15 0 267 KB
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TERJADINYA GANGGREN DIABETIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS CIAMPEA KABUPATEN BOGOR TAHUN 2021 PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
DISUSUN OLEH : RISMA WATI 201811130
PROGRAM STUDI AKADEMI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIJAYA HUSADA BOGOR TAHUN 2021
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronis yang diakibatkan karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin ( hormon yang mengontrol gula darah atau glukosa ) yang cukup, atau saat tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkannya secara efektif.(1) Diabetes mellitus apabila tidak dapat dikendalikan dengan efektif mengakibatkan berbagai kompleksitas. Mulai dari kompleksitas akut, antara lain tingginya produksi asam darah di tubuh, hiperglikemi osmolar dan hipoglikemia. Sedangkan kompleksitas kronis dapat menyebabkan gangguan makrovascular dan microvascular yang keduanya dapat menyebabkan ulkus kaki diabetik atau dikenal dengan istilah ganggren diabetik yang menjadi penyebab terjadinya amputasi kaki pada penderita diabetes mellitus.(2) Gangren adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jaringan tubuh mati dan mengalami luka berwarna merah kehitaman dan berbau tidak sedap. Kondisi serius ini umumnya berawal dari bagian-bagian tubuh paling ujung seperti tungkai, jari kaki, atau jari tangan dan terdapat juga pada punggung, pinggang, serta bokong.(3) Meski demikian, gangren juga bisa terjadi pada otot serta organ dalam. Selain itu terdapat beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya ulkus diabeik dan ganggren diabetik diantaranya: usia pasien yang lebih dari 40 tahun, riwayat ulkus kaki atau amputasi, penurunan denyut nadi perifer, riwayat merokok, deformitas anatomis atau bagian yang menonjol (seperti bunion dan kalus).(4)
Pernyataan oleh Woodbury mengatakaan bahwa luka gangren diabetik memberikan efek luar biasa kepada penderitanya, mulai dari amputasi, seringkali terjadi infeksi yang mengharuskan penderita dirawat dalam jangka waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan kompleksitas DM lainnya, sehingga biaya perawatan yang diperlukan lebih banyak dan mempunyai ancaman kematian lebih tinggi dibandingkan dengan pasien DM tanpa gangren.(4) Penyakit diabetes juga dapat merusak kualitas hidup dari penderitanya, misalnya kesehatan psikologi, fungsi fisik, dan keaktifan dalam bersosialisasi. Jumlah penderita DM meningkat disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan meningkatnya populasi obesitas dan minimnya aktivitas fisik.(5) Menurut jurnal penelitian Cicilia mengatakan kegiatan fisik biasanya diartikan sebagai gerak tubuh yang berasal dari otot-otot skeletal dan menyebabkan keluarnya energi. Kegiatan fisik menggambarkan suatu bentuk perilaku, sedangkan keluarnya energi adalah hasil dari suatu perilaku tersebut. Ketika melakukan kegiatan fisik, glukosa yang disimpan digunakan oleh otot sehingga dapat mengurangi glukosa yang tersimpan tersebut.(6) Berdasarkan penelitian Saraswati menyatakan bahwa kegiatan fisik secara langsung berkaitan dengan cepatnya pemulihan gula darah pada otot. Aktivitas yang sedikit bisa menyebabkan sel tubuh tidak dapat mengunakan gula darah dengan baik karena terganggunya respon sel tubuh terhadap insulin dan kadar gula darah melebihi batas normal dari hal tersebut dapat meluas menjadi diabetes melitus tipe 2. Tingginya angka kejadian diabetes mellitus tipe 2 ini disertai adanya peningkatan kejadian komplikasi.(7) Komplikasi yang dialami penderita sangat beragam diantaranya komplikasi fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Komplikasi fisik yang timbulkan salah satunya yaitu ulkus atau gangren diabetik. Data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2017 menyebut Prevalensi penderita DM yang mengalami ganggren diabetik untuk usia
dewasa di dunia sekitar 15-20 % dengan risiko amputasi 30 %, angka mortalitas 32%.(8) Menurut Kemenkes RI (2018) di Indonesia jumlah penderita DM mengalami ganggren diabetes sebanyak 17,3% - 32,9%.(9) Di wilayah Jawa Barat prevalensi penderita DM dengan ganggren diabetes sebanyak 1,7 % dan di Kota Bogor jumlah penderita DM mengalami ganggren diabetes sebanyak 1,73 %.(10) Berdasarkan penelitian Purwanti ditemukan 1785 penderita DM di Indonesia yang sudah mengalami komplikasi luka kaki diabetik (15%) sedangkan angka kematian akibat ulkus kaki diabetik dan ganggren mencapai17-23% serta angka amputasi mencapai 15-30% dan angka kematian pasca amputasi sebesar 14,8%. Keadaan itu sesuai oleh data Riskesdas (2013), bahwa peningkatan jumlah penderita ulkus atau gangren diabetika di Indonesia dapat diketahui dari peningkatan prevalensi sebanyak 15%.(11) Berdasarkan penelitian Satya pada tahun 2019 di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang tahun 2018 diperoleh 725 pasien ganggren diabetik yang menjalani perawatan inap sebanyak 184 pasien (25,4%) dan pasien ganggren diabetik yang menjalani perawatan jalan sebanyak 541 pasien (74,6%).(7) Hasil survey wawancara yang dilakukan oleh Permadani Agista Delima dan Arina Maliya (2017) kepada 10 penderita DM di Persadia Rumah Sakit Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten, pendapat 4 orang penderita memahami tentang ulkus atau gangren diabetik dan sudah melakukan pencegahan ulkus diabetik, penderita mengatakan mencegah ulkus atau gangren diabetic dengan latihan aktivitas fisik dengan berjalan pelan-pelan diatas batu kerikil dipagi hari.(5) Lukita, et al (2018) mengatakan ulkus kaki diabetik terjadi akibat neuropati perifer, insufisiensi pembuluh perifer, dan infeksi yang mengakibatkan
penimbunan
sorbitol
dalam
intima
vaskular,
hiperlipoproteinemia, dan kelainan pembekuan darah. Hal tersebut dapat menyebabkan terhambatnya sirkulasi darah bagian kaki dan gangguan
sistem saraf yang mengakibatkan rasa sakit pada betis kaki saat berjalan, menimbulkan luka diabetes, dan rentan akan infeksi. Salah satu cara mencegah terjadinya risiko ulkus kaki diabetik adalah dengan melakukan latihan jasmani. Latihan ROM merupakan salah satu intervensi keperawatan yang bisa dilakukan oleh pasien atau keluarga secara mandiri setelah memperoleh pendidikan kesehatan terlebih dahulu. Ketika melakukan latihan ROM aktif kaki, otot-otot kaki berkontraksi secara terus menerus dan terjadi kompresi pembuluh darah maka dapat mengaktifkan pompa vena. Pembuluh darah balik akan lebih aktif memompa darah ke jantung maka sirkulasi darah arteri yang membawa nutrisi dan oksigen ke pembuluh darah perifer menjadi lebih lancar. Aliran darah yang lancar akan mempermudah nuttrien masuk ke sel selanjutya dapat memperbaiki fungsi saraf dan menghindari timbulnya neuropati, dengan demikian latihan fisik merupakan faktor yang berpengaruh untuk pencegahan ulkus kaki diabetik.(12) Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor agustus 2021, dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada 10 penderita diabetes mellitus dengan luka gangren, didapatkan hasil bahwa 4 orang penderita memahami tentang pencegahan ulkus atau ganggren diabetik dengan latihan aktifitas fisik. Sedangkan 6 penderita lainnya belum paham mengenai penyakit ulkus atau gangren diabetik dan belum memahami pencegahan ulkus kaki diabetik secara efektif. Berdasarkan Latar Belakang diatas maka peneliti tertarik mengambil judul tentang Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Terjadinya Ganggren Diabetik Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor Tahun 2021.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang dapat dirumuskan yaitu “Apakah ada Hubungan Aktivitas fisik dengan Kejadian Ganggren Diabetik Pada Pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor Tahun 2021 ?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian ganggren diabetik di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor Tahun 2021. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi aktivitas fisik pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor Tahun 2021. b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi luka ganggren diabetik pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Ciampea Kabupaten bogor Tahun 2021. c. Untuk menganalisa hubungan aktivitas fisik dengan kejadian ganggren diabetik di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor Tahun 2021. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian yang di dapat, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan Ilmu Keperawatan khususnya Keperawatan
Medikal Bedah mengenai Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Ganggren Diabetik Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor Tahun 2021 2. Manfaat Praktis a.
Bagi Institusi Pendidika STIKes Wijaya Husada Bogor Diharaplan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pembaca dan menambah referensi perpustakaan dan menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.
b.
Bagi Tempat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini menjadi acuan bagi Tempat Penelitian terkait dalam penetapan kebijakan guna mewujudkan kinerja dalam bidang keperawatan yang optimal khususnya Keperawatan Medikal Bedah.
c.
Bagi Responden Diharapkan penelitian yang dilaksanakan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman kepada penderita Diabetes Mellitus dalam mencegah komplikasi Ganggren Diabetik.
E. Ruang Lingkup 1.
Ruang Lingkup Materi Penelitian ini akan meneliti tentang Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Ganggren Diabetik Pada Pasien Diabetes Mellitus di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor Tahun 2021.
2.
Ruang Lingkup Responden Responden pada penelitian adalah pasien diabetes mellitus di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor.
3.
Ruang Lingkup Tempat Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor.
4.
Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan agustus – September 2021.
5.
Ruang Lingkup Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Kuantitatif, dengan desain penelitian Deskriptif korelasional, dengan pendekatan cross sectional. Dan teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik Total Sampling.
F. Keaslian Penelitian No.
Nama Penelitian
Judul Penelitian
Variabel penelitian
Desain penelitian
Hasil Penelitan
1.
Cicilia L, Wulan P.J. Kaunang, Fima L.F.G. Langi
Hubungan
Variable
Penelitian ini
Hasil penelitian
aktivitas fisik
Independen :
menggunakan
menunjukkan
dengan kejadian
aktivitas fisik
survei analitik
bahwa hubungan
diabetes mellitus Variable
dengan desain
antara aktivitas
pada pasien
Dependen :
cross sectional
fisik dengan
rawat jalan di
kejadian
study atau studi
kejadian diabetes
RSUD Kota
diabetes
potong lintang dan
pada pasien rawat
Bitung.
mellitus
populasi yang
jalan di Poli
diambil adalah
Interna RSUD
(2018)
seluruh pasien yang Bitung mempunyai
2.
datang berkunjung
hubungan, dengan
dan sesuai dengan
nilai p
kriteria inklusi dan
value=0,026 7 Kcal/menit. Contoh aktivitas berat : 1) Berjalan sangat cepat (kecepatan lebih dari 5 km/jam), berjalan mendaki bukit, berjalan dengan membawa beban di punggung, naik gunung, jogging (kecepatan 8 km/jam) dan berlari. 2) Pekerjaan seperti mengangkut beban berat, menyekop pasir, memindahkan batu bata, menggali selokan dan mencangkul. 3) Pekerjaan rumah seperti memindahkan perabot yang berat dan menggendong anak. 4) Bersepeda lebih dari 15 km/jam dengan lintasan mendaki, bermain basket, badminton dan sepak bola. b. Aktivitas Fisik Sedang Saat melakukan aktivitas sedang tubuh sedikit berkeringat, denyut jantung dan frekuensi nafas menjadi lebih cepat. Energi yang dikeluarkan 3,5-7 Kcal/menit. Contoh aktivitas sedang :
1) Berjalan cepat (kecepatan 5 km/jam) pada permukaan rata di dalam atau di luar rumah, di kelas, ke tempat kerja atau ke took dan jalan santai. 2) Memindahkan perabot ringan, berkebun, menanam pohon dan mencuci mobil 3) Pekerjaan tukang kayu, membawa dan menyusun balok kayu, membersihkan rumput dengan mesin pemotong rumput. 4) Bulutangkis rekreasional, dansa, bersepeda pada lintasan datar dan berlayar. c. Aktivitas Fisik Ringan Kegiatan yang hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam pernafasan. Energi yang dikeluarkan 200 mg/dl, gula darah puasa > 120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl. b. Pemeriksaan Urine Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++) dan merah bata (++++). c. Kultur Pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic yang sesuai dengan jenis kuman.(20) 8. Faktor-faktor yang mempengaruhi ganggren diabetic a. Umur > 60 tahun Umur > 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ganggren diabetic karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal.(22) b. Lama menderita diabetes mellitus Semakin lama seseorang menderita DM, maka akan makin beresiko mengalami komplikasi. Risiko ulkus berulang akan semakin besar pada penderita DM yang lamanya lebih 3 tahun tercatat 35-40% dari 70 % pada penderita lebih dari 5 tahun menderita DM (Melville et.al. 2000). Ulkus terjadi apabila kadar glukosa darah tidak terkendali karena akan muncul komplikasi yang
berhubungan
dengan
vaskuler
sehingga
mengalami
makroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan atau luka pada kaki. c. Pola makan atau kepatuhan diet Kepatuhan diet DM merupakan upaya yang sangat penting dalam pengendalian kadar glukosa darah, kolesterol dan trigliserida mendekati normal sehingga dapat mencegah komplikasi kronik, seperti ganggren diabetic. Gizi yang baik dapat membantu dalam proses penyembuhan luka, menunjang fase penyembuhan luka yang meliputi inflamasi, granulasi dan epitelialisasi. Kebutuhan makronutrien seperti protein dan lemak sangat mempengaruhi kecepatan dan kualitas penyembuhan luka. d. Kadar gula darah
Kadar gula darah merupakan hal yang tak terpisahkan dari penderita dan pengelolaan DM. Pengontrolan kadar gula darah termasuk salah satu bagian yang harus dilakukan dalam manajemen perawatan ganggren diabetic. Hal ini dikarenakan efek hiperglikemia yang tidak terkontrol menyebabkan penebalan membrane kapiler yang dapat berlanjut pada kekakuan. e. Kurangnya aktivitas fisik Aktivitas
fisik
(olahraga)
sangat
bermanfaat
untuk
meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitivitas
terhadap
insulin,
sehingga
akan
memperbaiki kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah terkendali maka akan mencegah komplikasi kronik DM. olahraga rutin (lebih 3 kali dalam seminggu selama 30 menit) akan memperbaiki metabolism karbohidrat, berpengaruh positif terhadap metabolism lipid dan sumbangan terhadap penurunan berat badan. Penelitian yang dilakukan oleh bla…aktivitas fisik seperti berjalan kaki setidaknya 30 menit perhari dapat menurunkan terjadinya komplikasi seperti timbulnya ulkus diabetikum. f. Pengobatan tidak teratur Pengobatan rutin pada penderita DM tipe 1, menurut hasil penelitian di Amerika Serikat dikutip oleh Minadiarly didapatkan bahwa pengobatan intensif akan dapat mencegah dan menghambat timbulnya komplikasi kronik, seperti ganggren diabetic. g. Perawatan kaki tidak teratur Perawatan ganggren diabetic yang teratur akan mencegah atau mengurangi terjadinya komplikasi kronik pada kaki. h. Penggunaan alas kaki tidak tepat Penderita DM tidak boleh berjalan tanpa alas kaki karena tanpa menggunakan alas kaki yang tepat memudahkan terjadi trauma yang mengakibatkan ganggren diabetic, terutama apabila terjadi neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa berkurang atau
hilang. Penelitian oleh bla… tentang tekanan pada kaki karena penggunaan alas kaki yang tidak tepat dengan kejadian ganggren diabetic, menghasilkan bahwa penggunaan alas kaki tidak tepat menyebabkan tekanan yang tinggi pada kaki sehingga risiko terjadi ganggren diabetic 3 kali dibandingkan dengan penggunaan alas kaki yang tepat.(22)
C. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ganggren diabetik : 1. Umur > 60 tahun 2. Lama menderita DM 3. Pola makan/kepatuhan diet 4. Kadar gula darah 5. Kurangnya aktivitas fisik
6. Pengobatan tidak teratur 7. Perawatan kaki tidak teratur 8. Penggunaan alas kaki tidak tepat Bagan 2.1 Kerangka Teori
Ganggren Diabetik
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Menurut Sugiyono “metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.(23) 1. Jenis Penelitian Penelitian ini mengguanakan jenis penelitian kuantitatif. Menurut Notoatmodjo kuantitatif secara kasar berati menyiratkan sejauh mana sesuatu yang terjadi ataupun yang tidak terjadi dalam hal jumlah, nomor, frekuensi, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana suatu fenomena yang terjadi atau tidak terjadi dan mengukur seberapa besar derajatnya, yang dikutip dari Putri Kharisma.(24) 2. Desain Penelitian Desain
penelitian
ini
menggunakan
metode
yang
deskriptif
korelasional yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain dengan mengidentifikasi variabel yang ada pada suatu objek, kemudian diidentifikasi juga variabel lain yang ada pada objek yang sama dan membuktikan apakah ada hubungan antara keduanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data.(25) B. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin di teliti, Notoatmodjo dalam Swajarna.(26) Dalam kerangka konsep ini penelitian melihat hubungan aktivitas fisik dengan terjadinya ganggren diabetik pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor. Dimana variabel independen (bebas) yaitu aktivitas fisik dan variabel dependen (terikat) yaitu ganggren diabetik. Dari uraian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dikemukakan dalam bagan dibawah ini : Variabel Independen
Aktivitas Fisik
Variabel Dependen
Ganggren Diabetik
Bagan 3.1 Kerangka Konsep C. Variabel Penelitian Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang memiliki oleh kelompok lain.definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep penelitian tertentu, misalnya umur, jenis
kelamin,
pekerjaan,
pengetahuan,
pendapatan,
penyakit
dan
sebagainya. Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.(27) 1. Variabel Independen (bebas) Variabel independen atau bebas sering disebut juga variabel predictor, stimulus, input atau variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent (terikat). Sehingga variabel independen dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi.(27) Variabel independen dalam penelitian ini adalah Aktivitas Fisik. 2. Variabel dependen (terikat) Variabel dependen atau terikat sering juga disebut variabel kriteria respon dan output (hasil). Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen.(27)Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Ganggren Diabetik. D. Definisi Operasional
Definisi operasional, merupakan variabel operasional yang dilakukan penelitian berdasarkan karakteristik yang diamati. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter ukuran dalam penelitian. Definisi operasional mengungkapkan variabel dari skala pengukuran masing-masing variabel tersebut. Definisi operasional berfungsi menyederhanakan arti kata atau pemikiran tentang ide, hal dan kata – kata yang digunakan agar orang lain memahami maksud sesuatu dengan keinginan peneliti.(28)
Tabel 3.1 Definisi Penelitian No.
Variabel
Definisi
Alat Ukur Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
1.Tingkat
Ordinal
1. Grade 0
Ordinal
mengisi
2. Grade I
diabetes mellitus
lembar
3. Grade II
yang disebabkan
observasi
4. Grade III
karena
dengan cara 5. Grade IV
Operasional 1.
Aktivitas
Gerakan tubuh
Variabel Independen Kuesioner Peneliti
Fisik
yang meningkat,
GPAQ
pengeluaran
(
tenaga dan
Physical
observasi
pembakaran
Activity
dengan cara
kalori.
Questionai melihat
mengisi
Global lembar
re)
data >600- 0,05. (Ha ditolak, H0 diterima). F. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga objek atau benda-benda yang lain.(27) Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
diabetes mellitus dengan ganggren diabetik di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor sebanyak orang. 2. Sampel Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini. Dalam pengambilan sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik ini biasanya disebut metode sampling atau teknik sampling.(27) Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu teknik pengambilan semua populasi dijadikan sampel penelitian.(27) Peneliti akan mengambil sampel pasien diabetes mellitus dengan ganggren diabetik selama 3 bulan terakhir pada bulan Juni – Agustus 2021.
G. Tempat Penelitian Tempat penelitian akan dilakukan di Puskesmas Ciampea Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor tahun 2021
H. Waktu Penelitian Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan September tahun 2021 I. Etika Penelitian Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengobservasi menggunakan lembar observasi kepada responden. Selanjutnya lembar observasi akan disampaikan kepada responden dengan menekankan pada etika yang meliputi :(27) 1. Informed consent (lembar persetujuan) Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti disertai judul penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan menghormati hak subjek. 2. Anonymity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden tetapi mencantumkan inisial saja. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan
informasi
responden
dijamin
peneliti,
hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. 4. Privacy Membahas tentang jaminan informasi yang diberikan responden merupakan hak responden untuk dirahasiakan informasinya. J. Alat dan Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data a. Data Primer, yaitu data yang diambil langsung oleh pengumpul data yaitu dari hasil observasi dari setiap variabel. Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan observasi yaitu dengan melakukan wawancara dan memberikan lembar kuesioner kepada responden untuk mendapatkan data. b. Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan oleh instansi atau badan yang terkait atau tidak dikumpulkan oleh peneliti sendiri dan digunakan oleh peneliti untuk melengkapi dan melaksanakan penelitian. Data pasien diabetes mellitus dengan ganggren diabetic
dan gambaran umum lokasi penelitian di dapat dari Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor. 2. Alat dan Pengumpulan Data a. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk pengumpulan data.(27) 1) Lembar Observasi Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan observasi atau melihat catatan rekam medis. Dicatatan rekam medis pasien untuk mengetahui derajat ganggren pada pasien atau responden 2) Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data atau informasi yang dioperasionalkan ke dalam bentuk item atau pertanyaan. Kuesioner ini dilakukan melalui tatap muka, tanya jawab dan via online antar pengumpul data dengan narasumber atau sumber data. 3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrument yang valid mempunyai validitas tinggi.(26) Validitas merupakan ketepatan atau kecermatan pengukuran, dikatakan valid artinya mengukur apa yang ingin diukur dengan keputusan uji nilai r hitung ( r pearson ) ≥ r tabel : artinya pertanyaan tersebut dinyatakan valid.(29) Rumus product moment:
( Σ X ) (Σ Y ) N r xy = 2 2 √ {NΣ X −( X ) }{NΣ Y 2−( Σ Y 2)} NΣXY −
Rumus 3.1 product moment Keterangan : r xy : Angka indeks ‘’r’’ produk moment ( antara variabel X dan Y ) N
: Jumlah respoden
𝞢xy : Jumlah hasil perkalian X dan Y 𝞢x
: Jumlah seluruh skor X
𝞢y
: Jumlah seluruh skor total item
b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat mengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. (29) Reliabilitas artinya kestabilan pengukuran dikatakan reliabel jika digunakan ulang dengan keputusan uji bila nilai cronbah’s alpha ≥ 0,6 maka pertanyaan reliabel.(30)
Tabel 3.2 Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha
Tingkat Reliabilitas
0,00 s.d 0,20
Kurang reliable
>0,20 s.d 0,40
Angka reliable
>0,40 s.d 0,60
Cukup reliable
>0.60 s.d 0,80
Reliabel
>0,80 s.d 1,00
Sangat reliable
Seperti pengetahuan, maka uji reabilitasnya “koefisien reabilitas” dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
rii =
k
=
k–1
[ 1-∑ si2] st2
Rumus 3. 2 koefisien rebilitas Keterangan: rii : Koefisien reliabilitas k : Banyaknya pertanyaan si : Nilai varians jawaban item ke st : Nilai varians skor total 4. Prosedur Penelitian a. Tahap Persiapan 1) Persiapan administrasi Peneliti mengajukan surat izin survey studi pendahuluan yang dikeluarkan oleh ketua yayasan STIKes Wijaya Husada Bogor dan ditunjukan kepada Kepala Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor Tahun 2021. 2) Kepala Puskesmas Ciampea memberikan surat balasan yang berisi tentang pemberian surat izin penelitian dan tembusnya dikirim kepada yayasan STIKes Wijaya Husada Bogor. 3) Persiapan instrument pada tahap ini, peneliti mempersiapkan instrument untuk pengumpulan data yang meliputi lembar observasi dan kuesioner.
4) Tahap pelaksanaan proses penelitian 5) Pada tahap ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan lembar observasi dan kuesioner. K. Metode Pengumpulan Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut :(31) a. Editing Editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau buku registrasi. Editing bertujuan untuk melengkapi data yang belum lengkap. b. Koding Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Biasanya dalam pemberian kode dibuat daftar kode dan artinya dalam satu buku untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. Koding dalam penelitian ini meliputi : 1) Variabel independen aktivitas fisik a) Tingkat aktivitas fisik tinggi b) Tingkat aktivitas fisik sedang c) Tingkat aktivitas fisik rendah 2) Variabel dependen ganggren diabetik a) Derajat 0 b) Derajat I c) Derajat II d) Derajat III e) Derajat IV f) Derajat V c. Entry data Data yang telah di kode kemudian dimasukan dalam program computer untuk selanjutnya akan diolah
d. Tabulating Pengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan ke dalam tabel – tabel yang telah ditentukan. Data hasil observasi dimasukkan dalam tabel yang telah di kelompokkan. e. Processing Ialah jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang telah berbentuk kode (angka atau huruf) lalu di proses kedalam program (SPSS). Dalam proses ini dituntut keahlian agar bisa terjadi dan merubah semua hasil jawaban responden dengan mengkode jawaban dengan menggunakan angka yang merubah nilai. f. Cleaning data Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak dan kegiatan peneliti dalam memasukan data-data hasil penelitian kedalam table-tabel sesuai kriteria yang telah ditentukan berdasarkan lembar observasi dan kuesioner yang telah itentukan kodenya. Langkah-langkah pembersihan data adalah sebagai berikut : 1) Mengetahui missing data Untuk mengetahui data yang hilang (missing) dapat dilakukan dengan membuat distribusi frekuensi masingmasing variabel. 2) Mengetahui variasi data Dengan melihat variasi data dapat dideteksi apakah data yang dimasukkan benar atau salah. Cara mendeteksi dengan membuat distribusi masing-masing variabel. 3) Mengetahui konsistensi data Cara untuk mengetahui adanya ketidakkonsistenisan data dapat dilakukan dengan menghubungkan dua variabel. L. Analisa Data 1. Uji Prasyarat (Uji Normalitas)
Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Berdasarkan pengalaman emris beberapa pakar statistik, data yang banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat di asumsikan berdistirbusi normal. Biasa dikatakan sebagai sampel besar. Namun
untuk
memberikan
kepastian,
data
yang
dimiliki
berdistribusi normal atau tidak, sebaiknya digunakan uji normalitas. Karena belum tentu data yang lebih dari 30 bisa dipastikan berdistribusi normal, demikian sebaliknya yang banyaknya kurang dari 30 belum tentu tidak berdistribusi normal. Analisa data merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui antara variabel bebas dan variabel terikat. 2. Analisa Deskriptif (Univariat) Analisis
univariat
bertujuan
untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.(27) Variabel independen yaitu aktivitas fisik dan variabel dependen yaitu ganggren diabetik. Keseluruhan data yang di dapat akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan rumus :
X=
f ×100 % N
Rumus 3.3 Distribusi Frekuensi Keterangan: X
: Hasil presentase
N
: Total seluruh responden
F
: Nilai yang diperoleh dari setiap kelompok
100%
: Bilangan genap
3. Analisa Bivariat Analisa Bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk menjelaskan hipotesis hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.(27) Analisis bivariat ini berfungsi dalam mencari hubungan antara variabel yaitu adalah Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian ganggren diabetik pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Ciampea Kabupaten Bogor 2021. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis statistik dengan menggunakan uji chi-square. Rumus statistik Chi-Square sebagai berikut:(32)
X2 = ∑(0-E)2 E Rumus 3.4 Chi - Sqruare
Keterangan: X2: chi- square 0 : nilai observasi pada sel tabel E : nilai ekspansi yang dihitung dengan rumus Dengan ketentuan : 1) Jika P value < 0,05 (Ho ditolak, Ha diterima) berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. 2) Jika P value > 0,05 (Ho diterima, Ha ditolak) berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.