Model Cohen dikembangkan oleh beberapa ahli penelitian yaitu (1) Cohen dan Manion (1980), Taba dan Noel (1982), serta Winter (1989). Berikut ini beberapa langkah yang hendaknya diikuti dalam melakukan PTK (disarikan dari Marzuki: 1997 dalam Sukayat: 2008). Beberapa langkah tersebut adalah sebagai berikut. a) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah 51



Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dianggap penting dan kritis yang harus segera dicarikan penyelesaian dalam pembelajaran sehari-hari, antara lain meliputi ruang lingkup masalah, identifikasi masalah, dan perumusan masalah. (1) Ruang lingkup masalah Di bidang pendidikan, PTK telah digunakan untuk pengembangan kurikulum dan program perbaikan sekolah. Contoh PTK dalam pembelajaran berkaitan dengan: 1) metode/strategi pembelajaran, 2) media pembelajaran. (2) Identifikasi masalah Masalah yang akan diteliti memang ada dan sering muncul selama proses pembelajaran sehari-hari sehingga perlu dicarikan penyelesaian. Ada beberapa kriteria dalam menentukan masalah yaitu; 1) Masalahnya memang penting dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan kelas dan sekolah, 2) Masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan, 3) Pernyataan masalahnya harus mengungkap beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasar hal-hal fundamental ini dari pada berdasarkan fenomena dangkal. (3) Perumusan Masalah Pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Dalam merumuskan masalah PTK, ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan yang disarikan dari Suyanto (1997). Beberapa petunjuk tersebut antara lain; 1) Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya, 2) Rumusan masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain, 3) Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya dengan rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut.



52



b) Analisis masalah Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensidimensi problem yang ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya sehingga dapat memberikan penekanan tindakan. c) Merumuskan hipotesis tindakan Hipotesis dalam PTK bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan memuat jawaban sementara terhadap persoalan yang diajukan dalam PTK. Jawaban itu masih bersifat teoritik dan dianggap benar sebelum terbukti salah melalui pembuktian dengan menggunakan data dari PTK. d) Membuat rencana tindakan dan pemantauan Rencana tindakan memuat informasi-informasi tentang hal-hal sebagai berikut; 1) Apa yang diperlukan untuk menentukan kemungkinan pemecahan masalah yang telah dirumuskan, 2) Alat-alat dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan data, 3) Rencana pencatatan data dan pengolahannya, dan 4) Rencana untuk melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil. e) Pelaksanaan tindakan dan pencatatan Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan hendaknya cukup fleksibel untuk mencapai perbaikan yang diinginkan. Dalam hal ini jika sesuatu terjadi dan memerlukan perubahan karena tuntutan situasi (pada saat pelaksanaan tindakan), maka peneliti hendaknya siap melakukan perubahan asal perubahan tersebut mendukung tercapainya tujuan PTK. Pada saat pelaksanaan tindakan berarti pengumpulan data mulai dilakukan. Data yang dikumpulkan mencakup semua yang dilakukan oleh tim peneliti yang terkait dalam PTK, antara lain melalui angket, catatan lapangan, wawancara, rekaman video, foto, dan slide. f) Mengolah dan menafsirkan data Isi semua catatan hendaknya dilihat dan dijadikan landasan untuk refleksi. Dalam hal ini peneliti harus membandingkan isi catatan yang dilakukan tim untuk menentukan hasil temuan. Semua yang terjadi baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan perlu dianalisis untuk menentukan apakah ada perubahan yang signifikan ke arah perbaikan. g) Pelaporan hasil 53



Hasil dari analisis data dilaporkan secara lengkap tentang pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan maupun perubahan yang mungkin terjadi. 4) Desain PTK Model Hopkins Desain ini berpijak pada desain model PTK pendahulunya. Selanjutnya Hopkins (1993: 191) menyususn desain tersendiri sebagai berikut: mengambil start–audit–perencanaan konstruk–perencanaan tindakan (target, tugas, kriteria keberhasilan)– implementasi dan evaluasi: implementasi (menopang komitmen: cek kemajuan; mengatasi problem) –cek hasil – pengambilan stok –audit dan pelaporan. Pada model ini, penelitian dilakukan dengan membentuk spiral yang dimulai dari merasakan adanya masalah, menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan observasi dan melakukan refleksi serta melakukan rencana ulang dan seterusnya yang dikembangkan oleh Hopkins dari model spiral seperti pada bagan berikut:



54



5) Model John Elliot Model PTK dari John Elliot ini lebih rinci jika dibandingkan dengan model Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Dikatakan demikian, karena di dalam setiap siklus terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap tindakan kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. PTK model Elliot dapat digambarkan sebagai berikut: Siklus I



Siklus II



Siklus III



Survey Penemuan Fakta dan Analisis



Rencana Umum Tindakan 1 Tindakan 2



Implementasi Tindakan 1



Tindakan 3



Pengaruh dan Implementasi Monitor Survey (menjelaskan kegagalan terhadap implementasi dan efek)



Revisi Ide Utama



Rencana yang diubah Tindakan 1 Tindakan 2



Implementasi Langkah Selanjutnya



Tindakan 3



Pengaruh dan Implementasi Monitor



Survey (menjelaskan kegagalan terhadap Implementasi efek)



Merevisi Ide Umum



Rencana yang diubah Tindakan 1 Tindakan 2 Tindakan 3



Pengaruh dan Implementasi Monitor Survey (menjelaskan kegagalan terhadap Implementasi dan Efek)



55



g. Usulan dan Laporan PTK 1) Usulan PTK Pada hakikatnya proposal penelitian (PTK) adalah rancangan atau usulan yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Pada umumnya usulan PTK berisi dua bagian penting, yaitu bagian awal dan bagian isi proposal PTK. a) Bagian awal proposal PTK Bagian awal proposal PTK berisi: (1) Halaman judul luar yang berisi Judul PTK, nama-nama peneliti, lembaga/sekolah dan tahun penyusunan proposal (2) Lembaran pengesahan memuat judul, mata pelajaran, nama ketua tim peneliti (lengkap dengan gelar), nama anggota peneliti (lengkap dengan gelar), lokasi penelitian, lama penelitian, biaya penelitian, sumber dana, tempat dan tanggal pembuatan usulan penelitian, tanda tangan ketua peneliti, dan menyetujui kepala sekolah. b) Bagian Isi Usulan PTK Bagian Isi usulan penelitian berisi: a) Judul, b) Bidang Ilmu, c) Bidang Kajian, d) Latar Belakang Masalah, e) Rumusan Masalah, f) Tujuan PTK, g) Manfaat hasil penelitian, h) Kajian/tinjauan pustaka, i) Metode Penelitian, j) Jadwal Penelitian, k) Personalia Penelitian; l) Biaya Penelitian, dan m) Daftar Pustaka (Departemen Pendidikan Nasional: 2007, Ekawarna: 2011 dan Masnur Muslich: 2012). Maka, Sistematika Usulan PTK adalah sebagai berikut: (1) Judul Penelitian (2) Bidang Ilmu (3) Bidang Kajian (4) Latar Belakang Masalah (5) Rumusan Masalah (6) Tujuan PTK (7) Manfaat dan Hasil Penelitian (8) Kajian Pustaka (9) Metode Penelitian (10) Jadwal Penelitian (11) Personalia Penelitian (12) Biaya Penelitian (13) Daftar Pustaka (Masnur Muslich: 2012 dan Ekawarna: 2011) 56



2) Laporan PTK Secara umum, laporan penelitian berisi tiga hal pokok, yaitu bagian awal, bagian isi atau tubuh laporan dan bagian akhir. a) Bagian Awal Bagian awal laporan PTK berisi; halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel (jika ada), daftar grafik (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar lambang/singkatan (jika ada) dan daftar lampiran. (1) Halaman Judul Berisi judul PTK, logo lembaga (jika diperlukan), nama peneliti, lembaga tempat peneliti bekerja dan tahun pembuatan laporan, dan lain-lain yang dianggap perlu. Judul penelitian sebaiknya singkat, spesifik, menunjukkan gambaran masalah, tindakan, hasil, dan lokasi penelitian. Panjang judul maksimal 15 kata. (2) Halaman Pengesahan Halaman penegsahan berisi pengesahan oleh lembaga. Dalam halaman ini dimuat hal-hal sebagai berikut; judul PTK, bidang ilmu, kategori penelitian, identitas peneliti, lokasi penelitian, biaya penelitian, dan sumber dana penelitian. (3) Abstrak Abstrak merupakan kondensasi (pemadatan/sari) dari hasil penelitian yang terdiri atas 4 unsur pokok, yaitu; latar belakang subjek pada awal/permasalahan penelitian, tujuan penelitian, prosedur penelitian dan hasil penelitian. Ditulis dalam satu halaman, satu spasi dan bergantung pada ketentuan selingkung. (4) Kata Pengantar Lazimnya berisi ucapan terima kasih, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada sejawat atau siapa saja yang terlibat dalam penelitian tersebut sampai pada pembuatan laporannya. (5) Daftar Isi Bagian ini memuat bab dan sub bab yang ada dalam laporan penelitian lengkap dengan halamannya. Dari daftar isi dapat diketahui segala sesuatu yang ada dalam laporan penelitian tersebut.



57



(6) Daftar Tabel, Gambar, Grafik dan lain-lain Bagian ini menunjukkan tabel, grafik, gambar, atau lambanglambang lain yang ada dalam laporan penelitian tersebut. (7) Daftar Lampiran Daftar lampiran berisi lampiran yang diperlukan dalam laporan penelitian, bisa berupa data yang telah diseleksi, hitungan hasil analisis data kuantitatif yang rumit, instrumen peneltiian, contoh surat, dokumen, foto, dan sebagainya. b) Bagian Isi/Tubuh Laporan Penelitian Pada bagain isi memuat 5 (lima) bab penting, yakni sebagai berikut: (1) Bab I Pendahuluan Dalam bab pendahuluan terdapat: (a) Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah berisi rasionalisasi mengapa penelitian itu dilaksanakan. Dalam bagian ini dipaparkan kesenjangan yang ada antara harapan (das sollen) dan kenyataan (das sein), baik kesenjangan teoritis maupun kesenjangan praktis yang melatar belakangi masalah yang diteliti. (b) Rumusan Masalah Bagian ini berisi rumusan secara tajam masalah yang diangkat dalam penelitian. Masalah hendaknya khas PTK dan benar-benar dirasakan ada dalam keseharian sekolah atau kelas yang dibina guru dan layak untuk dipecahkan melalui PTK. (c) Tindakan yang Dipilih Bagian ini berisi uraian secara tajam tentang tindakan yang dipilih atau alternatif tindakan yang akan dilakukan berdasarkan prioritas tindakan pemecahan masalah. Uraian itu diikuti dengan argumentasi teoretis maupun praktis terhadap pemilihan tindakan tersebut. (d) Tujuan Tujuan penelitian selalu mengacu pada permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian yang ketercapaiannya dapat diukur. 58



(e) Lingkup Penelitian Bagian ini menguraikan lingkup atau batas-batas tindakan yang diambil oleh peneliti dan penjelasan yang akurat mengapa peneliti membatasi tindakan pada lingkup tersebut. (f) Manfaat atau Signifikansi Penelitian Pada bagian ini diuraikan kemanfaatan pelaksanaan PTK, khususnya bagi siswa yang merupakan pemetik keuntungan secara langsung atas PTK tersebut, juga bagi guru, pengembangan kurikulum, pengambil kebijakan, lembaga sekolah, maupun pengembang proses belajar mengajar di kelas. (2) Bab II Kajian Teori Pada bagian ini dipaparkan secra ringkas tetapi tajam tentang kajian dan bahan pustaka relevan yang dapat mendukung kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dilontarkan peneliti. Secara teknis bagian ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian. (3) Bab III Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Dalam bab ini terdapat sub bab penting berupa: (a) Seting penelitian Bagian ini memaparkan lokasi penelitian (yakni sekolah atau kelas), waktu penelitian (misal cawu I, II, II dan sebagainya), karakteristik kelompok sasaran yang menjadi subjek penelitian (misal pria dan wanita), latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan yang diangkat, tingkat kemampuan siswa dan situasi relevan lainnya. (b) Prosedur penelitian Bagian ini berisi gambaran umum penelitian yang dilakukan termasuk jumlah dan prosedur siklus penelitian yang dilakukan mulai dari perencanaan, kegiatan pelaksanaan, kegiatan pengamatan sampai kegiatan refleksi. (4) Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisi sajian hasil penelitian atau temuan penelitian setelah tindakan diterapkan, baik terkait dengan tindakan guru maupun kegiatan siswa. Penyajian temuan disesuaikan dengan masalah yang dirumuskan dan dibahas secara tajam dan 59



lengkap dengan cara mengadu berbagai teori atau hasil penelitian yang relevan atau fakta-fakta objektif di lapangan yang merupakan pengalaman guru selama ia menjadi guru di kelas. (5) Bab V Simpulan dan Saran Bab ini berisi dua sub bagian yakni simpulan dan saran. Dalam bagian simpulan peneliti menyimpulkan hasil penelitian secara lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti. Saran yang disampaikan peneliti selayaknya tetap mengacu pada permasalahan serta simpulan. c) Bagian Akhir Laporan Penelitian Bagian akhir laporan penelitian berisikan: (1) Daftar Pustaka Bagian ini berisi berbagai sumber yang menjadi rujukan peneliti yang ditulis sesuai dengan pedoman penulisan daftar pustaka yang dirujuk atau dikutip dalam tubuh laporan. (2) Lampiran Bagian ini berisi lampiran yang diperlukan dalam penelitian, antara lain model program yang sekaligus memperlihatkan skenario tindakan, instrumen peneltiian, data pendukung, seperti hasil rekap tabulasi data, foto, dan daftar riwayat hidup peneliti (Masnur Muslich: 2012 dan Ekawarna: 2011). 4. Rangkuman PTK adalah jenis penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan dengan melakukan tindakan–tindakan tertentu untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan secara professional. PTK memiliki karakteristik; bersifat siklis atau berulang, jangka panjang atau longitudinal, partikular spesifik, partisipatoris, emik, kolaboratif dan kooperatif, kasuistis, menggunakan konteks alamiah kelas, mengutamakan adaya kecukupan data, dan mengubah kenyataan dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan. PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran, kinerja-kinerja pembelajaran, mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan dan



60



memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa, mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran, mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan meningkatkan inovatif guru, mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas. Manfaat PTK yaitu peningkatan kompetensi dan profesional guru, perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa, kualitas proses, prosedur, dan alat evaluasi proses dan hasil belajar siswa, pengembangan pribadi siswa di sekolah dan penerapan kurikulum. PTK dilaksanakan dengan prinsip tugas pendidik dan tenaga pendidikan yang utama untuk menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas, tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data, tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah, masalah yang ditangani adalah masalahmasalah pembelajaran yang riil dan merisaukan tanggung jawab profesional. Model dan Bentuk PTK di antaranya digambarkan dalam model Kurt Lewin, model Kemmis dan Mc Taggart, model Cohen dkk model Hopkins, dan model John Elliot. Usulan PTK berisi dua bagian penting, yaitu bagian awal dan bagian isi proposal PTK. Laporan penelitian PTK pada hakikatnya berisi tiga hal pokok, yaitu bagian awal, bagian isi atau tubuh laporan dan bagian akhir. 5. Tugas Tugas ini diberikan untuk memenuhi tagihan yang berkaitan dengan produk yang harus diselesaikan dan dihasilkan oleh peserta bimtek pada sesi Penelitian Tindakan Kelas, diantaranya: a. Mempresentasikan materi tentang konsep dasar penelitian, bentukbentuk, prosedur pelaksanaan dan alur PTK. b. Mengisi lembar kerja perencanaan, pelaksanaan, dan observasi PTK. c. Mengisi lembar kerja jawaban berkaitan dengan alasan menggunakan analisis minggu efektif pembelajaran. d. Mengisi lembar kerja format usulan dan pelaporan PTK. 6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut a. Manfaat apa yang bisa diambil setelah belajar tentang Penelitian Tindakan Kelas? b. Apa rencana tindak lanjut setelah belajar tentang Penelitian Tindakan Kelas? 61



D. Materi 4: Praktik Penulisan PTK 1. Capaian Pembelajaran a. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran, peserta pelatiham mampu menyusun proposal dan laporan hasil PTK. b. Indikator 1) Mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran 2) Menganalisis penyebab masalah dan merumuskannya 3) Merumuskan ide untuk memecahkan masalah 4) Menyusun instrumen observasi 5) Menyusun rancangan refleksi 6) Menyusun kerangka proposal dan laporan PTK 7) Meyusun proposal PTK 8) Menyusun laporan hasil PTK 2. Pokok-Pokok Materi a. b. c. d. e. f. g. h.



Identifikasi masalah dalam pembelajaran Analisis penyebab masalah dan merumuskannya Rumusan ide untuk memecahkan masalah Rumusan instrumen observasi Rumusan skenario refleksi Rumusan kerangka proposal dan laporan PTK Rumusan proposal PTK Rumusan laporan hasil PTK



3. Uraian Materi a. Tahap pertama : Tahap Perencanaan 1) Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan langkah pertama dalam menyusun rencana PTK. Ada empat langkah yang dapat dilakukan agar identifikasi masalah mengenai sasaran yaitu; masalah harus nyata, problematik, manfaatnya jelas, fleksibel. Tabel identifikasi Masalah Masalah nyata



Problematik



Materi Metode Media



62



Manfaat



Fleksibilitas



Alat Peraga Sumber Belajar Prestasi Belajar 2) Analisis Penyebab Masalah dan Merumuskannya Langkah berikutnya dalam merencanakan PTK adalah menganalisis berbagai kemungkinan penyebab munculnya permasalahan yang diangkat. Jadi, setelah menemukan masalah yang nyata, problematik, bermanfaat, dan fleksibel, maka masalah tersebut harus ditemukan akar penyebabnya. Tabel cara menganalisis penyebab masalah dan rumusannya Teknik mendapatkan informasi (Angket/wawancara/observasi)



Akar masalah



Materi Metode Media Alat Peraga Sumber Belajar Prestasi Belajar 3) Ide untuk Memecahkan Masalah Rencana tindakan sebagai langkah mengatasi masalah ini disebut dengan ide orisinil peneliti. Namun sebelum memutuskan tindakan apa yang akan dikenakan kepada siswa, peneliti harus mengembangkan banyak alternatif sebagai pengayaan tindakan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah peneliti harus mempunyai dukungan teori atau referensi rujukan atas tindakan yang akan dikenakan kepada siswa. Tabel Ide untuk Memecahkan Masalah Alternatif Pemecahan Masalah Materi



63



Metode Media Alat Peraga Sumber Belajar Prestasi Belajar b. Tahap Acting (Pelaksanaan) Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa pada tahap ini tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi juga harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat dan agar hasilnya dapat disinkronkan dengan maksud semula. c. Tahap Observation (Pengamatan) Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing). Prof. Supardi menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data (angket/ wawancara / observasi, dan lain-lain). Contoh lembar observasi: LEMBAR OBSERVASI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN Sekolah



:



Mata Pelajaran



:



Kelas, Semester



:



Kompetensi Dasar



:



Indikator



Alokasi Waktu



:



64



No. I



Aspek Pengamatan Pemantauan Pengamatan KBM A. Pendahuluan  Guru mengajak siswa berdoa dan membaca surat Al-Fatihah bersama  Guru menanyakan kabar dari siswa yang tidak hadir  Guru menjelaskan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai dalam kegiatan pembelajaran materi Iman Kepada Qada dan Qadar dan pendekatan pembelajaran Kontekstual berbasis masalah  Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang akan dipilih.  Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil (small group) yang terdiri dari 6 atau 5 siswa. B. Kegiatan Inti 1. Mempresentasikan informasi 2. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok 3. Membimbing siswa bekerja dalam kelompok 4. membimbing siswa memunculkan keterampilan kooperatif :  Mengajukan pertanyaan  Menjawab pertanyaan  Bekerja dalam kelompok  Mengkomunikasikan hasil kerja kelompok 5. Mengawasi kerja kelompok 6. Memberikan bantuan pada kelompok yang kesulitan B. Penutup 1. membimbing siswa merefleksikan hasil diskusi



65



Skor



Kategori



2. melakukan evaluasi 3. pemberian penghargaan II



Suasana Kelas 1. Siswa antusias 2. Guru antusias 3. berpusat pada siswa



III



Penggunaan waktu efisien JUMLAH RATA-RATA KATAGORI



Catatan: 1 = Kurang



2 = cukup



3 = baik



4 = sangat baik



0,00 – 1,69 = tidak baik 1,70 – 2,59 = kurang baik 2,60 – 3,49 = cukup baik 3,50 – 4,00 = baik Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikatakan efektif apabila telah mencapai kategori baik. REKAP OBSERVASI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN No.



Aspek Yang diamati



1



Pendahuluan



2



Kegiatan Inti



3



Penutup



4



Suasana Kelas



5



Penggunaan waktu



Rata-rata Skor



Rata - rata



66



Kategori



LEMBAR OBSERVASI TERHADAP AKTIVITAS SISWA No



Hasil Observasi



Indikator



Baik



1.



Keseriusan



2.



Inisiatif bertanya



3.



Partisipasi dalam pembelajaran



4.



Kemampuan pemodelan



5.



Kemampuan berdiskusi



Cukup



Kurang



memahami



d. Tahap Refleksi Pada tahap ini jika penelitian dilakukan secara individu, maka kegiatan ini lebih tepat disebut sebagai evaluasi diri yaitu kegiatan untuk melakukan introspeksi terhadap diri sendiri. Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Berikut ini tabel refleksi dalam kegiatan PTK. Tabel refleksi kegiatan PTK



No



Nama Kegiatan/ tahap kegiatan



kekuatan



kelemahan



peluang



Tantangan/hambatan



e. Praktik Penyusunan Proposal PTK Dalam sesi praktik ini, peserta diwajibkan untuk menyusun proposal dengan melakukan setiap tahapan dalam sesi ini. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut: 1) Halaman Judul luar yang berisi Judul PTK, nama-nama peneliti lembaga/sekolah dan tahun penyusunan proposal 67



Contoh : Judul PTK



Nama Peneliti



Lembaga/sekolah Tahun Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa TK Nawa Kartika Muatan PAI aspek moral agama melalui penerapan metode role playing. 2) Lembaran pengesahan, memuat judul, mata pelajaran, nama ketua tim peneliti (lengkap dengan gelar), nama anggota peneliti (lengkap dengan gelar), lokasi penelitian, lama penelitian, biaya penelitian, sumber dana, tempat dan tanggal pembuatan usulan penelitian, tanda tangan ketua peneliti, dan menyetujui kepala sekolah. Contoh lembar pengesahan PTK kelompok: Lembaran Pengesahan



Judul PTK : ______________________ Mata Pelajaran : ______________________ Ketua Tim Peneliti : ______________________(lengkap gelar) Anggota Peneliti : 1. ____________________(lengkap gelar) 2. ____________________(lengkap gelar) dst Lokasi penelitian : ______________________ Lama Penelitian : ______________________ Biaya penelitian : ______________________ Sumber dana : ______________________



Mengetahui penelitian) Kepala Sekolah



(tempat dan tanggal pembuatan usulan Ketua Tim Peneliti



Ttd



Ttd



Nama Kepala Sekolah



Nama Ketua Tim



Lembaga/sekolah Tahun



68



Contoh lembar pengesahan PTK individu: Lembaran Pengesahan



Judul PTK Mata Pelajaran Nama Peneliti Lokasi penelitian Lama Penelitian Biaya penelitian Sumber dana



Mengetahui penelitian) Kepala Sekolah



: ______________________ : ______________________ : ______________________(lengkap gelar) : ______________________ : ______________________ : ______________________ : ______________________



(tempat dan tanggal pembuatan usulan Peneliti



Ttd



Ttd



Nama Kepala Sekolah



Nama Peneliti



Lembaga/sekolah Tahun 3) Bagian Isi Usulan PTK Bagian Isi usulan penelitian, berisi: a) Judul, b) Bidang Ilmu, c) Bidang Kajian, d) Latar Belakang Masalah, e) Rumusan Masalah, f) Tujuan PTK; g) Manfaat hasil penelitian; h) Kajian/tinjauan pustaka; i) Metode Penelitian; j) Jadwal Penelitian; k) Personalia penelitian; l) Biaya Penelitian; dan m) Daftar Pustaka (Departemen Pendidikan Nasional: 2007, Ekawarna: 2011 dan Masnur Muslich: 2012).



69



Contoh isi usulan PTK Isi Usulan PTK



A. B. C. D.



Judul : _________________________________________ Bidang Ilmu : _________________________________________ Bidang Kajian : _________________________________________ Latar Belakang Masalah: _______________________________________________________ _______________________________________________________ _______________________________________________________



E. Rumusan Masalah: _______________________________________________________ F. Tujuan PTK: _______________________________________________________ G. Manfaat hasil penelitian _______________________________________________________ H. I. J. K. L. M.



Kajian/tinjauan pustaka: Metode Penelitian : Jadwal Penelitian : Personalia penelitian : Biaya Penelitian : Daftar Pustaka :



4) Laporan PTK Secara umum, laporan penelitian pada hakikatnya berisi tiga hal pokok, yaitu bagian awal, bagian isi atau tubuh laporan dan bagian akhir. a) Bagian Awal Bagian awal laporan PTK berisi tentang halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel (jika ada), daftar garfik (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar lambang/singkatan (jika ada) dan daftar lampiran.



70



(1) Halaman Judul Halaman judul lazimnya berisi Judul PTK, logo lembaga (jika diperlukan), nama peneliti, lembaga tempat peneliti bekerja dan tahun pembuatan laporan, dan lain-lain yang dianggap perlu. Judul penelitian sebaiknya singkat, spesifik, menunjukkan gambaran masalah, tindakan, hasil, dan lokasi penelitian. Panjang judul maksimal 15 kata. (2) Halaman Pengesahan Halaman pengesahan berisi pengesahan oleh lembaga. Dalam halaman ini dimuat hal-hal sebagai berikut: Judul PTK, bidang ilmu, dan kategori penelitian, identitas peneliti, lokasi penelitian, biaya penelitian, dan sumber dana penelitian. (3) Abstrak Abstrak merupakan kondensasi (pemadatan/sari) dari hasil penelitian, yang terdiri atas 4 unsur pokok, yaitu Latar belakang subjek pada awal/ permasalahan penelitian, tujuan penelitian, prosedur penelitian dan hasil penelitian. Ditulis dalam satu halaman, satu spasi dan bergantung pada ketentuan selingkung. (4) Kata Pengantar Bagian ini lazimnya berisi ucapan terima kasih, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa maupun kepada sejawat atau siapa saja yang terlibat dalam penelitian itu sampai pada pembuatan laporannya. (5) Daftar Isi Bagian ini memuat bab dan sub bab yang ada dalam laporan penelitian lengkap dengan halamannya. Dari daftar isi dapat diketahui segala sesuatu yang ada dalam laporan penelitian tersebut. (6) Daftar Tabel, Gambar, Grafik dan lain-lain Bagian ini menunjukkan tabel, grafik, gambar, atau lambanglambang lain yang ada dalam laporan penelitian tersebut. (7) Daftar Lampiran Daftar lampiran berisi lampiran yang diperlukan dalam laporan penelitian berupa data yang telah diseleksi, hitungan hasil analisis datakuantitatif yang rumit, instrumen peneltiian, contoh surat, dokumen, foto, dan sebagainya.



71



b) Bagian Isi/Tubuh Laporan Penelitian Bagian isi memuat lima bab penting, yakni: (1) Bab I Pendahuluan Dalam bab pendahuluan terdapat: (a) Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah berisi rasionalisasi mengapa penelitian itu dilaksanakan. Dalam bagian ini dipaparkan kesenjangan yang ada antara harapan (das sollen) dan kenyataan (das sein), baik kesenjangan teoretis maupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. (b) Rumusan Masalah Bagian ini berisi rumusan secara tajam masalah yang diangkat dalam penelitian. Masalah hendaknya khas PTK dan benar-benar dirasakan ada dalam keseharian sekolah atau kelas yang dibina guru yang layak untuk dipecahkan melalui PTK. (c) Tindakan yang Dipilih Bagian ini berisi uraian secara tajam tentang tindakan yang dipilih atau alternatif tindakan yang akan dilakukan berdasarkan prioritas tindakan pemecahan masalah.Uraian itu diikuti dengan argumentasi teoretis maupun praktis terhadap pemilihan tindakan tersebut. (d) Tujuan Tujuan penelitian selalu mengacu pada permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian yang ketercapaiannya dapat diukur. (e) Lingkup Penelitian Bagian ini menguraikan lingkup atau batas-batas tindakan yang diambil oleh peneliti dan penjelasan yang akurat mengapa peneliti membatasi tindakan pada lingkup tersebut. (f) Manfaat atau Signifikansi Penelitian Pada bagian ini diuraikan kemanfaatan pelaksanaan PTK, khususnya bagi siswa yang merpakan pemetik



72



keuntungan secara langsung atas PTK tersebut, juga bagi guru, pengembangan kurikulum, pengambil kebijakan, lembaga sekolah, maupun pengembang proses belajar mengajar di kelas . (2) Bab II Kajian Teori Pada bagian ini dipaparkan secara ringkas tetapi tajam tentang kajian dan berbagai bahan pustaka yang relevan yang dapat mendukung kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang ditemukan peneliti. Secara teknis bagian ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian. (3) Bab III Prosedur Penelitian Tindakan kelas Dalam penelitian ini terdapat sub bab: (a) Seting penelitian Bagian ini memaparkan lokasi penelitian (yakni sekolah atau kelas), waktu penelitian (misal semester I, II, dan sebagainya), karakteristik kelompok sasaran yang menjadi subjek penelitian (misal pria dan wanita),latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dnegan permasalahan yang diangkat, tingkat kemampuan siswa dan situasi relevan lainnya. (b) Prosedur penelitian Bagian ini berisi gambaran uum penelitian yang dilakukan termasuk jumlah dan prosedur siklus penelitian yang dilakukan mulai dari perencanaan, kegiatan pelaksanaan, kegiatan pengamatan sampai kegiatan refleksi. (4) Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan Bab ini berisi sajian hasil penelitian atau temuan penelitian setelah tindakan diterapkan, baik terkait dengan tindakan guru maupun kegiatan siswa. Penyajian temuan disesuaikan dnegan masalah yang dirumsukan dan dibahas secara tajam dan lengkap dengan cara mengadu berbagai teori atau hasil penelitian yang relevan atau fakta-fakta objektif di lapangan yang merupakan pengalaman guru selama ia menjadi guru di kelas. (5) Bab V simpulan dan saran Bab ini berisi dua sub bagian yakni simpulan dan saran. Dalam bagian simpulan peneliti menyimpulkan hasil 73



penelitian secara lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti. Saran yang disampaikan peneliti selayaknya tetap mengacu pada permasalahan serta simpulan. c) Bagian Akhir Laporan Penelitian Bagian ini berisi: 1) Daftar Pustaka Bagian ini berisi berbagai sumber yang menjadi rujukan peneliti yang ditulis sesuai dengan pedoman penulsian daftar pustaka yang dirujuk atau dikutip dalam tubuh laporan. 2) Lampiran Bagian ini berisi lampiran yang diperlukan dalam penelitian, antara lain model program yang sekaligus memperlihatkan skenario tindakan, instrumen peneltiian, data pendukung, seperti ahsil rekap tabulasi data, foto, dan curriculum vitae peneliti (Masnur Muslich: 2012 dan Ekawarna: 2011). 4. Rangkuman Langkah-langkah PTK meliputi: 1) identifikasi masalah dalam pembelajaran; 2) analisis penyebab masalah dan merumuskannya; 3) rumusan ide untuk memecahkan masalah; 4) rumusan instrumen observasi; 5) rumusan skenario refleksi; 6) rumusan kerangka proposal dan laporan PTK; 7) rumusan proposal PTK; dan 8) rumusan laporan hasil PTK. 5. Tugas Tugas ini berkaitan dengan tagihan produk yang harus diselesaikan dan dihasilkan peserta bimtek pada sesi praktik penulisan PTK, diantaranya: a. Mengisi lembar kerja identifikasi masalah yang ditemukan dalam pembelajaran dan rumusan judul PTK b. Mengisi lembar kerja kerangka proposal PTK c. Mengisi lembar kerja kerangka laporan PTK 6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut a. Meyusun proposal PTK b. Menyusun laporan hasil PTK



74



E. Materi 5: Penulisan Artikel Ilmiah 1. Capaian Pembelajaran a. Tujuan Penelitian Setelah proses pembelajaran, peserta bimtek mampu memahami tetang konsep dasar dan menyusun artikel ilmiah. b. Indikator 1) Menjelaskan Pengertian Artikel Ilmiah 2) Mengidentifikasi Ciri-ciri dan Syarat-syarat Artikel Ilmiah 3) Menganalisis Aturan Umum untuk Menulis Artikel Ilmiah 4) Mengidentifikasi Jenis dan Bentuk Artikel Ilmiah 5) Memetakan Pola Dasar dan Sistematika Artikel Ilmiah 6) Langkah Penulisan Artikel Ilmiah 2. Pokok-Pokok materi a. b. c. d. e. f.



Pengertian Artikel Ilmiah Ciri-ciri dan Syarat-syarat Artikel Ilmiah Aturan Umum untuk Menulis Artikel Ilmiah Jenis dan Bentuk Artikel Ilmiah Pola Dasar dan Sistematika Artikel Ilmiah Langkah Penulisan Artikel Ilmiah



3. Uraian Materi a. Pengertian Artikel Ilmiah Artikel ilmiah adalah suatu tulisan yang berisi kumpulan ide, gagasan, dan hasil pemikiran dari seseorang atau sekelompok orang setelah melalui proses penelitian, pengamatan, kajian, dan evaluasi ke dalam suatu bentuk laporan tertulis sesuai dengan sistematika, metode, dan kaidah tertentu yang telah disepakati, sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dapat diuji kebenarannya untuk selanjutnya dipublikasikan pada jurnal ilmiah nasional maupun internasional. Selain untuk publikasi pada jurnal, artikel ilmiah juga dapat disusun untuk dipresentasikan pada forum atau konferensi nasional maupun internasional yang dihadiri para ilmuwan yang kompeten di bidangnya masing-masing (Wisnu Jatmico, dkk: 2015). Artikel ilmiah adalah artikel yang memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Artikel imiah juga dapat diartikan sebagai hasil berpikir ilmiah yang didasarkan pada rencana yang relatif matang karena akan memudahkan



75



penulis untuk mewujudkan teks artikel. Artikel ilmiah yaitu karya tulis ilmiah yang dikhususkan diterbitkan di jurnal ilmiah. Artikel ilmiah dalam bidang pendidikan adalah tulisan yang berisi gagasan atau tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran di satuan pendidikan yang dimuat di jurnal ilmiah (http://www.academia.edu/28886223/Pengertian_Artikel_Ilmiah). Selain itu, artikel juga merupakan suatu representasi hasil pemikiran atau suatu obyek kajian kepada pembaca melalui bahasa tulis dengan mengikuti sistematika dan kaidah penulisan ilmiah. Secara umum artikel ilmiah adalah suatu tulisan (essay) merupakan suatu usaha untuk mengkomunikasikan informasi, opini atau perasaan (feeling) dan biasanya juga menampilkan argumen tentang topik tertentu. Istilah tulisan ilmiah, tulisan akademis dan tulisan penelitian seringkali memiliki makna yang sama walaupun berbeda dalam bentuk fisik dan peruntukannya. Peran artikel ilmiah sangat tergantung dari peruntukannya, yaitu untuk melaporkan (to report), mengartikan (to interpret) atau untuk menganalisis (to analyze) sumber-sumber yang dimiliki. Namun seringkali ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Artikel ilmiah mempunyai 4 dimensi: yaitu 1) Dimensi hasil pemikiran atas suatu obyek kajian yang dapat berupa temuan penelitian atau gagasan analitis kritis; 2) Dimensi bahasa tulis sebagai alat mempresentasikan hasil pemikiran penulis dalam bentuk satuan-satuan makna dan penanda hubungan satuan – satuan makna secara eksplisit; 3) Dimensi sistematika yang dijadikan unsur pembeda antara bentuk karya tulis artikel dengan bentuk karya tulis lain; 4) Dimensi kaidah penulisan yang harus ditaati, baik yang bersifat universal (umum) maupun bersifat selingkung. Artikel sangat berbeda dengan karya tulis ilmiah. Dari segi bahasa, bahwa artikel lebih sederhana karena sasaran pembacanya menjangkau semua kelompok masyarakat. Sedangkan bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah haruslah menggunakan bahasa yang formal sehingga kadang-kadang terasa kaku. Dari segi isi, gagasan-gagasan dalam sebuah artikel tidak perlu ditunjang oleh bukti-bukti yang lengkap sebagaimana dalam karya tulis ilmiah. Di dalam karya tulis ilmiah, penulis harus menyertakan sumber data berupa kutipan, catatan kaki, biografi, serta daftar pustaka pada akhir tulisan. (Admin Sevima, https://sevima.com/pengertian-karya-ilmiah-menurut-para-ahli-danjenis-jenis-karya-ilmiah/ ).



76



b. Ciri-ciri dan Syarat-syarat Artikel Ilmiah Suatu artikel dikatakan baik apabila memiliki semua kriteria yang dimiliki artikel. Adapun ciri artikel yang baik yaitu: 1) Aktual; 2) Cukup panjang dan bagus; dan 3) Mempunyai gambar-gambar sebagai ilustrasi lengkap. Secara lebih spesifik, suatu artikel ilmiah harus memiliki ciri-ciri berikut: 1) Sintesa temuan-temuan tentang suatu topik dan pendapat penulis; 2) Pekerjaan yang memperlihatkan keaslian (originality) penulis; 3) Pengakuan / pernyataan / jawaban terhadap semua sumber yang digunakan; dan 4) Memperlihatkan bahwa penulis merupakan bagian dari suatu komunitas akademis. Syarat-syarat Artikel yang baik adalah: 1) Mengandung masalah; 2) Topik harus spesifik, sehingga dapat dengan mudah diuraikan atau dijelaskan. Semakin spesifik suatu topik, semakin mudah bagi penulis untuk menyelesaikannya; 3) Semua gagasan harus bisa dipertanggungjawabkan dengan mengikutsertakan alasan, bukti, dan contoh; dan 4) Panjang artikel antara 3-5 halaman. Sebuah artikel hendaknya menyertakan alternatif pemecahan persoalan atau menyertakan harapan, usul atau saran kepada pembaca (http://toka-tikitoki.blogspot.com/2011/12/artikel-ilmiah-dan-tulisan-populer.html) c. Aturan Umum untuk Menulis Artikel Ilmiah Ada beberapa aturan umum untuk menulis artikel ilmiah (Abdullah, D. A., Kode Etik Penulis dan Etika Penulisan Dalam Artikel Ilmiah, 2012 dalam Wisnu Jatmico, dkk. : 2015) antara lain: 1) Outline untuk mengarahkan penelitian Proses penulisan artikel ilmiah dan penelitian merupakan satu hal yang sejalan dan tidak dapat dipisahkan. Untuk itu diperlukan adanya outline atau desain penelitian untuk membantu dalam proses penentuan tujuan penelitian, alur percobaan yang akan dilakukan dalam penelitian, serta mengorganisir materi dan data yang akan digunakan. Proses menulis artikel ilmiah dapat digunakan untuk menilai kembali penelitian secara keseluruhan, mengevaluasi alur percobaan, dan memeriksa validitas hasil penelitian. 2) Lebih sedikit lebih baik Keputusan untuk membuat satu penelitian atau lebih dari satu penelitian harus didasarkan pada pertimbangan terhadap dampak sosial yang ditimbulkan oleh artikel ilmiah pada suatu subyek/bidang penelitian. Signifikansi dan keterkaitan hasil penelitian yang disajikan secara keseluruhan dalam artikel ilmiah harus menjadi kualitas dari penelitian. Lebih sedikit artikel ilmiah yang dihasilkan dalam satu



77



penelitian dan memiliki nilai yang lebih signifikan pada satu bidang keilmuan adalah lebih baik. 3) Pilih pembaca yang tepat Menentukan sudut pandang pada artikel ilmiah yang akan dibuat merupakan sebuah tantangan pada awal proses menulis. Menentukan informasi yang akan disampaikan dari berbagai sudut pandang merupakan suatu hal yang penting. Permasalahan ini dapat diuraikan dengan memilih target pembaca dan jurnal yang sesuai. 4) Alur yang logis Dasar untuk menghasilkan tulisan yang bagus sehingga mudah untuk dipahami adalah logika dan teori yang jelas sebagai dasar penulisan artikel ilmiah. Untuk membuat tulisan yang mudah diikuti alurnya (flow), maka perlu untuk menentukan alur logika (logic flow) terlebih dahulu sebelum mulai menulis. Urutan yang logis juga bermanfaat untuk menghindari bahasan masalah dan kutipan pendapat yang sama pada beberapa bab, sehingga menyebabkan pembaca merasa tidak nyaman. Strategi efektif untuk membantu mengembangkan alur logika (logic flow) yaitu dengan membuat atau memperkirakannya dengan gambar maupun tabel yang akan dihasilkan dari penelitian tersebut. Kemudian kita susun secara berurutan sesuai dengan alur logika (logic flow) pada eksperimen. 5) Sistematis dan informatif Artikel ilmiah yang baik harus bersifat sistematis dan informatif agar mudah dipahami oleh pembaca. Untuk mewujudkannya ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu; Pertama, aspek yang penting dan relevan dari hipotesis harus dibahas dengan data pendukung yang lengkap dan detail. Jika terkendala masalah batasan halaman, maka harus fokus pada satu atau dua aspek yang utama secara detail. Kedua, tidak menyatakan hasil yang sudah disajikan dalam gambar dan tabel, yang membuat penulisan menjadi berulang. Seharusnya dilakukandengan cara mengupas atau membahas hasil yang diperoleh dan bagaimana dampaknya terhadap penelitian yang dilakukan. Ketiga, membuat suatu artikel ilmiah dapat berdiri sendiri tanpa materi pendukung. Berilah latar belakang dan pengantar yang cukup untuk pambaca yang menjadi target penelitian. Keempat, buatlah keterangan eksplisit sehingga tidak perlu untuk mencari atau melihat data yang ditampilkan sebelumnya. Kelima, gambar dan tabel merupakan komponen yang penting dari paper. Hal ini bertujuan untuk membantu interpretasi data yang disajikan. Sehingga peneliti



78



harus dapat membuat gambar dan tabel lengkap dengan semua informasi yang diperlukan. 6) Ringkas dan mudah dipahami Dalam menulis artikel ilmiah, ketepatan penggunaan kata dan keringkasan isi merupakan hal yang harus diperhatikan. Penulisan artikel ilmiah dengan kalimat rumit dan pemilihan kata-kata yang kurang tepat akan menganggu, membosankan, dan menjenuhkan pada pembaca. Sehingga, pembaca akan merasa sulit untuk memahami artikel ilmiah yang dibacanya. 7) Sentuhan seni (tidak monoton) Artikel ilmiah yang ditulis dengan sentuhan nilai seni atau tidak monoton akan memberikan kesan kepada pembaca terhadap kualitas penelitian kita. Hal ini juga akan berguna pada proses review. Sehingga, kita perlu memfokuskan pada ejaan, pemilihan kata, menghindari gaya tulisan yang membosankan, margin halaman, font, dan lain-lain. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah memiliki kamus lengkap dengan thesaurus-nya dan contoh penggunaanya pada kalimat. 8) Menjadi hakim untuk artikel ilmiah kita sendiri Sebuah naskah yang lengkap biasanya memerlukan banyak literasi untuk melakukan revisi. Memiliki sikap yang objektif atau fair selama revisi sangat penting untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi ketika menulis. Objektivitas dengan pekerjaan yang kita lakukan dengan tidak melebih-lebihkan atau meremehkan pentingnya hasil dan metode yang dikembangkan. Setelah bekerja keras cukup lama pada bidang yang diteliti, maka seseorang akan menjadi ahli terhadap masalah yang dipelajari. Ketika melakukan revisi draft paper, lupakan sementara penelitian dan kerja keras yang sudah kita lakukan. Untuk lebih konkrit, posisikan diri kita sebagai reviewer dengan melihat dengan detail penelitian yang sudah dilakukan, logika penulisan, kebenaran dan kevalidan dari hasil penelitian, kesimpulan yang diambil dari hasil analisa, organisasi artikel ilmiah yang dibuat, dan penyajian data yang digunakan dalam penelitian. Pada praktiknya kita dapat meletakkan draft yang sudah dibuat dalam waktu satu atau dua hari. Kemudian, cobalah untuk melupakannya dan setelah itu kita kembali dengan keadaan yang fresh, dengan menganggap artikel ilmiah tersebut dibuat oleh orang lain, membacanya dengan teliti, dan berusaha mencari kelemahan dari artikel ilmiah yang sedang dibaca. Pada proses ini, pahami artikel ilmiah tanpa mencoba untuk memahami atau mengintepretasikan



79



dari sudut pandang kita. Jangan takut untuk membuang kalimat yang dianggap tidak penting atau membingungkan. Hal ini mungkin melelahkan dan sedikit tidak nyaman, tapi sangat berguna untuk menghasilkan tulisan yang baik dan logis. 9) Meminta kritikan dari orang lain Sebelum melakukan pengajuan artikel ilmiah (submission), sangat penting untuk mengantisipasi kemungkinan pertanyaan dan kritikan yang mungkin muncul dari reviewer. Sehingga, peneliti dapat memperbaiki artikel ilmiah yang sudah dibuat menjadi lebih mudah dipahami orang lain. Untuk melakukannya dapat meminta pendapat atau pembahasan dari rekan kerja. Diskusikan penelitian yang sudah dilakukan, sehingga mendapat masukan, saran dan kritik untuk pekerjaan yang sudah dilakukan. Sebuah seminar atau pertemuan dalam kelompok riset dapat membantu menemukan masalah yang mungkin muncul. Jika anda adalah mahasiswa yang sedang mengerjakan tesis, hal itu sangat baik untuk dipresentasikan ke dewan penguji atau pembimbing tesis sehingga mendapat masukan untuk perbaikan penelitian dan penulisan yang dilakukan. 10) Membuat tim virtual dari kolaborator Ketika pengajuan artikel ilmiah ditolak atau mendapatkan ulasan yang tidak baik, sikap kita sebaiknya tidak tersinggung dan jangan diambil hati. Harus disadari bahwa pemberi ulasan (reviewer) sudah menyisihkan waktunya untuk membaca dan memberikan penilaiannya, yang mana waktu mereka bisa saja digunakan untuk mengerjakan penelitiannya sendiri. Sehingga, reviewer secara tidak langsung telah membantu untuk membuat artikel ilmiah menjadi lebih baik dan lebih mudah dipahami oleh target pembaca. Oleh karena itu, reviewer dapat dipertimbangkan sebagai kolaborator dalam penelitian dan sebaiknya diperlakukan dengan baik. Hal tersebut dapat meningkatkan kualitas artikel ilmiah dan penelitian. Membaca dan memeriksa ulasan yang telah diberikan oleh reviewer secara obyektif. Seringkali sebuah kritik dibesarbesarkan karena salah satu aspek dari hipotesis penelitian tidak dipelajari secara mendalam atau hasil yang penting dari penelitian sebelumnya tidak disebutkan atau tidak konsisten dengan penelitian. Jika kritik yang diberikan adalah mengenai ketahanan (robustness) sebuah metode yang digunakan atau validitas hasil, seringkali penelitian perlu diulang atau perlu dilakukan penambahan data. Jika yakin bahwa reviewer telah salah paham pada titik tertentu, maka



80



periksa ulang tulisan yang telah dibuat. Hal yang sering terjadi adalah penulisan kata-kata yang kurang tepat dapat membuat reviewer memiliki persepsi yang salah. Jika hal ini terjadi, maka perlu dilakukan revisi penulisan secara menyeluruh. Jangan berdebat dengan reviewer tanpa adanya data pendukung dan jangan mengirimkan artikel ilmiah ke tempat lain tanpa adanya proses perbaikan. d. Jenis-Jenis dan Bentuk Artikel Ilmiah 1) Jenis artikel Ilmiah Ditinjau dari isinya, artikel ilmiah dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain: a) Research Articles Research Articles ialah artikel ilmiah yang memuat tentang informasi ilmu pengetahuan baru dan telah dipublikasikan pada jurnal, baik itu jurnal nasional maupun jurnal internasional. Research Articles atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai artikel ilmiah menjelaskan tentang hasil riset yang bersifat baru dan original serta menjelaskan bagaimana metodologi penelitian yang telah dilakukan, pengolahan data yang digunakan untuk melakukan penelitian dan penjelasan cara untuk mengambil data serta analisa hasil penelitian yang sudah dilakukan. b) Review Articles Review articles menjelaskan tentang tinjauan dari suatu bidang atau subjek dan merangkum penelitian yang sudah dilakukan. Review articles biasanya diberi batas awal dan akhir tahun studi literatur yang diterbitkan. Artikel jenis ini memiliki kesamaan dengan research article. Kedua artikel tersebut sama-sama dipublikasi pada peer reviewed jurnal tetapi artikel ini merupakan ringkasan dari sub-bidang. Pada artikel ini juga tidak terdapat subbab metodologi. Untuk memulai penelitian sebaiknya melakukan studi literatur pada review articles terlebih dahulu dan dilanjutkan pada technical paper. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara umum permasalahan yang dihadapi dalam penulisan artikel ilmiah yang meliputi teknik yang digunakan dan penentuan state of the art dari suatu penelitian. c) News Articles



81



News Articles berisi penjelasan dan analisa dari hasil penelitian yang dilakukan. Sasaran news articles ditujukan untuk orang awam. Jadi, tujuan utama news articles adalah memberikan informasi atau wawasan yang akurat kepada masyarakat berdasarkan observasi, eksperimen, atau survei yang telah dilakukan peneliti. d) Meeting Abstracts and Proceedings Artikel abstrak dan prosiding merupakan jenis artikel ilmiah yang berisi penjelasan original research yang dipresentasikan pada kegiatan konferensi ilmiah. Konferensi ilmiah merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan untuk para ilmuan/peneliti untuk berdiskusi dan mempresentasikan hasil dari penelitian yang telah mereka lakukan. e) Tesis/Disertasi Karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang studi S2 (master) di sebut tesis sedangkan karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang studi S3 (doktor) disebut disertasi. Tesis dan disertasi memiliki perbedaan dalam hal persentase kontribusi yang diberikan terhadap penyelesaian permasalahan yang dihadapi. Tesis mengungkap pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan sendiri ditemani oleh dosen Pembimbing. Pada tahap ini mahasiswa tidak dituntut untuk menemukan metode yang baru dan original. Sedangkan disertasi merupakan hasil penelitian yang bersifat original. Originalitas penelitian dalam disertasi biasanya terdapat dalam bentuk metode atau model baru yang diterapkan pada selama proses penelitian yang sedang dilakukan (Wisnu Jatmico, dkk. : 2015). 2) Bentuk Artikel Ilmiah Ada dua bentuk artikel ilmiah, yaitu; Pertama, artikel konseptual, yakni artikel yang diangkat dari gagasan atau ide penulis. Kedua, artikel penelitian, yaitu artikel yang diangkat dari hasil penelitian. Perbedaaan ke dua artikel tersebut dari bagian isi. Jika dalam artikel konseptual antara bagian pendahuluan dan bagian penutup hanya berisi isi artikel yang bisa terdiri dari beberapa subbab; sedangkan dalam artikel penelitian antara bagian pendahuluan dan bagian penutup terdapat bagian landasan teoretis, metodologi penelitian, dan hasil pembahasan. Apapun bentuk fisik dan peruntukannya, artikel ilmiah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis utama, yaitu: 82



a) Artikel Analitik Artikel analitik merupakan hasil penelitian tentang suatu topik tertentu, yang merestrukturisasi dan menyajikan bagian-bagian dari topik tersebut dilihat dari sudut pandang penelitinya. Artikel analitik diawali oleh suatu pertanyaan penelitian (research question). Peneliti melakukan tahap pencarian tentang topik spesifik tertentu, dimana peneliti belum mengambil kesimpulan apapun. Peneliti melakukan pencarian informasi dan meneliti halhal yang ada pada lingkup topik yang dipilih, apakah sebelum atau sesudah peneliti akrab dengan topik tersebut. Peneliti melakukan penelusuran dan pemikiran kritis berikut evaluasi terhadap sumber-sumber yang dimilikinya. Pada akhir artikel, peneliti mengkontribusikan pemikirannya sebagai bahan diskusi akademis. Kontribusi ini merupakan hasil analisis yang dinyatakan dalam pernyataan kesimpulan. b) Artikel Argumentatif (persuasif) Artikel argumentatif merupakan hasil penelitian tentang suatu topik tertentu, yang memposisikan terhadap suatu permasalahan tertentu, dan dengan menggunakan bukti/ fakta yang diperoleh menyatakan sikap penelitiannya. Artikel argumentatif diawali oleh suatu tesis penelitian. Pengertian tesis di sini adalah pernyataan yang didukung oleh argumen-argumen untuk dikemukakan. Biasanya tesis tersebut sudah dinyatakan pada suatu paragraf pada bagian pendahuluan artikel. Berangkat dari tesis, peneliti melakukan pembuktian atau penunjukkan fakta dan menghubungkannya satu sama lain dalam kerangka yang logis, sehingga diperoleh suatu konklusi yang dapat dipertanggungjawakan. Konklusi dari penelitian ini biasanya berupa suatu generalisasi atau proposisi. Kebanyakan artikel ilmiah berupa artikel argumentatif. Berdasarkan kedua hal di atas, maka tulisan ilmiah, apakah dalam bentuk buku, laporan, ataupun artikel ilmiah pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tulisan analitik atau tulisan argumentatif (Yunita Winarto, dkk. Karya Tulis Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya, Yayasan Obor Indonesia, 2016: 61). e. Pola Dasar dan Sistematika Penulisan Artikel Ilmiah 1) Pola Dasar Artikel Ilmiah



83



Secara umum, artikel ilmiah terdiri dari bagian-bagian yang sudah baku, yaitu bagian awal, bagian tengah dan bagian akhir. Bagian awal berisi hal-hal yang bersifat informatif. Ada dua jenis bagian awal, yaitu yang bersifat umum ada pada semua jenis karya ilmiah, dan yang bersifat khusus yang hanya dimiliki karya ilmiah tertentu. Bagian awal artikel ilmiah terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, dan kata kunci. Bagian batang tubuh terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Bagian pendahuluan setidaknya terdiri dari latar belakang masalah dan rumusan masalah. Bagian isi berisi persoalan-persoalan inti atau materi inti yang ingin disajikan. Untuk artikel penelitian bagian isi berupa landasan teori, metodologi dan hasil pembahasan. Landasan teori berisi teori-teori atau konsep-konsep yang dipergunakan dalam membahas masalah; bagian metodologi berisi pendekatan yang digunakan, metode, sasaran, sampel dan populasi serta langkah-langkah analisis data; dan bagian hasil dan pembahasan berisi hasil kajian masalah yang diangkat. Untuk artikel konseptual bagian isi berisi konsep-konsep dan bahasan masalah. Bagain penutup biasanya berupa simpulan dan saran (untuk artikel penelitian) dan simpulan atau penekanan untuk artikel konseptual. Bagian paling akhir dari artikel ilmiah adalah bagian kepustakaan. Bagian ini berisi daftar pustaka yang digunakan. (http://www.academia.edu/ 28886223/Pengertian_Artikel_Ilmiah) Artikel ilmiah di bidang pendidikan umumnya mengikuti aturan dari jurnal yang akan memuat artikel ilmiah tersebut dan setidak-tidaknya berisi: 1) Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat; 2) Kajian teori, yang menguraikan tentang teori-teori yang relevan; 3) Pembahasan, yang mengemukakan tentang gagasan/ide penulis dalam upaya memecahkan masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan pembelajaran di sekolah/ madrasahnya. Pembahasan tersebut didukung oleh teori dan data yang relevan; dan 4) Kesimpulan. 2) Sistematika Penulisan Artikel Ilmiah Artikel ilmiah merupakan tulisan yang berasal dari ide atau gagasan seseorang atau beberapa orang. Ide tersebut bisa bersifat hal-hal baru yang belum pernah diteliti atau bisa juga pengembangan penelitian-penelitian sebelumnya. Artikel ilmiah bukan suatu bentuk tulisan fiktif atau karangan biasa. Artikel ilmiah merupakan sebuah tulisan yang bersifat argumentatif atau berisi alasan-alasan, dasar, atau dalil yang bersifat ilmiah, karena dilandaskan pada kajian teoritis dan melalui sebuah proses penelitian. Sehingga, hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.



84



Tujuan penulisan artikel ilmiah adalah untuk dipublikasikan. Publikasi merupakan kebanggaan dan kesuksesan tersendiri bagi orang yang mencintai artikel ilmiah. Para peneliti, dosen, dan mahasiswa akan senang sekali bila artikel ilmiah yang sudah disusun bisa dipublikasikan pada jurnal ilmiah ternama atau konferensi internasional. Dengan mempublikasikan artikel ilmiah, maka berarti tulisan seseorang akan dibaca oleh banyak orang, akan dijadikan sitasi, dan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian-penelitian lainnya. Namun, sebelum artikel ilmiah dipublikasikan maka harus melalui beberapa proses pengujian. Setelah diterima oleh editor, maka pengujian awal terhadap artikel ilmiah adalah pemeriksaan format penulisan. Hal-hal tersebut meliputi margin, ukuran kertas, tipe huruf, font, spasi, penomoran halaman, jumlah baris tiap halaman, dan lainlain. Terkadang beberapa artikel ilmiah ditolak karena tidak memenuhi persyaratan format penulisan yang telah ditetapkan. Maka, sangat penting untuk memperhatikan instruksi format penulisan baik pada jurnal ilmiah maupun konferensi. Proses pengujian artikel ilmiah selanjutnya adalah review. Pada proses ini, isi atau pembahasan artikel ilmiah akan diperiksa secara detil dan mendalam. Artikel ilmiah akan dibaca dan direview oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Kemudian, tim review memeriksa artikel ilmiah mulai dari judul, abstrak, kata kunci, metode penelitian, hasil penelitian, kesimpulan, penghargaan, referensi dan lain-lain. Tim review akan memberikan komentar-komentar dan catatan untuk merevisi kepada penulis bila diperlukan. Apabila lolos dari proses review maka barulah artikel ilmiah akan dipublikasikan. Sistematika penulisan merupakan aturan atau tata cara yang digunakan dalam menulis artikel ilmiah sesuai kaidah yang disepakati. Setiap jurnal ilmiah maupun konferensi ilmiah biasanya mempunyai aturan sistematika penulisan masing-masing. Akan tetapi, secara umum semuanya memiliki kesamaan dalam bagianbagian utama penulisan, seperti: judul, identitas, abstrak, kata kunci, pendahuluan, metodologi, hasil, pembahasan, kesimpulan, penghargaan, referensi dan lampiran atau appendix. Semua komponen yang disebutkan di atas diuraikan di bawah ini: a) Judul Bagian awal dan terletak paling atas dari artikel ilmiah adalah judul. Judul adalah bagian artikel ilmiah yang pertama kali dibaca dan merupakan identitas yang mewakili isi dari suatu artikel



85



ilmiah. Sebuah judul dapat memberikan kesan pertama bagi orang yang melihatnya. Apabila judul memberikan kesan baik maka orang akan tertarik untuk membaca dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, judul harus dibuat sedemikian rupa dengan menggunakan katakata yang tepat agar menarik minat pembaca. Dalam memilih judul sebaiknya tidak terlalu panjang, sederhana, singkat, dan mudah dimengerti oleh orang lain yang ingin membacanya. Judul yang terlalu panjang akan sulit untuk diingat dan membuat pembaca sulit menangkap isi dari artikel ilmiah. Sedangkan judul yang terlalu singkat tidak dapat menggambarkan isi artikel ilmiah. Jadi, buatlah judul yang sesuai dengan isi, maksud tujuan, dan ruang lingkup artikel ilmiah. Pilihlah kata-kata yang tepat dan tidak bermakna ganda. Ketika menulis judul, sebaiknya menempatkan kata kunci (keyword) yang dianggap penting, unik, dan khas. Manfaatnya adalah agar memudahkan pencarian melalui internet ataupun program komputer yang ada di perpustakaan yang biasanya memakai sistem kata kunci (key word system). Dengan meletakan kata kunci pada judul maka dapat membantu pembaca dalam memahami isi artikel dan semakin tertarik untuk membaca secara utuh. Apabila menyusun artikel ilmiah dengan cara berkolaborasi dengan peneliti atau penulis lain, maka dalam memilih judul harus dibicarakan secara bersama-sama sehingga terdapat kesamaan visi. Dengan saling memberikan masukan mengenai judul artikel ilmiah maka semua penulis akan memberikan ide dan gagasan yang terbaik. Apabila kolaborasi bersifat internasional, maka pertemuan bisa dilakukan melalui media sosial seperti Facebook, Yahoo Messenger, Skype, dan lain-lain. Setelah menentukan judul yang dianggap tepat, penulis juga bisa meminta pendapat dari rekan-rekan peneliti lain. Jangan lupa untuk memperhatikan format penulisan judul sesuai ketentuan pada jurnal atau konferensi. Secara umum, judul terdiri dari 10-15 kata, ditulis tegak, cetak tebal (bold), ditengah (center), tidak miring (italic), dan tidak digaris bawah (underline). b) Identitas Penulis Identitas merupakan salah satu bagian penting dari artikel ilmiah. Identitas dapat mengungkap siapa yang bertanggung jawab terhadap artikel ilmiah. Bila hanya satu orang yang menyusun artikel ilmiah, maka hanya ada satu nama yang dicantumkan.



86



Sedangkan bila artikel ilmiah disusun secara berkolaborasi maka akan terdapat beberapa nama yang dicantumkan. Identitas sangat penting bagi peneliti atau penulis artikel ilmiah karena berkaitan dengan H-index. H-index merupakan pengukur produktivitas seseorang dalam menghasilkan artikel ilmiah yang telah dipublikasikan. Adakalanya, semakin banyak penulis yang terlibat dalam artikel ilmiah maka akan semakin berbobot isinya. Semakin berbobot artikel ilmiah dan dipublikasikan pada jurnal internasional, maka akan meningkatkan H-index penulis yang bersangkutan karena akan semakin banyak peneliti lain yang akan mensitasi artikel ilmiah yang telah kita tulis. H-index adalah pengukur produktivitas seseorang dalam menghasilkan artikel ilmiah yang telah dipublikasikan. Identitas sangat penting tidak hanya bagi editor dan peneliti saja, tapi juga bagi pembaca yang ingin memperoleh informasi atau pengetahuan lain yang berhubungan dengan artikel ilmiah. Identitas terdiri dari tiga bagian yaitu: nama, afiliasi, dan alamat email penulis. Letak identitas penulis persis di bawah judul artikel ilmiah. Nama penulis dicantumkan tanpa disertai gelar akademik dan dicetak tebal (bold) dengan spasi single di bawah judul. Jika nama penulis agak panjang maka nama yang boleh disingkat sebaiknya nama depan atau tengah. Nama bagian belakang penulis usahakan tetap utuh. Dalam mencantumkan nama penulis, penulis harus konsisten dalam penggunaannya, karena hal ini akan mempengaruhi key indeks performa yang dimiliki oleh penulis tersebut pada indexing jurnal seperti pada Scopus dan Google Scholar. Institusi penulis adalah fakultas dan kampus/universitas/perguruan tinggi beserta alamatnya. Letak dari afiliasi/institusi sekitar satu spasi di bawah nama penulis. Sedangkan alamat email penulis terletak satu spasi di bawah afiliasi penulis. Untuk penulis yang terdiri lebih dari satu orang, maka alamat email yang dicantumkan cukup email penulis pertama. c) Abstrak (Abstract) Abstrak berbeda dengan ringkasan, karena biasanya lebih pendek dari ringkasan. Abstrak biasanya terdiri dari satu paragraf dan berisi sekitar 200 sampai 300 kata. Di dalam abstrak tidak boleh terdapat kutipan, singkatan, tabel, dan gambar. Abstrak merupakan tulisan singkat yang memberikan penjelasan lengkap



87



mengenai isi artikel ilmiah. Pada jurnal nasional, abstrak ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sedangkan pada Jurnal Internasional, Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris. Abstrak berisi beberapa hal penting yang mewakili isi artikel ilmiah, yakni sebagai berikut: (1) (2) (3) (4)



Masalah yang diteliti Metodologi yang digunakan Hasil penelitian Kesimpulan dan saran



Salah satu kesalahan yang biasanya terjadi dalam menyusun abstrak adalah komposisi yang tidak seimbang. Ada sebagian penulis yang terlalu banyak menuliskan bagian hasil penelitian dan kesimpulan terlalu lengkap, sedangkan bagian lain seperti pendahuluan dan metodologi terlalu singkat. Sebaliknya, ada yang terlalu banyak menjelaskan pada bagian metodologi dan hasil penelitian. Oleh karena itu, abstrak sebaiknya disusun secara proporsional agar pembaca dapat memahami dengan jelas. Selain judul, abstrak merupakan bagian dari artikel ilmiah yang sering dibaca dan dapat ditelusuri oleh mereka yang suka mencari artikel ilmiah melalui media internet. Pada jurnal ilmiah online, bagian abstrak dan semua bagian lain dari artikel ilmiah dapat dibaca secara utuh. Akan tetapi, khusus pada jurnal ilmiah online berbayar hanya bagian abstrak beserta judul dan identitas penulis saja yang masih dapat dibaca dan di-download. Sehingga, abstrak juga merupakan salah satu bagian penting artikel ilmiah yang dapat membantu pembaca untuk memutuskan dalam membaca artikel ilmiah secara utuh atau tidak. Jadi, sangat penting untuk menyusun abstrak yang baik, informatif, dan deskriptif. Agar penulis mudah menyusun abstrak yang bagus, sebaiknya ditulis setelah semua bagian isi artikel ilmiah atau penelitian selesai dilaksanakan. d) Kata Kunci/Keywords Kata kunci merupakan beberapa kata-kata inti dari artikel ilmiah. Kata kunci (keywords) sebaiknya ditulis mengacu kepada istilah yang sesuai dengan topik pembahasan artikel ilmiah, sehingga dapat membantu pembaca untuk memahami isi artikel ilmiah. Kata kunci berupa kata tunggal (satu suku kata) atau istilah (gabungan beberapa suku kata). Untuk memilih kata kuci yang baik maka pilihlah kata-kata atau istilah yang sering disebutkan dan terdapat di dalam judul, abstrak maupun isi artikel ilmiah. Letak kata kunci (keywords) terdapat di bawah abstrak. Kata kunci 88



sebaiknya terdiri dari tiga sampai enam kata atau istilah. Untuk jurnal ilmiah nasional biasanya kata kunci ditulis dalam dua bahasa seperti abstrak, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sedangkan untuk jurnal ilmiah internasional maka kata kunci cukup ditulis dalam bahasa Inggris. Beberapa jurnal ilmiah juga meminta penulisan kata kunci dengan huruf biasa dan ada pula yang menginginkan kata kunci ditulis dengan huruf miring (italic). e) Pendahuluan (Introduction) Pendahuluan merupakan bagian artikel ilmiah yang membawa pembaca atau orang lain untuk memahami permasalahan yang akan dibahas pada artikel ilmiah secara urut, jelas, dan terperinci. Pada bagian pendahuluan, penulis atau peneliti dapat mencantumkan kutipan atau sitasi cukup dengan menggunakan angka atau nama penulis sesuai dengan aturan sitasi yang digunakan. Adapun hal-hal yang terdapat dalam pendahuluan antara lain ialah sebagai berikut: (1) Latar Belakang dan Perumusan Masalah. Pada bagian ini diuraikan alasan pemilihan memilih judul artikel, alasan/argumentasi, dan mengenai hal yang membuat penulis/peneliti tertarik untuk membahas masalah tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan permasalahan yang akan menjadi fokus dalam artikel ilmiah tersebut. Agar penelitian fokus dan tidak menyebar kepada hal-hal yang dianggap tidak penting, maka penting juga untuk memberikan batasan permasalahan. (2) Tujuan Hal-hal yang diuraikan dalam tujuan penelitian sebaiknya berhubungan dengan judul dan untuk membuktikan teoriteori yang digunakan dalam penelitian. (3) Manfaat Hal-hal yang dibahas dalam manfaat penelitian adalah mengenai hasil penelitian yang diharapkan dapat berguna bagi peneliti, objek penelitian, masyarakat, dan ilmu pengetahuan (4) Hipotesis Hipotesis merupakan bentuk pernyataan atau jawaban sementara peneliti dari permasalahan yang akan dibahas karena harus diuji atau dibuktikan kebenarannya. Hipotesis 89



hanya terdapat pada artikel ilmiah yang menggunakan jenis penelitian kuantitatif. f) Tinjauan Pustaka/Kajian Teori Bagian ini berisi pembahasan tentang teori dan hasil penelitian yang berkaitan atau mendukung dalam penulisan artikel ilmiah. Teori dan hasil penelitian dapat berasal dari jurnal nasional maupun jurnal internasional. Hal ini berguna untuk lebih meyakinkan pembaca agar semakin tertarik membaca hasil penelitian pada artikel ilmiah. g) Metodologi Metodologi penelitian adalah tata cara atau aturan yang digunakan dalam melaksanakan riset atau penelitian. Metodologi merupakan prosedur penelitian yang tersusun secara sistematis dan ilmiah, sehingga menjadi aturan yang harus dilakukan dalam penelitian. Dalam artikel ilmiah, bagian metodologi berisi uraian bagaimana proses penelitian dilaksanakan secara singkat, padat dan harus jelas. h) Hasil dan Pembahasan (Result and Discussion) Hasil dan pembahasan penelitian merupakan bagian terpenting dalam artikel ilmiah. Hal ini karena pada bagian tersebut dapat dilihat bagaimana kemampuan dan kualitas seorang peneliti dalam menganalisa data-data penelitian yang diperoleh sebelum diolah menjadi kesimpulan. Terdapat sebagian jurnal yang menginginkan agar bagian ini dibuat secara terpisah, ada juga yang meminta dibuat satu bagian, dan ada pula yang membebaskan dalam penyusunannya. Apabila bagian hasil (result) dan pembahasan (discussion) dipisah, maka pada bagian hasil (result) hanya menguraikan hasil penelitian saja baru kemudian pada bagian pembahasan (discussion) diuraikan tentang pembahasan analisa hasil penelitian. Sedangkan untuk bagian hasil dan pembahasan (result and discussion) disatukan maka penulis harus dapat menguraikan secara urut dan jelas agar mudah dipahami. Sebelum menganalisa hasil penelitian, semua data yang diperoleh merupakan data mentah sehingga harus diproses terlebih dahulu. Penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, maupun angket harus menyederhanakan data. Proses penyederhanaan data dapat



90



dilakukan dengan mengelompokan dan menghitungnya sesuai dengan teknik analisa data yang tepat. Kemudian data-data tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik, gambar, atau tabel, serta dilengkapi dengan analisa data berupa uraian teks agar mudah dimengerti. Grafik digunakan untuk menjelaskan data yang cukup banyak dan agak rumit, sedangkan penggunaan tabel biasanya untuk data yang sedikit dan sederhana. Dalam bagian ini, peneliti harus menggunakan cara berfikir yang sistematis agar dapat mendukung kesimpulan yang akan dibuat. Uraian hasil penelitian dibuat dengan terstruktur, jelas, dan terarah agar tidak terjadi pengulangan kalimat atau pembahasan yang membuat bingung pembaca. Hasil penelitian dapat dibuat dengan kalimat deduktif atau induktif dan mengacu pada hipotesis penelitian. Pada artikel ilmiah yang ditulis dalam bahasa Inggris maka hasil penelitian dibuat dengan kalimat past tense. Untuk jenis penelitian tinjauan pustaka atau studi literatur, peneliti harus dapat menganalisa data-data secara objektif, sistematis, komprehensif, dan faktual. Walaupun tidak menggunakan rumus matematika atau statistik, namun tetap dibutuhkan kemampuan untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat. Peneliti juga dapat meminta bantuan rekan atau kolega untuk menyusun hasil penelitian. i) Kesimpulan dan Saran Kesimpulan merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Jumlah kesimpulan harus disesuaikan dengan jumlah rumusan masalah yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan artikel ilmiah. Sehingga, pembaca akan lebih mudah memahami penjelasan dan uraian artikel ilmiah. Pada dasarnya, kesimpulan berisi ringkasan dari artikel yang telah diuraikan pada bagian hasil atau pembahasan. Sehingga bagian kesimpulan harus ditulis secara ringkas dan jelas. Namun, bentuk uraian dideskripsikan dalam bentuk kalimat-kalimat dan bukan angka-angka, grafik, dan tabel seperti pada bagian hasil. Hal lainnya yang juga perlu diuraikan dalam artikel ilmiah adalah saran. Saran dibuat berdasarkan isi yang diuraikan pada bagian hasil dan analisis serta sejalan dengan kesimpulan. Bagian saran biasanya berisi rekomendasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya atau rekomendasi untuk pihak lain yang berkepentingan dengan hasil penelitian.



91



j) Penghargaan (Acknowledgment) Penulis dan peneliti yang baik akan selalu menghargai siapa saja yang telah memberikan bantuan dalam penelitian. Bentuk penghargaan tersebut disampaikan pada bagian penghargaan. Penghargaan atau acknowledgment adalah suatu bentuk ucapan terima kasih kepada perorangan atau institusi yang telah memberikan bantuan terhadap pelaksanaan penelitian dan penyusunan artikel ilmiah. Selain sebagai bentuk apresiasi, penghargaan merupakan bentuk pertanggungjawaban peneliti atas bantuan yang diterima. Bentuk bantuan meliputi moril dan materil seperti saran-saran, pemeriksaan tata bahasa (khususnya artikel ilmiah berbahasa Inggris), membantu proses pengumpulan dan analisa data, dana penelitian, sarana penunjang penelitian dan lain-lain. Pada penulisan artikel ilmiah, bagian penghargaan (acknowledgment) tidak harus selalu dicantumkan. Penulisan bagian ini didasarkan pada seberapa pentingnya bantuan yang diberikan. Semakin penting dan berharga suatu bantuan maka akan mendapat prioritas untuk dicantumkan. Bentuk bantuan yang biasanya dicantumkan pada bagian penghargaan adalah dana hibah penelitian (research grant). Dengan mencantumkan penghargaan pada artikel ilmiah maka akan memberikan keuntungan. Bagi peneliti, mencantumkan bagian penghargaan akan memudahkan apabila ingin mendapat bantuan selanjutnya di masa yang akan datang. Sedangkan bagi pemberi bantuan, dengan pencantuman nama atau instansinya akan mendapatkan kebanggan karena telah ikut berpartisipasi dalam penelitian dan senang karena bantuan mereka bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Apabila kita mendapat bantuan dana penelitian (research grant), maka tulislah nama institusi dan nomor kontrak perjanjiannya. Uraian pada bagian penghargaan ditulis dengan bahasa formal tapi tidak berlebihan. Setelah itu, jangan lupa untuk mengkonfirmasi kepada yang bersangkutan bahwa namanya dicantumkan dalam bagian penghargaan artikel ilmiah. k) Referensi Referensi adalah bagian yang berisi sumber rujukan atau sumber acuan yang dipakai penulis untuk mengutip literatur sebagai bahan artikel ilmiah. Hal ini sangat bermanfaat dalam penyusunan artikel ilmiah untuk menghindari plagiarisme atau 92



dianggap plagiat. Semua sumber yang disitasi harus dicantumkan pada bagian referensi dan begitu pula sebaliknya. Ada beberapa model penulisan referensi, diantaranya: (1) Sistem MLA (Modern Language Association) (2) Sistem APA (American Psychological Association) (3) Sistem CBE (Council of Biology Editors) (4) Sistem IEEE (5) Sistem Chicago (6) Sistem Harvard (7) Sistem Turabian (8) Sistem AMA (American Medical Association) (9) Sistem ACS (American Chemical Society) (10) Sistem CSE (The Council of Science Editors) (11) Sistem AAA (American Anthropological Association) (12) Sistem APSA (The American Political Science Association) (13) Sistem ASA (American Sociological Association) (14) Sistem NLM (National Library of Medicine) (15) Sistem ACS (American Chemical Society) (16) Sistem MHRA (Modern Humanities Research Association) Dari bermacam-macam model penulisan referensi di atas, yang saat ini sering digunakan dalam penulisan artikel ilmiah adalah sistem penomoran (vancouver) atau biasa juga disebut dengan sistem referensi IEEE. Sistem IEEE adalah penulisan referensi dengan memberikan penomoran angka secara berurutan untuk menunjukan sitasi atau sumber rujukan. Pada bagian naskah artikel ilmiah apabila penulis mengutip pendapat atau kalimat dari suatu sumber maka cukup ditulis dengan angka dalam kurung seperti [1], [2], [3] dan seterusnya di akhir kalimat yang dikutip atau jika ingin menyertakan nama yang disitasi ke dalam tulisan kita, maka cukup dengan meletakkan penomoran tersebut setelah nama yang disitasi. Kemudian pada daftar referensi, penulisan sumber rujukan ditulis secara urut sesuai nomor pada naskah artikel ilmiah. Dengan sistem penomoran, maka akan dapat memudahkan pembaca untuk menemukan sumber rujukan atau sitasi bila dibandingkan dengan sistem referensi yang menggunakan urutan alfabetis nama penulis pada sistem Harvard atau sistem CBE (Council of Biology Editors). Selain itu, menggunakan sistem penomoran dapat memudahkan penulis dalam menyusun sumber rujukan. Dalam kaitannya dengan publikasi ilmiah, sebaiknya gunakan sumber rujukan yang up-to-date dan



93



perhatikan kembali instruksi format penulisan pada jurnal yang bersangkutan. Tak jarang pula sistem penulisan referensi APA digunakan dalam penulisan artikel ilmiah. Pencantuman sitasi sesuai dengan penulisan gaya APA terdiri dari nama penulis yang disitasi berikut tahunnya. Contoh: (Jatmiko, 2013). Gaya penulisan sitasi pada buku ini menggunakan gaya penulisan APA. l) Lampiran Lampiran adalah bagian tambahan dalam penulisan artikel ilmiah yang berisi informasi atau data-data yang berkaitan dengan artikel ilmiah. İsi lampiran bisa berupa tabel, grafik, gambar, atau yang lainnya. Disebut sebagai bagian tambahan karena bagian ini perlu dicantumkan pada bagian tersendiri. Apabila dicantumkan pada bagian tubuh atau isi artikel ilmiah maka dapat menganggu alur tulisan. Sedangkan jika tidak dicantumkan atau dibuang, maka akan mengurangi penjelasan isi artikel ilmiah. Untuk beberapa penelitian yang menggunakan kuesioner atau angket sebagai instrumen pengumpulan data, sebaiknya dicantumkan contoh angket pada bagian lampiran. Hal ini akan memudahkan pembaca untuk memahami isi artikel ilmiah khususnya pada bagian hasil dan kesimpulan. Pada bagian lampiran, penulis tidak perlu menambahkan tulisan atau kalimat pengantar di dalamnya. Penulis cukup mencantumkan bagian isi dari angket yang berisi daftar pertanyaan atau pernyataan. Lampiran biasanya digunakan untuk mendukung hasil penelitian yang didapatkan, atau dalam kata lain lampiran berfungsi untuk menjelaskan secara lebih rinci tentang hasil penelitian yang diperoleh (Wisnu Jatmico, dkk. : 2015). f. Proses Penulisan Artikel Ilmiah Untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah haruslah memenuhi kaidah penulisan yang telah ditetapkan. Laplante (2012) menjelaskan proses penulisan dalam lima tahap, yaitu: brainstorming, drafting, revising, editing dan publishing. Pertama, brainstorming. Proses ini umumnya disebut dengan pre-writing, merupakan pencatatan ide di atas kertas. Dalam penulisan kreatif, proses ini sangat bebas bentuk dan bisa mencakup gagasan apapun, ibaratnya apa yang ada dalam pikiran dapat dituangkan dalam selembar kertas. Kedua, drafting. Proses ini dimulai dengan melengkapi kalimat secara utuh paragraf dan sub topik yang dilakukan saat proses brainstorming. Selanjutnya membuat penghubung antara kalimat dan sub topik. Pada



94



proses ini biarlah ide mengalir, abaikan sementara tata bahasa, walaupun pada layar komputer anda telah menunjukkan kesalahan pengejaan. Ketiga, revising. Setelah menghasilkan tulisan lengkap, selanjutnya membuat tulisan yang baik melalui revisi. Laplante (2012) menyarankan untuk minimal melibatkan dua orang. Satu orang yang memahami secara teknis, yaitu orang yang memahami tentang bidang tersebut. Sedangkan yang lainnya secara non teknis, yang berfungsi untuk menemukan kesalahan logika dari tulisan tersebut. Sampai kapan mengakhiri tahapan revisi? Jawabannya sampai batasan waktu yang telah ditentukan tiba. Keempat, editing. Tahapan ini bisa menggunakan beberapa cara. Melakukannya sendiri, meminta bantuan teman atau menggunakan jasa editor profesional. Hal-hal yang perlu dilakukan selama proses ini adalah memperhatikan tata bahasa dan format yang telah ditetapkan. Kelima, publishing. Proses ini merupakan tahap akhir dari sebuah tulisan dan dimaksudkan bahwa dokumen kita dapat diakses oleh publik. Sebelum mempublikasikan dokumen tersebut, haruslah yakin bahwa inilah final version dan telah layak dibaca (Muhammad Farid, 2017). Senada dengan pendapat di atas, Anne Whitaker (2010) menyatakan bahwa untuk penulis pemula langkah-langkah menulis artikel ilmiah dapat ditempuh sebagai berikut: 1) Pilih sebuah topik Topik dipilih dengan cara memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan subjek yang menarik kemudian mempersempit ide-ide tersebut dari subjek ke topik. Subjek adalah konsep yang luas. Cara mempersempit subjek dengan melihat bagian-bagiannya yang lebih kecil, atau dengan memilih masalah khusus, periode waktu, atau tempat untuk diliput dengan melakukan sedikit riset umum jika tidak tahu banyak tentang subjek. Juga bisa dengan bertanya pada diri sendiri “Siapa?, Apa?, Dimana?, Kapan?, Mengapa?, dan Bagaimana?”. Pertanyaan tentang subjek dapat membantu dalam membatasi subjek dan menentukan minat. Topik yang dipilih adalah yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Untuk memfokuskan artikel, sebaiknya topik dituliskan dalam bentuk pertanyaan yang akan dijawab oleh artikel tersebut. Karakteristik topik artikel yang baik adalah sebagai berikut: a) Pertanyaan yang tidak memiliki jawaban yang sederhana, tetapi memiliki beberapa jawaban alternatif, atau tidak ada jawaban yang diterima, atau mungkin yang mudah tetapi tidak memuaskanmenjawab. Dengan kata lain, tidak ada jawaban



95



b)



c)



d)



e) f) g)



"benar" untuk pertanyaan ini. Artikel ini akan memberikan dan membenarkan jawaban terbaik. Pertanyaan yang layak dijawab. Pembaca akan memperhatikan jawaban atas pertanyaan ini, karena artikel ini memiliki beberapa arti. Artikel ini akan mencapai tujuannya. Apakah artikel informatif ini benar-benar memberi pembacaperspektif baru? Apakah pembaca akan menerima analisis yang terdapat dalam makalah analitis ini? Apakah artikel persuasif ini berhasil mengubah pandangan pembaca?Ini sangat penting untuk dipertimbangkan dengan topik artikel persuasif. Penulis tertarik dengan topik yang dipilih karena ia akan menghabiskan banyak waktu dengan topik ini. Penulis tidak memilih sesuatu yang tidak akan membuatnya bosan atau tersiksa. Topiknya adalah ukuran yang tepat untuk panjang artikel. Ada cukup (tetapi tidak terlalu banyak) informasi yang tersedia di sumber yang dapat dipercaya. Penulis memiliki cukup waktu untuk melakukan apa yang perlu dilakukan. Berapa lama waktu yang dimiliki sebelum tanggal jatuh tempo? Penulis mungkin harus membatasi kompleksitas topik jika ia menunggu terlalu lama untuk memulai.



2) Pikirkan (brainstorming). Ketika topik sudah dipilih, mulai melakukan brainstorming dengan menuliskan semua kemungkinan jawaban atas pertanyaan yang dijaukan, kemudian menuliskan semua informasi, opini, dan pertanyaan tentang topik yang dipilih. Brainstorming akan membantu penulis melihat apa yang sudah diketahui dan dipikirkan, juga apa lagi yang perlu diketahui penulis tentang topik yang dipilihnya sehingga penulis tidak akan melupakan ide-ide tersebut. 3) Penelitian. Penelitian adalah bagian yang terkait dengan proses penulisan. Penulis akan terus melakukan penelitian selama proses penulisan, ketika ia menemukan tesis, membuat garis besar dasar dan kemudian garis besar rinci, menulis artikel, dan merevisinya. Agar penelitian lebih efektif dan memakan waktu lebih sedikit seseorang dapat melakukan tiga hal, yaitu 1) rencanakan penelitian sebelum memulai; 2) siapkan dan ikuti jadwal penelitian; dan 3) segera rekam informasi sumber.



96



4) Temukan Tesis. Pernyataan tesis adalah kalimat yang paling penting dalam sebuah artikel. Jika seseorang bertanya, "Apa yang dikatakan dalam artikel?" Jawaban penulis akan menjadi pernyataan tesisnya. Pernyataan tesis yang baik biasanya meliputi: a) b) c) d) e) f)



Gagasan utama artikel. Pendapat atau sudut pandang penulis. Tujuan makalah. Jawab pertanyaan penelitian. Suatu unsur kejutan. Kejelasan.



Pernyataan tesis ditulis ketika penulis tahu jawaban atas pertanyaan penelitiannya. Seseorang mungkin memiliki gagasan sebelum mulai meneliti, ia dapat menemukannya saat ia melakukan penelitian, atau ia mungkin tidak mengetahuinya sampai ia hampir selesai menulis artikelnya. Sangat berguna untuk memiliki ide tesis di awal untuk membantu penulis fokus, tetapi boleh juga untuk mengubah pernyataan tesis saat seseorang menjalani proses penulisan dan belajar dan berpikir lebih banyak tentang topik tersebut. 5) Merencanakan (garis besar) Setelah penulis memiliki pernyataan tesis pendahuluan (jawaban atas pertanyaan penelitian), ia dapat membuat garis besar dasar. Seseorang penulis mungkin dapat melakukan ini sebelum melakukan penelitian apa pun, atau ia mungkin perlu membaca lebih banyak tentang topik tersebut terlebih dahulu. Garis besar dasar adalah upaya pertama penulis untuk mengatur ide-ide dari artikelnya. Ini akan membantu penulis memfokuskan riset dan mempertimbangkan urutan idenya. Untuk memilih dan menetapkan poin penting dalam outline dapat dilakukan hal-hal berikut: a) Tuliskan pertanyaan dan jawabannya (pernyataan tesis pendahuluan). Jangan khawatir tentang menulis pernyataan tesis yang indah, mudah diingat, dan kuat; hanya jawaban sederhana untuk pertanyaan sudah cukup untuk memulai garis besar dasar. b) Tuliskan semua alasan/argumen/efek/ solusi. c) Lihatlah daftar dan atur ide-ide. Beberapa mungkin digabungkan sebagai satu ide yang lebih besar; beberapa mungkin hanya mengulang kata lain dengan kata lain. d) Ide yang tersisa akan menjadi poin utama. Ide-ide ini adalah bagian dari artikel. e) Tentukan cara memilih poin-poin ini. Urutkan secara kronologis,



97



penyebabuntuk efek, masalah untuk solusi, yang paling penting dan paling tidak penting, terlemah hingga terkuat. Urutan apa yang akan membuat kertas Anda paling kuat dan paling menarik. f) Artikel harus mencakup sudut pandang alternatif atau berlawanan untuk menunjukkan bahwa penulis telah melakukan penelitian lengkap dan mempertimbangkan semua gagasan. Dalam bagian ini, penulis akan menyajikan dan menyanggah (menentang) pandangan lain dari topik ini. 6) Menulis Ada banyak cara untuk menulis draf pertama dari sebuah artikel. Kuncinya adalah siap sebelum mulai, memiliki tujuan, tesis, data yang cukup, rencana atau outline (semacam garis besar). Kemudian tulis saja data-data tersebut secara mengalir. Penulis bisa mulai dari awal dan menulis sampai akhir atau dapat menulis paragraf secara terpisah, dalam urutan apa pun yang disukai. Banyak penulis melakukan paragraf tubuh terlebih dahulu dan menyimpan pengenalan dan kesimpulan untuk akhirnya. 7) Merevisi Merevisi artikel berarti memperkuat konten. Untuk merevisi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: a) Ketahui apa yang harus diperbaiki. Sebelum Anda dapat merevisi, Anda perlu tahu apa yang harus diperbaiki. Bagaimana Anda bisa tahu itu? (1) Dapatkan umpan balik. (2) Lihat persyaratan artikel atau kriteria penilaian atau lihat daftar periksa dalam panduan ini. (3) Buat garis besar draf pertama dengan mencantumkan titik utama setiap kalimat topik untuk menunjukkan apakah ideidenya terorganisir dengan jelas dan fokus pada menjawab pertanyaan penelitian (tesis). (4) Baca artikel untuk fokus. Baca setiap kalimat di artikel. “Apakah ini mendukung pernyataan tesis?" Jika tidak, penulis mencoretnya atau mengubahnya. (5) Baca setiap paragraf tubuh untuk dukungan. Baca paragraf tubuh, dan baca kembali kalimat topiknya. “Apakah paragraf mendukung kalimat?”, “Apakah ada cukup detail spesifik fakta, contoh, deskripsi, pendapat ahli?”. (6) Baca kembali artikel sebagai audiensi. 98



b) Memperbaikinya Setelah penulis tahu apa yang harus diperbaiki, selanjutnya ia harus memperbaikinya. Cara memperbaiki artikel dapat dilakukan dengan langkah di bawah ini: (1) Hapus kata, kalimat, atau paragraf; hilangkan semua ide yang tidak perlu atau tidak relevan. (2) Tambahkan kata, kalimat atau paragraf; tambahkan poin baru, detail, atau penjelasan. (3) Atur ulang kata-kata, kalimat atau paragraf; menempatkan semuanya dalam urutan yang logis. (4) Tulis ulang kata-kata, kalimat atau paragraf; simpan ide-ide Anda tetapi sajikan dengan lebih baik. c) Merevisi lagi Jika ada waktu (sebaiknya luangkan waktu), revisi draf kedua dan terus diperbaiki. Penulis yang baik cenderung merevisi lebih daripada kurang karena mereka mendapatkan lebih banyak pengalaman menulis. 8) Edit Mengedit akan membuat tulisan lebih tepat dan mudah dimengerti (tidak harus lebih pendek, tetapi lebih jelas). Saat mengedit, diperiksa setiap kalimat dan bertanya pada diri sendiri apakah memiliki tujuan dan apakah itu lengkap, jelas, dan ringkas. Dalam mengedit artikel ada strategi yang perlu diperhatiakan, yaitu sebagai berikut: a) Bacalah artikel dengan lantang perlahan (atau minta seseorang membacakannya) untuk menemukan kesalahan, kelucuan, pengulangan, dan kekurangjelasan yang dapat diperbaiki. b) Gunakan fungsi pemeriksaan ejaan dan pemeriksaan grammar di Microsoft Word untuk menemukan beberapa hal, tetapi tidak semuanya. Adapun beberapa strategi untuk mengedit masalah spesifik adalah sebagai berikut: a) Koneksi antar ide (1) Baca awal dan akhir setiap paragraf untuk memastikan kalimatnya sesuai alur. (2) Dilanjutkan dengan menelaah kalimat demi kalimat dalam artikel untuk menemukan hubungan di antara kalimat tersebut.



99



(3) Jika terdapat ide yang tidak berhubungan, hendaknya ditambahkan transisi, kata ganti, kata yang diulang, sinonim, atau kalimat lain. b) Kelucuan (1) Cari semua kalimat yang sangat panjang (25-kata atau lebih) dan ditulis ulang dengan lebih jelas dan ringkas. (2) Baca setiap kalimat sehingga ditemukan apakah membutuhkan paragraf, tambahan sesuatu yang baru, atau perlu dihilangkan semuanya atau sebagian atau mungkin digabungkan. (3) Baca setiap kalimat kata demi kata. Apakah setiap kata diperlukan atau beberapa dihilangkan atau ditulis ulang dengan cara yang lebih singkat dan lebih jelas atau kata kerja pasif ditulis ulang sebagai kata aktif? c) Pengulangan, kurangnya variasi (1) Baca setiap kalimat dan tanyakan, “Apa tujuan dari kalimat ini?” Apakah itu memperkenalkan ide baru? Apakah itu mendukung atau menjelaskan ide sebelumnya? atau apakah hanya mengulanginya? (2) Baca 5 kata pertama dari setiap kalimat untuk menemukan kalimat yang dimulai dengan cara yang sama (seperti dengan kata transisi), kemudian ubahlah beberapa sehingga kalimat tersebut memiliki variasi. (3) Lihatlah panjang setiap kalimat. Harus ada berbagai kalimat pendek dan panjang. Buat kalimat lebih pendek dengan membaginya atau lebih panjang dengan menggabungkan. (4) Temukan kata-kata yang sering diulang. d) Struktur kalimat Lanjutkan dengan menelaah kalimat esai dengan kalimat. Beri label subjek (s) dan kata kerja (p) dalam setiap kalimat. Pastikan setiap kalimat memiliki subjek dan kata kerja. Pastikan tidak terlalu banyak kombinasi subjek + kata kerja dalam setiap kalimat dan susunan kata tersebut adalah subjek + objek + verb. Perbaiki fragmen, run-ons, dan susunan kata. e) Pilihan kata Temukan semua kata panjang sehingga beberapa digantikan dengan kata-kata yang lebih pendek dan lebih jelas. f) Kejelasan (sesuai struktur bahasa) (1) Baca artikel tanpa menggunakan banyak usaha (2) Baca artikel dan terjemahkan ke dalam bahasa ibu.



100



(3) Ucapkan ide dalam artikel dalam bahasa lisan dan tulis persis dengan apa yang dikatakan. (4) Harus ada berbagai kalimat pendek dan panjang. g) Proofread Untuk mengoreksi, diperhatikan, yakni:



ada



beberapa



langkah



yang



perlu



(1) Jangan melihat artikel selama 24 jam (ini membutuhkan keterampilan manajemen waktu) (2) Cetak artikel untuk melihat kesalahan yang mungkin tidak dapat dilihat di layar komputer. (3) Mulailah dengan kalimat terakhir dari artikel dan baca kalimat demi kalimat dengan cara mundur untuk membantu fokus pada tata bahasa, bukan konten. (4) Tutupi semua garis lain dengan selembar kertas lain. Arahkan pena pada setiap kata. (5) Pikirkan tentang tata bahasa, ejaan, tanda baca, huruf besar, dan arti dari setiap kata. (6) Jika tidak yakin tentang apa pun, gunakan kamus atau buku tata bahasa. Jika masih tidak yakin, tandai garis dan mintalah bantuan seseorang. (7) Perbaiki semua kesalahan yang ditemukan. (8) Cetak artikel dan periksa lagi. Penulis pemula harus mengikuti proses ini, tetapi bagi yang lebih berpengalaman, kemungkinan tidak persis mengikuti urutan ini (Anne Whitaker, 2010). Dari dua pendapat di atas, secara teknis, dapat diurutkan bahwa langkah-langkah penulisan artikel ilmiah adalah sebagai berikut: (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)



Memilih sebuah topik Brainstorming Temukan tesis Merencanakan outline (garis besar) Menulis draft artikel ilmiah Merevisi artikel ilmiah Mengedit artikel ilmiah Proofread



Publishing (Thunes Kotze: 20017, Anne Whitaker, 2010 Farid, 2017).



101



dan Muhammad



4. Rangkuman Artikel ilmiah memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: 1) Aktual; 2) Cukup panjang dan bagus; dan 3) Mempunyai gambar-gambar sebagai ilustrasi lengkap. Secara spesifik, ciri-ciri artikel ilmiah adalah: 1) Sintesa temuantemuan tentang suatu topik dan pendapat penulis; 2) Pekerjaan yang memperlihatkan keaslian (originality) penulis; 3) Pengakuan / pernyataan / jawaban terhadap semua sumber yang digunakan; dan 4) Memperlihatkan bahwa penulis merupakan bagian dari suatu komunitas akademis. Adapun syarat-syarat artikel yang baik adalah: 1) Mengandung masalah; 2) Topik harus spesifik, sehingga dapat dengan mudah diuraikan atau dijelaskan. Semakin spesifik suatu topik, semakin mudah bagi penulis untuk menyelesaikannya; 3) Semua gagasan harus bisa dipertanggungjawabkan dengan mengikutsertakan alasan, bukti, dan contoh; dan 4) Artikel hendaknya menyertakan alternatif pemecahan persoalan atau menyertakan harapan, usul atau saran kepada pembaca. Ada dua bentuk artikel ilmiah, yaitu; Pertama, artikel konseptual, yakni artikel yang diangkat dari gagasan atau ide penulis. Kedua, artikel penelitian, yaitu artikel yang diangkat dari hasil penelitian. Pola dasar artikel ilmiah terdiri dari bagian-bagian yang sudah baku, yaitu bagian awal, bagian tengah dan bagian akhir. Penulisan artikel llmiah dimulai dengan tahap pengembangan gagasan, perencanaan naskah, dan penulsian akhir (finalisasi). 5. Tugas Tugas ini berkaitan dengan tagihan produk yang harus diselesaikan dan dihasilkan peserta bimtek pada sesi program tahunan, diantaranya: a. Presentasi konsep artikel ilmiah dan urgensi artikel ilmiah dalam pengambangan karir dan profesi GPAI. b. Lembar kerja artikel jurnal ilmiah melalui internet/digital nasional dan internasional, gaya selingkung artikel jurnal ilmiah nasional dan internasional. c. Lembar kerja struktur isi artikel jurnal ilmiah nasional dan internasional. 6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut a. Apa manfaat yang bisa diambil setelah mempelajari konsep artikel imiah? b. Apa rencana tindak lanjut setelah mempelajari konsep artikel ilmiah?



102



F. Materi 6: Praktik Penulisan Artikel Ilmiah 1. Capaian Pembelajaran a. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran, peserta bimtek mampu menyusun artikel ilmiah. b. Indikator 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)



Memilih sebuah topik Melakukan brainstorming Menemukan tesis Merencanakan outline (garis besar) Menulis draft artikel ilmiah Merevisi artikel ilmiah Mengedit artikel ilmiah Proofread Publishing



2. Pokok-Pokok Materi a. b. c. d. e. f. g. h. i.



Memilih sebuah topik Brainstorming Temukan tesis Merencanakan outline (garis besar) Menulis draft artikel ilmiah Merevisi artikel ilmiah Mengedit artikel ilmiah Proofread Publishing



3. Uraian Materi Untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah yang baik, haruslah memenuhi kaidah penulisan yang telah ditetapkan. Laplante (2012) menjelaskan proses penulisan artikel ilmiah dalam lima tahap, yaitu: brainstorming, drafting, revising, editing dan publishing. Pertama, brainstorming. Proses ini umumnya disebut dengan pre-writing, merupakan pencatatan ide di atas kertas. Dalam penulisan kreatif, proses ini sangat bebas bentuk dan bisa mencakup gagasan apapun, ibaratnya apa yang ada dalam pikiran dapat dituangkan dalam selembar kertas. Kedua, drafting. Proses ini dimulai sengan melengkapi kalimat secara utuh, paragraf dan sub topik yang dilakukan saat proses brainstorming. Selanjutnya dengan membuat penghubung di antara kalimat dan sub topik.



103



Pada proses ini biarlah ide mengalir, abaikan sementara tata bahasa, walaupun pada layar komputer anda telah menunjukkan kesalahan pengejaan. Ketiga, revising. Setelah menghasilkan tulisan lengkap, selanjutnya membuat tulisan yang baik melalui revisi. Laplante (2012) menyarankan untuk menimal melibatkan dua orang. Satu orang yang memahami secara teknis, yaitu orang yang memahami tentang bidang tersebut. Sedangkan yang lainnya secara non teknis, yang berfungsi untuk menemukan kesalahan logika dari tulisan tersebut. Sampai kapan mengakhiri tahapan revisi? Bila batasan waktu yang telah ditentukan telah tiba. Keempat, editing. Tahapan ini bisa menggunakan beberapa cara. Melakukannya sendiri, meminta bantuan teman atau menggunakan jasa editor profesional. Hal-hal yang perlu dilakukan dilakukan selama proses ini, perhatikan tata bahasa dan format yang telah ditetapkan. Kelima, publishing. Proses ini akhir dari sebuah tulisan dan dimaksudkan bahwa dokumen kita dapat diakses oleh publik. Sebelum mempublikasikan dokumen tersebut, haruslah yakin bahwa inilah final version dan telah layak dibaca (Muhammad Farid, 2017). Senada dengan pendapat di atas, Anne Whitaker (2010) menyatakan bahwa untuk penulis pemula, langkah-langkah menulis artikel ilmiah dapat ditempuh sebagai berikut: 1. Pilih sebuah topik Topik dipilih dengan memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan subjek yang menarik kemudian mempersempit ide-ide tersebut dari subjek ke topik. Subjek adalah konsep yang luas. Cara mempersempit subjek dengan melihat bagian-bagiannya yang lebih kecil, atau dengan memilih masalah khusus, periode waktu, atau tempat untuk diliputdengan melakukan sedikit riset umum jika tidak tahu banyak tentang subjek. Juga dengan bertanya pada diri sendiri “Siapa? Apa? Dimana? Kapan? Mengapa? dan Bagaimana? ”pertanyaan tentang subjek dapat membantu dalam membatasi subjek dan menentukan minat. Topik yang dipilih adalah yang sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Untuk memfokuskan artikel, sebaiknya topik dituliskan dalam bentuk pertanyaan yang akan dijawab oleh artikel tersebut. Karakteristik topik artikel yang baik adalah sebagai berikut: 1) Pertanyaan yang tidak memiliki jawaban yang sederhana, tetapi memiliki beberapa jawaban alternatif, atau tidak ada jawaban yang diterima, atau mungkin yang mudah tetapi tidak memuaskanmenjawab. Dengan kata lain, tidak ada jawaban "benar" untuk pertanyaan ini. Artikel ini akan memberikan dan membenarkan jawaban terbaik. 104



2) Pertanyaan yang layak dijawab. Pembaca akan memperhatikan jawaban atas pertanyaan ini, karena artikel ini memiliki beberapa arti. 3) Artikel ini akan mencapai tujuannya. Apakah artikel informatif ini benar-benar memberi pembacaperspektif baru? Apakah pembaca akan menerima analisis yang terdapat dalam makalah analitis ini? Apakah artikel persuasif ini berhasil mengubah pandangan pembaca?Ini sangat penting untuk dipertimbangkan dengan topik artikel persuasif. 4) Penulis tertarik dengan topik yang dipilih karena ia akan menghabiskan banyak waktu dengan topik ini. Penulis tidak memilih sesuatu yang tidak akan membuatnya bosan atau tersiksa. 5) Topiknya adalah ukuran yang tepat untuk panjang artikel. 6) Ada cukup (tetapi tidak terlalu banyak) informasi yang tersedia di sumber yang dapat dipercaya. 7) Penulis memiliki cukup waktu untuk melakukan apa yang perlu dilakukan. Berapa lama waktu yang dimiliki sebelum tanggal jatuh tempo? Penulis mungkin harus membatasi kompleksitas topik jika ia menunggu terlalu lama untuk memulai. 2. Pikirkan (brainstorming) Ketika topik sudah dipilih, mulai melakukan brainstorming dengan menuliskan semua kemungkinan jawaban atas pertanyaan yang dijaukan, kemudian menuliskan semua informasi, opini, dan pertanyaan tentang topik yang dipilih. Brainstorming akan membantu penulis melihat apa yang sudah diketahui dan dipikirkan, juga apa yang apa lagi yang perlu diketahui penulis tentang topik yang dipilihnya sehingga penulis tidak akan melupakan ide-ide tersebut. 3. Temukan Tesis Pernyataan tesis adalah kalimat yang paling penting dalam sebuah artikel. Jika seseorang bertanya , "Apa yang dikatakan dalam artikel?" Jawaban penulis akan menjadi pernyataan tesisnya. Pernyataan tesis yang baik biasanya meliputi: 1) 2) 3) 4) 5) 6)



Gagasan utama artikel. Pendapat atau sudut pandang penulis. Tujuan makalah. Jawab pertanyaan penelitian. Suatu unsur kejutan. Kejelasan.



Pernyataan tesis ditulis ketika penulis tahu jawaban atas pertanyaan penelitiannya. Seseorang mungkin memiliki gagasan sebelum mulai meneliti, ia dapat menemukannya saat ia melakukan penelitian, atau ia



105



mungkin tidak mengetahuinya sampai ia hampir selesai menulis artikelnya. Sangat berguna untuk memiliki ide tesis di awal untuk membantu penulis fokus, tetapi boleh juga untuk mengubah pernyataan tesis saat seseorang menjalani proses penulisan dan belajar dan berpikir lebih banyak tentang topik tersebut. 4. Merencanakan outline (garis besar) Setelah penulis memiliki pernyataan tesis pendahuluan (jawaban atas pertanyaan penelitian), ia dapat membuat garis besar dasar. Seseorang penulis mungkin dapat melakukan ini sebelum melakukan penelitian apa pun, atau ia mungkin perlu membaca lebih banyak tentang topik tersebut terlebih dahulu. Garis besar dasar adalah upaya pertama penulis untuk mengatur ide-ide dari artikelnya. Ini akan membantu penulis memfokuskan riset dan mempertimbangkan urutan idenya. Untuk memilih dan menetapkan poin penting dalam outline dapat dilakukan hal-hal berikut: 1) Tuliskan pertanyaan dan jawabannya (pernyataan tesis pendahuluan). Jangan khawatir tentang menulis pernyataan tesis yang indah, mudah diingat, dan kuat; hanya jawaban sederhana untuk pertanyaan sudah cukup untuk memulai garis besar dasar. 2) Tuliskan semua alasan / argumen / efek / solusi. 3) Lihatlah daftar dan atur ide-ide. Beberapa mungkin digabungkan sebagai satu ide yang lebih besar; beberapa mungkin hanya mengulang kata lain dengan kata lain. 4) Ide yang tersisa akan menjadi poin utama. Ide-ide ini adalah bagian dari artikel. 5) Tentukan cara memilih poin-poin ini. Urutkan secara kronologis, penyebabuntuk efek, masalah untuk solusi, yang paling penting dan paling tidak penting, terlemah hingga terkuat. Urutan apa yang akan membuat kertas Anda paling kuat dan paling menarik. 6) Artikel harus mencakup sudut pandang alternatif atau berlawanan untuk menunjukkan bahwa penulis telah melakukan penelitian lengkap dan mempertimbangkan semua gagasan. Dalam bagian ini, penulis akan menyajikan dan menyanggah (menentang) pandangan lain dari topik ini. 7) Menulis Ada banyak cara untuk menulis draf pertama dari sebuah artikel. Kuncinya adalah siap sebelum mulai, memiliki tujuan, tesis, penelitian yang cukup, dan rencana (semacam garis besar). Dan kemudian, tulis saja. Penulis bisa mulai dari awal dan menulis sampai akhir. Atau ia bisa menulis paragraf secara terpisah, dalam urutan apa pun yang



106



disukai. Banyak penulis melakukan paragraf tubuh terlebih dahulu dan menyimpan pengenalan dan kesimpulan untuk akhirnya. 5. Menulis draft artikel ilmiah (Merevisi) Merevisi artikel berarti memperkuat konten, sedangkan ntuk merevisi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni: 1) Ketahui apa yang harus diperbaiki Sebelum Anda dapat merevisi, Anda perlu tahu apa yang harus diperbaiki. Bagaimana Anda bisa tahu itu? a) Dapatkan umpan balik. b) Lihat persyaratan artikel atau kriteria penilaian atau lihat daftar periksa dalam panduan ini. c) Buat garis besar draf pertama dengan mencantumkan titik utama setiap kalimat topik untuk menunjukkan apakah ide-idenya terorganisir dengan jelas dan fokus pada menjawab pertanyaan penelitian (tesis). d) Baca artikel untuk fokus. Baca setiap kalimat di artikel. Apakah ini mendukung pernyataan tesis?" Jika tidak, penulis mencoretnya atau mengubahnya. e) Baca setiap paragraf tubuh untuk dukungan. Baca paragraf tubuh, dan baca kembali kalimat topiknya. Apakah paragraf mendukung kalimat? Apakah ada cukup detail spesifik - fakta, contoh, deskripsi, pendapat ahli? f) Baca kembali artikel sebagai audiensi. 6. Merevisi artikel ilmiah Setelah penulis tahu apa yang harus diperbaiki, ia harus memperbaikinya. Cara mengubah artikel dapat dilakukan langkah di bawah ini: 1) Hapus kata, kalimat, atau paragraf; hilangkan semua ide yang tidak perlu atau tidak relevan. 2) Tambahkan kata, kalimat atau paragraf; tambahkan poin baru, detail, atau penjelasan. 3) Atur ulang kata-kata, kalimat atau paragraf; menempatkan semuanya dalam urutan yang logis. 4) Tulis ulang kata-kata, kalimat atau paragraf; simpan ide-ide Anda tetapi sajikan dengan lebih baik. 7. Mengedit artikel ilmiah Jika ada waktu, revisi draf dan rakit kembali untuk upaya perbaikan. Penulis yang baik sebenarnya cenderung merevisi lebih daripada kurang karena mereka mendapatkan lebih banyak pengalaman menulis. 107



8. Edit Mengedit akan membuat tulisan lebih tepat dan mudah dimengerti (tidak harus lebih pendek, tetapi lebih jelas). Saat mengedit, periksalah setiap kalimat dan bertanya pada diri sendiri apakah memiliki tujuan dan apakah itu lengkap, jelas, dan ringkas dalam bahasa Inggris. Strategi mengedit artikel, adalah sebagai berikut: 1) Bacalah artikel dengan lantang perlahan (atau minta seseorang membacakannya), untuk menemukan kesalahan, kelucuan, pengulangan, dan kekurangjelasan yang dapat diperbaiki. 2) Gunakan fungsi pemeriksaan ejaan dan pemeriksaan grammar di Microsoft Word untuk menemukan beberapa hal, tetapi tidak semuanya. Beberapa strategi untuk mengedit masalah spesifik adalah sebagai berikut: 1) Koneksi antar ide a) Baca awal dan akhir setiap paragraf untuk memastikan kalimatnya sesuai alur. b) Dilanjutkan dengan menelaah kalimat demi kalimat dalam artikel untuk menemukan hubungan di antara kaliat tersebut. c) Jika terdapat ide yang tidak berhubungan, hendaknya ditambahkan transisi, kata ganti, kata yang diulang, sinonim, atau kalimat lain. 2) Kelucuan a) Cari semua kalimat yang sangat panjang (25 kata atau lebih) dan ditulis ulang dengan lebih jelas dan ringkas! b) Baca setiap kalimat sehingga ditemukan apakah membutuhkan paragraf, tambahan sesuatu yang baru, atau perlu dihilangkan semuanya atau sebagian atau mungkin digabungkan. c) Baca setiap kalimat kata demi kata. Apakah setiap kata diperlukan atau beberapa dihilangkan atau ditulis ulang dengan cara yang lebih singkat dan lebih jelas atau kata kerja pasif ditulis ulang sebagai kata aktif? 3) Pengulangan, Kurangnya variasi a) Baca setiap kalimat dan tanyakan, “Apa tujuan dari kalimat ini?” Apakah itu memperkenalkan ide baru? Apakah itu mendukung atau menjelaskan ide sebelumnya? atau apakah hanya mengulanginya? b) Baca 5 kata pertama dari setiap kalimat untuk menemukan kalimat yang dimulai dengan cara yang sama (seperti dengan kata transisi). Kemudian ubahlah beberapa sehingga kalimat tersebut memiliki variasi. 108



c) Lihatlah panjang setiap kalimat. Harus ada berbagai kalimat pendek dan panjang. Buat kalimat lebih pendek dengan membaginya atau lebih panjang dengan menggabungkan. d) Temukan kata-kata yang sering diulang. 4) Struktur kalimat Lanjutkan dengan menelaah kalimat esai dengan kalimat. Beri label subjek (s) dan kata kerja (p) dalam setiap kalimat. Pastikan setiap kalimat memiliki subjek dan kata kerja. Pastikan tidak terlalu banyak kombinasi subjek + kata kerja dalam setiap kalimat dan susunan kata tersebut adalah Subjek + Objek + Verb. Perbaiki fragmen, run-ons, dan susunan kata. 5) Pilihan kata Temukan semua kata panjang sehingga beberapa digantikan dengan kata-kata yang lebih pendek dan lebih jelas. 6) Kejelasan (sesuai struktur bahasa) a) Baca artikel tanpa menggunakan banyak usaha b) Baca artikel dan terjemahkan ke dalam bahasa ibu. c) Ucapkan ide dalam artikel dalam bahasa lisan dan tulis persis apa yang dikatakan. d) Harus ada berbagai kalimat pendek dan panjang. 9. Proofread Untuk mengoreksi, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan: a. Jangan melihat artikel selama 24 jam (ini membutuhkan keterampilan manajemen waktu) b. Cetak artikel untuk melihat kesalahan yang mungkin tidak dapat dilihat di layar komputer. c. Mulailah dengan kalimat terakhir dari artikel dan baca kalimat demi kalimat dengan cara mundur untuk membantu fokus pada tata bahasa, bukan konten. d. Tutupi semua garis lain dengan selembar kertas lain. Arahkan pena pada setiap kata. e. Pikirkan tentang tata bahasa, ejaan, tanda baca, huruf besar, dan arti dari setiap kata. f. Jika tidak yakin tentang apa pun, gunakan kamus atau buku tata bahasa. Jika masih tidak yakin, tandai garis dan mintalah bantuan seseorang. g. Perbaiki semua kesalahan yang ditemukan. h. Cetak artikel dan periksa lagi.



109



Penulis pemula harus mengikuti proses ini, tetapi bagi yang lebih berpengalaman, kemungkinan tidak persis mengikuti urutan ini (Anne Whitaker, 2010). Dari dua pendapat di atas, secara teknis, dapat diurutkan bahwa langkahlangkah penulisan artikel ilmiah adalah sebagai berikut: 1. Memilih sebuah topik 2. Brainstorming 3. Temukan tesis 4. Merencanakan outline (garis besar) 5. Menulis draft artikel ilmiah 6. Merevisi artikel ilmiah 7. Mengedit artikel ilmiah 8. Proofread 9. Publishing (Thunes Kotze: 20017, Anne Whitaker, 2010 dan Muhammad Farid, 2017). 4. Rangkuman Prosedur penulisan artikel ilmiah terdiri dari: 1) Memilih sebuah topik; 2) Brainstorming; 3) Temukan tesis; 4) Merencanakan outline (garis besar); 5) Menulis draft artikel ilmiah; 6) Merevisi artikel ilmiah; 7) Mengedit artikel ilmiah; 8) Proofread; dan 9) Publishing. 5. Tugas Tugas ini berkaitan degan tagihan produk yang harus diselesaikan dan dihasilkan peserta bimtek pada sesi praktik penulisan artikel ilmiah, yaitu: lembar kerja pembuatan struktur isi artikel jurnal ilmiah nasional dan internasional. 6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut a. Apa manfaat yang bisa diambil setelah mempelajari materi praktik penulisan artikel ilmiah? b. Apa rencana tindak lanjut yang akan saudara lakukan setelah mempelajari materi praktik penulisan artikel ilmiah?



110



G. Materi 7: Penulisan Modul 1. Capaian Pembelajaran a. b. c. d. e. f.



Menjelaskan pengertian modul Menguraikan tujuan penggunaan modul Mengidentifikasi karakteristik modul Mengidentifikasi prinsip penggunaan modul Memetakan struktur isi modul Menguraikan prosedur penyusunan modul



2. Pokok-Pokok Materi a. b. c. d. e. f.



Pengertian modul Tujuan penggunaan modul Karakteristik modul Prinsip penulisan modul Struktur isi modul Prosedur penyusunan modul



3. Uraian Materi a. Pengertian Modul Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga ia seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Maka dari itulah, media ini sering disebut bahan instruksional mandiri. Pengajar tidak secara langsung memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para murid-muridnya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul-modul ini. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Suatu unit bahan yang dirancang secara khusus sehingga mudah dipelajari oleh peserta didik secara mandiri. Modul merupakan program pembelajaran yang utuh, disusun secara sistematis, mengacu pada tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur. Modul memuat tujuan 111



pembelajaran, bahan dan kegiatan untuk mencapai tujuan serta evaluasi terhadap tujuan pencapaian pembelajaran (Departemen Pendidikan Nasional: 2008). b. Tujuan Penggunaan Modul Penggunaan modul sering dikaitkan dengan aktivitas pembelajaran mandiri (self-instruction). Karena fungsinya yang seperti tersebut di atas, maka konsekuensi lain yang harus dipenuhi oleh modul ini ialah adanya kelengkapan isi; artinya isi atau materi sajian dari suatu modul haruslah secara lengkap terbahas lewat sajian-sajian sehingga dengan begitu para pembaca merasa cukup memahami bidang kajian tertentu dari hasil belajar melalui modul ini. Kecuali apabila pembaca menginginkan pengembangan wawasan tentang bidang tersebut, bahkan dianjurkan untuk menelusurinya lebih lanjut melalui daftar pustaka (bibliografi) yang sering juga dilampirkan pada bagian akhir setiap modul. Isi suatu modul hendaknya lengkap, baik dilihat dari pola sajiannya, apalagi isinya. Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri. Orang bisa belajar kapan saja dan di mana saja secara mandiri. Karena konsep belajarnya berciri demikian, maka kegiatan belajar itu sendiri juga tidak terbatas pada masalah tempat, dan bahkan orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyelenggara pun bisa mengikuti pola belejar seperti ini. Terkait dengan hal tersebut, penulisan modul memiliki tujuan sebagai berikut: 1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal. 2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta belajar maupun guru/pelatih. 3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar; mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa atau pebelajar belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya. 4) Memungkinkan siswa atau pebelajar dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya. Dengan memerhatikan tujuan-tujuan di atas, modul sebagai bahan ajar akan sama efektifnya dengan pembelajaran tatap muka. Hal ini tergantung pada proses penulisan modul. Penulis modul yang baik menulis seolah-olah sedang mengajarkan kepada seorang peserta mengenai suatu topik melalui tulisan. Segala sesuatu yang ingin disampaikan oleh penulis saat pembelajaran, dikemukakan dalam modul yang ditulisnya. Penggunaan modul dapat dikatakan sebagai kegiatan tutorial secara tertulis (Departemen Pendidikan Nasional: 2008). 112



c. Karakteristik modul Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut:



1) Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus: 1) berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas; 2) berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/ spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas; 3) menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; 4) menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya; 5) kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya; 6) menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; 7) terdapat rangkuman materi pembelajaran; 8) terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan penggunaan diklat melakukan ‘selfassessment’; 9) terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi; 10) terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui tingkat penguasaan materi; dan 11) tersedia informasi tentang rujukan / pengayaan/ referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud. 2) Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai. 3) Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersamasama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri. 4) Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika



113



modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu. 5) User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk userfriendly (Departemen Pendidikan Nasional: 2008). d. Prinsip Penulisan Modul Modul merupakan media pembelajaran yang dapat berfungsi sama dengan pengajar/ pelatih pada pembelajaran tatap muka. Oleh karena itu, penulisan modul perlu didasarkan pada prinsip-prinsip belajar dan bagaimana pengajar/pelatih mengajar dan peserta didik menerima pelajaran. Berikut ini penjelasan prinsip-prinsip penulisan modul atas dasar prinsip belajar: Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang disebabkan oleh adanya rangsangan/stimulus dari lingkungan. Terkait hal tersebut, penulisan modul dilakukan menggunakan prinsip-prinsip antara lain sebagai berikut. 1) Peserta belajar perlu diberikan secara jelas hasil belajar yang menjadi tujuan pembelajaran sehingga mereka dapat menyiapkan harapan dan dapat menimbang untuk diri sendiri apakah mereka telah mencapai tujuan tersebut atau belum mencapainya pada saat melakukan pembelajaran menggunakan modul. 2) Peserta belajar perlu diuji untuk dapat menentukan apakah mereka telah mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, pada penulisan modul, tes perlu dipadukan ke dalam pembelajaran supaya dapat memeriksa ketercapaian tujuan pembelajaran dan memberikan umpan balik yang sesuai. 3) Bahan ajar perlu diurutkan sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta didik untuk mempelajarinya. Urutan bahan ajar tersebut adalah dari mudah ke sulit, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari pengetahuan kepenerapan. 4) Peserta didik perlu disediakan umpan balik sehingga mereka dapat memantau proses belajar dan mendapatkan perbaikan bilamana diperlukan. Misalnya dengan memberikan kriteria atas hasil tes yang dilakukan secara mandiri. 114



Belajar adalah proses yang melibatkan penggunaan memori, motivasi, dan berfikir. Banyaknya hal yang dapat dipelajari sesuai dengan kapasitas pemrosesan, kedalaman pemrosesan, banyaknya upaya yang dilakukan oleh peserta didik dalam menerima dan mengolah informasi. Terkait dengan hal tersebut, implikasi penting prinsip belajar terhadap penulisan modul antara lain sebagai berikut: 1) Rancang strategi untuk menarik perhatian sehingga peserta didik dapat memahami informasi yang disajikan. Misalnya, dalam modul, informasi penting diberi ilustrasi yang menarik perhatian dengan memberikan warna, ukuran teks, atau jenis teks yang menarik. 2) Supaya peserta didik memfokuskan perhatian pada hal-hal yang menjadi tujuan pembelajaran pada modul, tujuan tersebut perlu diinformasikan secara jelas dan tegas pada peserta didik. Informasikan pula pentingnya tujuan tersebut untuk memotivasi. 3) Hubungkan bahan ajar yang merupakan informasi baru bagi peserta didik dengan pengetahuan yang telah dikuasai sebelumnya oleh peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan advance organizer untuk mengaktifkan struktur kognitif. Gunakan juga pertanyaan-pertanyaan untuk mengaktifkan struktur koginitif yang relevan. 4) Informasi perlu dipenggal-penggal untuk memudahkan pemrosesan dalam ingatan pengguna modul. Sajikan 5 sampai 9 butir informasi dalam satu kegiatan belajar. Jika terdapat banyak sekali butir informasi, sajikan informasi tersebut dalam bentuk peta informasi. 5) Untuk memfasilitasi peserta didik memproses informasi secara mendalam, peserta didik perlu didorong supaya mengembangkan peta informasi pada saat pembelajaran atau sebagai kegiatan merangkum setelah pembelajaran. 6) Supaya peserta didik memproses informasi secara mendalam, peserta didik perlu disiapkan latihan yang memerlukan penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kegiatan tersebut akan mentransfer secara efektif informasi kedalam memori jangka panjang. 7) Penyajian modul harus dapat memberikan motivasi untuk belajar. Modul dikembangkan agar menarik perhatian penggunanya selama mempelajarinya. Dalam modul harus tersedia informasi mengenai mafaat pelajaran bagi yang mempelajarinya. Hal ini dapat dilakukan dengan menjelaskan bagaimana materi pelajaran tersebut dapat digunakan dalam situasi nyata. Urutan materi diupayakan menjamin keberhasilan, misalnya dengan mengurutkan pelajaran dari mudah kesulit, dari yang tidak diketahui ke yang diketahui, dan dari konkrit ke abstrak. Di samping itu, modul perlu menyediakan umpan balik



115



terhadap hasil belajar. Peserta belajar ingin tahu bagaimana kinerja belajar mereka. Peserta didik juga didorong untuk menerapkan yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata. Peserta didik menyukai keterkaitan antara yang dipelajari dengan menerapkan informasi kedalam masalah nyata yang dihadapi. Prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam penulisan modul adalah bahwa proses belajar berlangsung secara aktif dengan menafsirkan informasi atau bahan ajar dalam konteks penerapan langsung. Terkait dengan hal tersebut, penulisan modul dilakukan dengan prinsip berikut: 1) Meminta peserta didik menerapkan yang dipelajari ke dalam situasi praktis merupakan proses aktif. Hal seperti ini akan memfasilitasi penafsiran peserta didik dan keterkaitan antara yang dipelajari dengan situasi nyata. Dalam modul, hal ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas berupa menerapkan yang dipelajari ke dalam pekerjaan atau situasi sehari-hari. 2) Peserta didik difasilitasi untuk mengembangkan pengetahuan mereka sendiri bukan menerima pengetahuan saja. Hal ini difasilitasi oleh pembelajaran yang interaktif. Interaksi pembelajar dengan pembelajar lain serta interkasi dengan pengajar dapat dilakukan melalui startegi dan media lain, misalnya melalui jaringan internet, korespondensi, buletin cetak, atau pertemuan tatap muka sebagai pendukung belajar menggunakanmodul. 3) Peserta didik perlu didorong bekerja sama dalam mempelajari modul. Bekerja dengan peserta lain dalam suatu kelompok akan memberikan pengalaman nyata akan yang bermanfaat. Hal ini dapat dilaksanakan pada saat tutorial tatap muka yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Meskipun demikian, topik dan prosedur pelaksanaan kegiatan dapat saja dituliskan dalammodul. 4) Peserta didik dibolehkan untuk memilih tujuan pembelajaran. Dalam penulisan modul, hal ini dapat diterapkan bilamana urutan tujuan pembelajaran seiring dengan urutan materi pembelajaran, sehingga penggunanya dapat memilah dan memilih materi pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 5) Peserta didik perlu diberi kesempatan menuangkan pengalaman belajar- nya. Peserta didik dapat diminta untuk membuat semacam jurnal belajar. Pada modul perlu dicantumkan penugasan penulisan jurnal belajar, termasuk format dan tata carapenulisannya. 6) Belajar perlu dibuat bermakna bagi peserta didik. Bahan ajar perlu mencakup contoh-contoh yang terkait dengan peserta didik sehingga mereka dapat memaknai informasi yang disajikan. Tugastugas perlu memungkinkan peserta didik memilih kegiatan yang



116



bermakna bagi mereka (Departemen Pendidikan Nasional: 2008). e. Struktur Modul Dalam menyusun sebuah modul harus memperhatikan struktur dalam penulisan modul, yakni: 1) Pendahuluan Berisikan uraian dan penjelasan tentang hal-hal berikut: a) Relevansi, rasional, manfaat, materi modul b) Cakupan materi modul c) Petunjuk mempelajari modul d) Prasyarat yang harus dipenuhi untuk mempelajari modul (jika ada) 2) Tujuan Pembelajaran Berisikan tujuan dari penyusunan modul, yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a) Tujuan umum: menggambarkan tujuan umum yang diharapkan dapat dicapai melalui sajian modul itu. b) Tujuan khusus: menggambarkan rincian-rincian tujuan yanag lebih spesifik, dengan aturan: (1) menggunakan kata kerja operasional (2) spesifik (3) terukur 3) Materi Berisikan materi modul yang terdiri dari: a) Pokok (konsep-konsep pokok dengan mempertimbangkan aspek keterpahaman dan keterbacaan uraian materi) b) Penunjang (tunjukkan materi yang berkaitan dalam sumber lain yang tidak mungkin disajikan dalam modul itu karena alasan keterbatasan tempat/halaman). Akan lebih bagus jika penunjukan sumber rujukan itu lengkap, mulai dari judul buku/bab. Pengarang, tahun, dan halamannya. c) Pengayaan (bimtek dan penugasan) yang dapat memperdalam pemahaman pengguna modul terhadap uraian materi yang telah dipelajarinya. d) Kegiatan Belajar (1) Menggambarkan prosedur kegiatan, metode, teknik, atau strategi yang harus ditempuh pengguna modul dengan jelas. (2) Mendeskripsikan petunjuk dengan bahasa dan arahan yang mudah dipahami (sebaiknya dipisahkan antara judul petunjuk dengan isi petunjuknya) Judul petunjuk lebih merupakan



117



pokok-pokok atau ide-ide petunjuk yang secara operasional akan dijabarkan secara rinci dalam isi petunjuk.



e) Latihan (Tugas dan Latihan) (1) Deskripsikan bentuk serta isi bimtek dengan jelas. Perhatikan sistematika penulisan yang memenuhi kriteria keterpahaman dan keterbacaan! Instruksi dalam bentuk naratif jauh lebih tinggi tingkat keterbacaannya (rendah tingkat keterpahamannya) bila dibandingkan dengan instruksi dalam bentuk poin-poin. (2) Keterbacaan teks berkaitan dengan tingkat kecocokan bahan bacaan tersebut dengan peringkat pembacanya. Ada banyak formula-formula keterbacaan yang bisa digunakan untuk kepentingan ini, misalnya formula keterbacaan Fry, formula Raygor, formula Flesh, formula Dall & Chall, dan lain-lain. (3) Keterpahaman teks berkaitan dengan kemampuan pembacanya. Hal yang harus dipertimbangkan untuk keterpahaman teks adalah muatan-muatan konten berikut cara-cara penyajiannya. (4) Kelogisan dan ketermungkinan pengerjaan tugas dan latihan harus diperhatikan benar agar si penggunan modul betulbetul mengerjakannya dengan jujur dan sungguh-sungguh. Seringkali pengguna modul tidak mengerjakan tugas dan bimtek yang disajikan dalam modul, hal ini bukan disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas itu, melainkan lebih disebabkan oleh faktor lain yang berkaitan dengan sistem penyampaian informasinya. 4) Kriteria Keberhasilan Suatu modul dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria berikut ini: a) Memiliki indikator keberhasilan dengan kriteria yang jelas dan dapat diukur. b) Indikator keberhasilan akan terukur jika menggunakan kata-kata kerja operasional, tingkat keberhasilan yang diharapkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, mengekplisitkan sasaran yang dituju, mencerrminkan tingkah laku yang diharapkan. c) Menggunakan bahasa yang komunikatif, mudah dipahami. d) Menggunakan Rujukan



118



Cantumkan sumber-sumber rujukan, baik rujukan utama maupun rujukan penunjang dengan jelas, lengkap, serta memenuhi kaidah tertib menulis pustaka yang berlaku secara nasional, bahkan internasional (Yeti Mulyati: 2002). f. Prosedur Penyusunan Modul Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh siswa untuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi yang terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan. Terkait dengan hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Analisis Kebutuhan Modul Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/ tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garisgaris besar program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: a) Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan disusun modulnya; b) Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut; c) Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan; d) Tentukan judul modul yang akanditulis e) Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul 2) Penyusunan Draft Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft modul bertujuan menyediakan draft suatu modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi yang telah ditetapkan. Penulisan draft modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a) Tetapkan judul modul b) Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul



119



c) Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan menunjang tujuan akhir d) Tetapkan garis-garis besar atau outline modul e) Kembangkan materi pada garis-garis besar f) Periksa ulang draft yang telah dihasilkan



spesifik



yang



Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft modul yang sekurang-kurangnya mencakup: a) Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul; b) Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesaikan mempelajari modul; c) Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai peserta didik setelah mempelajari modul; d) Materi bimtek yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik; e) Prosedur atau kegiatan bimtek yang harus diikuti oleh peserta didik untuk mempelajari modul; f) Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta didik; g) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai modul; h) Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian 3) Uji Coba Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Uji coba draft modul bertujuan untuk; a) mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta dalam memahami dan menggunakan modul; b) mengetahui efisiensi waktu belajar dengan menggunakan modul;dan c) mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta mempelajari dan menguasai materi pembelajaran. Untuk melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut: a) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam ujicoba. b) Susun instrumen pendukung ujicoba. c) Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba



120



kepada peserta ujicoba. d) Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta ujicoba. e) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen ujicoba. f) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring melalui instrumen ujicoba. Dari hasil uji coba diharapkan diperoleh masukan sebagai bahan penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan. Terdapat dua macam uji coba yaitu uji coba dalam kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil adalah uji coba yang dilakukan hanya kepada 2 - 4 peserta didik, sedangkan uji coba lapangan adalah uji coba yang dilakukan kepada peserta dengan jumlah 20 – 30 peserta didik. 4) Validasi Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi ahli yang sesuai dengan bidang terkait dalam modul. Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi modul meliputi: isi materi atau substansi modul; penggunaan bahasa; serta penggunaan metode instruksional. Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan keahliannya masing-masing antara lain: a) ahli substansi dari industri untuk isi atau materimodul; b) ahli bahasa untuk penggunaan bahasa; atau c) ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional guna mendapatkan masukan yang komprehensif dan obyektif. Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut: a) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai dengan banyaknya validator yang terlibat. b) Susun instrumen pendukung validasi. c) Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta validator. d) Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan



121



kegiatan yang harus dilakukan oleh validator. e) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi. f) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring melalui instrumen validasi. Dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan draft modul yang mendapat masukkan dan persetujuan dari para validator, sesuai dengan bidangnya. Masukkan tersebut digunakan sebagai bahan penyempurnaan modul. 5) Revisi Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. Kegiatan revisi draft modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau penyempurnaan akhir yang komprehensif terhadap modul, sehingga modul siap diproduksi sesuai dengan masukkan yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya,maka perbaikan modul harus mencakup aspekaspek penting penyusunan modul di antaranya yaitu; a) b) c) d)



pengorganisasian materi pembelajaran; penggunaan metode instruksional; penggunaan bahasa; dan pengorganisasian tata tulis dan perwajahan.



Mengacu pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan, secara terus menerus modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki (Departemen Pendidikan Nasional: 2008) 4. Rangkuman Modul merupakan program pembelajaran yang utuh, disusun secara sistematis, mengacu pada tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur. Modul memiliki tujuan untuk: 1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal; 2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta belajar maupun guru/pelatih; 3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar; dan 4) mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan minatnya. Modul memiliki karakteristik: 1) Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain; 2) Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang



122



dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh; 3) Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain; 4) Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi; 5) User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Penulisan modul dilakukan menggunakan prinsip-prinsip: 1) Peserta belajar perlu diberikan secara jelas hasil belajar yang menjadi tujuan pembelajaran ; 2) Peserta belajar perlu diuji untuk dapat menentukan apakah mereka telah mencapai tujuan pembelajaran; 3) Bahan ajar perlu diurutkan sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta didik untuk mempelajarinya; 4) peserta didik perlu disediakan umpan balik. Modul umumnya terdiri dari petunjuk siswa, isi materi bahasan (uraian dan contoh), lembar kerja siswa, evaluasi, kunci jawaban evaluasi, dan pegangan tutor / guru. Prosedur penyusunan modul dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Analisis Kebutuhan Modul, 2) Penyusunan Draft, 3) Uji Coba, 4) Validasi, dan 5) Revisi. 5. Tugas Tagihan ini berkaitan dengan produk yang harus diselesaikan dan dihasilkan peserta bimtek pada sesi penulisan modul, diantaranya: a. Mempresentasi tentang pengertian dan tujuan penggunaan modul. b. Mengisi lembar kerja tentang identifikasi karakteristik modul dan identifikasi hal-hal yang diperhatikan dalam penulisan modul c. Mengisi lembar kerja tentang prosedur penyusunan modul dan kerangka modul. 6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut a. Apa manfaat yang bisa diperoleh setelah mempelajari konsep penyusunan modul? b. Apa rencana tindak lanjut setelah mempelajari konsep penyusunan modul?



123



H. Materi 8: Praktik Penulisan Modul 1. Capaian Pembelajaran a. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu menyusun modul. b. Indikator Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu: 1) Menganalisis kebutuhan modul a) Menetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan disusun modulnya; b) Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut; c) Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan; d) Menentukan judul modul yang akan ditulis 2) Menyusunan draft a) Menetapkan judul modul b) Menetapkan tujuan akhir setelah selesai mempelajari satu modul c) Menetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir d) Menetapkan garis-garis besar atau outline modul e) Merumuskan prosedur atau kegiatan bimtek yang harus diikuti oleh peserta didik untuk mempelajari modul; f) Menyusun soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta didik; g) Menyusun evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai modul; h) Menyusun kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian 3) Melakukan uji coba a) Menyiapkan dan menggandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam ujicoba. b) Menyusun instrumen pendukung uji coba. c) Mendistribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta uji coba. d) Menginformasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba. e) Mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba. f) Memproses dan menyimpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring melalui instrumen uji coba. 4) Melakukan Validasi a) Menyiapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai dengan banyaknya validator yangterlibat.



124



b) Menyusun instrumen pendukungvalidasi. c) Mendistribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta validator. d) Menginformasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus dilakukan olehvalidator. e) Mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi. f) Memproses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring melalui instrument validasi. 5) Melakukan revisi 2. Pokok-Pokok Materi a. Menganalisis Kebutuhan Modul 1) Metapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan disusun modulnya; 2) Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut; 3) Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan; 4) Menentukan judul modul yang akan ditulis b. Menyusunan Draft 1) Menetapkan judul modul 2) Menetapkan tujuan akhir setelah selesai mempelajari satu modul 3) menetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir 4) Menetapkan garis-garis besar atau outline modul 5) Merumuskan prosedur atau kegiatan bimtek yang harus diikuti oleh peserta didik untuk mempelajari modul; 6) Menyusun soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta didik; 7) Menyusun evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai modul; 8) Menyusun kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian c. Melakukan Uji Coba 1) Menyiapkan dan menggandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam uji coba. 2) Menyusun instrumen pendukung uji coba. 3) Mendistribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta uji coba. 4) Menginformasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba. 5) Mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba. 6) Memproses dan menyimpulkan hasil pengumpulan masukan yang 125



dijaring melalui instrumen ujicoba. d. Melakukan Validasi 1) Menyiapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai dengan banyaknya validator yangterlibat. 2) Menyusun instrumen pendukungvalidasi. 3) Mendistribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta validator. 4) Menginformasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus dilakukan olehvalidator. 5) Mengumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi. 6) Memproses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring melalui instrumen validasi. e. Melakukan Revisi 3. Uraian Materi Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh siswa untuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi yang terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan. Terkait dengan hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Analisis Kebutuhan Modul Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/ tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garisgaris besar program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1) Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan disusun modulnya; 2) Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut; 3) Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan; 4) Tentukan judul modul yang akan ditulis 5) Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul 6) Penyusunan draft Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub 126



kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft modul bertujuan menyediakan draft suatu modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi yang telah ditetapkan. Penulisan draft modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) Tetapkan judul modul 2) Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul 3) Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir 4) Tetapkan garis-garis besar atau outline modul 5) Kembangkan materi pada garis-garis besar 6) Periksa ulang draft yang telah dihasilkan Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft modul yang sekurang-kurangnya mencakup: 1) Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul; 2) Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesaikan mempelajari modul; 3) Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai peserta didik setelah mempelajari modul; 4) Materi bimtek yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik; 5) Prosedur atau kegiatan bimtek yang harus diikuti oleh peserta didik untuk mempelajari modul; 6) Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta didik; 7) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai modul; 8) Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian b. Uji Coba Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan secara umum. Uji coba draft modul bertujuan untuk; 1) Mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta dalam memahami dan menggunakan modul; 2) Mengetahui efisiensi waktu belajar dengan menggunakan modul; dan 3) Mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta mempelajari



127



dan menguasai materi pembelajaran. Untuk melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta yang akan diikutkan dalam ujicoba. 2) Susun instrumen pendukung uji coba. 3) Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta uji coba. 4) Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta uji coba. 5) Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba. 6) Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring melalui instrumen ujicoba. Dari hasil uji coba diharapkan diperoleh masukan sebagai bahan penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan. Terdapat dua macam uji coba yaitu uji coba dalam kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil adalah uji coba yang dilakukan hanya kepada 2 - 4 peserta didik, sedangkan uji coba lapangan adalah uji coba yang dilakukan kepada peserta dengan jumlah 20 – 30 peserta didik. c. Validasi Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi modul meliputi: isi materi atau substansi modul; penggunaan bahasa; serta penggunaan metode instruksional. Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan keahliannya masing-masing antara lain; 1) Ahli substansi dari industri untuk isi atau materimodul; 2) Ahli bahasa untuk penggunaan bahasa; atau 3) Ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional guna mendapatkan masukan yang komprehensif dan obyektif. Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai 128



2) 3) 4) 5) 6)



dengan banyaknya validator yang terlibat. Susun instrumen pendukung validasi. Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta validator. Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus dilakukan oleh validator. Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi. Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring melalui instrumenvalidasi.



Dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan draft modul yang mendapat masukkan dan persetujuan dari para validator, sesuai dengan bidangnya. Masukkan tersebut digunakan sebagai bahan penyempurnaan modul. d. Revisi Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. Kegiatan revisi draft modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau penyempurnaan akhir yang komprehensif terhadap modul, sehingga modul siap diproduksi sesuai dengan masukkan yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya,maka perbaikan modul harus mencakup aspekaspek penting penyusunan modul di antaranya yaitu; 1) 2) 3) 4)



Pengorganisasian materi pembelajaran; Penggunaan metode instruksional; Penggunaan bahasa; dan Pengorganisasian tata tulis danperwajahan.



Mengacu pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan, secara terus menerus modul dapat ditinjau ulang dandiperbaiki (Departemen Pendidikan Nasional: 2008) 4. Rangkuman Penulisan modul dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1) Analisis Kebutuhan Modul; 2) Penyusunan Draft; 3) Uji Coba; 4) Validasi; dan 5) Revisi.



129



5. Tugas Tugas ini berkenaan dengan tagihan produk yang harus diselesaikan dan dihasilkan peserta bimtek pada sesi praktik penulisan modul adalah penyusunan kerangka modul. a. Analisis Kebutuhan Modul 1) Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan disusun modulnya; 2) Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut; 3) Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan; 4) Tentukan judul modul yang akan ditulis 5) Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul b. Penyusunan Draft 1) Tetapkan judul modul 2) Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul 3) Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir 4) Tetapkan garis-garis besar atau outline modul 5) Kembangkan materi pada garis-garis besar 6) Prosedur atau kegiatan bimtek yang harus diikuti oleh peserta didik untuk mempelajari modul; 7) Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta didik; 8) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai modul; 9) Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian 6. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut a. Apa manfaat yang bisa diambil setelah mempelajari materi praktik penulisan modul? b. Apa rencana tindak lanjut yang akan saudara lakukan setelah mempelajari materi praktik penulisan modul?



130



BAGIAN 4 Daftar Pustaka Abebe Kirub. Essential of Scientific Writing. http://publication.eiar.gov.et:8080/xmlui/handle/123456789/109, 2006 Anne dalam http://www.anneahira.com, Anne Whitaker, Academic Writing Guide: A Step-by-Step Guide to Writing Academic Papers, Bratislava, Slovakia, 2010 Brotowidjoyo dalam http://fikarzone.wordpress.com Chris A. Mack. How to Write a Good Scientific Paper. SPIE, 2018 David Richard Evans. Important Features of Academic Research Papers in English. J Nurs Studies N C N J Vol.6 No.1 2007. Pp. 61-68 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Profesi Pendidik, Menyusun Usulan Penelitian Tindakan Kelas 2007 Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Penulisan Modul, 2008 Dwi Budiyanto, Mengenal Karya Ilmiah, 2017 Dwiloka dan Riana (2005) Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Gaung Persada Press, 2011 https://sevima.com/pengertian-karya-ilmiah-menurut-para-ahli-dan-jenis-jeniskarya-ilmiah/ http://www.academia.edu/28886223/Pengertian_Artikel_Ilmiah https://yanhasiholan.wordpress.com/2013/01/14/langkah-langkah-penulisankarya-ilmiah/ http://barkah-repeks.blogspot.com/2011/01/publikasi-ilmiah.html http://toka-tiki-toki.blogspot.com/2011/12/artikel-ilmiah-dan-tulisan-populer.html I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardit; Noehi Kelas, Jakarta : Universitas Terbuka, 2006



Nasution, Penelitian



Karya Tulis Ilmiah, 2018, file.upi.edu/direktori/fpbs , 2018



131



Tindakan



Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pembinaan Dan Pengembangan Profesi Guru Buku 4 Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Dan Angka Kreditnya, 2010 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT. Rajawali Pers, 2011 Laplante (2012) Mahmud, Muslimin, Artikel, http://research-report. umm.ac.id /index.php/research-report/article/view/872 ). Masnur Muslich, Melaksanakan PTK Itu Mudah, Jakarta : Bumi Aksara, 2011 Muhammad Farid, Menulis Artikel Ilmiah: Proses Menemukan Ide Hingga Publikasi. Available from: https://www.researchgate.net/publication/320686280_Menulis_Artikel_Ilmiah_ Proses_Menemukan_Ide_Hingga_Publikasi [accessed Nov 25 2018]. Munip, Abdul Munip. Penulisan Karya Tulis Ilmiah. 2017 Nana Sudjana & Ulung Laksamana, Menyusun Karya Tulis Ilmiah untuk Memperoleh Angka Kredit, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2008 Nowak dan Thomson (2018) Permenpan RB 16-2009 tentang JF Guru dan Angka Kredit Poppy Yaniawati.Teknik Penulisan Karya Ilmiah, 2018 Rofi’udin, A. H. 1996. Rancangan Penelitian Tindakan. Makalah Disampaikan pada Lokakarya Tingkat Lanjut Penelitian Kualitatif Angkatan V tahun 1996/1997. Malang: lembaga Penelitian IKIP Malang. Suderajat dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bumi Aksara: 2010 Sukayati, Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta : PPPPTK Matematika, 2008 Susilo, M. Eko, dalam http://blog4makalah.blogspot.com Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, Jogyakarta : Diva Press, 2010 Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Dirjen Dikti Theuns Kotze, Guidelines on Wrinting First Quatitative Academic Article, Department of Marketing and CommunicationManagement University of Pretoria, 2007 Wisnu Jatmico, dkk., Panduan Penulisan Artikel Ilmiah, Depok, UI Press, 2015



132



Yakhontova (2013) Yunita Winarto, dkk. Karya Tulis Ilmiah Sosial: Menyiapkan, Menulis dan Mencermatinya, Yayasan Obor Indonesia, 2016. Yeti Mulyati, Pokok-Pokok Pikiran tentang Penulisan Modul Bahan Ajar dan Diklat, Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru Bahasa Jakarta, 2002 Zulfikar dalam http://fikarzone.wordpress.com



133