Rana Nisrina Y - 201813092 Askep Asd [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Rana
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ATRIUM SEPTAL DEFECT



Dosen Pengampu: Ira Agung Gunawan,S.Kep.,Ners.MM Disusun Oleh : Rana Nisrina Yahya



201813092



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TK.3B STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR TAHUN AJARAN 2020/2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat selesai menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Kami sebagai penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun pembaca umumnya. Kami menyadari dalam makalah masih banyak kekurangan nya. Apabila terdapat kekurangan di dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf dan kami harapkan kritikan dari pembaca untuk membantu kembali karya ini menjadi sempurna.



Bogor, 22 November 2020



Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...............................................................................................................1 B. Tujuan Penulisan ...........................................................................................................1 C. Manfaat Penulisan..........................................................................................................2 BAB II LAPORAN PENDAHULUAN ATRIUM SEPTAL DEFECT A. Definis ...........................................................................................................................3 B. Etiologi ..........................................................................................................................3 C. Manifestasi Klinis..........................................................................................................4 D. Patofiologis dan Pathway...............................................................................................4 E. Komplikasi.....................................................................................................................6 F. Penatalaksanaan.............................................................................................................6 G. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................7 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS A. Pengkajian......................................................................................................................8 B. Diagnosa......................................................................................................................10 C. Intervensi......................................................................................................................11 D. Implementasi................................................................................................................15 E. Evaluasi........................................................................................................................15



ii



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan..................................................................................................................16 B. Saran............................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Defek septum Atrial atau Atrial Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung kongenital asianotik yang paling sering ditemukan pada pasien dewasa dengan insidensi 10% dari defek jantung kon-genital asianotik pada dewasa (terjadi pada 0,8% bayi lahir). Atrial septal defeck adalah adanya hungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara sembari jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus di tutup dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya syndrome eisenmanger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan di kontraindikasikan . Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan sepotong dakron. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk memenuhi dan memahami menganai konsep dasar Atrium Septa Defect dan Asuhan keperawatan Atrium Septal Defect 2. Tujuan Khusus a. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian Atrium Septal Defect b. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami etiologi Atrium Septal Defect c. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami manifestasi klinis Atrium Septal Defect



1



d. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami patofisiologi dan pathway Atrium Septal Defect e. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami komplikasi Atrium Septal Defect f. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan Atrium Septal Defect g. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang Atrium Septal Defect h. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan Atrium Septal Defect C. Manfaat penulisan Manfaat dari penyusunan asuhan keperawatan ini untuk memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan Atrium septal defect keperawatan pada klien Atrium septal defect (ASD).



2



dalam penerapan asuhan



BAB II LAPORAN PENDAHULUAN ATRIUM SEPTAL DEFECT A. Definisi Atrium Septal Defek adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum internal (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum internal semasa janin. (Budarma,2013) Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard. (Edy, 2011) ASD adalah kelainan anatomik jantung akibat terjadinya kesalahan pada jumlah absorbsi dan proliferasi jaringan pada tahap perkembangan pemisahan rongga atrium menjadi atrium kanan dan kiri  (Arif, 2007). B. Etiologi Penyebab ASD belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD yaitu antara lain. 1. Faktor Prenatal a. ibu dengan infeksi rubella b. ibu alkoholisme c. ibu yang mengkonsumsi obat-obatan penenang atau jamu d. ibu dengan usia lebih dari 45 tahun 2. Faktor Genetik a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB b. Ayah atau ibu menderita PJB c. Kelainan kromosom seperti Down Syndrome d. Lahir dengan kelainan bawaan lain. 3



C. Manifestasi Klinis Sebagian besar penderita ASD tidak menampakkan gejala (asimptomatik) pada masa kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat menyebabkan kondisi gagal jantung di tahun pertama kehidupan pada sekitar 5% penderita. Kejadian gagal jantung meningkat pada dekade ke-4 dan ke-5, dengan disertai adanya gangguan aktivitas listrik jantung (aritmia). Gejala yang muncul pada masa bayi dan kanak-kanak adalah adanya infeksi saluran nafas bagian bawah berulang, yang ditandai dengan keluhan batuk dan panas hilang timbul (tanpa pilek). Selain itu gejala gagal jantung (pada ASD besar) dapat berupa sesak napas, kesulitan menyusu, gagal tumbuh kembang pada bayi atau cepat capai saat aktivitas fisik pada anak yang lebih besar. Selanjutnya dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti elektro-kardiografi (EKG), rontgent dada dan echo-cardiografi, diagnosis ASD dapat ditegakkan. Gejalanya bisa berupa : 1.



Sering mengalami infeksi saluran pernafasan.



2.



Dispneu (kesulitan dalam bernafas)



3.



Sesak nafas ketika melakukan aktivitas



4.



Jantung berdebar-debar (palpitasi)



5.



Pada kelainan yang sifatnya ringan sampai sedang, mungkin sama sekali



6.



Tidak ditemukan gejala atau gejalanya baru timbul pada usia pertengahan Aritmia.



D. Pathofisiologi Pada Atrial Septal Defect, aliran darah yang ada di atrium sinistra bocor ke atrium dextra karena ada defect di septum interatrial-nya yang disebabkan oleh gagalnya menutup sebuah septum maupun karena adanya gangguan pertumbuhan. Karena tekanan di ventrikel sinistra yang notabene memompa darah ke seluruh tubuh lebih besar maka darah dari atrium dextra tidak dapat masuk ke atrium sinistra sehingga dapat dikatakan darah jalan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah (dari Atrium Sinistra ke Atrium Dextra). Karena adanya penambahan beban yang terus menerus pada arteri pulmonalis, maka lama kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmunalis dan akibatnya akan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Di atrium dextra dan ventrikel dextra



terjadi



overload darah yang mengakibatkan hipertrofi atrium dan 4



ventrikel dextra. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis. Darah kemudian masuk ke arteri pulmonalis melewati katup pulmonal, yang otomatis terlalu sempit untuk jalan darah yang begitu banyak. Hal ini disebut stenosis pulmonal relative. Akibatnya arteri pulmonalis



menjadi dilatasi.



Selanjutnya terjadi turbulensi disana yang menyebabkan terjadinya bunyi murmur systole. Pathway



Defek antara atrium dextra dan atrium sinistra



Tekanan atrium sinistra > tekanan atrium dextra Vol. Ventrikel sinistra menurun



Volume atrium dextra meningkat



Curah jantung menurun



Volume ventrikel dextra meningkat



Hipoksia jaringan



Penurunan curah jantung



Lemah, letih, lesu



Intoleransi aktifitas



5



E. Komplikasi Komplikasi yang akan timbul jika tidak dilakukan penutupan defek adalah pembesaran jantung kanan dan penurunan komplians ventrikel kanan, aritmia, dan kemungkinan untuk menyebabkan penyakit vaskular paru obstruktif. Sindroma eisenmenger adalah keadaan pirau kanan ke kiri parsial atau total pada pasien dengan defek septum akibat perubahan vaskular paru. Pada defek septum yang menyebabkan pirau dari kiri ke kanan, peningkatan alirah darah ke paru menyebabkan perubahan histologis pada pembuluh darah paru. Hal ini menyebabkan tekanan darah di paru meningkat, sehingga pirau berbalik arah menjadi dari kanan ke kiri. Gejala yang timbul berupa sianosis, dyspnea, lelah dan disritmia. Pada tahap akhir penyakit, dapat timbul gagal jantung, nyeri dada, sinkop dan hemoptisis. Beberapa komplikasi menyertai tindakan penutupan defek septum, baik transkateter atau melalui pembedahan. Komplikasi mayor, yaitu komplikasi yang perlu penanganan segera antara lain kematian, dekompensasi hemodinamik yang mengancam nyawa, memerlukan intervensi bedah, dan lesi fungsional atau anatomi yang permanen akibat tindakan kateterisasi. Komplikasi yang dapat timbul dari tindakan pembedahan antara lain aritmia atrial, blok jantung. Komplikasi lain yang berhubungan dengan alatalat oklusi transkateter adalah embolisasi yang kadang memerlukan pembedahan ulang, aritmia, trombus. Komplikasi yang jarang terjadi adalah efusi perikardial, transient ischemic attack,dan sudden death. F. Penatalaksanaan Pada sebagian anak-anak ASD dapat menutup dengan sendirinya. Pada defek kecil 80% menutup pada umur sebelum 18 bulan. ASD yang tetap ada sampai umur 3 tahun biasanya tidak dapat menutup dengan sendirinya. 1. Operasi jantung terbuka ASD umumnya ditutup dengan cara operasi jantung terbuka. Ahli bedah menutup secara langsung lubang ASD dengan menjahit lubang.. 2. Amplatzer Septal Occluder Banyak ASD dapat ditutup dengan amplatzer septal occluder (ASO) saat kateterisasi jantung, tergantung ukuran dan letaknya. Alat ini telah disetujui oleh FDA tahun 2001,dimasukkan melalui kateter. Keuntungan penutupan ASD 6



dengan amplatzer antara lain jantung tidak diberhentikan atau tidak menggunakan mesin jantung paru,tidak ada trauma psikis berkaitan dengan operasi jantung terbuka,tidak ada scar operasi. G. Pemeriksaan Penunjang 1. Elektrokardiografi Gambaran EKG penting dalam membantu diagnosis ASD. EKG menunjukkan pola RBBB pada 95%, yang menunjukkan terdapatnya beban volume ventrikel kanan. Deviasi sumbu QRS ke kanan (Rigth axis deviation) pada ASD sekundum membedakannya dari defek primum yang memperlihatkan defiasi sumbu ke kiri (left axis deviation). Blok AV derajat I (pemanjangan interval PR) terdapat pada 10% kasus defect sekundum. 2. Ekokardiografi Dengan alat diagnosis ini dapat dibuat diagnosis pasti. Defect ini paling baik difisualisasikan dengan menggunakan pandangan subxifoid, karena tegak lurus pada sekat atrium. Dengan menggunakan pemetaan aliran dopler bewarna dapat dilihat aliran shunt yang melewati defect septum. 3. Foto rontgen Ukuran jantung membesar sebanding dengan besar shunt. Mungkin terdapat pembesaran jantung kanan yang tampak sebagai penonjolan pada bagian kanan atas jantung. Batang arteri pulmonalis juga dapat membesar dan tampak sebagai tonjolan pulmonal yang prominen. Vaskularisasi corakan paru bertambah. Gambaran ini (disertai dengan gejala klinik yang ada) sering didiagnosis sebagai Klompleks Primer Tuberkulosis (KPTB). 4. Kateterisasi jantung Kadang-kadang dilakukan untuk melihat tekanan pada masing-masing ruangan jantung misalnya hipertensi pulmonal. 5. MRI (Magnetic Resonance Imaging) Alat ini dapat mendeteksi anomali muara vena. Dapat digunakan pula untukmengukur besar defek dan memperkirakan besar aliran shunt.



7



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS A. Pengkajian I.



Biodata ASD bisa terjadi pada semua jenis kelamin laki-laki maupun perempuanaan dan terjadi pada umur neonatus atau kelainan bawaan. Bisa menyerang pada ibu hamil yang beresiko tinggi terhadap infeksi. A. Identitas Klien yang meliputi nama, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose medik.



II.



Riwayat Kesehatan Bukti penambahan BB yang buruk, makan buruk, intoleransi aktivitas, postur tubuh tidak umum, atau infeksi saluran pernapasan yang sering. A. Riwayat Kesehatan Sekarang Keluhan Utama



:



Keluhan utama yang biasanya dirasakan pada kasus ASD adalah sesak, gelisah, pada anak atau bayi tidak mau menetek, sulit tidur, pasien merasa letih B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun) 1. Prenatal care Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehemilan ibu (infeksi firus rubela), mungkin ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu 2. Intra natal Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi C. Riwayat Kesehatan Keluarga 1.



Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami kelainan defek jantung



III.



2.



Penyakit keturunan



3.



Penyakit konginetal atau bawaan



Riwayat Psikososial



8



Usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress. IV.



Aktivitas sehari-hari A. Nutrisi dan Cairan Terkadang mengalami anoreksia, mual, muntah B. Eliminasi Memerlukan bantuan karena keterbatasan aktivitas. C. Istirahat tidur Mengalami gangguan karena sesak. D. Aktifitas/ mobilitas fisik Mengalami kelemahan fisik, letih, lelah.



V.



Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum Pemeriksaan keadaan umum biasanya dilakukan dengan tes GCS dengan kriteria : - 15/d 12



= komposmentis



- 11 s/d 8



= somnolen



- 7 s/d 4



= apatis



-3



= koma



2. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital - Tekanan darah - Denyut nadi - Suhu - Pernapasan 3. Kepala Pada anak yang Mengalami ASD biasanya tidak mengalami kelainan dan tidak ada masalah pada kepalanya. 4. Muka Pada anak yang mengalami ASD biasanya tidak mengalami kelainan dan tidak ada masalah pada area wajah. 9



5. Mata Pada anak yang mengalami ASD tidak mengalami kelainan pada mata. 6. Hidung & Sinus Pada anak yang mengalami ASD tidak ada kelainan 7. Telinga Tidak ada masalah pada telinga 8. Mulut,faring, tonsil Biasanya ada masalah pada reflek meghisap pada pasien ASD dan tidak ada masalah pada tonsil dan faring. 9. Thorax dan pernapasan Nafas pendek, biasanya tejadi retraksi dinding dada, ketika di auskultasi terdengar mur- mur dan bising teraba di ics ke 2 dan 3 kiri. Pada defek yang sangat besar sering tidak teraba getaran bising karena tekanan di ventrikel kiri sama dengan ventrikel kanan. Menunjukkan adanya ronkhi kering, kasar, mengi. 10. Jantung Aktivitas ventrikel kanan jelas teraba parasternal kanan dan thrill (25%) di sela ics II atau kiri, pada auskultasi didapatkan sistolis murmur II. 11. Abdomen Dilakukan dengan teknik bimanual untuk mengetahui adanya hidronefrosis dan pyelonefrotis. Pada daerah supra simisfer pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi terasa adanya ballotemen dari k lien akan merasa ingin miksi. 12. Ekstremitas Tidak ada masalah pada ekstremitas atas dan bawah tetapi terjadi hiperemik/ terinflamasi ringan pada ujung – ujung jari B. Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama dan preload 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen



10



C.



Intervensi/Perencanaan RENCANA KEPERAWATAN (INTERVENSI) NAMA PASIEN



:



NAMA MAHASISWA



: RANA NISRINA YAHYA



NO. REKAM MEDIK



:



NIM



: 201813092



DIAGNOSA MEDIK N O 1.



TGL



DIAGNOSA KEPERAWATAN



Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama dan preload



: Atrium Septal Defect TUJUAN



RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN INTERVENSI



RASIOANAL



Setelah dilakukan tindakan 1.1 Monitor tekanan darah, 1.1 Untuk mengetahui tekanan darah, nadi, keperawatan selama 3 x 24 jam nadi, suhu dan status temperature dan diharapkan Penurunan curah jantung pernafasan pernafasan pasien berhubungan dengan perubahan irama sehingga dapat dan preload pasien dapat teratasi 1.2 Catat gaya dan fluktuasi diberikan tindakan dengan kriteria hasil yang luas pada tekanan selanjutnya 1.2 Untuk mengetahui darah NOC: Keefektifan Pompa Jantung rentang fluakt uasi 2.1 Monitor tekanan darah tekanan darah yang (0400) hal : 115 terjadi pada pasien saat pasien berbaring, 2.1 Untuk mengetahui Indikator 1 2 3 4 5 duduk dan berdiri dan tekanan darah yang No terjadi saat 1. Tekanan darah setelah perubahan perubahan posisi. 2. Denyut jantung posisi. 2.2 Untuk mengetahui apikal perbedaan nadi 3. Indeks jantung 2.2 Palpasi nadi apikal dan apikal dan radial radial bersamaan dan 3.1 Untuk mengetahui Keterangan: kualitas irama dan 1. Deviasi Berat dari kisaran normal catat perbedaannya. denyut jantung 2. Deviasi yang cukup berat dari 3.1 Monitor irama dan 3.2 Untuk mengetahui 11



PARAF



kisaran normal 3. Deviasi sedang dari kisaran normal 4. Deviasi Ringan dari kisaran normal 5. Tidak ada Deviasi dari kisaran normal



denyut jantung 3.2 Monitor pola dan pernafasan abnormal 3.3 Kolaborasi dengan dokter untuk menyediakan terapi antiaritmia (obat



ketidaknormalan pola pernafasan pada pasien 3.3 Untuk mencegah terjadinya denyut jantung berdetak tidak normal. 3.4 Untuk menindaklanjutkan perawatan pada pasien untuk berikutnya



antiaritmia). 3.4 Intruksikan pasien dan keluarga mengenai tujuan perawatan dan bagaimana kemajuan akan diliat.



2.



Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil



NOC: Toleransi terhadap aktifitas (0005) Hal : 582



12



1.1 Monitor sistem kardiorespirasi pasien selama kegiatan (takikardia, disritmia, dyspnea, diaphoresis, pucat, tekanan hemodinamik, frekuensi pernafasan). 2.1 Monitor atau catat



1.1 Untuk mengetahui tidak ada kelainan pada



sistem



kardiorespirasi 2.1 Untuk aktivitas pasien



mengetahui istrirahat



Indikator



2.2 Untuk



1 2 3 4 5



No



1.



2.



Frekuensi pernafasan ketika beraktifitas



2.2



Kemudahan dalam melakukan aktivitas hidup harian (ADL)



Keterangan: 1. Sangat terganggu 2. Banyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit teranggu 5. Tidak terganggu



2.3



2.4 2.5



2.6



13



waktu dan lama istirahat dan tidur pasien Kaji status fisiologi pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai degan konteks usia dan perkembangan Anjurkan pasien istirahat dan kegiatan secara bergantian lakukan ROM pasif atau aktif Konsultasikan dengan ahli gizi cara meningkatkan asuhan energi makanan. Intruksikan pasien atau orang dekat dengan pasien mengenai kelelahan (gejala yang mungkin muncul dan kekambuhan yang mungkin nanti muncul)



mengetahui



penyebab pasien



terjadi



mengalami



kelelahan



yang



berlebihan 2.3 Untuk mengoptimalkan kegiatan



dalam



sehari-hari 2.4 Untuk menghilangkan ketegangan



pada



otot 2.5 Untuk memberikan asupan gizi yang benar



dan



mengembalikan energi yang telah hilang. 2.6 Untuk apabila



mengetahui sewaktu-



waktu tanda atau



gejala muncul pada pasien



14



D.



Implementasi Tahap implementasi asuhan keperawatan yaitu dimulai setelah peyusunan perencanaan atau intervensi kemudian dilaksanakan tindakana keperawatan. (Rudolpt dan Colin, 2007).



E.



Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk menghadapi proses keperawatan yang bisa menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan impelementasinya (wong,2008).



15



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Atrium Septal Defek adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum internal (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum internal semasa janin. Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat B. Saran Di harapkan untuk mahasiswa dan mahasiswi kesehatan dapat memahami dan mempelajari mengenai isi keseluruhan Asuhan Keperawatan Atrium septal defeck ini dan semoga bisa diterapkan pada saat menghadapi pasien secara langsung.



16



DAFTAR PUSTAKA NANDA-I 2018-2020 Diagnosis Keperawatan,Definisi dan Klasifikasi. Edisi 11 hal 226229 Sue Moorhead, Marion Johnson, Meridean L.Maas, Elizabeth Swanson. Nursing Outcomes Classification. Edisi 5 bahasa Indonesia. Glorio M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman, Cheryl M. Wagner. Nurshing Interventios Classification. Edisi 6 bahasa Indonesi Park MK. Left to right shunt lesion, Atrial Septal Defect. In Pediatric cardiology for practitioner. 5th ed. Philadelphia. Mosby Elsevier 2008.page 161-166.. Keane JF, Geva T, Fyler DC. Atrial Septal Defect. In Keane JF,Lock JE,Fyler DC. Nadas’ pediatric cardiology, second edition. Philadelphia . Saunders Elsevier 2006,page. 603-616. Joshi VM, Sekhavat S. Acyanotic Congenital Heart Defects. In Bell LM, Pediatric cardiology the requisites in pediatrics. Philadelphia. Elsevier Mosby 2006 p.79-82. Rice A Syilvia dan Wilson M Lorrain.1995.Patofisiologi.Jakarta.EGC



17