PROMKES [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROMKES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (minimal 1) Latar Belakang Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu mempunyai peran meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Posyandu sebagai wadah pemberdayaan masyarakat sangat tergantung dari peran serta aktif masyarakat. Sebagai penunjang tumbuh dan berkembangnya posyandu, peran kader sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program Posyandu. Salah satu peran kader kesehatan dalam kegiatan posyandu adalah pemantauan status gizi bayi atau BALITA (Bawah Lima Tahun) secara dini dengan jelas. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan program Posyandu khususnya dalam pemantauan tumbuh kembang balita. Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) adalah jumlah balita yang ditimbang diseluruh posyandu yang melapor di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh balita yang ada di seluruh posyandu yang melapor di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Berdasarkan data RISKESDAS 2020, provinsi dengan persentase balita stunting terendah adalah Kepulauan Bangka Belitung sebesar 4.6%, sementara Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi dengan persentase balita stunting tertinggi yaitu 24.2%. Sementara persentase balita stunting di Jawa Tengah sebesar 13.8% di mana persentase ini lebih besar dibandingkan rata-rata bayi stunting Indonesia yaitu 11.6%. Penimbangan balita sangat penting untuk deteksi dini status gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin menimbang balita maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara intensif sehingga bila berat badan anak tidak naik atau jika ditemukan penyakit akan dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, penanganan kasus gizi kurang atau gizi buruk akan semakin baik. Para kader kesehatan di posyandu diharapkan mampu menjadi sumber informasi tentang pencegahan dini kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan seperti gizi buruk dan stunting untuk diterapkan kepada ibu balita. Salah satu tugas kader adalah membantu mencegah dini kejadian stunting. Pencegahan dini bertujuan mencegah kejadian stunting pada balita, namun selama ini penerapannya belum terlaksana dengan baik atau dapat dikatakan tindakan pencegahan (preventive) dini kejadian stunting belum dilakukan secara maksimal. Sehingga perlu dilakukan pelatihan kembali kepada kader untuk mencatat hasil pengukuran Panjang dan tinggi badan ke kurva TB/U dari WHO serta menilai hasil intepretasinya. Ringkasan Pelaksanaan Telah dilakukan pembinaan terhadap posyandu balita (posyandu mawar 3) desa Selanegara pada 3 September 2022 pukul 09.00-11.30 WIB di Rumah Kadus Selanegara. Kegiatan diawali dengan pendaftaran, kemudian penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan bayi dan balita yang sudah terdaftar, kemudian dilakukan penyuluhan mengenai gizi, faktor yang dapat menyebabkan balita kurang gizi, perkembangan balita sesuai dengan usianya, serta mengajarkan para ibu balita bagaimana cara mengisi kurva TB/U dari WHO serta menilai hasilnya apakah dalam kategori normal atau pendek (stunted). Berikut daftar peserta posyandu balita (posyandu Mawar 3) desa Selanegara : Dari hasil pemeriksaan, pada bayi dan balita yang memiliki nilai kurva BB/U dan TB/U kurang dari normal, kami tekankan kepada ibunya untuk evaluasi dan memerhatikan asupan gizi anaknya.



----------------------------------------------------------------------------------PROMKES ADVOKASI (minimal 3) Latar Belakang Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015. PIS-PK terdiri atas 12 indikator yang digunakan sebagai penanda status kesehatan keluarga serta meningkatkan akses pelayanan yang komprehensif yaitu (1) Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB), (2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, (3) Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap, (4) Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif, (5) Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan, (6) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar, (7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur, (8) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan, (9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok, (10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), (11) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih, dan (12) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat. Hasil dari pengolahan data kesehatan keluarga dengan 12 indikator menghasilkan Indeks Keluarga Sehat (IKS). IKS adalah angka yang menunjukkan tingkatan keluarga sehat yang terdiri dari tiga kategori yaitu keluarga tidak sehat, keluarga pra sehat, dan keluarga sehat. Proses pengumpulan data sangat diperlukan karena digunakan sebagai bahan untuk merancang, menerapkan dan mengevaluasi program pencegahan kesehatan masyarakat yang sesuai dan tepat sasaran. Laporan indeks keluarga sehat termasuk dalam laporan rutin puskesmas. Menurut Kementerian Kesehatan RI keluarga yang tergolong dalam keluarga sehat adalah keluarga dengan IKS > 0,8. Capaian IKS masih tergolong rendah untuk beberapa daerah di Indonesia, hasil perhitungan IKS dari 9 provinsi sasaran awal yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sulawesi Selatan per 8 Juni 2017 didapatkan keluarga yang memiliki IKS di atas 0,8 sebesar 0,163 dari 570.326 keluarga berdasarkan data Pusdatin tahun 2018. Jumlah keluarga yang terdata berdasarkan aplikasi keluarga sehat di Jawa Tengah pada 8 juni 2017 sebanyak. 367.049 keluarga dengan IKS di atas 0,8 sebesar 0,209. Nilai IKS ini menunjukan bahwa di Jawa Tengah masih tergolong wilayah dengan status keluarga tidak sehat. Sehingga masih diperlukan tindak lanjut terhadap keluarga dengan IKS pra sehat dan tidak sehat. Salat satu paya tindak lanjut yang bisa dilakukan yaitu advokasi untuk mendorong keluarga pra sehat dan tidak sehat memperbaiki indikator-indikator yang masih belum terpenuhi, sehingga diharapkan keluarga tersebut dapat memperbaiki perilaku hidupnya agar mencapai IKS keluarga sehat. Ringkasan Pelaksanaan Telah dilakukan kunjungan terhadap rumah Tn. R di desa Selakambang RT 04 RW 06 pada hari Selasa 25 Oktober 2022. Kemudian dilakukan penilaian terhadap indikator keluarga sehat, dari hasil penilaian terhadap keluarga Tn.R didapatkan : 1. 2. 3. 4. 5.



Keluaraga mengikuti program KB (1) Ibu melakukan persalinan di faskes (N) Bayi mendapat imunisasi dasar (N) Bayi mendapat ASI Eksklusif (N) Balita yang dipantau pertumbuhannya (N)



6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



Penderita TB Paru yang mendapatkan pengobatan sesuai standar (N) Penderita hipertensi melakukan pengobatan sesuai standar (1) Anggota keluarga tidak ada yang merokok (0) Keluarga sudah menjadi anggota JKN (1) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih (1) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban (1) Penderita gangguan jiwa mendapat pengobatan (N)



Dari hasil penilaian didapatkan 5/(12-6) = 0,83 dengan intepretasi IKS termasuk keluarga sehat Walaupun keluarga Tn. R termasuk dalam kategori keluarga sehat, kami tetap melakukan advokasi kepada keluarga untuk tidak merokok sehingga nantinya tidak menimbulkan penyakit saluran pernafasan baik untuk perokok maupun anggota keluarga lainnya. Kami juga melakukan advokasi berupa motivasi kepada keluarga agar Tn. R tetap rutin mengkonsumsi obat antihipertensi dan rutin kontrol ke dokter sehingga komplikasi nantinya bisa dihindari. ---------------------------------------------------------------------------------PROMKES KEMITRAAN (minimal 1) Latar Belakang Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah (Screening) adalah salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini siswa yang memiliki masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini mungkin serta tersedianya data atau informasi untuk menilai perkembangan kesehatan peserta didik. Anaka usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, selain jumlahnya yang besar ( 30%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa sebagian anak SD/MI masih mengalami masalah gizi yang cukup serius, dan prevalensi kecacingan pada cukup tinggi, serta kesehatan gigi dan kesehatan indera penglihatan dan pendengaran masih ditemukan. Pada usia sekolah dasar, permasalahan kesehatan ppeserta didik umumnya berhubungan dengan ketidakseimbangan gizi, kesehatan gigi, kelainan refraksi, kecacingan dan penyakit menular terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Melihat permasalahan diatas, pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya peningkatan kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif. Upaya preventif antara lain kegiatan penjaringan kesehatan ( Screening kesehatan ) untuk peserta didik. Ringkasan Pelaksanaan Kegiatan di lakukan pada tanggal 12 September 2022 di SDN 1 Kaligondang di kelas 1 pada pukul 09:00 WIB. Kegiatan diawali dengan perkenalan dan absensi, kemudian satu per satu anak di panggil sesuai urutan absen untuk dilakukan pemeriksaan antropotemetri (BB dan TB), kemudian dilakukan pemeriksaan secara lengkap (head to toe) untuk dilihat apakah ada kelainan/ penyakit yang ditemukan. Kegiatan dihadiri oleh 18 siswa dengan hasil sebagai berikut: Setelah selesai dilakukan pemeriksaan, kemudian yang memiliki kelainan diberikan edukasi kemudian yang membutuhkan pelayanan kesehatan lebih lanjut di berikan surat rujukan untuk diberikan tatalaksana di puskesmas. -----------------------------------------------------------------------------------PROMKES PENYULUHAN (minimal 7) Latar Belakang Setiap tiga menit, di manapun di Indonesia, satu anak balita meninggal dunia.



Selain itu,setiap jam, satu perempuan meninggal dunia ketika melahirkan atau karena sebab-sebabyang berhubungan dengan kehamilan. Tingginya AKI dan AKB antara lain disebabkankarena ketidakberdayaan seorang ibu dalam memutuskan untuk mendapatkan pertolongan medis apabila terjadi permasalahan pada kehamilan dan bayinya. Hal iniantara lain disebabkan oleh rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan ibu serta pengenalan tanda-tanda bahaya obstetri dan neonatal, sehingga akan menghambat suatukeputusan yang harus diambil Ringkasan Pelaksanaan Lokasi : PKD Desa Kalibenda Jumlah Ibu hamil : 13 orang Susunan Acara : 1. Pembukaan oleh Bidan Desa Kalibenda, Bidan Prima 2. Pretest tentang tanda bahaya kehamilan 3. Penyuluhan Tanda Bahaya Kehamilan dan Kehamilan Risiko Tinggi oleh dr. Wahyu Tri Anggono 4. Praktek memandikan bayi oleh Bidan Wiwit 5. Pemeriksaan hamil dan pemberian pita hamil (Hijau risiko rendah, Kuning risiko sedang, Merah risiko tinggi) 6. Postest tentang tanda bahaya kehamilan Hasil pemeriksaan 1. Terdapat 1 ibu dengan risiko tinggi Hipertensi, 2 ibu risiko sedang yaitu nullipara, 10 ibu risiko rendah 2. Terdapat peningkatan skor kuesioner tanda bahaya kehamilan setelah diberikan penyuluhan Latar Belakang Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang bersifat alami dimana paracalon ibu harus sehat dan mempunyai kecukupan gizi sebelum dan setelah hamil. Agarkehamilan berjalan sukses, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan yangdiantaranya kebutuhan selama hamil yang berbeda-beda untuk setiap individu dan jugadipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi sebelumnya. Bila ibu mengalamikekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah,baik pada ibu maupun janin yangdikandungnya, antara lain : anemia, perdarahan dan berat badan ibu tidak bertambah secaranormal, kurang gizi dapat mempengaruhi proses persalinan dimana dapat mengakibatkanperalinan sulit dan lama, premature ,perdarahan setelah persalinan , kurang gizi juga dapatmempengaruhi pertumbuhan janin serta dapat menimbulkan keguguran , abortus , cacatbawaan dan berat janin bayi lahir rendah Ringkasan Pelaksanaan Lokasi : Balai Desa Lesmana Jumlah ibu hamil : 15 orang Susunan Acara : 1. Pembukaan oleh bidan desa Lesmana, Bu Leli 2. Penyuluhan dengan materi gizi pada kehamilan 3. senam ibu hamil 4. pemeriksaan kehamilan dan status gizi ibu hamil 5. penutup Hasil pemeriksaan 1. Terdapat peningkatan pengetahuan gizi pada kehamilan pada para peserta ibu hamil 2. Semua peserta ibu hamil memiliki status gizi baik, LILA >23.5 ----------------------------------------------------------------------------------