Program Puskesmas Kelompok 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PROGRAM PUSKESMAS KOMUNITAS DIDUSUN KADEMANGAN KECAMATAN KREJENGAN KABUPATEN PROBOLINGGO



Disusun Oleh: Kelompok 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1



Alfiati Bambang Irawan Dinda Insani rizki Eka Sofiya M Evi Juwita Ratna P Faiqotun Nazila Hafidho Iqro’ul M Inna Yatul Maula Ira Astutik Khusnul Widad



14901.07.20001 14901.07.20004 14901.07.20006 14901.07.20007 14901.07.20008 14901.07.20009 14901.07.20010 14901.07.20012 14901.07.20013 14901.07.20015



0 1



Ludiana Husen



14901.07.20017



1 1



Musyarrofah



14901.07.20025



2 1



Rizki Nur Hidayat



14901.07.20035



3



PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN PROBOLINGGO 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat taufik serta hidayah-Nya atas terselesaikannya laporan untuk memenuhi tugas praktik profesi komunitas di Desa Sentong. Laporan ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program profesi Keperawatan di STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Pada penyusunan laporan ini, tidak lepas dari kesulitan dan hambatan namun berkat bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga laporan ini dapat terselesaikan, untuk itu dengan segala hormat peneliti sampaikan terima kasih kepada : 1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S.H.,M.M., selaku Ketua Yayasan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo 2. Dr.H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku ketua STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo 3. Ro’isah, S.Km.,S.Kep.,ns M.Kes selaku Koordinator Praktik Profesi Komunitas 4. Rizka Yunita, S.Kep.,Ns M.Kep selaku pembimbing akademik 5. Samsul Arifin selaku pembimbing lapangan Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan dan semoga Proposal/Skripsi ini berguna baik bagi penulis maupun pihak lain yang memanfaatkan.



Probolinggo, 2021 Ketua Kelompok



Bambang Irawan



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya angka harapan hidup menunjukkan semakin baiknya kualitas kesehatan masyarakat dan menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Sejalan dengan itu, tingginya angka harapan hidup juga menyebabkan semakin tinggi pula jumlah populasi penduduk lanjut usia (Lansia), yang pada sisi lain menjadi tantangan pembangunan, yang jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi masalah baru. BPS memprediksi bahwa persentase penduduk Lansia pada tahun 2010 mencapai 9,77 persen dari total penduduk, dan pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 11,34 persen atau berjumlah 28,8 juta jiwa. Pada tahun 2011, diperkirakan jumlahnya sudah sekitar 20 juta lebih, ini berarti diantara 11 orang penduduk Indonesia terdapat 1 orang Lansia.(BPS, 2018). Besarnya  penduduk lansia tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun



baik



karena



faktor



alamiah



maupun



karena



penyakit.



Meningkatnya populasi penduduk Lansia menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi mereka yang memiliki masalah secara sosial dan ekonomi. Besarnya populasi dan masalah kesehatan Lansia belum diikuti dengan ketersediaan fasilitas pelayanan (care services) yang memadai, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya. Menurut



Kementerian



Kesehatan,



sampai



saat



ini



jumlah



Puskesmas Santun Lanjut Usia dan rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan geriatri juga masih terbatas. Pelayanan geriatri di Rumah Sakit sebagian besar berada di perkotaan, padahal 65,7% para Lansia berada di pedesaan. Dari data Kementerian Sosial, jumlah penduduk Lansia yang terlayani melalui panti, dana dekonsentarasi, Pusat Santunan Keluarga (Pusaka), jaminan sosial, organisasi sosial lainnya sampai 2008 baru berjumlah 74,897 orang atau 3,09% saja dari total Lansia terlantar. Karena keterbatasan fasilitas pelayanan, aksesibilitas Lansia kepada



pelayanan yang dibutuhkan untuk pemenuhan diri (self fullfilment), tidak terlaksana dengan baik. (Komnas Lansia, 2017). Program



kesehatan



Lansia



adalah



Puskesmas



yang



melaksanakan pelayanan kesehatan kepada pra lansia dan lansia yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang lebih menekankan unsur proaktif, kemudahan proses pelayanan, santun, sesuai standar pelayanan dan kerja sama dengan unsur lintas sektor. Dengan demikian maka program Lansia tidak terbatas pada pelayanan kesehatan di klinik saja, tetapi juga pelayanan kesehatan luar gedung dan pemberdayaan masyarakat. B. Tujuan 1.



Tujuan umum Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa dalam



manajemen



keperawatan



dan



keperawatan



komunitas



di



Puskesmas Krucil. 2.



Tujuan khusus a. Mengetahui analisis SWOT. b. Mengetahui program Kesehatan Lansia di Puskesmas Krucil. c. Menganalisis program Kesehatan Lansia dengan analisis SWOT.



C. Manfaat Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain yaitu: 1.



Untuk Institusi Pendidikan Sebagai pengajuan laporan praktek keperawatan klinik komunitas dan menambah referensi kepustakaan perpustakaan institusi.



2.



Untuk Puskesmas Sebagai bukti hasil praktek klinik keperawatan di Puskesmas dan membantu kinerja petugas kesehatan dalam menjalankan program di puskesmas khususnya di pelayanan lansia agar pelayanan lebih baik.



3.



Untuk Petugas Kesehatan Sebagai referensi penambahan pengetahuan dalam pengelolaan program-program di Puskesmas khususnya untuk pelayanan kesehatan lansia.



BAB II TINJAUAN TEORI A. LANSIA 1.



Definisi Lansia Lansia Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 1998, Lanjut Usia adalah seorang yang telah mencapai usia 50 tahun ke atas. Lansia Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita yang telah mencapai usia 60-74 tahun. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat Menurut E.B Surbakti (2013: 1-2), menjelaskan bahwa usia lanjut adalah orang-orang yang sudah berusia enam puluh lima tahun keatas yang secara nomal mereka sudah mengalami berbagai kemunduran kemampuan



(kapasitas



dan



kapabilitas)



baik



fisiologis



maupun



psikologis. Sebagai contoh adalah sebagai berikut : a. Kemunduran kemampuan bereaksi b. Kemunduran daya refleksi c. Kemunduran kemampuan kognisi (seperti daya ingat terutama ingatan jangka pendek) d. Kemunduran daya talar (penalaran) e. Kemunduran kemampuan menganalisa (daya analitis) f.



Kemunduran fisik



g. Kemunduran kesehatan 2.



Masalah yang dihadapi usia lanjut a. Masalah pada usia menengah atau pra lanjut usia (active aging, 10 : 2010) : 1) Keuangan dengan penghasilan yang menurun secara drastis. 2) Hubungan



sosial



yang



terganggu



dengan



suami/isteri/anak maupun keluarga besar masyarakat terutama



menghadapi



anak



remaja/dewasa



muda



dengan berbagai permasalahan sosialnya. 3) Usia yang membatasi karir untuk jabatan yang lebih tinggi.



4) Kekhawatiran menghadapi masa depan yang gejalanya biasa disedub sindrme pasca berkuasa (post power syndrome)



berpotensi



menyebabkan



penyakit



mendadak dan kematian (terutama laki-laki). 5) Persiapan untuk pengembangan karir kedua perlu dilakukan pada masa persiapan pension. b. Masalah pada lanjut usia (active aging, 11:2010) 1) Hubungan keluarga menjadi kurang harmonis, terutama bagi



lansia



laki-laki



yang



cenderung



menyendiri



dibandingkan lansia perempuan yang diasuh oleh keluarga besar. 2) Terjadi perubahan hubungan sosial karena lanjut usia cenderung mengisolasi diri dan kurang melakukan sosialisasi dengan sebaya, sejawat lebih muda, anak dan cucu. 3) Menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan penyakit menjadi lebih lama. 4)



Akses transportasi yang tidak/belum ramah lanjut usia dan terlalu jauh dari rumah.



5) Berat beban pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan sendiri dan tidak jarang untuk anggota keluarga yag lain seperti menjaga rumah, pekerjaan rumah, mengasuh cucu, dan lain-lain. Selain itu masalah yang pada umumnya dihadapi oleh lansia dikelompokan menjadi masalah ekonomi, masalah sosial budaya, masalah kesehatan, dan masalah psikologi. a. Masalah ekonomi Pada masa lanjut usia ditandai dengan menurunnya produktifitas kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya 18 pekerjaan utama. Hal ini berakibat pada menurunnya pendapatan yang kemudian



berkaitan pada pemenuhan



kebutuhan sehari-hari. Menurut Hurlock (2004: 396) dalam Siti Partini (2011: 11) menyatakan bahwa apabila pendapatan orang usia lanjut



secara drastis berkurang maka minat untuk mencari uang tidak lagi berorientasi pada apa yang bisa dilakukan pada kehidupan masa muda, tetapi untuk sekedar menjaga mereka tetap mandiri. yang mereka memikirkan yaitu bagaimana mereka tinggal, dimana dan bagaimana mereka tidak tergantung pada saudaranya atau tidak tergantung pada bantuan orang lain. b. Masalah sosial budaya Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga masyarakat, maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena pensiun.Kurangnya



kontak



sosial



ini



juga



menimbulkan



perasaan kesepian, murung terasingkan. Hal ini tidak sejalan dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang didalam hidupnya selalu membutuhkan kehadiran orang lain (Siti Partini, 2011: 12). Menghadapi kelompokkelompok



kenyataan usia



lanjut



ini



maka



yang



pelu



dibentuk



memiliki



kegiatan



mempertemukan para anggota lanjut usia lainnya sehingga kontak sosial pun berlangsung. c. Masalah kesehatan Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit. Masa tua ditandai oleh penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap berbagai penyakit ini disebabkan oleh menurunnya fungsi berbagai organ tubuh.



Diperlukan



pelayanan



kesehatan



terutama



untuk



kelainan degrenatif demi meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lannjut agar tercapai masa tua yang bahagia



dan



berguna



dalam



kehidupan



keluarga



dan



masyarakat sesuai dengan keberadaan (Siti Partini, 2011: 13). Departemen Kesehatan mencanangkan tujuan program kesehatan lanjut usia adalah meningkatkan derajat kesehatan lansia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga



tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat. d. Masalah psikologis Masalah psikologis yang dihadapi usia lanjut pada umumnya meliputi : kesepian, terasing dari lingkungannya, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri, ketergantungan dll. Berbagai persoalan tersebut bersumber dari menurunnya fungsi-fungsi fisik dan psikis akibat proses penuaan. Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan akan rasa aman (the safety needs), kebutuhan akan masa memiliki dan dimiliki serta rasa kasih sayang (the belongingne and love needs), kebutuhan akan rasa aman. Adanya aktivitas pekerja merupakan salah satu bentuk kebutuhan akan rasa aman. 3.



Pemberdayaan Lansia Secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau kemampuan, pemberdayaan dapat dimaknai dengan suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya atau kekuatan/kekampuan, dan proses pemberian daya atau kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya (Ambar Sulistiyani, 2004 : 77-79). Proses merujuk pada suatu tindakan nyata yang dilakukan secara bertahap untuk mengubah kondisi masyarakat yang lemah dalam hal penguasaan pengetahuan, sikap perilaku sadar dan kecakapan keterampilan menjadi lebih baik dalam penguasaan ketiga hal tersebut. Menurut Isbandi (2008 : 79), makna pemberdayaan itu bukan hanya satu interpretasi melainkan bisa lebih dari sattu interpretasi bergantung pada tujuan pembangunan. Berdasarkan



pendapat



di



atas



dapat



disimpulkan



bahwa



pemberdayaan pada lansia lebih dimaknai sebagai sebuah upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam rangka meningkatkan peran lansia dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki dengan melibatkan partisipasii diri lansia sebagai penggerak utama.



B. Puskesmas 1. Definisi Puskesmas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat menyebutkan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kemenkes RI, 2014). 2. Peran Puskesmas Peran



puskesmas



adalah



sebagai



ujung



tombak



dalam



mewujudkan kesehatan nasional secara komprehensif tidak sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja, seperti dirumah sakit. 3. Fungsi Puskesmas a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. 4. Wewenang Puskesmas Permenkes no. 75 tahun 2014 menjelaskan wewenang Puskesmas yaitu untuk: a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat



f.



Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas



g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan; h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan h. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit. 5. Struktur Organisasi Puskesmas Permekes No. 75 tahun 2014 menjelaskan bahwa Organisasi Puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota berdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas. Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas: a.



Kepala Puskesmas



b.



Kepala sub bagian tata usaha



c.



Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat



d.



Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium



e.



Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.



6. Program pokok puskesmas Kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya, Karena kegiatan pokok di setiap puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian kegiatan pokok puskesmas yang lazim dan yang seharusnya dilaksanakan sebagai berikut: a. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak) b. Keluarga Berencana c. Usaha kesehatan gizi d. Kesehatan lingkungan e. Pemberantasan penyakit menular f.



Imunisasi



g. Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat kecelakaan h. Penyuluhan kesehatan masyarakat i.



Usaha kesehatan sekolah



j.



Kesehatan olahraga



k. Perawatan kesehatan masyarakat l.



Usaha kesehatan kerja



m. Usaha kesehatan gigi dan mulut n. Usaha kesehatan jiwa o. Usaha kesehatan mata p. Laboratorium q. Kesehatan usia lanjut atau posyandu lansia r.



Pembinaan pengobatan tradisional



C. Program Pokok Kesehatan Usia Lanjut 1. Definisi Program Kesehatan Usia Lanjut Merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,



tokoh



masyarakat



dan



organisasi



sosial



dalam



penyelenggaraannya. 2. Jasa layanan Jasa layanan yang bisa diberikan: a. Pelayanan



kesehatan



 One



stop



service 



di



ruang



tersendiri. Pelayanan one stop service adalah pelayanan kepada Lansia mulai dari pendaftaran sampai mendapat obat dilaksanakan satu paket di satu ruang. Dengan begitu Lansia tidak perlu berpindah tempat dan antre lagi untuk pelayanan lainnya dalam Puskesmas. b. Konseling lansia c. Posyandu lansia Pembinaan melalui karang werda d. Pembinaan melalui forum karang werda kecamatan e. Pelayanan melalui panti werda f.



Kunjungan rumah



g. Membuat event tertentu seperti talk show, lomba senam lansia, jalan sehat, dll. h. Pendaftaran Pemeriksaan klinis pemeriksaan laboratorium bila perlu i.



Konseling Pemberian obat, bila tidak ada ruang khusus maka lansia dilayani di poli umum tetapi pelayanannya didahulukan.



j.



Kemudahan akses



k. Ada alur pelayanan lansia yang jelas dan mudah l.



Mendahulukan lansia dari pasien umum



m. Trap atau tangga tidak terlalu curam n. Disediakan jamban / WC duduk sehingga lansia tidak perlu jongkok o. Pegangan rambat pada tangga dan WC 3. Sasaran program: a. Lansia (umur 60 tahun keatas) b. Pralansia ( umur 45 – 60 tahun) c.  Keluarga lansia, masyarakat, serta lembaga masyarakat dan pemerintah. 4. Dasar hukum: a. Undang-Undang RI No 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Lansia b. Undang-undang RI No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut c. Peraturan Pemerintah RI No 43 tahun 2004 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut d. UUD 45 pasal 28 H , setiap orang ber hak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. e. UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional khususnya yang menyangkut jaminan sosial bagi Lansia UU. No. 11/2009 tentang kesejahteraan social f.



Keppres 52/2004 tentang Komnas Lansia Permendagri No.60/2008 tentang pembentukan Komda Lansia dan pemberdayaan masyarakat



g. RAN 2003 dan 2008 tentang Kesejahteraan Sosial Lansia



BAB III TINJAUAN KASUS A. Identifikasi Masalah 1. Masalah kesehatan masyarakat di wilayah puskesmas



a. Risiko Syndrom Lansia Lemah 2. Target dan sasaran a. Target dan sasaran : Sasaran dalam Program Lansia ini adalah para lansia dan keluarganya sehingga membantu dalam proses kesejahteraan lansia 3. Strategi a. Metode dilakukan dengan memberikan penyuluhan untuk para lansia beserta keluarganya b. Kegiatan dilakukan monitoring oleh



penanggung jawab setiap



akhir kegiatan c. Adanya Standar Operasional Prosedur untuk dilakukan tindakan Program Lansia d. Proses pendokumentasian dilakukan oleh petugas untuk setiap masing masing kegiatan e. Sebelum dilakukan kegiatan



Program Lansia seperti prolanis



setiap lansia dilakukan persiapan dan pemeriksaan kesehatan f.



Pelayan yang menyatu sehingga lansia tidak perlu lelah saat dalam proses berobat



4. Kegiatan a. Promosi Kesehatan b. Pemeriksaan gratis ( check Kesehatan Lansia) 5. Peran Serta Masyarakat a. Sedikit Antusias lansia dalam mengikuti program lansia tidak semua lansia yang mengikuti program lansia. 6. Sasaran b. Sasaran dalam Program Lansia ini adalah para lansia dan keluarganya sehingga membantu dalam proses kesejahteraan lansia



7. Implementasi a.



Hambatan a) Waktu



b.



Pendukung a) Alat untuk



melakukan Promosi Kesehatan berasal dari



Puskesmas. b) Tersedianya gedung yang baik dala menunjang Program Lansia c) Tersedianya pegangan dinding untuk memudahkan lansia dalam berjalan d) Tempat pemeriksaan yang tanpa tangga dapat memudahkan lansia dalam mobilisasi 8. Evaluasi a) Lansia tidak semua mengikuti atau hadir dalam setiap program lansia atau khususnyajika ada promosi kesehatan



BAB IV PEMBAHASAN A. Analisa SWOT 1. Definisi Analisis SWOT Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor masukan, dan kemudian di kelompokan menurut skontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat, baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah sematamata sebuah alat analisa yang ditunjukkan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar bagi masalah yang dihadapi oleh organisasi. Analisa SWOT adalah metode perencana strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Srenghts) dan ancaman (Threahts) dalam suatu proyek atau spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (Srenghts, Weakness, Oppurtunitys, Threathts). Proses ini yang melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis berbagai hal yang mempengaruhi ke empat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matriks SWOT dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan atau (streghts) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunitys) yang ada, bagaimana cara mengatasi



kelemahan



(weekness)



yang



mencegah



keuntungan



(advantage) dari peluang (opportunitys) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan mampu mengahadapi ancaman yang ada dan yang terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.



2. Komponen SWOT Analisa SWOT ini terdiri atas 4 komponen dasar yaitu : a. Strenghts (S) Adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini b. Weakness (W) Adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini. c. Opporttunity (O) Adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa depan. d. Threats (T) Adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam ekstensi organisasi dimasa depan. Selain 4 komponen dasar ini analisa SWOT, dalam proses menganalisanya akan berkembang menjadi sub komponen yang berjumlah tergantung pada kondisi pada organisasi. Sebenarnya masing-masing sub komponen adalah pengejawantahan dari masingmasing komponen, seperti strengths mungkin mempunyai 12 sub komponen, komponen weakness mungkin memiliki 8 sub komponen dan seterusnya. 3. Jenis-Jenis Analisa SWOT a. Model kuantitatif Adalah sebuah asumsi dasar dari model ini, kondisi yang berpasangan antara S dan W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan dalam sebuah kekuatan bahwa selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan strength harus selalu miliki satu pasangan weakness dan setiap satu rumusan opportunities harus memiliki satu pasangan threath. Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan dan



dipasangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan score pada masingmasing sub komponen, dimana satu sub komponen dibandingkan dengan sub komponen yang lain dalam komponen yang sama atau mengikuti laju vertikal. Sub komponen yang lebih menentukan dalam jalannya organisasi diberikan score yang lebih besar. Standar penilaian dibuat berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi kadar subyektifitas penilaian model kualitatif. b. Model kualitatif Urutan-urutan dalam membuat analisa SWOT kualitatif tidak berbeda dengan urut-urutan kuantitatif perbedaan besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masingmasing komponen. Apabila pada model kuantitafif setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen O memiliki pasangan satu komponen T, maka dalam model kulaitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu subkomponen pada masing-masing komponen (SWOT) berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak dapat dibuat diagram cartesian, karena mungkin saja misalnya subkomponen S ada sebanyak 10 buah sementara subkomponen W hanya 6 buah. 4. Matrik Swot Matrik SWOT adalah alat untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. IFAS



(Internal



Strategic



Factors



Analysis



Summary)



adalah



ringkasan atau rumusan faktor-faktor strategis internal dalam kerangka kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) adalah ringkasan atau rumusan faktor-faktor strategis eksternal dalam kerangka kesempatan (Opportunities) dan ancaman (Threats). a. Strategi S-O adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan jalan pikiran organisasi yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.



b. Strategi



W-O



adalah



strategi



yang



ditetapkan



berdasarkan



pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. c. Strategi S-T adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman. d. Strategi W-T adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 5. Pendekatan Analisis SWOT a. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isustrategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal. Matriks SWOT Kearns INTERNAL\EKSTERNAL Strengths



Opportunities Comparative



Threats Mobilization



Weakness



Advantage Divestment/Investmen



Damage



t



Control



Keterangan: 1) Sel A: Comparative Advantages Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat. 2) Sel B: Mobilization Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itumenjadi sebuah peluang. 3) Sel C: Divestment/ Investment



Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi). 4) Sel D: Damage Control Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanyakeputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan. b. Pendekatan Kuantitatif Matriks SWOT Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson 1998 agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: 1) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang paling tinggi. Perhitungan



bobot



(b)



masing-masing



point



faktor



dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi



perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya samadengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor). 2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT. No 1. 2.



Strength



Skor



Bobot



Total



Skor



Bobot



Total



Total kekuatan No 1. 2.



Weakness



Total kelemahan Total selisih total kekuatan – total kelemahan : S – W = X No 1. 2.



Opportunity



Skor



Bobot



Total



Skor



Bobot



Total



Total peluang No 1. 2.



Treath



Total ancaman Total selisih total peluang – total tantangan : O – T = Y



Keterangan : a. Kuadran I (positif, positif) Posisi



ini



menandakan



sebuah



organisasi



yang



kuat



dan



berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi primadan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. b. Kuadran II (positif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terusberputar bila hanya bertumpu



pada



strategi



sebelumnya.



Oleh



karennya,



organisasi



disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya. c. Kuadran III (negatif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.



d. Kuadran IV (negatif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan



dilematis.



Oleh



karenanya



organisasi



disarankan



untuk



meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.



BAB IV PEMBAHASAN A. ANALISIS SWOT 1. Strength (Kekuatan ) a. Pendidikan untuk



pelaksana program yaitu minimal D3 untuk



jurusan kesehatan b. Pelatihan sudah dilakukan untuk setiap penanggung jawab program



c. Dilakukan Pelatihan Workshop dilakukan oleh masing masing petugas d. Kualitas program baik dan pembagian tugas sudah jelas e. Perawat dan bidan pelaksana sudah mengetahui peran dan fungsi masing masing f.



Jadwal yang sesuai dan teratur serta tepat waktu



2. Weakness(Kelemahan) a. Tingkat kesadaran lansia yang rendah tentang adanya program lansia sehat b. Banyak lansia yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan pada lansia 3. Opportunity ( Peluang ) a. Banyak lansia yang mengetahui tentang pentingnya kesehatan diri, sehingga program lansia sehat akan dapat diterima dengan terbuka. b. Adanya masyarakat yang mengenal teknologi, jadi bila diadakan program lansia sehat tambahan bias melalui media social seperti whasapp dan lain-lain. c. Adanya program Indonesia Sehat 2017, sehingga ada program dari pemerintah yang mendukung kegiatan program lansia sehat yang dilakukan oleh puskesmas d. Pemerintah daerah  telah melatih banyak petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan pada keluarga yang memiliki lansia e. Antusias lansia tentang adanya program prolanis di puskesmas 4. Threath ( Ancaman ) 1) Masyarakat dengan usia dewasa hingga lansia yang sudah sulit menyerap ilmu atau dapat menyerap ilmu tapi mudah lupa. 2) Budaya hidup sehat yang belum tertanam atau dibiasakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga butuh waktu untuk membiasakan diri dan kadang itu tidak mudah dilakukan oleh masyarakat. B. Analisis Penyebab Kesenjangan dalam melaksanakan program



N



ANALISIS SWOT



O 1.



SKORE



BOBOT



JUMLAH



a. Strength (Kekuatan ) 1) Pendidikan pelaksana



untuk 8 program



0,3



yaitu



minimal D3 untuk jurusan 9



0,3



kesehatan 2) Pelatihan sudah dilakukan 9



2,4



0,3



2,7



untuk setiap penanggung 9



0,3



Pelatihan 9



0,3



jawab program 3) Dilakukan



Workshop dilakukan oleh



2,7 9



masing masing petugas



0,4



4) Kualitas program baik dan pembagian



2,7



tugas



sudah



2,7



dan



bidan



3,6



jelas 5) Perawat pelaksana



sudah



mengetahui



peran



dan



fungsi masing masing 6) Jadwal yang sesuai dan teratur serta tepat waktu TOTAL



2



53



1,9



16,8



b. Weakness(Kelemahan) 1) Tingkat kesadaran lansia 7 yang adanya sehat



rendah program



0,2



tentang lansia 7



0,2



1,4



2) Banyak lansia yang tidak tahu



akan



1,4



pentingnya



kesehatan pada lansia



TOTAL 3



14



0,4



2,8



c. Opportunity ( Peluang ) 1) Banyak lansia yang belum mengetahui



tentang 8



0,3



pentingnya kesehatan diri, sehingga sehat



program



lansia sangat 8



akan



2,4 0,3



dibutuhkan oleh lansia 2) Adanya masyarakat yang mengenal bila



teknologi,



jadi



program 9



diadakan



0,3



2,4



lansia sehat tambahan bias melalui media social seperti whasapp dan lain-lain. 3) Adanya program Indonesia Sehat 2017, sehingga ada program



dari



pemerintah



yang mendukung kegiatan program lansia sehat yang 9



0,3



dilakukan oleh puskesmas 4) Pemerintah daerah  telah melatih



banyak



petugas 9



0,3



kesehatan untuk melakukan penyuluhan pada keluarga 9 yang memiliki lansia 5) Antusias



lansia



tentang



adanya program prolanis di



0,3



2,7



puskesmas 6) Adanya program prolanis yang



dapat



memberdayakan



lansia



untuk tetap sehat dalam hidupnya 2,7



2,7



2,7



TOTAL 4



52



1,8



15,6



0,1



0,6



d. Threath ( Ancaman ) 1) Masyarakat



dengan



usia



dewasa hingga lansia yang sudah sulit menyerap ilmu 6 atau dapat menyerap ilmu tapi mudah lupa. 2) Budaya hidup sehat yang belum



tertanam



atau



dibiasakan oleh masyarakat dalam



kehidupan



sehari-



hari, sehingga butuh waktu untuk membiasakan diri dan kadang



itu



tidak



mudah



dilakukan oleh masyarakat.



TOTAL



Perhitungan koordinat kurva SWOT : X =S–W = 16,8 – 2,8 = 14,0 Y =O–T = 15,6 - 2,2



6



0,1



0,6



12



0,2



2.2



= 13,4



Diagram Analisis SWOT



S



14,0



T



13,4



O



W



Hasil analisa Swot Pada grafik analisis SWOT diatas dapat disimpulkan bahwa pada hasil program promosi kesehatan berada pada kuadran I yaitu merupakan situasi yang menguntungkan. Puskesmas Bermi tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Puskesmas Bremi berada di posisi Kuadran I (positif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasistrategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi primadan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.



C. Saran Alternatif pemecahanmasalah untuk mengatasi kesenjangan



1.



Meningkatkan pelayanan kesehatan khusunya di bidang Layanan Lansia



2.



Meningkatkan atau menambah tenaga kerja di puskesmas dengan keahlian dibidang lansia



3.



Menghimbau lansia untuk ikut serta dalam kegiatan yang ada didalam puskesmas



BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Setelah



dilakukan



Kesehatan Dewasa analisa SWOT



analisa



SWOT



pada



program



Promosi



tanggal 20-25 November 2017 didapatkan hasil



program Promosi Kesehatan Puskesmas pada lansia



berada pada kuadran I Comparative Advantages (S-W=positif, OT:positif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang



kuat dan



berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah progresif, artinya organisasi dalam kondisi primadan mantap sehingga sangat dimungkinkan



untuk



terus



melakukan



ekspansi,



pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal



memperbesar



B. Saran 1. Meningkatkan pelayanan kesehatan khusunya di bidang Layanan Lansia 2. Meningkatkan atau menambah tenaga kerja di puskesmas dengan keahlian dibidang lansia 3. Menghimbau lansia untuk ikut serta dalam kegiatan yang ada didalam puskesma, khususnya pada hari jum’at



DAFTAR PUSTAKA Siti,G., 2004. Pelayanan Lanju Usia Berbasis Kekerabatan, puslitbang kesos:153-176. BKKBN, 2014. Menuju Lansia Paripurna. Available from: www.bkkbn.go.id [accessed 10 november 2015]. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Direktorat Data dan Informasi K esehatan. Departemen Sosial Republik Indonesia. 2003. Kebijakan dan program Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia. Direktorat Jendral Pelayanan.