Proposal Efa BAB1 Revisian [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Puput
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN ANTARA ADIKSI INTERNET DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA REMAJA DI DESA MEDINI KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS



PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S-1) Oleh : Noor Efa Yumaeda NIM : 920173140 Pembimbing : 1. SUKARMIN, M.Kep., Ns., Sp.KMB 2. YULISETYANINGRUM, S.Kep., Ns., M.Si.Med PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS 2020/2021



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan fisiologis. Salah satu kebutuhan fisiologis utama tersebut adalah tidur. Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam tidur terjadi proses pemulihan, yang bermanfaat mengembalikan kondisi seseorang pada keadaan semula, dengan begitu tubuh yang tadinya mengalami kelelahan akan menjadi segar kembali. Semakin bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh kepada pola pikir yang mengakibatkan seseorang tersebut mengalami gangguan tidur/insomnia [ CITATION Maa11 \l 1057 ]. Insomnia adalah salah satu gangguan tidur dimana seseorang merasa sulit untuk memulai tidur. Gangguan tidur yang terjadi yaitu lamanya waktu tidur atau kuantitas tidur yang tidak sesuai. Selain itu gangguan tidur yang terjadi berhubungan dengan kualitas tidur seperti tidur yang tidak efektif. Insomnia bukanlah sebuah penyakit melainkan suatu gejala kelainan yang di dapat pada saat tidur, kesulitan atau gangguan tidur [ CITATION Hid16 \l 1057 ]. Insomnia merupakan salah satu faktor yang dapat berdampak pada kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup bisa dipandang dari segi subjektif dan objektif. Segi subjektif merupakan perasaan enak dan puas atas segala sesuatu secara umum, sedangkan secara objektif adalah pemenuhan



tuntutan



kesejahteraan



materi,



status



sosial



dan



kesempurnaan fisik secara sosial budaya. Menurut Cella penilaian kualitas hidup penderita insomnia dapat dilihat pada aspek kesehatan fisik, kesehatan mental, fungsi sosial, fungsi peran dan perasaan sejahtera. Ciri-ciri insomnia adalah: tampak gelisah, pandangan matanya kosong, selera makan rendah, bertubuh kurus, pembuluh darahnya menggelembung [ CITATION Nur18 \l 1057 ]. Data epidemiologi insomnia sangat beragam sesuai dengan klasifikasi insomnia yang digunakan , sehingga sulit untuk menentukan prevalensi insomnia secara tepat. Sekitar 30% orang masa remaja



mengalami insomnia, dan 10% diantaranya mengalami insomnia dengan severitas berat sehingga berdampak terhadap kualitas hidup mereka (Susanti, 2015). Di Amerika satu dari tiga orang remaja melaporkan kesulitan untuk tertidur dan atau menjaga agar tetap tertidur, dengan 17% diantaranya melaporkan masalah ini sebagai hal yang signifikan. Pada penelitian insomnia pada populasi umum di Kanada, didapatkan 13,4% dari 3,3 juta penduduk Kanada mengalami insomnia. Sebuah penelitian prospektif yang dilakukan selama 12 bulan di Texas yang bertujuan mengamati prevalensi dan kronisitas insomnia dan dampaknya terhadap kesehatan pada orang remaja mendapatkan 25% sampel mengalami insomnia, dan 24% diantaranya jatuh ke kondisi kronik (Clinical Practice Guidline, 2010). National Sleep Foundation menyatakan bahwa di Indonesia prevalensi penderita insomnia mencapai 70% paling sedikit seminggu sekali dan 30 juta orang sulit tidur setiap malamnya. Penelitian yang dilakukan oleh Gaultney



pada



tahun



2010



menyatakan bahwa mahasiswa beresiko mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan tidur pada masa perkuliahannya. Salah satu faktor



yang menyebabkan



gangguan



tidur pada mahasiswa adalah



aktivitas diluar akademik, yang dinyatakan dalam hasil yaitu sebanyak 27% dari 6.575 mahasiswa dinyatakan mengalami setidaknya satu gangguan tidur. Diantara teknologi dan komunikasi yang paling diminati yaitu internet. Internet adalah sebuah sistem informasi dan komunikasi global yang terhubung dengan media elektronik global yang berbasis pada internet protocol, mendukung informasi dengan menggunakan TCP (Transmission control protocol), menyediakan, menggunakan, dan membuatnya bisa diakses secara baik secara umum maupun khusus (Greenlaw & Hep, 2010). Adiksi internet adalah keadaan dimana individu tidak mampu untuk mengontrol pengaksesan internet. Adiksi internet dapat berupa adiksi terhadap jejaring sosial, e-mail, pornografi, judi online, game online, chatting, dan lain-lain yang berhubungan dengan internet (Nurfadhilah, 2014). Diseluruh dunia jumlah pengguna internet mencapai angka sekitar 31,7 miliar dan dari tahun ketahun jumlah pengguna internet meningkat sekitar 7,6 persen (Noviandari, 2015). Poli (2017) meneliti prevalensi adiksi internet di seluruh dunia adalah 27,7%.



Di Taiwan, dijumpai bahwa 10.8% remaja dari 2162 orang menderita adiksi internet. Adiksi internet dijumpai 8,1% di Amerika Serikat dari 1302 orang yang mengalami adiksi internet dengan rata-rata usia sekitar 18-22 tahun, berdasarkan uji yang sama 6,44% dari 3557 orang remaja mengalami adiksi internet di China. Penelitian tersebut menggunakan kuesioner Young’s Internet Addiction Test, yaitu kuesioner adiksi internet yang sudah diakui validitasnya. Indonesia berada di urutan ke-4 sebagai Negara dengan pengguna internet terbanyak di Asia setelah China, India dan Jepang yang mencapai 55.000.000 pengguna (Dyach, 2012) Di Indonesia, menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia) di tahun 2017 menemukan bahwa jumlah penggunaan internet berjumlah 143,26 juta orang atau sekitar 54,68% dari total penduduk Indonesia sebesar 256,2 juta. Pengguna internet terbanyak di pulau Jawa dengan total pengguna 86.339.350 juta orang atau sekitar 65% pengguna internet, sedangkan di Sumatera total pengguna internet 20.752.185 juta orang atau sekitar 15,7%, 80% mayoritas pengguna internet di Indonesia berusia 1825 tahun. Sebagian dari mereka berstatus sebagai mahasiswa, baik mahasiswa program sarjana, maupun pasca sarjana. Hal ini dikarenakan tuntunan akademis dan aktivitas lain yang memaksa mahasiswa untuk mencari informasi tambahan melalui internet dan mungkin juga disebabkan oleh kesibukan dan aktivitas yang banyak dari mahasiswa yang membuat mereka mencari hiburan melalui internet (APJII, 2017). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2011) angka insomnia yang diakibatkan adiksi internet pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Surakarta sekitar 36,526%. Insomnia adalah kesulitan memulai dan mempertahankan tidur (Lopez, 2011). Insomnia dapat menyerang semua usia mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa mahasiswa juga dapat terserang insomnia. Berdasarkan (diagnostic and statistical manual of Mental Disorder- IV), sekitar 20-49% populasi dewasa di Amerika Serikat pernah mengalami insomnia dan diperkirakan 10-20% diantaranya mengalami insomnia kronis (Mai, 2009). Di Indonesia prevalensi insomnia sekitar 10% yang berarti 28 juta dari total 256,2 juta penduduk Indonesia mengalami insomnia (Amir, 2016).



Adapun dampak adiksi internet yang dapat mengakibatkan efek samping yang cukup besar pada kehidupan remaja, seperti gangguan tidur, kecemasan, depresi, penurunan fisik dan kesehatan mental, hubungan interpersonal, dan penurunan kinerja. Alasan remaja yang mengalami adiksi internet dikarenakan ia tidak memperoleh kepuasan diri ketika melakukan hubungan sosial secara langsung atau face to face maka dari itu individu tersebut harus tergantung pada komunikasi online untuk memenuhi kebutuhannya dalam berinteraksi sosial. Ketika online, individu merasa bergairah, senang, bebas, serta merasa dibutuhkan dan didukung, sebaliknya ketika off online individu merasa kesepian, cemas, tidak terpuaskan, bahkan frustasi (Hakim, 2017). Berdasarkan wawancara awal pada tanggal 19 september 2020 di Desa Medini Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus tepatnya di Balai Desa Medini, bahwa setiap organisasi remaja di desa medini berjumlah 40 orang, dan hasil wawancara secara langsung sebanyak 36 remaja mengalami gangguan tidur, hal ini disebabkan karena rutinitas sebelum tidur selalu mengakses situs jejaring social terlebih dahulu tanpa sadar sudah larut malam, dan 4 remaja lain nya mengatakan bahwa mengalami tidur dengan nyenyak. Berdasarkan data uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan mencoba mengetahui hubungan antara adiksi internet dengan kejadian insomnia pada remaja di desa medini kecamatan undaan kabupaten kudus.



B. Rumusan Masalah Bagaimana hubungan antara adiksi internet dengan kejadian insomnia pada remaja di desa medini kecamatan undaan kabupaten kudus? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara adiksi internet dengan kejadian insomnia pada remaja di desa medini kecamatan undaan kabupaten kudus.



2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tingkat kecanduan atau adiksi internet pada remaja di desa medini kecamatan undaan kabupaten kudus. b. Mengidentifikasi tingkat insomnia pada remaja di desa medini kecamatan undaan kabupaten kudus. c. Mengidentifikasi



hubungan



antara



adiksi



internet



dengan



kejadian insomnia pada remaja di desa medini kecamatan undaan kabupaten kudus. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Peneliti Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam mempelajari hubungan antara adiksi internet dengan kejadian insomnia pada remaja serta bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Bagi Desa Medini Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus Dari data dan hasil yang diperoleh dapat dijadikan sumber informasi dari hasil penelitian dan masukan untuk mengetahui hubungan antara adiksi internet dengan kejadian insomnia pada remaja di desa medini kecamatan undaan kabupaten kudus. 3. Manfaat Bagi Remaja Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori yang telah di dapat yang telah di terima kedalam penelitian sebenarnya. 4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pedoman untuk penelitian - penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan adiksi internet dengan kejadian insomnia pada remaja. E. Keaslian Penelitian Table 1.1 Keaslian Peneltian Peneliti



Judul



Riska, R (2018)



Hubungan antara tingkat



Metode penelitian Desain penelitian



Hasil penelitian



Perbedaan



Hasil penelitian ini didapatkan P



Lokasi dan waktu penelitian,



Arnoldina Martha Ema , Farida Halis Dyah Kusuma, Esti Widiani (2017)



adiksi internet dan kualitas tidur dan tingkat kecemasan pada siswi SMA Negeri 1 Semin Kabupaten Gunung Kidul



cross sectional . jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 60 responden yang diambil dengan teknik purposive sampling



Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada Remaja Pengguna Media Sosial di MTs Muhammadiya h 1 Malang



Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional.



0,000 adiksi internet dan kualitas tidur yang buruk sebesar 71,7%, adiksi internet dan kecemasan didapatkan P 0,008 yang berarti