Proposal Ronde Keperawatan Kel 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN DI RUANG INTERNA RSUD PROF. DR. HJ. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO



OLEH KELOMPOK V Ariyati Pakaya Ferniyanti Bano Fajria Sy. Ney Nur Fikra Febriani Daud Pita Hermawan Sri Utami Verawaty Amu



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan pada klien secara profesional dapat membantu klien dalam mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi klien. Salah satu bentuk pelayanan keperawatan yang profesional tersebut dengan memperhatikan seluruh keluhan yang dirasakan klien kemudian mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan pemecahan masalahnya. Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat assosiate untuk membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Salah satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas lebih aman masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori kedalam praktik keperawatan. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah dilakukan ronde keperawatan, masalah keperawatan yang dialami klien dapat diatasi. 2. TujuanKhusus Setelah dilakukan ronde keperawatan, perawat mampu: a. Memecahan masalah keperawatan klien b. Memberi tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien d. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh



C. Alur Ronde LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN Tahap Pra



PP 1. PenetapanPasien 2. PersiapanPasien:  Informed Consent  Hasil Pengkajian/ Validasi data



Tahap Pelaksanaan di Nurse Station



3. PenyajianMasalah



 Apa diagnosis keperawatan?  Apa data yang mendukung?  Bagaimanaintervensi yang sudahdilakukan?  Apahambatanditemukan?



4. Validasi Data di BedPasien



Tahap Pelaksanaan di kamar pasien



PP, Konselor, KARU



Pascaronde (nurse station)



6. Kesimpulan dan Rekomendasi Solusi masalah



5. Lanjutan-Diskusi di nurse station



Keterangan 1. Praronde a. Menentukankasus dan topik (masalah yang tidakteratasi dan masalah yang langka) b. Menentukantim ronde c. Mencarisumberatauliteratur d. Membuat proposal



e. Mempersiapkanpasien: imformedconcent dan pengkajian f. Diskusi: Apa diagnosis keperawatan? Apa data yang mendukung? Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan selama perawatan? 2. Pelaksanaan Ronde a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan. b. Diskusi antara anggota tim tentang kasus tersebut c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan. 3. Pascaronde a.Evaluasi, revisi, dan perbaikan b.Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis; intervensi keperawatan selanjutnya.



BAB II RENCANA STRATEGIS Rencana Pelaksanaan Ronde Keperawatan Pada Pasien Nn A Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Integritas Kulit Pada Diagnosa Diare di Ruang Interna RSUD PROF. DR. HJ. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Topik



: Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Masalah Keperawatan Hipovolemia dengan Diagnose Medis Diare di Ruang interna



Sasaran



: pasien Tn. ST / 44 tahun



Hari/tanggal : direncanakan pada hari Senin, 14 Maret 2021 Waktu I.



: 60 menit Pendahuluan Pelayanan keperawatan pada klien secara profesional dapat membantu klien dalam mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi klien. Salah satu bentuk pelayanan keperawatan yang profesional tersebut dengan memperhatikan seluruh keluhan yang dirasakan klien kemudian mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan pemecahan masalahnya. Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat assosiate untuk membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Salah satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.



II.



Tujuan 1. Tujuan Umum Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi, yaitu Gangguan Integritas Kulit 2. Tujuan Khusus a. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim kesehatan lain c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien



d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien 3. Sasaran Pasien Nn A usia 23 tahun 4. Materi 1. Konsep Diare 2. Teori asuhan keperawatan pasien dengan Diare 3. Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan Combutsio dan intevensi keperawatan yamg ,muncul pada pasien combutsio dengan masalah keperawatan gangguan integritas kulit 5. Metode Diskusi 6. Media 1. Dokumen/status pasien 2. Sarana diskusi : kertas, bulpen 3. Materi yang disampaikan secara lisan 7. Kegiatan ronde keperawatan Waktu



Tahap



Kegiatan



Pelaksana



Keg.



tempat



1 hari



Praronde



an Penanggu



pasien -



Interna



sebelu



1. Menentukan



ng jawab:



m



kasus dan topik



-



ronde



2. Menentukan tim ronde. 3. Menentukan literatur. 4. Membuat proposal 5. Mempersiapkan pasien dengan pemberian informed consent.



5 Menit Ronde (nurse station)



Pembukaan 1. Salam pembuka



KARU,



-



KATIM,



Nurse station



2. Memperkenalkan PP tim ronde 3. Menjelaskan tujuan ronde 4. Mengenalkan masalah pasien 30



secara pintas Penyajian masalah



menit



1. Memberi salam dan memperkenalka n pasien secara menyeluruh kepada tim ronde 2. Menjelaskan riwayat penyakit 3. Menjelaskan hasil pemeriksaan diagnostik pasien 4. Menjelaskan masalah pasien dan rencana tindakan yang telah dilaksanakan



PP



-



Nurse Station



dan serta menetapkan prioritas yang perlu didiskusikan. Validasi data (bed pasien) 1. Mencocokkan



Karu, pp,



Mendenga



dan



perawat



rkan /



menjelaskan



pelaksana,



Memberik



kembali data



dokter,



an respons



yang telah



ahli gizi



dan



disampaikan



menjawab



dengan



pertanyaa



wawancara,



n



observasi dan pemeriksaan keadaan pasien secara langsung, dan melihat dokumentasi. 2. Diskusi antar anggota tim dan pasien tentang masalah keperawatan tersebut di bed pasien. 3. Pemberian justifikasi oleh perawat primer



Interna



atau konselor atau kepala ruang tentang 10



Pasca ronde



menit



(nurse station)



masalah pasien 1. Melanjutkan



Karu,



Nurse



diskusi dan



Katim,



station



masukan dari



PP,



tim.



dokter,



2. Menyimpulkan



ahli gizi.



untuk menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ditetapkan 3. Merekomendasik an intervensi keperawatan 4. Memberikan reinforcement 5. Penutup 8. Kriterian evaluasi : 1. Struktur : a. Ronde keperawatan diharapkan terlaksana dengan baik b. Peserta ronde keperawatan diharapkan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan c. Persiapan dilakukan sebelumnya 2. Proses : a. Peserta diharapkan mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir b. Seluruh peserta diharapkan berperan aktiv dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan



3. Hasil yang diharapkan : a. Pasien puas dengan hasil kegiatan b. Masalah pasien dapat teratasi c. Perawat diharapkan dapat : 1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis 2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien 3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien 4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan 5) Meningkatkan kemampuan justifikasi 6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja 9. Pengorganisasian (akan ditentukan 1 hari sebelum ronde) : 1. Kepala ruangan : 2. Ketua Tim



:



3. PP



: 1. 2.



4. Dokter



:



LAMPIRAN SURAT PERSETUJUAN SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN



RONDE KEPERAWATAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama



:



Umur



:



Alamat



:



Adalah suami/istri/orang tua/anak dari pasien : Nama



:



Umur



:



Alamat



:



Ruang



:



No.RM



:



Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan. Gorontalo, Perawat yang menerangkan



Penanggung jawab



Saksi-saksi:



Tanda tangan



1. ...................... 2. .......................



Lampiran Materi Diare A. Pengertian Diare



Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer.Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Riskesdas, 2013). Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi fese. Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016). WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama kuran lebih 14 hari. B. Etiologi Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena denga sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat (Ngastiyah, 2014). Faktor penyebab diare, antara lain : a. Factor Infeksi 1). Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut : a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya. b) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Polomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus, Astovirus, dan lain-lain. 2). Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun. b. Factor malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerasni laktosa, maltose, dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan



galaktosa).Pada bayi dan anak terpenting dan tersering (intoleransi laktosa), Lemak dan Protein. c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas, (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar). Selain kuman, ada beberapa prilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare, yaitu : 1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan. 2) Menggunakan botol susu. 3) Menyimpanan makanan masak pada suhu kamar. 4) Air minum tercemar dengan bakteri tinja. 5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum menjamaah makanan. Menurut Wong (2008), penyebab infeksius dari diare akut yaitu : 1. Agens virus a. Rotavirus, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan mengalami demam (38 0C atau lebih tinggi), nausea atau Vomitus, nteri abdomen, disertai infeksi saluran pernafasan atas dan diare dapat berlangsung lebih dari 1 minggu. Biasanya terjadi pada bayi usia 6-12 bulan, sedangkan pada anak terjadi



di usia lebih dari 3 tahun.



b. Mikroorganisme, masa inkubasi 1-3 hari. Anak akan demam, nafsu makan terganggu, malaise. Sumber infeksi bisa didapat dari air minum, air ditempat rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat menjangkit segala usian dan dapat sembuh sendiri dalam wakru 2-3 hari. 2. Agens bacteri a. Escherichia coli, masa inkubasinya bervariasi tergantung pada strainnya. Biasanya anak akan mengalami distensi abdomen, demam, vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau dengan darah atau mucus bersifat menyembur. Dapat ditularkan antar individu, disebabkan karena daging yang kurang matang, pemberian ASI tidak ekslusif. b. Kelompok salmonella (nontifoid), masa inkubasi 6-72 jam untuk gastroenteritis. Gejalanya bervariasi, anak bisa mengalami nausea atau vomitus, nyeri abdomen, demam, BAB kadang berdarah dan ada lendir, peristaltic hiperaktif, nyeri tekan ringan pada abdomen,



sakit kepala, kejang. Dapat disebabkan oleh makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh binatang seperti kucing, burung dan lainnya. 3. Keracunan Makanan a. Staphylococcus, masa inkubasi 4-6 jam. Dapat menyebabkan kram yang hebat pada abdomen, syok. Disebabkan oleh makanan yang kurang matang atau makanan yang disimpan dilemari es seperti pudding, mayones, makanan yang berlapis krim. b. Clostridium perfringens, masa inkubasi 8-24 jam. Dimana anak akan mengalami nyeri epigastrium yang bersifat kram dengan intensitas yang sedang dan berat. Penularan bisa lewat produk makanan komersial yang paling sering adalah daging dan unggas. c. Clostridium botulinum, masa inkubasi 12-26 jam. Anak akan mengalami nausea, vomitus, mulut kering, dan disfagia. Ditularkan lewat makanan yang terkontaminasi. Intensitasnya bervariasi mulai dari gejala ringan hingga yang dapat menimbulkan kematian dengan cepat dalam waktu beberapa jam. C. Klasifikasi Diare Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu dapat dikelompokkan menjadi: 1) Diare Akut Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit dapat dibedakan dalam empat kategori yaitu: a) Diare tanpa dehidrasi b) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan c) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar



5-8% dari berat



badan d) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari berat badan.



2) Diare Persisten



8-10% dari



Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik. 3) Diare Kronik Diare kronik adalah diare hlang timbul atau berlangsung lama dengan penyebab noninfeksi, seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolism yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Diare kronik adalah diare yang menahun atau persisten dan berlangsung 2 minggu lebih. D. Tanda dan Gejala Diare Beberapa gejala dan tanda diare antara lain: 1) Gejala umum a. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejalah khas diare b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut c. Gejala dehidrasi yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah. 2) Gejala spesifik a. Vibro cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis. b. Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah E. Patofisiologi Diare Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan factor diantaranya : a. Faktor infeksi 1) Virus Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus. Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak



dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbs cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri virus akan menyebabkan system transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. 2) Bakteri Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejangkejang.Selain itu, mukosa usus, yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah berlendir.Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.colli.diare ini bersifat self-limiting dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa yang baru (Wijoyo, 2013). b. Faktor malabsorbsi 1) Gangguan Osmotik Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotic usus Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkatkan menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus.Hal ini menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008). 2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008). 3) Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaiknya bisa peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. Akibat dari.



Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat di sebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, serta mengalami gangguan asam basa dapat menyebabkan dehidrasi,asidosis metabolik dan hypokalemia,hypovolemia.Gejala dari dehidrasi yang tampak yaituberat badan turun, turgor kembali sangat lambat,mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung,mucosa bibir kering. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hypovolemia,kolaps



cardiovaskuler



dan



kematian



bila



tidak



diobati



dengan



tepat.Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik.Dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan,dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie,2010).Untuk mengetahui keadaan dehidrasi dapat dilakukan penilaian sebagai berikut: Tabel 2.1 Penilaian Derajat Dehidrasi Penilaian



Tanpa Dehidrasi



Dehidrasi



Dehidrasi Berat



Ringan/Sedang 1. Lihat: Keadaan Umum



Baik,sadar



Gelisah



Normal Mata



Ada



Lesu,lunglai atau sadar.



Cekung



Sangat cekung



Air Mata Mulut Basah



Tidak ada



dan kering.



Dan



Kering



Tidak ada



Haus,ingin



Sangat kering



Minum banyak



Malas minum



Lidah



Dan Minum Biasa



Rasa Haus



Tidak haus



atau tidak Makan. 2. Periksa: Turgor kulit



Kembali cepat



Kembali lambat



Tanpa dehidrasi 3. Hasil Pemeriksaan



Kembali sangat lambat.



Dehidrasi



Dehidrasi



ringan/sedang,



berat,kriteria bila



4. Terapi



Rencana terapi A



criteria



Ditambah 1



Bila ada 1 Tanda 1



Atau lebih tanda



atau lebih tanda lain.



lain



Rencana terapi B



Rencana terapi C



F. Manifestasi Klinis Diare Diare karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa pengulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan pada tubuh yang mengakibatkan ranjatan hipovolemik atau karena gangguan kimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut.Kehilangan cairan dapat menyebakan haus, berat badan menurun, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turtor kulit menurun serta suara menjadi serak.Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.Kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam. Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi : 1) Diare tanpa dehidrasi Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi. 2) Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%) Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadangkadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal. 3) Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%) Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata



berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat. 4) Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%) Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi denganpulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat (Kliegman et al, 2006). G. Pemeriksaan Laboratorium Diare Pemeriksaan laboratorium pada penyakit diare ialah antara lain meliputi: pemeriksaan tinja, makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas laksmus dan tablet clinlinitest bila diduga intoleransi gula, bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi, pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat dengan pemeriksaan analisa gas darah, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal, pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang. Evaluasi laboratorium pasien diare infeksi dimulai dari pemeriksaan feses adanya leukosit. Kotoran/tinja biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada, dianggap sebagai inflamasi kolon baik infeksi maupun non infeksi .Sampel harus diperiksa sesegera mungkin karena neutrofil cepat berubah. Sensitivitas leukosit feses (Salmonella, Shigella, dan Campylocbacter) yang dideteksi dengan kultur feses bervariasi dari 45%-95% tergantung jenis patogenya. Pasien dengan diare berdarah harus dilakukan kultur feses untuk EHEC 0157:H7. Pasien dengan diare berat, deman, nyeri abdomen, atau kehilangan cairan harus diperiksa kimia darah, natrium kalium, klorida ureum, kreatin, analisa gas darah, dan pemeriksaan darah lengkap (Zein dkk, 2004). H. Penatalaksanaan Diare Penalaksanaan pasien diare akut dimulai dengan terapi simptomatik, seperti rehidrasi dan penyesuaian diet. Terapi simptomatik dapat diteruskan selama beberapahari sebelum dilakukan



evaluasi lanjutan pada pasien tanpa penyakit yang berat, terutama bila tidak dijumpai adanya darah samar dan leukosit pada fesesnya (Medicinus, 2009). Penatalaksanaan diare pada anak berbeda dengan orang dewasa. Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah dengan rehidrasi tetapi bukan satu-satunya terapi melainkan untuk membantu memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/ menghentikan diaredan mencegah anak dari kekurangan gizi akibat diare dan menjadi cara untuk mengobati diare. Penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/ menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) Tepat indikasi 2) Tepat dosis 3) Tepat penderita 4) Tepat obat 5) Waspada terhadap efek samping. Prinsip tatalaksana diare di Indonesia telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare) yaitu: rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah, pemberian Zinc selama 10 hari berturutturut, teruskan pemberian ASI dan makanan, antibiotik selektif, nasihat kepada orangtua/pengasuh (KEMENKES RI, 2011). Penatalaksanaan diare akut pada orang dewasa antara lain meliputi: 1. Rehidrasi sebagai perioritas utama pengobatan, empat hal yang perlu diperhatikan adalah: a. Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit, cairan Ringer Laktat, bila tidak tersedia dapat diberikan NaCl isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml b. Jumlah cairan, jumlah cairan yang diberikan idealnya sesuai dengan cairan yang dikeluarkan c.



Jalan masuk, rute pemberian cairan pada oarang dewasa dapat dipilih oral atau i.v



d. Jadwal pemberian cairan, rehidrasi diharapkan terpenuhi lengakap pada akhir jam ke3 setelah awal pemberian.



2. Terapi simptomatik, obat antidiare bersifat simptomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional. Beberapa golonganantidiare: Antimotilitas dan sekresi usus, turunan opiat, Difenoksilat, Loperamid, Kodein HCl, Antiemetik: Metoklopramid, Domperidon. 3. Terapi definitif, edukasi yang jelas sangat penting dalam upaya pencegahan, higienitas, sanitasi lingkungan (Mansjoer dkk, 2009). I.



Terapi Non Farmakologi Diare Pencegahan Diare dapat diupayakan melalui berbagai cara umum dan khusus/imunisasi.



Termaksut cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi karena peningkatan higiene dan sanitasi dapat menurunkan insiden diare, jangan makan sembarangan terlebih makanan mentah, mengonsumsi air yang bersih dan sudah direbus terlebih dahulu, mencuci tangan setelah BAB dan atau setelah bekerja. Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun.Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur, untuk mencegah dehidrasi bila perlu diberikan infus cairan untuk dehidrasi.Buang air besar dijamban, Membuang tinja bayi dengan Dengan benar Memberikan imunisasi campak (Kasaluhe et al, 2015). J.



Terapi Farmakologi Diare Anti–Diare diberikan untuk mengurangi peristaltik, spasme usus, menahan iritasi, absorbsi



racun dan sering dikombinasi dengan antimikroba.Diare yang menyerupai kolera mengakibatkan dehidrasi ringan dan sering memerlukan infus, karena pasien dapat meninggal karena kekurangan cairan dan elektrolit. Bila tidak disertai muntah, maka cairan garam rehidrasi (oral rehyration salt = ORALIT) banyak menolong sebagai pertolongan pertama (Djamhuri, 1994). Oralit merupakan cairan elektrolit–glukosa yang sangat esensial dalam pencegahan dan rehidrasi penderita dengan dehidrasi ringan–sedang. Pada dehidrasi ringan dan sedang, bila diare profus dengan pengeluaran air tinja yang hebat (>100 ml/kg/hari) atau mutah hebat (severe vomiting) dimana penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat (violent meteorism) sehingga rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi parenteral meskipun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Terapi rehidrasi oral terdiri dari rehidrasi yaitu mengganti kehilangan air dan elektrolit: terapi cairan rumatan yaitu menjagakehilangan cairan yang sedang



berlangsung. Bahkan pada kondisi diare berat, air dan garam diserap terus menerus melaui absorbsi aktif natrium yang ditingkatkan oleh glukosa dalam usus halus. Larutan-larutan pengganti oral akan efektif jika mengandung natrium, kalium, glukosa, dan air dalam jumlah yang seimbang, glukosa diperlukan untuk meningkatkan absorbsi elektrolit (Wiffen, 2014). Tabel I. Komposisi ORS hipotonik yang direkomendasikan oleh WHO Komponen Sodium Klorida Glukosa anhidrat



Osmolaritas (mmol/L) 75 65 75



Potasium 20 Sitrat 10 Total Osmolaritas 245 Oralit diberikan untuk mengganti cairan elektrolit yang banyak dibuang dalam tubuh yang terbuang pada saat diare.Meskipun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit.Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare (Depkes RI, 2011). K. Konsep asuhan keperawatan 1. Pengkajian a.



Identitas Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama, suku bangsa, alamat, diagnosa medis



b. Riwayat kesehatan a) Riwayat Kesehatan dahulu Penyakit yang pernah diderita b) Riwayat kesehatan sekarang (a) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah suhu badan mungkin meningkat. (b) Tinja makin cair, mungkin disertai lender atau lender dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu (c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam. (d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.



(e) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak. (f) Penurunan nafsu makan c. Tanda dan Gejala a) Kram abdomen b) Nyeri abdomen c) Menghindari makanan d) Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal e) Diare f) Bising usus hiperaktif g) Kurang informasi h) Kurang minat pada makanan i) Membran mukosa pucat j) Ketidakmampuan memakan makanan k) Tonus otot menurun l)



Mengeluh gangguan sensasi rasa



m) Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recommended daily allowance) n) Cepat kenyang setelah makan o) Sariawan rongga mulut p) Steatorea q) Kelemahan otot pengunyah r) Kelemahan otot untuk menelan d. Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum ; lemah Tanda-tanda vital; suhu tubuh cenderung meningkat, pernapasan dangkal, nadi cepat, tekanan darah menurun.



b) Review of sistem (a) B1 (breathing) ; sistem pernapasan dimana pemeriksaannya meliputi inspeksi pada bentuk dada ditemukan bentuk dada dapat terjadi tarikan dalam karena



pernapasan dangkal dan cepat Pada palpasi tidak ditemukan kelainan dinding toraks, gerakan dinding tidak simetris dan getaran yang dirasakan tidak merata. Pada perkusi ditemukan penurunan suara paru atau perubahan dari resonan. Pada auskultasi ditemukan perubahan suara napas. (b) B2 (blood); pemeriksaan jantung dan pembuluh darah antara lain meliputi; pada pemeriksaan inspeksi perubahan apeks jantung karena disebabkan adanya perubahan sumbu jantung karena hipertropi, pada palpasi terdapat penurunan denyut apeks karena empisema terdapat thril jantung dan distensi vena jugularis pada diare kronis. Pada perkusi biasanya tetap normalpada bunyi redup. Pada auskultasi didapatkan bunyi lemahpada katup aorta dan katup mitral. (c) B3 (brain) ; difokuskan pada pemeriksaan kepala dan leheruntuk mengetahui adanya sianosis perifer, ekspresi wajah yanggelisah, pusing, kesakitan dan ptekie. Pada mata terdapat pucatkarena anemia dan kehilangan kontak mata. (d) B4 (bladder) : output urine merupakan indikasi diare yangpenting. Penurunan haluaran urine merupakan temuan pentingyang harus dikaji lebih lanjut penurunan produksi urine. (e) B5 (Bowel) : pengkajian yang harus dilakujkan meliputiperubahan nutrisi sebelum dan sesudah masuk rumah sakit,penurunan turgor kulit jelek, kulit kering ,



kepucatan,



muntahdan



penurunan



berat



badan.



Frekuensi



Peristaltik



ususmeningkat, adanya nyeri tekan pada abdomen. (f) B6 (Bone) : keluhan kelemahan fisik, pusing, lemas, nyerikepala dan sesak napas. c) Aktifitas sehari-hari (a) Aktivitas / istirahat Gejala : Gangguan pola tidur, misalnya insomnia dini hari, kelemahan,perasaan ‘hiper’ dan ansietas, peningkatan aktivitas / partisipasi dalamlatihan-latihan energi tinggi. Tanda : Periode hiperaktivitasi, latihan keras terus-menerus. (b) Sirkulasi Gejala : Perasaan dingin pada ruangan hangat. Tanda : TD rendah takikardi, bradikardia, disritmia. (c) Integritas ego



Gejala : Ketidakberdayaan / putus asa gangguan ( tak nyata ) gambarandari melaporkan diri-sendiri sebagai gendut terus-menerus memikirkanbentuk tubuh dan berat badan takut berat badan meningkat, harapandiri tinggi, marah ditekan. Tanda : Status emosi depresi menolak, marah, ansietas. (d) Eliminasi Gejala : Diare / konstipasi,nyeri abdomen dan distress, kembung,penggunaan laksatif / diuretik. (e) Makanan, cairan Gejala : Lapar terus-menerus atau menyangkal lapar, nafsu makan normal atau meningkat. Tanda : Penampilan kurus, kulit kering, kuning / pucat, dengan turgor buruk, pembengkakan kelenjar saliva, luka rongga mulut, luka tenggorokan terusmenerus, muntah, muntah berdarah, luka gusi luas. (f) Higiene Tanda : Peningkatan pertumbuhan rambut pada tubuh, kehilanganrambut ( aksila / pubis ), rambut dangkal / tak bersinar, kuku rapuh tanda erosi email gigi, kondisi gusi buruk (g) Neurosensori Tanda : Efek depresi ( mungkin depresi ) perubahan mental ( apatis, bingung, gangguan memori ) karena mal nutrisi kelaparan. (h) Nyeri / kenyamanan Gejala : Sakit kepala. (i) Keamanan (j) Tanda : Penurunan suhu tubuh, berulangnya masalah infeksi. (k) nteraksi sosial (l) Gejala : Latar belakang kelas menengah atau atas, Ayah pasif / Ibu dominan anggota keluarga dekat, kebersamaan dijunjung tinggi, batas pribadi tak dihargai, riwayat menjadi diam, anak yang dapat bekerja sama, masalah control isu dalam berhubungan, mengalami upaya mendapat kekuatan. d) Diagnosa Keperawatan



Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada penderita diare adalah Diare b/d proses infeksi, inflamasi diusus. e) Intervensi Keperawatan (a) Memonitor jumlah pengeluaran diare hal ini bertujuan agar pengeluaran cairan pada pasien terkontrol. (b) Berikan asupan cairan oral ( mis,misalnya larutan garam gual, oralit, pedialyte, renalyte). Bertujuan untuk mengganti cairan yang telah keluar.



Daftar Pustaka



Nur Kholis Fahmi.2016.Asuhan Keperawatan Dengan Diare Pada AN.A di Ruang Flamboyan RSI Pekajangan Kabupaten Pekalongan. Stikes Muhammadiyah Pekajangan.Pekalongan Tahun 2016 Wahid Hidayah, Yufita. (2018). Asuhan Keperawatan pada Diare Akut Dehidrasi Sedang fokus studi Kekurangan Volume Cairan di RSUD Temanggung. Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal of Midwifery).