Profil Kesehatan Kab Ngawi 2019 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN NGAWI TAHUN 2019



DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGAWI 2020



KATA PENGANTAR



Dengan mengucapkan puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia dan limpahan rahmatNya Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi Tahun 2019 ini dapat tersusun. Profil Kesehatan ini disusun dengan mengambil data baik dari internal instansi kesehatan maupun dari luar instansi kesehatan.Di instansi kesehatan, data bersumber dari laporan masing-masing pemegang program dan telah dilakukan pemutakhiran data guna menghindari adanya perbedaan data. Dalam Profil Kesehatan Kabupaten ini memuat informasi tentang input, proses maupun output pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan di Kabupaten Ngawi selama tahun 2019 agar dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang kegiatan pembangunan kesehatan maupun hasil-hasil yang telah dicapai selama tahun yang bersangkutan. Diharapkan Profil Kesehatan ini dapat dimanfaatkan oleh para pembuat kebijakaan, pelaksana program maupun sektor lain yang memerlukan guna pengambilan keputusan maupun penentuan strategi pembangunan dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat di Kabupaten Ngawi. Sebagaimana Profil Kesehatan tahun-tahun lalu, Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi Tahun 2019 ini masih menyimpan banyak kekurangan disamping terbitnya pun masih terlambat. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya menyampaikan permohonan maaf kepada pembaca sekalian, sekaligus mengharapkan adanya saran maupun masukan dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas profil kesehatan Kabupaten Ngawi di tahun-tahun mendatang. Akhirnya terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi tahun 2019 ini.



Ngawi, 2020 Kapala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi



Dr. Yudono Pembina Tk. I NIP. 19650828 199910 001



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................................................................................... Daftar isi .............................................................................................................................. BAB 1 GAMBARAN UMUM .................................................................................................. BAB 2 SARANA KESEHATAN ................................................................................................ BAB 3 SUMBER DAYA KESEHATAN ...................................................................................... BAB 4 PEMBIAYAAN KESEHATAN ........................................................................................ BAB 5 KESEHATAN KELUARGA ............................................................................................ BAB 6 PENGENDALIAN PENYAKIT ........................................................................................ BAB 7 KESEHATAN LINGKUNGAN ....................................................................................... BAB 8 PENUTUP ..................................................................................................................



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



i ii 1 2 11 20 24 36 47 51



ii



BAB 1 GAMBARAN UMUM Bab ini menyajikan tentang gambaran umum kabupaten Ngawi. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan. 1. Letak Geografis dan Letak Administratif Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 7o21'-7o31' Lintang Selatan dan 110o10'-111o40' Bujur Timur. Topografi wilayah ini adalah berupa dataran tinggi dan tanah datar. Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 km2, di mana sekitar 40 persen atau sekitar 506,6 km2 berupa lahan sawah. Di bagian barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (keduanya termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah), dan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Madiun di timur, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun di selatan, serta Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah) di barat. Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 19 kecamatan dan 217 desa, di mana 4 dari 217 desa tersebut adalah kelurahan. 2. Gambaran Geografis Berdasarkan ketinggian tempatnya, wilayah Kabupaten Ngawi paling tinggi 2.700 m dari permukaan laut yang terletak di wilayah lereng gunung Lawu sisi utara meliputi 4 kecamatan, yaitu kecamatan Sine, Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Jogrogo dan Kecamatan Kendal. Berikut adalah gamabara wilayah kecamatan Kabupaten Ngawi berdasarkan ketinggian dari permukaan laut : 1. Daerah dengan ketinggian < 50 m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngawi, Paron, Geneng, Pangkur dan Kasreman.



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



1



2. Daerah dengan ketinggian 50 -100 m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian ilayah Kecamatan Pangkur, Karangjati, Bringin, Kasreman, Ngawi, Pitu, Paron, Geneng, Gerih, Widodaren, Mantingan dan Karanganyar. 3.



Daerah dengan ketinggian 100 – 150 m di atas permukaan laut, terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine.



4. Daerah dengan ketinggian 150 – 200 m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Mantingan, Karanganyar, Widodaren, Kedunggalar, Gerih, Pitu, Bringin, Kasreman, Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 5. Daerah dengan ketinggian 200 – 250 m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 6. Daerah dengan ketinggian 250 – 500 m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 7. Daerah dengan ketinggian 500 – 800 m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 8. Daerah dengan ketinggian 800 – 1200 m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 9. Daerah dengan ketinggian 1200 –1500 m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 10. Daerah dengan ketinggian 1500 –1800 m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 11. Daerah dengan ketinggian 1800 –2100 m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 12. Daerah dengan ketinggian 2100 –2400 m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. 13. Daerah dengan ketinggian 2400 –2700 m di atas permukaan laut terdiri atas sebagian wilayah Kecamatan Ngrambe, Jogorogo, Kendal dan Sine. Kabupaten Ngawi



dialiri



dua sungai besar yaitu Bengawan Solo yang



membujur dari Barat ke Timur dan Sungai Madiun dari Selatan ke Utara. Sungai tersebut bertemu



di ujung Kota Ngawi dan mengalir menjadi satu ke Utara



memasuki wilayah Kabupaten Bojonegoro. Disamping itu terdapat pula sungaisungai kecil yaitu Sungai Banger, Sidolaju, Alas Tuwo, Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



Batu Bunder, Kenteng, 2



Kasihan, Plampok, Ketonggo yang bermuara di sungai Bengawan Solo dan Sungai Kukur Ketonggo yang bermuara di Sungai Madiun. Dengan aliran sungai-sungai yang ada, maka tingkat kesuburan tanah di Kabupaten Ngawi dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Wilayah sebelah Timur Sungai Madiun bagian Selatan merupakan daerah subur dan merupakan daerah pertanian tanaman pangan tingkat pertama. 2. Wilayah sebelah Utara Bengawan Solo dan sebelah Timur Sungai Madiun bagian Utara merupakan daerah perbukitan pegunungan Kendeng Tengah yang merupakan daerah



kurang subur sampai tandus



dan tanahnya



mengandung kapur. 3. Wilayah Selatan paling ujung merupakan kaki Gunung Lawu yang berbukitbukit merupakan daerah subur bagi tanaman perkebunan. Sedangkan menurut penggunaan tanahnya, keadaan Kabupaten Ngawi dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Persawahan yang luas terdapat di Kecamatan Geneng, Paron,



Karangjati,



Kedunggalar dan Padas yang umumnya terletak pada ketinggian 25 – 100 meter dari permukaan laut dengan kemiringan tanah 0 – 2 %. 2. Tegalan yang luas terdapat di Kecamatan Bringin, Kendal,



Ngawi, Pitu



Mantingan dan Widodaren yang umumnya terletak pada ketinggian 100-500 Meter dari permukaan laut dengan kemiringan tanah 2 – 15 %. 3. Pekarangan yang luas terdapat di Kecamatan Geneng, Karangjati, Kedunggalar, Kendal, Paron, Ngawi dan Widodaren 4. Tanaman Pinus terdapat di Kecamatan Jogorogo, Kendal, Ngrambe dan Sine yang umumnya terletak pada ketinggian 100 – lebih dari 1000 Meter dari permukaan laut dengan kemiringan tanah 2 – 15 % 5. Kebun Karet terdapat di Kecamatan Widodaren, sedangkan kebun



Teh



terdapat di Kecamatan Sine, dan kebun Kelapa terdapat di Kec. Ngawi.



Untuk Tipe Iklim di Kabupaten Ngawi dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Bulan kering : Curah hujan 60 mm/bulan 2. Bulan basah : Curah hujan 100 mm/bulan



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



3



3. Potensi Ekonomi Perekonomian Kabupaten Ngawi berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun 2019 mencapai Rp.20,43 triliun sementara atas dasar harga konstan 2010 adalah Rp.13,71 triliun. Ekonomi Kabupaten Ngawi tahun 2019 tumbuh 5,05 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 10,30 persen, diikuti ransportasi dan Pergudangan sebesar 10,08 persen.Lapangan usaha Pertanian, Kehutanan,



dan



Perikanan



yang



merupakan basis perekonomian



Kabupaten Ngawi pada tahun 2019 tumbuh sebesar 1,92 persen atau mengalami perlambatan



sebesar



0,49



poin



dibandingkan



tahun



2018.



(BPS



Ngawi,



https://ngawikab.bps.go.id/)



4. Potensi Pendidikan.. Kabupaten Ngawi tahun 2019 memiliki 3 Perguruan Tinggi yang terletak di Kecamatan Ngawi. Adapaun pendidikan dasar dan menengah di kabupaten Ngawi terdiri dari 40 SMK, 41 SMA sederajat, 131 SMP sederajat, dan 670 SD sederajat . yang tersebar merata di 19 Kecamatan di kabupaten Ngawi (https://referensi.data.kemdikbud.go.id/).



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



4



BAB 2 SARANA KESEHATAN Bab ini berisi uraian tentang



fasilitas kesehatan meliputi



Puskesmas (rawat inap dan non rawat inap) beserta jejaringnya, Rumah Sakit, sarana distribusi kefarmasian serta upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (Posyandu dan Posbindu PTM) 2.1 Fasilitas Kesehatan Dasar. Di Kabupaten Ngawi memiliki 24 Puskesmas yang tersebar di



19 Kecamatan.



Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2019 dibandingkan dengan Puskesmas di dapatkan rasio 1 : 34.587 penduduk, yang artinya 1 puskesmas rata-rata melayani 34.587 penduduk. Berikut adalah rincian jumlah Penduduk di layani per Puskesmas : Gambar 2.1 Grafik Penduduk Di layani per Puskesmas Tahun 2019 (dalam ribuan)



Dari grafik diatas, setiap puskesmas rata-rata melayani 34.587 penduduk. Adapun Puskesmas yang paling banyak memiliki jumlah penduduk adalah Puskesmas Geneng dan Puskesmas yang paling sedikit memiliki jumlah penduduk yang dilayani adalah Puskesmas Mantingan dan Puskesmas Tambakboyo. Dalam memberikan pelayanan, Puskesmas memiliki jejaring berupa Puskesmas Pembantu. Dikabupaten Ngawi memiliki 62 Pustu. Selain Pustu, 21 klinik swasta dan 61 apotek



juga



menjadi



jejaring pelayanan



di Puskesmas untuk melayani



masyarakat.



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



5



Berikut adalah rincian Puskesmas Pembantu, Apotek



dan Klinik swasta di



berdasarkan wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Ngawi : Gambar 2.2 Grafik Jejaring Pelayanan kesehatan di PuskesmasTahun 2019



Bila digabungkan antara Puskesmas dan klinik swasta, maka rata-rata



23.984



penduduk di layani oleh satu fasilitas kesehatan. Adapun perincian jumlah penduduk di layani dapat dilihat pada tabel berikut : Gambar 2.3 Grafik Penduduk dilayani oleh Fasilitas Kesehatan Tahun 2019 (dalam ribuan)



Kunjungan penduduk ke Puskesmas tahun 2019 sebanyak



di Puskesmas dan



sebanyak ke klinik swasta dan dokter praktek pribadi.



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



6



2.2. FasilitasKesehatanRujukan Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana Rumah Sakit (RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah Rumah Sakit dan tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah penduduk. Jumlah seluruh RS di Kabupaten Ngawi pada tahun 2016 sebanyak 3 buah dengan rincian RS Umum sebanyak 1 buah, dan RS Swasta 2 buah. Jumlah tempat tidur yang dimiliki seluruh rumah sakit adalah 560 tempat tidur, dengan rincian sebagai berikut : Gambar 2.4 Grafik tempat tidur pasien di Rumah Sakit Tahun 2019 (dalam persen)



Adapun rata-rata Bed Operation Rate (BOR) Rumah Sakit adalah 65,1% dengan perincian sebagai berikut : Gambar 2.5 BOR Rumah Sakit Tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



7



Average Long of Stay (ALOS) atau rata-rata lama dirawat di Rumah Sakit adalah 2 hari dengan perincian sebagai berikut : Gambar 2.6 Grafik ALOS tahun 2019



2.3 Fasiitas Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat. Fasilitas Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat adalah fasilitas kesehatan berbasis komunitas yang sarana dan prasarana nya di sediakan secara mandiri oleh masyarakat. Jenis fasiltias kesehatan bersumberdaya masyarakat ini antara lain adalah : Polindes, Posyandu balita, Posyandu lansia, Posbindu PTM. Posyandu aktif di kabupaten Ngawi pada tahun 2019 sebanyak 1.044 posyandu, dengan perincian sebagai berikut : Gambar 2.7 Prosentase Posyandu Aktif tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



8



Dari grafik diatas prosentase terendah Posyandu aktif di Puskesmas Tambakboyo (43%) . Adapun Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kendal, Padas, Gemarang, Kauman dan Mantingan 100 % aktif. Status Posyandu meliputi posyandu pratama, madya, purnama dan mandiri. Di Kabupaten Ngawi 1.214 Posyandu terdaftar. Adapun perincian Posyandu berdasarkan strata nya adalah sebagai berikut : Gambar 2.8 Prosentase Strata Posyandu Tahun 2019



Jumlah Poyandu Pratama adalah 3 Posyandu (0,2 %) di wilayah kerja Puskesmas Sine 1 Posyandu dan Puskesmas Bringin 2 Posyandu. Adapun perincian strata posyandu per puskesmas adalah sebagai berikut : Gambar 2.9 Prosentarte Strata Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



9



Posbindu PTM adalah Posyandu untuk melayani kelompok usia produktif.



Posyandu di



adakan untuk melakukan deteksi penyakit tidak menular. Jumlah Posbindu PTM di kabupaten Ngawi sebanyak 208 posbindu dengan perincian sebagai berikut : Gambar 2.10 Sebaran Posbindu PTM Tahun 2019



Dari grafik diatas, Puskesmas yang memiliki Posbundu terbanyak adalah Puskesmas Ngawi (23 Posbindu), Puskesmas Ngrambe (14 Posbindu) dan Puskesmas Paron dan Karangjati masing-masing 13 Posbindu.



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



10



BAB 3 SUMBER DAYA KESEHATAN Pada bab ini diuraikan tenaga kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit dan Pelayanan Kesehatan lain. Terdiri dari tenaga medis, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lain serta tenaga pendukung/penunjang kesehatan. 3.1 SumberDayaKesehatan di Puskesmas Salah satu layanan kesehatan yang paling mudah diakses masyarakat adalah Puskesmas. Puskesmas kini sudah memiliki banyak layanan untuk masyarakat di sekitarnya. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dinas Kesehatan Ngawi berupaya untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas. Di Kabupaten Ngawi memiliki 24 UPT Puskesmas yang sudah terakreditasi dan dengan status BLUD. Untuk memberikan pelayanan yang paripurna dibutuhkan dukungan tenaga kesehatan, sarana prasarana dan alat kesehetan yang sesuai standart di Puskesmas. 3.1.1



Tenaga Kesehatan Di Puskesmas



3.1.1.1 Dokter dan Dokter Gigi Dokter Umum dengan status PNS dan non PNS yang bekerja di Puskesmas sebanyak orang. Rata-rata jumlah dokter di Puskesmas sebanyak 2 orang. Berikut adalah gambar sebaran penyebaran dokter di Puskesmas :



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



11



Gambar 3.1 PetaSebaranDokter di PuskesmasTahun 2019



1



2- 4



Lebih dari 4



Dari gambaran sebaran diatas, terlihat Puskesmas yang memiliki dokter dibawah rata-rata puskesmas lainnya adalah Puskesmas Kasreman, Puskesmas Pangkur dan Puskesmas Tambakboyo. Untuk lebih jelas data dapat dilihat pada lampiran profil tabel 11. Dokter gigi di Ngawi yang bertugas di Puskesmas sebanyak 25 orang. Rerata dokter gigi di Puskesmas sejumlah 1 orang tenaga dokter gigi. Berikut adalah gambaran sebaran dokter gigi di Puskesmas : Gambar 3.2 PetaSebaranDokter di PuskesmasTahun 2019



0



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



1-2



Lebih dari 2



12



3.1.1.2 Apoteker dan tenaga kefarmasian Tenaga Farmasi terdiri dari Sarjana Farmasi dengan profesi Apoteker dan Tenaga teknis Farmasi. Di Puskesmas terdapat 60 tenaga farmasi yang terdiridari 11 Apoteker dan 39 tenaga Teknis Farmasi. Berikut adalah gambaran tenaga kefarmasian di Puskesmas : Gambar 3.3 GrafikTenagaKefarmasian Di Puskesmastahun 2019



3.1.1.3 Perawat dan Bidan Perawat di Puskesmas sebanyak 641 perawat. Rerata jumlah perawat di Puskesmas sebanyak 26. Adapun sebaran perawat di Puskesmas adalah sebagai berikut : Gambar 3.4 Sebaran Perawat Di Puskesmas tahun 2019



1-15 Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



15-30



Lebih dari 30 13



Di kabupaten Ngawi memiliki 583 bidan yang di tugaskan di Puskesmas. Rerata jumlah bidan di Puskesmas 24 orang. Adapun sebaran bidan di Puskesmas adalah sebagai berikut Gambar 3.5 SebaranBidan Di PuskesmasTahun 2019



1-15



15-30



Lebih dari 30



3.1.1.4 Sarjana Kesehatan Masyarakat dan Sarjana Kesehatan Lingkungan Tenaga Sarjana Kesehatan Masyarakat di Puskesmas berjumlah 31 dan Sarjana Tenaga Kesehatan Lingkungan sejumlah 34 orang, dengan sebaran sebagai berikut : Gambar 3.6 Grafik Tenaga Kesehatan Masyarakat dan KesehatanLingkungan di Puskesmas tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



14



3.1.1.5 Tenaga Kesehatan Lain Tenaga kesehatan lain di Puskesmas berjumlah 137 orang yang terdiri dari 46 tenaga Gizi, 22 Ahli Laboratorium Medik, 40 Keterepian Fisik, dan 29 Keteknisian Medis. Berikut adalah sebaran tenaga kesehatan lain di Puskesmas : Gambar 3.7 GrafikTenagaKesehatan Lain di PuskesmasTahun 2019



3.1.2



Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan. Sarana dan prasarana di Puskesmas Kabupaten Ngawi sudah sesuai dengan standart yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Berikut adalah prosentese sarana dan prasana Puskesmas : Gambar 3.8 Prosentase Sarana dan Prasarana Puskesmas Tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



15



Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Puskesmas dilengkapi dengan alat kesehatan sesuai standar Permenkes Nomor 75 tahun 2014. Berikut adalah grafik prosentase ketersedian alat kesehatan di Puskesmas : Gambar 3.9 Prosentase ketersedian alat kesehatan di PuskesmasTahun 2019



3.2



Sumber Daya Kesehatan di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Swasta 3.2.1 Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Ngawi memiliki 47 dokter spesialis yang memberikan pelayanan di Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta dan Fasilitas Kesehatan Swasta. Berikut adalah grafi ksebaran dokter spesialis di kabupatenNgawi : Gambar 3.10 Sebaran Dokter Spesialis Di Kabupaten Ngawi tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



16



Dokter umum yang memberikan pelayanan di Rumah Sakit dan klinik swasta di Kabupaten Ngawi sebanyak 80 dokter, dan 13 dokter gigi. Berikut adalah sebaran dokter umum dan dokter gigi di Rumah Sakit dan di Klinik Swasta : Gambar 3.11 Dokter Umum dan Dokter Gigi di RS dan Klinik Swasta Kabupaten Ngawi Tahun 2019



Perawat di Rumah Sakit 399 perawat dan klinik swasta sebanyak 92, sedangkan Bidan di RumahSakit



64 Bidan dan 55 Bidan di Klinik swasta. Berikut adalah perincian



Perawat dan Bidan di Rumah Sakit dan Klinik Swasta : Gambar 3.12 Perawat dan Bidan di RS dan Klinik Swasta Kabupaten NgawiTahun 2019



Tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lingkungan di Rumah Sakit sejumlah 9 orang dengan perincian sebagai berikut :



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



17



Gambar 3.13 Tenaga Kesehatan Masyarakat danTenaga Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit Tahun 2019



Tenaga Kefarmasian di Rumah Sakit sebanyak 67 orang yang terdiri dari Apoteker dan tenaga teknis farmasi. Tenaga teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, AhliMadyaFarmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Berikut adalah rincian tenaga kefarmasian di Rumah Sakit tahun 2019. Gambar 3.14 Tenaga Kefarmasian di Rumah Sakit Kabupaten NgawiTahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



18



Tenaga Kesehatan lain di Rumah Sakit sebanyak146 orang dengan perincian seperti pada gambar berikut : Gambar 3.15 Tenaga Kesehatan Lain Di Rumah Sakit Tahun 2019



3.2.2 Sarana, Prasaran dan Alat Kesehatan Di RumahSakit Berdasarkan aplikasi ASPAK kementerian Kesehatan RI, Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan di Rumah Sakit adalah sebagai berikut : Gambar 3.16 Sarana, Prasarana Dan Alat Kesehatan Di Rumah Sakit Kabupaten Ngawi tahun 2020



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



19



BAB 4 PEMBIAYAN KESEHATAN Bab ini berisi tentang jaminan pemeliharaan Kesehatan, dana desa untuk kesehatan dan anggaran kesehatan.



Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untukmenjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara. 1. Penerima Bantuan Iuran (PBI) Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari Pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah. Jumlah Peserta PBI sebanyak 508.355 dengan perincian PBI APBN 473.384 dan PBI APBD sebanyak 34.971. Berikut adalah rincian kepesarta penerima Bantuan Iuran di kabupaten Ngawi : Gambar 4.1 Sumber Dana PBI Tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



20



2. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Non PBI. Program Non PBI dikhususkan untuk warga yang meliputi Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU), bukan pekerja seperti pemilik perusahaan dan pekerja penerima upah. Jumlah Kepesertaaan Jaminan Kesehatan Non PBI di kabupaten Ngawi sebanyak 158.798. Adapaun perincian kepesertaan Jaminan kesehatan Non PBI adalah sebagai berikut : Gambar 4.2 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Non PBI Tahun 2019



3. Dana Desa Dana Desa untuk sektor kesehatan di alokasikan oleh Pemerintah Desa dan diperuntukkan antara lain untuk kegiatan PMT Posyandu Balita, PMT Posyandu Remaja dan PMT PosyanduLansia. Selain untuk PMT, dana desa di alokasikan untuk pengadaan mobi lsiaga, kegiatan operasional Posyandu dan kegiatan-kegiatan inovasi kesehatan lainnya. 4. Anggaran Kesehatan. Total anggaran kesehatan tahun 2019 sebesar Rp. 181.643.373.982,17 atau sebesar 12,8% dari total APBD Kabupaten Ngawi. Anggaran kesehatan berasal dari APBD dan APBN dengan perincian sebagai berikut :



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



21



Gambar 4.3 Sumber Anggaran Kesehatan Kabupaten Ngawi Tahun 2019



APBD Kabupaten di peruntukkan untuk Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung dan dana pendamping Dana Alokasi Khusus. Berikut adalah prosentase perincian dana APBD Kabupaten Ngawi tahun2019 : Gambar 4.3 Sumber Anggaran Kesehatan Kabupaten Ngawi Tahun 2019



Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus digunakan untuk kegiatan fisik dan non fisik. Berikut adalah penggunaan DAK kabupaten Ngawi tahun2019 :



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



22



Gambar 4.4 Penggunaan DAK Kabupaten Ngawi Tahun 2019



Penggunaan DAK non fisik adalah sebagai berikut : Gambar 4.5 Penggunaan DAK Non Fisik Kabupaten Ngawi Tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



23



BAB 5 KESEHATAN KELUARGA Bab ini menggambarkan tentang kondisi kesehatan ibu, kesehatan anak, serta kesehatan pada penduduk usia produktif dan usia lanjut.



5.1 Kesehatan Ibu Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan. Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu diperlukan upaya kesehatan melalui program kesehatan yang terpadu dan berkelanjutan. Program Kesehatan Ibu di mulai sejak masa praremaja, remaja, Usia Subur, Ibu Hamil dan Ibu Bersalin. Setiap ibu hamil disarankan untuk melakukan kunjungan antenatal yang komprehensif dan berkualitas minimal 4 kali, yaitu 1 kali sebelum bulan ke 4 kehamilan, kemudian sekitar bulan ke 6 kehamilan dan 2 kali kunjungan sekitar bulan ke 8 dan 9 kehamilan. Indikator pelayanan ibu hamil adalah K1 dan K4. K1 adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. Sedangkan kunjungan antenatal empat kali (K4) adalah bentuk pelayanan selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal satu kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dandua kali pada trimester ketiga. Cakupan K1 tahun 2019 di kabupaten Ngawi 99,6% dan cakupan k4 sebesar 90,9 %, adapauncakun K1 dan K4 tiap puskesmas adalah sebagai :



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



24



Gambar 5.1 Cakupan K1 dan K4 di PuskesmasKabupatenNgawiTahun 2019



dari table diatas, cakupan K1 dan K4 di kabupatenNgawisudahdiatas 90%. Diharapakan dengan K1 dan K4 ibu hamil yang baik dapat dipantau faktor resiko ibu hamil sehingga dapat dilakukan tindakan persalinan dengan tepat. Persalinan di fasilitas kesehatan di kabupaten Ngawi 96,4%. Berikut adalah cakupan persalinan di fasilitas kesehatan di Puskesmas : Gambar 5.2 Cakupan Persalinan Di Fasilitas Kesehatan tahun 2019



Bila data absolute persalinan di sandingkan dengan data k1 dan k4 maka didapatkan gambaran seperti berikut :



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



25



Gambar 5.3 Persalinan Di Fasilitas Kesehatan tahun 2019



Dari grafik diatas tidak ada kesenjangan data absolute antara K4, pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan dan Kunjungan neonatal lengkap. Saat kehamilan, ibu mendapatkan tablet tambah darah (TTD), dengan pemberian tablet tambah darah diharapkan dapat mengurangi resiko berat bayi lahir rendah dan mengurangi resiko kehamilan. Berikut adalah cakupan program pemberian TTD untuk ibu hamil : Gambar 5.4 TTD Ibu HamilTahun 2019



Dengan program upaya kesehatan ibu, diharapkan angka kematian ibu bisa ditekan. Angka Kematian Ibu di Ngawi tahun 2019 sebanyak 9 dengan perincian sebagai berikut : Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



26



Gambar 5.5 Kematian Ibu Tahun 2019



>4



2-4



1-2



0



Dari grafik peta diatas, dapat diketahui kematian ibu terjadi di 8 Puskesmas yaitu Puskesmas Kwadungan, Puskesmas Pangkur, Puskemas Ngawi, Puskesmas Ngawi Purba, Puskesmas Paron, Puskesmas Kedunggalar, Puskesmas Tambakboyo dan Puskemas Karangnyar. Adapun fase kematian Ibu dibedakan sebagai berikut : Gambar 5.6 Fase Kematian Ibu Tahun 2019



Dari grafik diatas, fase kematian ibu paling banyak terjadi pada fase nifas dan fase kehamilan. Sedangkan kematian pada fase persalinan tidak terjadi, hal ini kemungkinan karena selama persalinan ibu di dampingi oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baik di Puskesmas, Klinik Swasta dan Rumah Sakit. Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



27



Sedangkan penyebab kematian ibu adalah sebagai berikut : Gambar 5.7 Penyebab Kematian Ibu Tahun 2019



Perdarahan selama persalinan dan Hipertensi dalam kehamilan menjadi penyebab kematian ibu di kabupaten Ngawi dengan masing-masing 4 kejadian kematian. Pada fase nifas ibu mendapatkan Vitamin A. Pemberian suplemen vitamin A pada ibu nifas berfungsi menjaga kadar Retinol dalam sel darah merah dan ASI, karena air susu ibu adalah makanan utama yang mengandung suplemen vitamin A didapat bayi untuk mencegah Xeroftalmia. Berikut adalah cakupan pemberian Vitamin A pada ibu nifas : Gambar 5.8 Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas Tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



28



Untuk menjaga jarak aman antar kehamilan, ibu pasca bersalin akan diarahkan untuk mengikuti program KB. Dengan mengatur jarak kehamilan akan mengurangi resiko kehamilan dengan komplikasi. Berikut adalah cakupan KB pasca persalinan dan KB Aktif di kabupaten Ngawi : Gambar 5.9 KB Pasca Persalinan dan KB Aktif tahun 2019



Dari grafik diatas KB Suntik dan AKDR menjadi pilihan utama ibu, sedangkan MOW, implan dan penggunaan kondom menjadi alternatif pilihan KB. 5.2 KesehatanAnak Kesehatan anak menjadi investasi bagi kemajuan bangsa. Dengan bonus demografi yang dialami Indonesia kesehatan anak adalah investasi kemajuan masa depan bangsa. Pelayanan Neonatus di kabupaten Ngawi tahun 2019 yaitu : Gambar 5.10 Cakupan Pelayanan Neonatus tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



29



Cakupan KN 1 kabupaten tahun 2019 : 101.1% sedangakan KN lengkap kabupaten : 99,6 % . Jumlah Neonatal dengan komplikasi yang ditangani sejumlah 1.169 Neonatal, adapun kematian neonatal sebanyak 50 neonatal. Berikut adalah perincian komplikasi neonatal yang ditangani di Puskesman dan kematian neontal di wilayah kerja Puksmas : Gambar 5.11 Komplikasi ditangani dan kematian Neonatal tahun 2019



dari grafik diatas, komplikasi neonatal terbanyak di tangani di Puskesmas Paron dengan jumlah kematian neonatal sebanyak 4 neonatal. Sedangkan kematian Neonatal paling banyak terjadi di Puskesmas Karangjati sebanyak 12 neonatal. Puskesmas yang tidak terjadi kematian neonatal sebanyak 3 Puskesmas yaitu : Kwadungan, Mantingan dan Tambakboyo. BBLR menjadi penyebab kematian neonatal terbanyak ( 36 neonatal) dan Asfiksia (18 nenoatal). Adapun secara rinci bisa dilihat pada grafik berikut : Gambar 5.12 Penyebab kematian Neonatal tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



30



Pelayanan neonatal harus senantiasa mendapatkan perhatian dan prioritas, karena neonatal masih menjadi penyumbang terbanyak angka kematian Balita (7,76). Berikut adalah perincian angka kematian Balita : Gambar 5.13 Angka Kematian Balita tahun 2019



BBLR merupakan penyebab kematian terbanyak pada neonatal (36 neonatal), BBLR yang terjadi sebanyak 408 neonatal atau 3,6 dari kelahiran hidup. Berikut adalah sebaran BBLR di kabupaten Ngawi tahun 2019 Gambar 5.14 Sebaran BBLR tahun 2019 (dalam persen)



Dari sebaran diatas, Puskesmas yang memiliki prosentase tertinggi BBLR



adalah



Puskemas Padas (10,1%) Puskesmas Kauman (7,2%). Sebagian besar Puskesmas (20 Puskesmas) di kabupaten Ngawi memiliki kasus BBLR di bawah 5% .



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



31



Gizi buruk menjadi salah satu prioritas program gizi. balita gizi kurang (BB/U), balita pendek (TB/U) dan balita kurus (BB/TB). Berikut adalah gambaran status gizi balita di kabupaten Ngawi : Gambar 5.16 Masalah Gizi Tahun 2019 (dalam persen)



Dari grafik diatas Puskesmas Gemarang melakukan penjaringan balita kurus terbanyak (60%), balita pendek (23%) dan balita gizi kurang (24%). Sedangkan Puskesmas yang menjaring kasus Balita paling rendah adalah Puskesmas Jogorogo dengan mencakup balita kurus sebanyak 13%, balita pendek 5% dan balita gizi kurang 12%. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh, semua Balita wajib untuk di imunisasi, pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR). Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (Td). Imunisasi HB0 dan BCG di kabupaten Ngawi tercapai 102 % dengan perincian sebagai berikut :



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



32



Gambar 5.17 Imunisasi HB0 dan BCG Tahun 2019 (dalam persen)



Cakupan imunisasi DPT Hib3 , Polio 4, campak dan Imunisasi dasar lengkap adalah sebagai berikut : Gambar 5.18 Cakupan imunisasi DPT Hib3 , Polio 4, campak dan Imunisasi dasar lengkap Tahun 2019 (dalam persen)



Tahun 2019 di kabupaten Ngawi tercapai UCI 100%. Universal Child Immunization (UCI) adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi (anak dibawah umur 1 tahun).



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



33



5.3 Kesehatan Usia Produktif Dengan perubahan perilaku masyarakat dan perubahan pola penyakit, kelompok usia produktif menjadi kelompok yang beresiko untuk mendapatkan penyakit tidak menular dan penyakit yang berhubungan dengan pola hidup sehat. Untuk mencegah terjadinya penyakit, sejak awal harus dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi kelompok usia produktif. Pelayanan skreening kelompok usia produktif di kabupaten Ngawi tahun 2019 : 58,1% dengan perincian per puskesmas sebagai berikut :



Gambar 5.19 Pelayanan Skreening Usia Produktif Tahun 2019 (dalam persen)



Dari pelayananan skreening didapatkan hasil usia produktif yang memiliki resiko kesehatan dengan perincian sebagai berikut : Gambar 5.20 Pelayanan Skreening Usia Produktif Tahun 2019 (dalam persen)



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



34



Kelompok usia produktif yang memiliki resiko kesehatan paluing banyak di temukan di wilayah kerja Puskesmas Pitu (77,2%). Puskemas Sine, Ngrambe, Kendal, Paron, Padas dan Pangkur memiliki kelompok usia produktif yang memiliki resiko kesehatan dibawah 25 %. 5.4 Kesehatan Usia Lanjut Kelompok usia lanjut merupakan kelompok dengan resiko kesehatan yang tinggi, salah satu kegiatan Puskesmas adalah Posyandu lansia. Diharapkan dengan pelayanan posyandu lansia, lansia dengan resiko kesehatan dan jauh dari fasilitas kesehatan tetap mendapatkan pelayanan kesehatan. Berikut adalah perincian pelayanan lansia di puskesmas : Gambar 5.21 Sebaran BBLR tahun 2019 (dalam persen)



Puskesmas yang masih dibawah 25% dalam memberikan pelayanan adalah Puskesmas Ngawi Purba, Kwadungan dan Tambakboyo. Sedangkan Puskesmas yang memberikan lebih dari 75% pelayanan kepada lansia adalah puskesmas Pitu, Kedunggalar, Walikukun dan Karanganyar.



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



35



BAB 6 PENGENDALIAN PENYAKIT Bab ini berisi tentang Penyakit menular langsung, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit tular vektor dan zoonotic serta penyakit tidak menular.



6.1 Penyakit Tidak Menular Menurut Badan Kesehatan Sedunia, WHO, 2010, hampir dua per tiga dari kematian di seluruh dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. Dinegara-negara berkembang dan negara miskin (dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah), dari seluruh kematian yang terjadi pada orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara-negara maju sebesar 13%. Prevalensi penyakit tidak menular (PTM) atau /Noncommucable diseases/ (NCDs) di banyak negara terutama di negara-negara dengan tingkat income rendah sampai menengah dalam beberapa dasawarsa kedepan diprediksi akan menunjukkan trend yang semakin meningkat. Hal ini terkait erat dengan perilaku (/behavior/ dan/habits/) yang berisiko untuk terkena penyakit tidak menular. Indonesia



dalam



beberapa



dasawarsa



terakhir



menghadapi



/double



burden/penyakit yaitu Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular (PTM). Masalah penyakit menular antara lain belum tertanggulanginya beberapa penyakit menular tertentu, /re-emerging diseases/, serta munculnya penyakit-penyakit menular baru seperti HIV/AIDS, Avian Influenza, Flu Babi dan Penyakit Nipah. Di sisi lain, Penyakit Tidak Menular menunjukkan adanya kecenderungan trend yang semakin meningkat dari waktu kewaktu. Di Kabupaten Ngawi kecenderungan penyakit tidak menular meningkat. Angka kejadi Hipertensi, Diabetes Mellitus dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. 6.1.1 Hipertensi Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi bila ketika diukur pada dua hari yang berbeda, pembacaan tekanan darah sistolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 140 mmHg dan / atau pembacaan tekanan darah diastolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 90 mmHg. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang parah dan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan terkadang kematian. Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



36



Perkiraan penderita Hipertensi di Kabupaten Ngawi adalah 258.845 penderita. Adapun cakupan pelayanan penderita hipertensi sesuai standar yang dilakukan oleh Puskesmas adalah sebagai berikut : Gambar 6.1 Cakupan Pelayanan Hipertensi di Puskesmas Tahun 2019



< 25



25-50



50-75



>75



Dari grafik peta diatas, masih ada beberapa puskesmas yang memiliki cakupan pelayanan hipertensi di bawah 25% dari estimasi penderita hipertensi di wilayahnya dan belum ada Puskesmas yang memberikan pelayanan lebih dari 75% dari estimasi penderita di wilayah kerjanya. Puskesmas perlu meningkatkan peran serta jejaring pelayanan kesehatan swasta untuk meningkatkan cakupan pelayanan hipertensi selain dengan melakukan pencatatan secara terintegrasi agar dapat mencegah under reporting pelayanan penderita Hipertensi.



6.1.2 Diabetes Mellitus Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



37



Pelayanan penderita Diabetes Mellitus di kabupaten Ngawi selain di Puskesmas juga dilakukan melalui pendekatan pelayanan kesehatan keluarga dengan kunjungan rumah, dan pendekatan pelayanan komunitas dengan kegiatan Prolanis. Proyeksi penderita DM di kabupaten Ngawi adalah 26.563 penderita dan berikut adalah cakupan pelayanan penderita DM di Puskemas : Gambar 6.2 Cakupan Pelayanan DM di Puskesmas Tahun 2019



Dari grafik diatas pelayanan Diabetes Mellitus di Puskesmas sudah diatas 40%. Beberapa Puskesmas sudah memberikan pelayanan 99% kepada penderita Diabetess Mellitus. 6.1.3 Kanker Leher Rahim Kanker leher Rahim atau kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada jaringan leher rahim yang merupakan bagian terendah dari leher rahim dan menonjol ke puncak liang senggama. Prevalensi kanker leher rahim merupakan salah satu jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap maupun rawat jalan di seluruh RS di Indonesia, dengan jumlah pasien kanker leher rahim sebanyak 5.349 orang (12,8 %).SIRS, 2010. Untuk mencegah terjadinya kanker leher rahim di Puskesmas di lakukan pelayanan kesehatan deteksi dini kanker leher rahim dan keganasan pada wanita. Berikut adalah hasil dari program deteksi dini kanker leher rahim dan keganasan yang dialami oleh wanita usia subur :



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



38



Gambar 6.3 Cakupan Pelayanan DM di Puskesmas Tahun 2019



Dari pemeriksaan leher Rahim dan payudara didapatkan hasil IVA Positif : 0,5% Curiga Kanker : 0,1 % dan Tumor/Benjolan 0,1%. Berikut adalah perincian per Puskesmas : Gambar 6.4 Cakupan Pelayanan DM di Puskesmas Tahun 2019



ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) adalah Penyakit gangguan mental atau sering juga disebut penyakit gangguan jiwa merupakan penyakit yang mempengaruhi otak dan mengganggu keseimbangan kimiawi. Di Indonesia, kondisi kesehatan jiwa masih menjadi salah satu isu yang dikesampingkan. Padahal secara jumlah, penderita gangguan jiwa terus meningkat. Peningkatan penderita gangguan jiwa itu pada umumnya berkaitan dengan pertambahan jumlah penduduk. Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



39



ODGJ dikabupaten Ngawi tahun 2019 ditangani sesuai standar sebanyak 1.614 kasus atau 102 % dari target yang telah ditetapkan di awal tahun. Adapun perincian penderita ODGJ adalah sebagai beriku : Gambar 6.5 Cakupan Penemuan Kasus ODGJ di Puskesmas Tahun 2019



< 25



25-50



50-75



>75



6.2 Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi PD3I adalah penyakit-penyakit menular yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah dan kematian terutama pada balita.. PD3I di kabupaten Ngawi tahun 2019 ditemukan sebanyak 26 kasus yang terdiri dari penyakit



Hepatitis, suspek campak,



pertusis dan difteri . Gambar 6.6 Kasus PD3I di Puskesmas Tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



40



Dari grafik diatas Puskesmas Bringin memiliki kasus PD3I terbanyak dengan kasus suspek campak dan pertussis. Puskesmas Karanganyar dan Puskesmas Kendal memiliki 3 kasus PD3I masing-masing 4 kasus.



6.3 Penyakit Menular Penyakit



menular



merupakan



penyakit



infeksi



yang



disebabkan



oleh



mikroorganisme, seperti virus, bakteri, parasit, atau jamur, dan dapat berpindah ke orang lain yang sehat. TB Paru Penemuan kasus TB Paru tahun 2019 sebanyak 1.046 kasus dengan perincian 423 ditemukan dan diobati di Rumah Sakit dan sebanyak 623 ditemukan dan diobati di Puskemas. Adapun penemuan kasus TB Paru dirumah sakit terinci sebagai berikut : Gambar 6.7 Penderita TB Paru di Rumah Sakit Tahun 2019



Adapun sebaran penemuan kasus TB paru di Puskesmas adalah sebagai berikut :



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



41



Gambar 6.8 TB Paru ditemukan dan di obati di Puskesmas Tahun 2019



< 25



25-50



50-75



>75



Rerata prosentase kesembuhan TB Paru di Puskesmas adalah 90% dengan perincian sebagai per Puskesmas sebagai berikut : Gambar 6.9 Prosentase Kesembuhan Puskesmas Tahun 2019



TB pada anak terjadi akibat serangan bakteri basil Mycobacterium Ttuberculosis pada paru-paru sehingga merupakan penyakit yang bisa disembuhkan dan bukan penyakit keturunan. Penemuan kasus TB anak di Rumah Sakit dan di Puskesmas adalah sebagai berikut :



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



42



Gambar 6.10 Penemuan Kasus TB Paru Anak Tahun 2019



Pneumonia Balita Pneumonia pada anak yang dapat ditandai dengan gejala awal berupa batuk dan gangguan pernapasan. Penyakit infeksi paru-paru ini, jika tidak ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan gangguan serius pada anak, bahkan berakibat fatal, terutama anak usia di bawah lima tahun. Prosentase penemuan kasus Pneumonia Balita adalah sebagai berikut : Gambar 6.11 Prosentase Penemuan Kasus Pneumonia Puskesmas Tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



43



HIV/AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan. Penemuan kasus HIV di kabupaten Ngawi tahun 2019 adalah sebagai berikut : Gambar 6.11 Penemuan Penderita HIV di Kabupaten Ngawi Tahun 2019



Kasus HIV paling banyak terjadi pada kelompok umur diatas 25 tahun yaitu sebanyak 63 kasus (55%) pada kelompok usia 25-49 tahun, dan 40 kasus (35%) pada kelompok usia diatas 50 tahun. Penemuan kasus AIDS di kabupaten Ngawi sejumlah 19 kasus dengan perincian sebagai berikut : Gambar 6.12 Penemuan Penderita AIDS di Kabupaten Ngawi Tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



44



Kasus AIDS paling banyak terjadi pada kelompok umur diatas 40 tahun yaitu sebanyak 5 kasus (26%) pada kelompok usia 40-49 tahun, dan 8 kasus (42%) pada kelompok usia diatas 50-29 tahun.



Kusta Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan. Kusta atau lepra dikenal juga dengan nama penyakit Hansen atau Morbus Hansen. Kusta atau lepra dapat ditandai dengan rasa lemah atau mati rasa di tungkai dan kaki, kemudian diikuti timbulnya lesi pada kulit. Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi bakteri yang dapat menyebar melalui percikan ludah atau dahak yang keluar saat batuk atau bersin. Penderita Kusta di kabupaten Ngawi tercatat sejumlah 46 kasus, di temukan 1 kasus Kusta PB dan 2 kasus Kusta MB di tahun 2019. Gambar 6.13 Penderita Kusta Kabupaten Ngawi Tahun 2019



Kasus kusta kumulatif tertinggi di Puskesmas Paron dengan 7 kasus dan 1 kasus Kusta MB baru ditemukan. Penemuan kasus baru lainnya di Puskemas Mantingan sejumlah 1 kasus Kusta PB dan 1 Kusta MB.



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



45



Demam Berdarah Dengue DBD atau demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari empat virus dengue. Demam berdarah merupakan penyakit yang mudah menular. Sarana penularan demam berdarah sendiri berasal dari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpictus. Di kabupaten Ngawi tahun 2019 terjadi 2.155 kasus demam berdarah dan 3 orang meninggal dunia karena demam berdarah dengue, 2 meninggal dunia dari wilayah kerja Puskesmas Ngawi dan 1 orang meninggal dari wilayah kerja Puskesmas Teguhan kecamatan Paron. Gambar 6.14 Demam Berdarah Dengue Kabupaten Ngawi Tahun 2019



< 25



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



25-50



50-75



>75



46



BAB 7 KESEHATAN LINGKUNGAN Bab ini menggambarkan tentang akses air minum, akses sanitasi dan tempat tempat umum serta tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan. 7.1 Sarana Air Minum Salah satu upaya untuk mengetahui kualitas sarana penyediaan air bersih, diantaranya dengan cara melakukan pengawasan atau inspeksi terhadap kualitas sumber air. Tujuan inspeksi ini antara lain untuk mengidentifikasi sumber-sumber yang berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran. Inspeksi kesehatan lingkungan tahun 2019 mencakup 64,9% sarana air minum yang ada dikabupaten Ngawi. Gambar 7.1 Inspeksi Sarana Air Minum Kabupaten Ngawi Tahun 2019



7.2 Sanitasi Layak Air bersih dan sanitasi layak adalah kebutuhan dasar manusia. Salah satu poin dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) pada sektor lingkungan hidup adalah memastikan masyarakat mencapai akses universal air bersih dan sanitasi.



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



47



Akses jamban sehat permanen sebanyak 151.361 sarana dan di akses oleh 515.392 kk. Gambar 7.2 Akses Jamban Sehat Permanen Kabupaten Ngawi tahun 2019



Akses jamban sehat semi permanen sebanyak 48.444 sarana dan di akses oleh 176.176 kk. Gambar 7.3 Akses Jamban Sehat Semi Permanen Kabupaten Ngawi tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



48



7.3 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya danperilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, penanganan masalah sanitasi merupakan



kewenangan



daerah,



tetapi



sampai



saat



ini



belum



memperlihatkan



perkembangan yang memadai. Oleh sebab itu, pemerintah daerah perlu memperlihatkan dukungannya melalui kebijakan dan penganggarannya. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Di tahun 2019 Kabupaten Ngawi terdapat 93 (42,9%) desa STBM dan 144 (66,4%) melaksanakan STBM dengan perincian sebagai berikut : Gambar 7.4 Desa STBM Kabupaten Ngawi tahun 2019



7.4 Tempat-tempat Umum Tempat-tempat umum adalah tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta, perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat, mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



49



pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkingan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Gambar 7.5 Tempat-tempat Umum Kabupaten Ngawi tahun 2019



7.5 Tempat Pengelolaan Makanan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) terdiri dari rumah makan / restoran, jasa boga / catering, penjaja makanan, depot air minum dan kantin. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam rangka upaya preventif dan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Dinas Kesehatan melakukan pembinaan dan pengawasan Temoat Pengelolaan Makanan untuk menjaga keamanan makanan yang beredar di masyarakat Gambar 7.5 Tempat Pengelolaan Makanan Kabupaten Ngawi tahun 2019



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



50



BAB 8 PENUTUP Data informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan ebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Dibidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan dari system informasi kesehatan, sejak tahun 1998 telah dikembangkan paket sajian data dan informasi oleh Pusat Data Kesehatan RI, merupakan kumpulan informasi yang sangat penting, karena dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas sector maupun masyarakat. Namun sangat disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, apalagi dalam era desentralisasi pengumpulan data dan informasi dari Kabupaten/Kota menjadi relative lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan dalam profil Kesehatan Kabupaten yang diterbitkan saat ini belum sesuai dengan harapan. Walaupun demikian, diharapkan profil kesehatan Kabupaten dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Walaupun profil Kesehatan Kabupaten sering kali belum mendapatkan apresiasi yang memadai, karena belum dapat menyajikan data dan informasi yang sesuai dengan harapan, namun ini merupakan salah satu publikasi data dan informasi yang meliputi data dan informasi pencapaian program kesehatan tahun 2019. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Kabupaten, perlu dicari terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat untuk mengisi kekosongan data agar dapat tersedia data dan informasi khususnya yang bersumber dari Kabupaten/Kota.



Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi | 2019



51



RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN NGAWI TAHUN 2019 NO I 1 2 3 4 5 6 7 8 9



II II.1 10 11 12 13 14 15 16 17



INDIKATOR GAMBARAN UMUM Luas Wilayah Jumlah Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk Rata-rata jiwa/rumah tangga Kepadatan Penduduk /Km2 Rasio Beban Tanggungan Rasio Jenis Kelamin Penduduk 15 tahun ke atas melek huruf Penduduk 15 tahun yang memiliki ijazah tertinggi a. SMP/ MTs b. SMA/ MA c. Sekolah menengah kejuruan d. Akademi/Diploma I, II, d. Akademi/Diploma I, II, III f. S1/Diploma IV g. S2/S3 (Master/Doktor) SARANA KESEHATAN Sarana Kesehatan Jumlah Rumah Sakit Umum Jumlah Rumah Sakit Khusus Jumlah Puskesmas Rawat Inap Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap Jumlah Puskesmas Keliling Jumlah Puskesmas pembantu Jumlah Apotek RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1



II.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan



L



ANGKA/NILAI L+P



P



405.814



424.294



94,2



87,5



1.296 217 830.108 2,8 640,5 44,8 95,6 90,7



22,5 15,0 8,9 na 1,0 3,4 0,1



23,1 11,2 5,1 na 1,2 4,6 0,1



22,8 13,0 6,9 na 1,1 4,0 0,1



3 0 23 1 57 62 113 100,0



Satuan



2



Km Desa/Kelurahan Jiwa Jiwa Jiwa/Km2 per 100 penduduk produktif % % % % % % % %



RS RS Puskesmas Puskesmas Puskesmas keliling Pustu Apotek %



18 19 20 21 22 23 24 25 26



Cakupan Kunjungan Rawat Jalan Cakupan Kunjungan Rawat Inap Angka kematian kasar/Gross Death Rate (GDR) di RS Angka kematian murni/Nett Death Rate (NDR) di RS Bed Occupation Rate (BOR) di RS Bed Turn Over (BTO) di RS Turn of Interval (TOI) di RS Average Length of Stay (ALOS) di RS Puskesmas dengan ketersediaan obat vaksin & essensial



II.3 27 28 29 30



Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Jumlah Posyandu Posyandu Aktif Rasio posyandu per 100 balita Posbindu PTM



III 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43



SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN Jumlah Dokter Spesialis Jumlah Dokter Umum Rasio Dokter (spesialis+umum) Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) Jumlah Bidan Rasio Bidan per 100.000 penduduk Jumlah Perawat Rasio Perawat per 100.000 penduduk Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Jumlah Tenaga Sanitasi Jumlah Tenaga Gizi Jumlah Tenaga Kefarmasian



IV 44 45 46 47



PEMBIAYAAN KESEHATAN Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Desa yang memanfaatkan dana desa untuk kesehatan Total anggaran kesehatan APBD kesehatan terhadap APBD kab/kota



74,2 7,9 35,6 16,0



97,1 6,6 21,3 11,0



85,9 7,2 26,6 12,9 65,1 119,0 1,1 2,0 1,0



1.214 86,0 2,3 208



68 76



17 82



6



60



416



676 81 703



5 21 10 22



28 18 55 113



85 158 10 66 8



1.119 135 33 39 65 135



80,4 100,0 ######### 12,8



% % per 1.000 pasien keluar per 1.000 pasien keluar % Kali Hari Hari %



Posyandu % per 100 balita Posbindu PTM



Orang Orang per 100.000 penduduk Orang per 100.000 penduduk Orang per 100.000 penduduk Orang per 100.000 penduduk Orang Orang Orang Orang



% % Rp %



48 Anggaran kesehatan perkapita V V.1 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63



KESEHATAN KELUARGA Kesehatan Ibu Jumlah Lahir Hidup Angka Lahir Mati (dilaporkan) Jumlah Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (dilaporkan) Kunjungan Ibu Hamil (K1) Kunjungan Ibu Hamil (K4) Ibu hamil dengan imunisasi Td2+ Ibu Hamil Mendapat Tablet Tambah Darah 90 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan di Fasyankes Pelayanan Ibu Nifas KF3 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A Penanganan komplikasi kebidanan Peserta KB Aktif Peserta KB Pasca Persalinan



V.2 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78



Kesehatan Anak Jumlah Kematian Neonatal Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) Jumlah Bayi Mati Angka Kematian Bayi (dilaporkan) Jumlah Balita Mati Angka Kematian Balita (dilaporkan) Penanganan komplikasi Neonatal Bayi baru lahir ditimbang Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) Bayi yang diberi ASI Eksklusif Pelayanan kesehatan bayi Desa/Kelurahan UCI Cakupan Imunisasi Campak/MR pada Bayi



Rp218.819 Rp



5.515 9,5



5.701 8,0 9 80,2 99,6 90,9 42,3 90,9 96,4 96,4 0,0 96,4 112,8



50 9,1 26 4,7 17 3,1 80,1 100,0 5,3 107,2 105,2



37 6,5 9 1,6 12 2,1 68,0 100,0 2,0 95,4 94,2



96,9



97,1



102,8



116,6



11.216 Orang 8,7 per 1.000 Kelahiran Hidup Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup % % % % % % % % % 67,4 % 12,1 %



87 7,8 22 2,0 29 2,6 73,9 100,0 3,6 101,1 99,6 81,0 97,0 100,0 109,8



neonatal per 1.000 Kelahiran Hidup bayi per 1.000 Kelahiran Hidup Balita per 1.000 Kelahiran Hidup % % % % % % % % %



79 80 81 82 83 84 85 86 87 88



Imunisasi dasar lengkap pada bayi Bayi Mendapat Vitamin A Anak Balita Mendapat Vitamin A Pelayanan kesehatan balita Balita ditimbang (D/S) Balita gizi kurang (BB/umur) Balita pendek (TB/umur) Balita kurus (BB/TB) Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 1 SD/MI Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 7 SMP/MTs



105,8



99,0



82,3 62,7



84,0 66,7



89 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa Kelas 10 SMA/MA 90 Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar V.3 Kesehatan Usia Produktif dan Usia Lanjut 91 Pelayanan Kesehatan Usia Produktif 92 Pelayanan Kesehatan Usila (60+ tahun) VI PENGENDALIAN PENYAKIT VI.1 Pengendalian Penyakit Menular Langsung 93 Persentase orang terduga TBC mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar 94 CNR seluruh kasus TBC 95 Case detection rate TBC 96 Cakupan penemuan kasus TBC anak 97 Angka kesembuhan BTA+ 98 Angka pengobatan lengkap semua kasus TBC 99 Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) semua kasus TBC 100 Jumlah kematian selama pengobatan tuberkulosis 101 Penemuan penderita pneumonia pada balita 102 Puskesmas yang melakukan tatalaksana standar pneumonia min 60% 103 Jumlah Kasus HIV 104 Jumlah Kasus Baru AIDS



102,4 86,9 78,8 83,1 64,6 13,0 16,5 7,7 99,0 98,7



% % % % % % % % %



97,6 % 91,9 %



50,9 45,5



64,2 57,2



88,3 38,3



92,7 43,6



90,4



93,6



62 11



52 8



58,1 % 51,8 %



100,00 0 58,76 80,52 90,0 40,5



% per 100.000 penduduk % % % %



91,7 % 4,5 per 100.000 penduduk 45,2 % 0,5 % 114 Kasus 19 Kasus



105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116



Jumlah Kematian akibat AIDS Persentase Diare ditemukan dan ditangani pada balita Persentase Diare ditemukan dan ditangani pada semua umur Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) Persentase Kasus Baru Kusta anak 0-14 Tahun Persentase Cacat Tingkat 0 Penderita Kusta Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta Angka Prevalensi Kusta Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB)



VI.2 Pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi 117 AFP Rate (non polio) < 15 tahun 118 Jumlah kasus difteri 119 Case fatality rate difteri 120 Jumlah kasus pertusis 121 Jumlah kasus tetanus neonatorum 122 Case fatality rate tetanus neonatorum 123 Jumlah kasus hepatitis B 124 Jumlah kasus suspek campak 125 Insiden rate suspek campak 126 KLB ditangani < 24 jam VI.3 127 128 129 130 131 132 133



Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Angka kesakitan (incidence rate) DBD Angka kematian (case fatality rate) DBD Angka kesakitan malaria (annual parasit incidence ) Konfirmasi laboratorium pada suspek malaria Pengobatan standar kasus malaria positif Case fatality rate malaria Penderita kronis filariasis



0



0



2 0



2 0



0,0 0,0



0,0 0,0



1



3



3 0



2 0



3 2 0,2



9 3 0,4



129,0 0,0 0,0



130,6 0,3 0,0



0,0 0



0,0 0



0 37,2 48,3 4 0 25,0 50,0 0,0 0,0 0,6 0,0 0,0



3,9 4 0,0 5 0 #DIV/0! 12 5 0,6 100,0



259,6 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 10



Jiwa % % Kasus per 100.000 penduduk % % % per 100.000 penduduk per 10.000 Penduduk % %



per 100.000 penduduk