Nisrina N [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HALAMAN JUDUL SKRIPSI



HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TB.PARU SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJONG RIMBA KABUPATEN PIDIE



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Melaksanakan Tugas akhir



Oleh



NISRINA NIM: 19010101



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) JURUSAN ILMU KEPERAWATAN MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI 2021



i



LEMBAR ORISINALITAS



Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama



: NISRINA



NIM



: 19010101 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah hasil karya



sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun di rujuk dalam penyusunan skripsi ini saya nyatakan dengan benar telah sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan ilmiah. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggungjawabkan.



Sigli, November 2021 Yang membuat pernyataan



NISRINA NIM: 19010101



ii



LEMBARAN PERSETUJUAN Skripsi Dengan Judul :



HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TB.PARU SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJONG RIMBA KABUPATEN PIDIE Oleh : NISRINA NIM: 19010101



Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Di hadapan Tim Penguji Sidang Skripsi Jurusan Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medika Nurul Islam



Sigli,



November 2021 Pembimbing



Ns. TUTI SAHARA, S. Kep., M.Kep



iii



LEMBARAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul:



HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TB.PARU SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJONG RIMBA KABUPATEN PIDIE Oleh : NISRINA NIM: 19010101 Telah Dipertahankan Di hadapan Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medika Nurul Islam Sigli, November 2021 Mengesahkan,



Penguji I



: T. Samsul Bahri, SKP., MNSc



1. …………………



Penguji II



: Ns. Susi Andriani, M.Kep



2. …………………



Pembimbing/ : Ns. Tuti Sahara, S.Kep., M.Kep Penguji III Mengetahui, Ketua Jurusan Ilmu Keperawatan STIKes Medika Nurul Islam Sekretaris



Ns. ISMUNTANIA , S.Kep., M.Kep NIDN. 1303038901



iv



3. …………………



MOTTO Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya berharap (QS. Alam Nasyrah 6 – 8) Dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini dihadapan keluarga tercinta yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta makna dari sebuah kasih sayang yang abadi Kepada yang tak pernah lelah dalam memberikan dorongan dan semangat bagi saya dalam meraih cita-cita.



Thanks 4 your Spirit Buat kedua orang tua yang tak pernah lelah menemani setiap suka dan duka, serta tak pernah lelah mengarungi bahtera kehidupan dan mengajarkanku tentang kesetiaan abadi. Serta teman-teman seperjuangan yang ku sayangi dan tak terlupakan, serta seluruh kawan-kawan satu seperjuangan Thank`s Dosen pembimbing yang telah membimbing saya yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dalam memberikan petunjuk serta saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. dan terimakasihku ucapkan kepada dosendosenku terhormat, berkat bimbinganmu keberhasilan dapat ku raih.



~~Nisrina~~



v



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDIKA NURUL ISLAM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SKRIPSI November 2021 xiii + 6 Bab + 65 Halaman + 6 Tabel + 2 Skema + 16 Lampiran Nisrina 19010101 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TB.PARU SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJONG RIMBA KABUPATEN PIDIE



ABSTRAK Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi beban masalah kesehatan di Indonesia hingga saat ini. Di saat yang bersamaan Indonesia juga menghadapi wabah corona virus (Covid-19) dan harus lebih diwaspadai oleh pasien TBC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie 2021. Penelitian ini bersifat kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 41 orang, dan yang menjadi sampel juga 41 orang dengan teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 13 sampai dengan 21 Oktober 2021. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden patuh minum obat TB Paru selama masa pandemi covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie, yaitu sebanyak 34 responden (82,9%), mayoritas responden di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie memiliki keluarga yaitu sebanyak 29 responden (70,7%), dan ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemic covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie (p value = 0,007 ≤ 0,05). Disarankan kepada responden agar dapat meningkat pengetahuan dan wawasan akan pentingnya mempertahan kesehatan pada penderita tuberkulosis. Kata Kunci



: Dukungan Keluarga, Kepatuhan Minum Obat, Tb. Paru, Pandemi Covid-19 Daftar Bacaan : 23 buku + 16 jurnal ilmiah (2012 – 2019)



vi



ABSTRACT



vii



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum wr.wb. Syukur Alhamdulillah Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana dengan rahmat dan karunia-Nya Peneliti dapat menyelesaikan sebuah Skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum



Obat Pada Pasien Tb.Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie”. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan S-1 Jurusan Ilmu Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medika Nurul Islam Sigli. Pada kesempatan ini Peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya baik moril maupun materil, terutama kepada : 1. Ibu dr. Kartika Bahri, M. Kes selaku ketua STIKes Medika Nurul Islam Sigli 2. Ibu Ns. Ismuntania , M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan S-1 Ilmu Keperawatan STIKes Medika Nurul Islam Sigli. 3. Ibu Ns. Tuti Sahara, M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan banyak masukan dan saran selama proses bimbingan skripsi ini. 4. Bapak T. Samsul Bahri, S.Kp., MNSc selaku penguji I dan Ibu Ns. Susi Andriani, M.Kep selaku penguji II yang telah memberikan kritik dan saran selama berlangsungnya seminar skripsi ini.



viii



5. Kepala Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie beserta jajaran yang telah membantu terlaksananya penulisan skripsi ini dalam hal pengambilan data, dan selanjutnya dilanjutkan dengan penenelitian penyusunan skripsi. 6. Para Dosen dan staf Akademi Jurusan Ilmu Keperawatan yang telah membantu dan memberikan bimbingan serta ilmu pengetahuan kepada Peneliti



selama mengikuti pendidikan pada Jurusan Ilmu Keperawatan



STIKes Medika Nurul Islam Sigli. 7. Kepada kedua orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan doa dan semangat sehingga selesainya penulisan Skripsi ini. 8. Rekan-rekan terbaikku yang telah berjuang bersama dalam suka dan suka serta saling memberi dukungan selama kuliah. 9. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa/i Jurusan



Ilmu Keperawatan pada



Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medika Nurul Islam Sigli yang tidak dapat Peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat dan saling mendukung. Peneliti telah berusaha melakukan yang terbaik dalam Penulisan Skripsi ini, namun Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dari semua pihak. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi bahan referensi bagi Penulisan Skripsi lainnya. Wassalamu’ alaikum wr.wb Sigli, Oktober 2021



Peneliti



ix



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i LEMBAR ORISINALITAS ................................................................................. ii LEMBARAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii LEMBARAN PENGESAHAN ............................................................................ iv MOTTO ................................................................................................................. v ABSTRAK ............................................................................................................ vi ABSTRACT .......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................... xii DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8 A. Konsep Tuberculosis Paru ............................................................... 8 B. Konsep Dukungan Keluarga .......................................................... 20 C. Konsep Kepatuhan......................................................................... 32 D. Konsep Covid-19 ........................................................................... 34 E. Kerangka Teoritis .......................................................................... 39 BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ............................................ 40 A. Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 40 B. Definisi operasional ....................................................................... 41 C. Pengukuran variable ...................................................................... 41 D. Hipotesa ......................................................................................... 42 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 43 A. Jenis Penelitian .............................................................................. 43 B. Populasi dan Sampel...................................................................... 43 C. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 43 D. Instrumen Penelitian ...................................................................... 44 E. Etika Penelitian .............................................................................. 45 F. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 47 G. Pengolahan Data ............................................................................ 48 H. Analisa Data .................................................................................. 49 I. Penyajian Data ............................................................................... 51



x



BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 52 A. Hasil Penelitian .............................................................................. 52 B. Pembahasan ................................................................................... 56 C. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 59 BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 61 A. Kesimpulan .................................................................................... 61 B. Saran .............................................................................................. 61



DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP



xi



DAFTAR TABEL



Tabel 3.1 Definisi Operasional ..........................................................................



42



Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tb. Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskemas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie. ........................



54



Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga pada Pasien Tb. Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskemas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie. .................................... 55 Tabel 5.3 Hubungan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tb. Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskemas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie ....................................



xii



56



DAFTAR SKEMA



Skema 2.1



Kerangka Teoritis …………………………………………. 38



Skema 3.1



Kerangka Konsep Penelitian ……………………………... 39



xiii



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1



: Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi



Lampiran 2



: Anggaran Biaya Penyusunan Skripsi



Lampiran 3



: Lembaran Permohonan Menjadi Responden



Lampiran 4



: Lembaran Persetujuan Menjadi Responden



Lampiran 5



: Kuesioner Penelitian



Lampiran 6



: Surat Studi Pendahuluan dari Kampus



Lampiran 7



: Surat Telah Selesai Studi Pendahuluan



Lampiran 8



: Surat Izin Melakukan Penelitian



Lampiran 9



: Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian



Lampiran 10 : Tabel Master Lampiran 11 : Hasil Pengolahan Data dan Crostabb Lampiran 12 : Lembaran Konsultasi Skripsi Lampiran 13 : Daftar Riwayat Hidup



xiv



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Corona Virus 2019 (covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut corona virus 2 (sar-CoV-2). Penyakit ini pertama kali ditemukan pada desember 2019 di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei China, sejak itu menyebar secara global di seluruh dunia yang mengakibatkan corona virus 2019-2020 (Davies, 2020). Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendeklarasikan wabah corona



virus



2019-2020



sebagai



kesehatan



masyarakat



darurat



internasional (PHEIC) pada 30 Januari 2020, dan pandemi pada 11 Maret 2020. Wabah penyakit ini begitu sangat mengguncang masyarakat dunia hingga hampir 200 negara di dunia terjangkit virus ini termasuk Indonesia. Berbagai upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19 dialakukan oleh pemerintah di negara-negara di dunia guna memutus rantai penyebaran virus Covid-19, yang disebut dengan istilah lockdown dan social distancing (Supriatna, 2020). Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak pandemik covid-19 dengan pola penyebaran yang masih menunjukkan peningkatan dan telah berdampak keseluruh provinsi. Respon terhadap pandemik ini mengharuskan adanya penyesuaian terhadap pelayanan program kesehatan lainnya termasuk pelayanan TBC yang dijalankan di fasilitas pelayanan kesehatan (Supriatna, 2020).



1



2



Penyakit tuberculosis menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi lemah dan pendidikan rendah, sampai saat ini program penanggulangan tuberculosis dengan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) belum dapat menjangkau seluruh pukesmas, rumah sakit pemerintah, swasta dan unit pelayanan kesehatan lainnya (Kemenkes RI, 2017). Pengobatan tuberculosis membutuhkan waktu panjang (6-8 bulan) untuk mencapai penyembuhan dan dengan panduan (kombinasi) beberapa macam obat, sehingga tidak jarang pasien berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai yang berakibatkan pada kegagalan dalam pengobatan TBC (Asmariani, 2016). Kementerian Kesehatan RI membentuk atau menyusun suatu protokol tentang tatalaksana layanan penderita TBC selama masa pandemi COVID19 teruntuk fasilitas layanan kesehatan. Protokol ini berisi tentang sejumlah panduan terkait dengan tindakan pencegahan, manajemen dan perencanaan, sumber daya manusia, perawatan dan pengobatan, serta layanan laboratorium (Riskesdas, 2018). Kepatuhan merupakan derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya. Kepatuhan adalah secara sederhana sebagai perluasan perilaku individu yang berhubungan dengan minum obat, mengikuti diet dan merubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk medis (Zelika dkk, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Jaji (2018), dampak yang paling besar dirasakan penderita TBC ditengah pandemik yaitu faktor ekonomi



3



dan psikologi. Tidak sedikit terjadinya PHK besar yang didalamnya terdapat penderita TBC, sehingga mempengaruhi penderita dalam segi psikologis untuk tetap semangat dalam meneruskan pengobatan. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2018). Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dapat berupa secara moral atau material. Adanya dukungan keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada penderita dalam menghadapi proses pengobatan penyakitnya (Widiastutik dkk, 2020). Menurut WHO tahun 2018-2019 diperkirakan terdapat 14 juta kasus tuberculosis (TBC) dimana 1,1 juta orang (13 %) diantaranya pasien TBC dengan HIV positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada diwilayah Afrika, terdapat 540.000 orang yang menderitaTuberculosis Multi Drugs Resisten (TBMDR) dan 170.000 orang diantaranya meninggal dunia (Kemenkes RI, 2019). Secara epidemiologi, menurut WHO terdapat 10-12 juta penderita TBC yang mempunyai kemampuan menularkan dengan angka kematian 3 juta penderita tiap tahun, dan keadaan tersebut terdapat di Negara berkembang dengan sosail ekonomi rendah termasuk Indonesia (Amin, 2016).



4



Penyakit tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat tahun 2016, hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia menunjukkan bahwa penyakit tuberculosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi (Astuti, 2016). Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi beban masalah kesehatan di Indonesia hingga saat ini. Di saat yang bersamaan Indonesia juga menghadapi wabah corona virus (Covid-19) dan harus lebih diwaspadai oleh pasien TBC. Kedua penyakit ini adalah pandemi pernapasan yang menular melalui droplet (percikan), menyerang rentang usia yang luas seperti di antaranya orang lanjut usia dan orang yang memiliki kondisi kesehatan khusus seperti mereka yang memiliki gangguan kronis pada paru, bahkan pada anak-anak. Beberapa gejala TBC seperti batuk, demam, dan merasa lemas juga dialami pasien COVID-19, sehingga jika penderita TBC ikut tertular Covid-19, maka akan semakin membahayakan bagai penderinya (Susilo dkk, 2020). Tuberculosis masih merupakan masalah masyarakat diprovinsi Aceh, dilihat dari indiktor program penemuan kasus baru (CDR) 55% masih dibawah target yaitu 60%. Angka konversi 81,10% target 80% kesembuhan 80,7% dari target 85% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data profil kesehatan Aceh pada tahun 2020 jumlah penderita TBC sebanyak 8.647 jiwa dengan angka kesembuhan 85,00%.



5



Sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 8.471. berdasarkan data tersebut penderita tuberculosis mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Dinkes Aceh, 2020). Berdasarkan pengambilan data awal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, bahwa jumlah penderita Tuberculosis di Kabupaten Pidie sebanyak 595 orang, yang tersebar di 26 Puskesmas dan 5 Rumah Sakit, untuk Puskesmas Ujong Rimba sebanyak 41 orang yang menderita Tuberculosis Paru (Dinkes Pidie, 2021). Wawancara awal yang peneliti lakukan terhadap tiga orang keluarga yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba dan anggota keluarganya menderita TBC serta saat ini sedang menjalani proses pengobatan, peneliti menanyakan dukungan mereka terhadap pengobatan kepada pasien TBC, semua responden mengatakan bahwa mendukung sepenuhnya pengobatan pasien TBC, seperti mengingatkan waktu berobat, mengantar ke tempat berobat dan membuat rujukan apabila di perlukan, tetapi dari segi pasien Tb. Paru sendiri kadang-kadang merasa enggan dan tersinggung apabila di ingatkan untuk berobat, karena takut di kira menderita Covid-19. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian



tentang



“Hubungan



Dukungan



Keluarga



Terhadap



Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tb. Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie”



6



B.



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah apakah ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie?



C.



Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk



mengetahui



hubungan



dukungan



keluarga



terhadap



kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie 2021. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui dukungan informasional yang diberikan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie 2021. b. Mengetahui dukungan emosional yang diberikan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie 2021. c. Mengetahui dukungan instrumental yang diberikan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi



7



Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie 2021. d. Mengetahui dukungan penghargaan atau penilaan yang diberikan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie 2021.



D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Penelitian ini diharapkan dapat meningkat pengetahuan dan wawasan akan pentingnya mempertahan kesehatan pada penderita tuberkulosis. 2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi perpustakaan dan bahan masukan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Medika Nurul Islam Sigli. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi Peneliti selanjutnya dapat menjadi sumber data dan informasi untuk pengembangan penelitian berikutnya. 4. Bagi Tempat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi puskesmas, berupa peningkatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dan dapat membatu pengelola program pengobatan penyakit Tuberkulosis.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Konsep Tuberculosis Paru 1. Definisi Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara (Platini, 2018). Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Alsagafi, 2018). Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis



yang



disebabkan



oleh



infeksi



kompleks



Mycobacterium



Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2018). Bakteri Mycobacterium



8



9



Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 24 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2018). 2. Etiologi Sumber penularan penyakit



Tuberkulosis adalah penderita



Tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Ginanjar, 2018).



10



3. Patofisiologi Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi (Andareto, 2017). Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam



ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi



peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut (Carpenito, 2017). Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian



11



bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari (Carpenito, 2017). Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel (Harrison, 2017). Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa (Harrison, 2017). Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat



12



dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif (Ginanjar, 2018). Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus, Meningitis serosa, dan Tuberkulosis milier (Ginanjar, 2018). 4.



Klasifikasi tuberkulosis Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang



13



sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam (Harrison, 2017): a.



Tuberkulosis Paru BTA (+) Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif.



b. Tuberkulosis Paru BTA (-) Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas. c. Tuberculosis Ekstra Paru TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu : a.



TBC ekstra-paru ringan Misalnya: TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.



b. TBC ekstra-paru berat Misalnya: meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis



14



eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin. c. Tipe Penderita Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu: 1) Kasus Baru Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian). 2) Kambuh (Relaps) Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah



mendapat



pengobatan



Tuberculosis



dan



telah



dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+). 3) Pindahan (Transfer In) Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/ pindah (Form TB.09). 5. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas. Biasanya



15



keluhan yang muncul adalah (Harrison, 2017) : a.



Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.



b.



Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent (menghasilkan sputum)



c.



Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru



d.



Nyeri dada, ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.



e.



Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat di waktu di malam hari



6. Komplikasi Tuberkulosis Komplikasi dari TB paru adalah (Harrison, 2017) : a. Pleuritis tuberkulosa b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura) c. Tuberkulosa milier d. Meningitis tuberkulosa 7. Pemeriksaan penunjang Tuberkulosis Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah : a.



Pemeriksaan Diagnostik



b.



Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan.



16



Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif. c.



Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan bakteri taham asam.



d.



Skin test (PPD, Mantoux)



8. Protokol kesehatan pada penderita Tuberculosis Paru selama Pandemi Covid-19 Pengalaman dan pemahaman tentang infeksi COVID-19 pada pasien TB masih terbatas, namun perlu dilakukan langkah antisipasi terhadap orang yang menderita TB dan COVID-19 yang mungkin akan memiliki prognosis hasil pengobatan yang lebih buruk, terutama jika terjadi putus pengobatan TB. Pasien TB harus melakukan tindakan pencegahan seperti yang disarankan oleh tenaga kesehatan agar terlindungi dari COVID-19 serta tetap melanjutkan pengobatan TB sesuai anjuran. Setiap pasien TB akan mendapatkan masker bedah yang harus dikenakan saat pasien kontrol pengobatan maupun melakukan aktivitas keluar rumah yang sangat penting. Pasien TB sangat disarankan untuk membatasi aktivitas di luar rumah untuk menghindari kemungkinan terpajan virus SARS Cov-2 penyebab COVID-19 (Kemenkes RI, 2021).



17



Penerapan protokol kesehatan yang harus dipenuhi antara lain (Kemenkes RI, 2021); a. Pasien TBC harus melakukan tindakan pencegahan, seperti yang disarankan oleh tenaga kesehatan agar terlindungi dari Covid-19 serta tetap melanjutkan pengobatan TBC sesuai anjuran. b. Setiap pasien TBC mendapatkan masker bedah yang harus dikenakan saat pasien kotrol dan melakukan aktivitas keluar rumah c. Pasien TBC diharuskan untuk membatasi aktivitas di luar rumah dan melakukan upaya isolasi mandiri sesuai protokol yang dianjurkan petugas. d. Upaya menjaga jarak dan menghindari kerurmunan untuk mengurangi penularan TBC dan Covid-19 e. Pasien TBC harus



tetap menjalani pengobatan TBC secara rutin



dengan melakukan tindakan pencegahan untuk covid-19; 1) Mencuci tangan dengan sabun 2) Menggunakan masker 3) Mengkonsumsi vitamin C 500 mg/ hari 4) Menjaga jarak atau membatasi aktivitas di luar rumah 5) Menjaga daya tahan tubuh dengan PHBS dan makanan bergizi. f. Pengobatan TBC selama pandemic bisa di bawa pulang dengan pengawasan menelan obat (PMO) dari petugas kesehatan dan keluarga g. Pasien TBC yang mendapatkan obat injeksi tetap melakukan kunjungan ke faskes atau petugas kesehatan yang ditunjuk.



18



9. Penatalaksanaan penderita Tuberkulosis paru a.



Pengobatan TBC Paru Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni: 1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB per hari dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek bakteri sidal), menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat 2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2 macam obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg. Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis (hilangnya keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan konversi sputum menjadi negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan. Kontrol terhadap pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam evaluasi pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat



pada



akhir



pengobatan



sebagai



perbandingan bila nantsi timbul kasus kambuh.



dokumentasi



untuk



19



b. Perawatan bagi penderita tuberkulosis Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah : 1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat yaitu keluarga. 2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan 3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita 4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari 5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima dan enam 6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik 10. Pencegahan penularan TBC Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah : a)



Menutup mulut bila batuk



b) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang diberi lisol c)



Makan makanan bergizi



d) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita e)



Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik



f)



Untuk bayi diberikan imunisasi BCG.



20



B. Konsep Dukungan Keluarga 1. Definisi keluarga Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yangtergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2018). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan (Harnilawati, 2013). Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan sekumpulan orang yang tinggal satu rumah yangterikat oleh ikatan perkawinan dan mempunyai ikatan darah.



2. Fungsi keluarga Fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu (Friedman, 2018): a.



Fungsi Afektif Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga.



b. Fungsi Sosialisasi Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan untuk menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta



21



memberikan status pada anggota keluarga. c. Fungsi Reproduksi Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat. d. Fungsi Ekonomi Menyedeiakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya. e. Fungsi Perawatan Kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan (Friedman, 2018). Berdasarkan UU No.10 Tahun 1992 PP No.21 tahun 1994 tertulis fungsi keluarga dalam delapan bentuk yaitu: f. Fungsi Keagamaan 1) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga. 2) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh anggota keluarga. 3) Memberikan contoh konkrit dalam hidupsehari-hari dalam pengamalan dari ajaran agama. 4) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang kurang dperolehnya di sekolah atau masyarakat. 5) Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.



22



g. Fungsi Budaya 1) Membina



tugas-tugas



keluarga



sebagai



lembaga



untuk



meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan. 2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai. 3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif gobalisasi dunia. 4) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi. 5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera. h. Fungsi Cinta Kasih 1)



Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus-menerus.



2)



Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara kuantitatif dan kualitatif.



3)



Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.



23



4)



Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.



i. Fungsi Perlindungan 1)



Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.



2)



Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.



3)



Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.



j. Fungsi Reproduksi 1)



Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.



2)



Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.



3)



Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga.



4)



Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.



k.



Fungsi Sosialisasi 1) Menyadari, merencnakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosisalisasi anak pertama dan utama. 2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga



24



sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. 3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental), yang kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat. 4) Membina peran, pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orangtua, dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. l. Fungsi Ekonomi 1) Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga. 2) Mengelola



ekonomi



keluarga



sehingga



terjadi



keserasian,



keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga. 3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang. 4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.



25



m. Fungsi Pelestarian Lingkungan 1) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan internal keluarga. 2) Membina kesadaran, sikap dan praktik lingkungan eksternal keluarga. 3) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang dan antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya. b. Tugas keluarga dibidang Kesehatankesehatan, keluarga Sesuai dengan fungsi pemeliharaan mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi : 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarganya sekecil apapun perubahan tersebut. 2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan



siapa



diantara



keluarga



yang



mempunyai



kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.



26



3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. 4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara atau memodifikasi lingkungan rumah sehat (dari segi fisik, psikis, sosial ekonomi) hal yang perlu dikaji sejauh mana mengetahui sumber-sumber yang dimiliki keluarga, sejauh mana keluarga memperoleh keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya dan sanitasi, sejauh mana keluarga mngenal upaya pencegahan penyakit, sejauh mana sikap atau pandangan keluarga hygiene dan sanitasi, dan sejauh mana kekompakan antara anggota keluarga. 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga. Untuk



mengetahui



sejauh



mana



kemampuan



keluarga



menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji : sejauh mana keluarga memahami keuntungankeuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan, apakah keluarga mempunyai pengalaman yang baik



27



terhadap petugas kesehatan dan apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga (Friedman, 2018). 3. Jenis Dukungan Keluarga Menurut Friedman (2018), terdapat empat tipe dukungan keluarga yaitu



dukungan



emosional,



dukungan



penghargaan,



dukungan



instrumental, dan dukungan informasional. a. Dukungan emosional Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaaan emosional. Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diterima oleh anggota keluarga berupa ungkapan empati, kepedulian, perhatian, cinta, kepercayaan, rasa aman dan selalu mendampingi pasien dalam perawatan. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak terkontrol. b. Dukungan penghargaan Keluarga



bertindak



sebagai



bimbingan



umpan



balik,



membimbing dan menengahi pemecahan dan validator identitas anggota keluarga. Dimensi ini terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang positif dengan orang-orang disekitarnya, dorongan atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan individu. Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten dan dihargai. Dukungan penghargaan juga merupakan bentuk fungsi



28



afektif keluarga yang dapat meningkatkan status psikososial pada keluarga yang sakit. Melalui dukungan ini, individu akan mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahlian yang dimilikinya. c. Dukungan instrumental Dukungan instrumental (peralatan atau fasilitas) yang dapat diterima oleh anggota keluarga yang sakit melibatkan penyediaan sarana untuk mempermudah perilaku membantu pasien yang mencakup bantuan langsung biasanya berupa bentuk-bentuk kongkrit yaitu berupa uang, peluang, waktu, dan lain-lain. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. d. Dukungan informasional Dukungan informasional merupakan bentuk dukungan yang meliputi pemberian informasi, sarana atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Menurut Nursalam (2018) dukungan ini berupa pemberian nasehat dengan mengingatkan individu untuk menjalankan pengobatan atau perawatan yang telah direkomendasikan oleh petugas kesehatan (tentang pola makan sehari-hari, aktivitas fisik atau latihan jasmani, minum obat, dan kontrol), mengingatkan tentang prilaku yang memperburuk penyakit individu serta memberikan penjelasan mengenai hal pemeriksaan dan pengobatan dari dokter yang merawat ataupun menjelaskan hal-hal yang tidak jelas tentang penyakit yang diderita individu.



29



4. Sumber Dukungan Keluarga Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami atau istri, atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga). Sebuah jaringan sosial keluarga secara sederhana adalah jaringan kerja sosial keluarga itu sendiri (Friedman, 2018). 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Menurut Friedman (2018) ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih besar. Selain itu, dukungan yang diberikan oleh orang tua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Menurut FrieTuberculosis Mellitus an (2002), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris di bandingkan ibu-ibu yang lebih tua. Hal lain yang mempengaruhi faktor-faktor dukungan keluarga lainya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah,



30



hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah (Friedman, 2018). Faktor lainnya adalah tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin tinggi dukungan yang diberikan pada keluarga yang sakit. Status pernikahan juga berpengaruh, hal tersebut dikaitkan dengan bertambahnya anggota keluarga, dukungan pada anggota keluarga yang sakit pun semakin banyak. 6.



Pengukuran Dukungan Keluarga Cara mengatasi tuberculosis



berbeda dengan penyakit kronik



lainnya. Pada pasien tuberculosis diperlukan pengontrolan terhadap metabolik yang tentunya akan mempengaruhi gaya hidup pasien (dalam menggunakan terapi obat, makanan, pengukuran sputum dan latihan (Subianto, 2019). Dukungan keluarga terkait dengan kesejahteraan dan kesehatan dimana lingkungan keluarga menjadi tempat individu belajar seumur hidup. Dukungan keluarga didefinisikan sebagai faktor penting dalam kepatuhan manajemen penyakit untuk remaja dan dewasa dengan penyakit kronik. Dukungan keluarga signifikan dalam mengatasi hambatan makan untuk pasien Tuberculosis. Dukungan keluarga merupakan indikator yang paling kuat memberikan dampak positif terhadap perawatan diri pada pasien tuberculosis (Yusra, 2019).



31



Dukungan keluarga terdiri atas dukungan orang tua anak, anak ke orang tua, saudara ke saudara, antar pasangan, cucu ke kakek/ nenek. Hal ini perlu dievaluasi dan diadaptasi untuk memastikan keberhasilan dari rencana asuhan keperawatan terhadap pasien. Henserling mengembangkan suatu skala pengukuran dukungan keluarga dengan nama “Henserling Tuberculosis Family Support Scale (HTFSS), dimana skala ini menunjukan validitas isi untuk pengukuran persepsi pasien terhadap dukungan yang diberikan oleh keluarga. HTFSS mengukur dukungan keluarga yang dirasakan oleh pasien tuberculosis, secara konsep didefinisikan bagaimana pasien melihat dukungan dari keluarganya. HTFSS terdiri dari 29 pertanyaan mencakup dimensi emosional terdiri dari 10 item pertanyaan (4,5,6,7,13,15,17,24,27,28) dimensi penghargaan 8 item pertanyaan (8,10,12,14,18,19,20,25), dimensi instrumental 8 item pertanyaan (9,11,16,21,22,23,26,29) dan dimensi informasi 3 item pertanyaan (1,2,3) dengan alternatif jawaban: 4 = selalu, 3 = sering, 2 = Jarang, 1= tidak pernah Hensarling (2009) dalam Yusra (2019). Total skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi maka semakin tinggi level persepsi pasien tuberculosis terhadap dukungan keluarga yang diterimanya. Dan skor tertingginya adalah 96 dan skor terendahnya adalah 0. The Hensarling Tuberculosis Family Support Scale memiliki empat dimensi dengan jumlah item sebanyak 24. Dukungan emosional memiliki sembilan item yakni pada aitem nomor 3, 4, 5, 6, 7, 12, 21, 22 dan 23. Selanjutnya dukungan informasional memiliki tujuh



32



aitem yakni pada item nomor 8,10,11,14,15,16 dan 20. Lalu pada dukungan



instrumental



terdapat



enam



item



yakni



pada



nomor



9,13,17,18,19 dan 24 dan terakhir pada dukungan pertemanan yang memiliki dua item yakni pada nomor 1 dan 2. Skala The Hensarling Tuberculosis Family Support Scale (HTFSS) memiliki dua kategori dalam kategoriasi norma nilai kumulatif yaitu tinggi dan rendah. Kategori tinggi memiliki nilai kumulatif yang berada pada rentang 48 – 96 dan kategori rendah memiliki nilai kumulatif yang berada pada rentang 0 – 47, sehingga dapat disimpulkan bahwa ; a.



Tinggi



: apabila memiliki skor 48 – 96



b.



Rendah



: apabila memiliki skor 0 – 47



C. Konsep Kepatuhan Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang setuju terhadap instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik itu diet, latihan, pengobatan, atau menepati janji pertemuan dengan dokter. Ketidakpatuhan atau tidak mengikuti petunjuk atau instruksi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting dan merupakan masalah paling serius yang dihadapi praktik kedokteran saat ini (Lisiswanti dkk, 2016) Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat, suka menurut perintah. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan



dan perilaku yang disarankan dokter atau oleh orang lain.



33



kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan (Notoatmodjo, 2017). Kepatuhan terhadap protokol kesehatan adalah kunci penurunan COVID-19. Data satgas COVID-19 menunjukkan, bahwa Kabupaten/Kota yang masuk zona merah memiliki tingkat kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak kurang dari 60%. Sementara Kabupaten/Kota yang masuk zona hijau memiliki tingkat kepatuhan terhadap protokol Kesehatan mencapai 91100%. Dengan menjalankan 3M: Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak terbukti mampu menurunkan risiko tertular COVID-19 hingga 85%. Ini adalah upaya paling efektif untuk saat ini ditambah pula dengan mengikuti program vaksinasi nanti (Susilo dkk, 2020). Kepatuhan dalam melaksanakan protokol kesehatan pada masyarakat setidaknya dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu faktor usia, pendidikan, pengetahuaun, sikap dan motivasi (Novi Afrianti, 2021). Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepatuhan seseorang, dimana Kozier (2018) menyatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain motivasi, tingkat perubahan gaya yang dibutuhkan, persepsi keparahan masalah kesehatan, pengetahuan, dampak dari perubahan budaya, dan tingkat kepuasan serta kualitas pelayanan kesehatan yang diterima.



sedangkan



Widagdo



(2016)



menyebutkan



faktor



yang



mempengaruhi kepatuhan seseoorang berupa pengetahuan, motivasi, dan dukungan keluarga.



34



Pengukuran kepatuhan dapat diklasifikasikan menjadi (Azwar, 2017): a. Patuh



: jika > mean



b. Tidak patuh



: jika < mean



D. Konsep Covid-19 1. Pengertian Pandemi Covid-19 ialah krisis kesehatan yang menggemparkan dunia pada awal tahun 2020. Dunia dikagetkan dengan merebaknya sebuah virus baru yaitu coronavirus jenis baru (SARS-Co-V-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus Disease (Covid-19). Virus jenis baru ini berasal dari Wuhan, Tingkok yang ditemukan pada akhir Desember tahun 2019 (Susilo dkk, 2020). Virus corona merupakan keluarga besar virus sumber penyakit ringan hingga berat, seperti pilek dan penyakit serius seperti SARS dan MERS. Infeksi Covid-19 dapat meninumbulkan gejala sedang hingga berat. Gejala klinis yang timbul yaitu kesulitan bernafas, batuk, hingga demam. Selain itu dapat disertai dengan sesak nafas memberat, fatigue, myalgia, gejala gastrointenistal seperti diare serta gejala saluran nafas lain. Setengah dari beberapa pasien muncul sesak dalam satu minggu (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Virus ini disebut sebagai pandemi karena merebak dengan cepat ke berbagai negara, salah satunya dengan dibawa oleh para wisatawan atau orangorang yang berkunjung ke negara lain yang tanpa sadar telah terpapar virus corona sehingga mereka menyebarkannya ke orang lain



35



yang belum terpapar. Begitulah virus ini bermutasi di dunia. Salah satu negara yang terdampak akibat virus corona ini ialah Indonesia. Banyak sektor di Indonesia yang terkena dampaknya (Susilo dkk, 2020). 2. Penularan Covid-19 Virus SARS-CoV-2 diduga menular dari manusia ke manusia melalui percikan pernapasan (droplet) yang dihasilkan selama batuk. Percikan ini juga dapat dihasilkan dari bersin dan pernapasan normal. Selain itu, virus dapat menyebar akibat menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah seseorang. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan di antaranya adalah dengan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, mengenakan masker, menjaga jarak dari orang lain minimal 1 meter, serta pemantauan dan isolasi diri untuk orang yang dicurigai terinfeksi (Fitriani, 2020). Wabah ini telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global. Virus ini sempat membuat semua kegiatan sehari-hari manusia terhambat. Karantina saja mungkin tidak cukup untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 ini, dan dampak global dari infeksi virus ini adalah salah satu yang semakin memprihatinkan. Pemerintah Indonesia telah melakukan banyak langkah-langkah dan kebijakan untuk mengatasi permasalahan pandemic ini. Salah satu langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah yaitu mensosialisasikan gerakan



Social Distancing adalah untuk



masyarakat. Langkah ini bertujuan untuk memutus mata rantai penularan



36



pandemi covid-19 ini karena langkah tersebut mengharuskan masyarakat menjaga jarak aman dengan manusia lainnya minimal 2 meter, tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain serta menghindari pertemuan massal (Putri, 2020). 3. Gejala, Tingkat Bahayanya Dan Transmisi Covid-19 Menginfeksi Manusia Gejala penderita COVID-19 pada umumnya umum berupa demam ≥38 0C, batuk kering, dan sesak napas. Jika ada orang yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala tersebut pernah melakukan perjalanan ke negara terjangkit, atau pernah merawat/ kontak erat dengan penderita COVID-19, maka terhadap orang tersebut akan dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut untuk memastikan diagnosisnya (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Seperti



penyakit



pernapasan



lainnya,



COVID-19



dapat



menyebabkan gejala ringan termasuk pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Sekitar 80% kasus dapat pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang mungkin akan menderita sakit yang parah, seperti disertai pneumonia atau kesulitan bernafas, yang biasanya muncul secara bertahap. Walaupun angka kematian penyakit ini masih rendah (sekitar 3%), namun bagi orang yang berusia lanjut, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (seperti Tuberculosis, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung), mereka biasanya lebih rentan



37



untuk menjadi sakit parah. Melihat perkembangan hingga saat ini, lebih dari 50% kasus konfirmasi telah dinyatakan membaik, dan angka kesembuhan akan terus meningkat (WHO, 2020). Saat ini, penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin dari hidung atau mulut. Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Kemudian jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet tersebut, lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga wajah), maka orang itu dapat terinfeksi Covid-19. Atau bisa juga seseorang terinfeksi Covid-19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah sebabnya mengapa kita penting untuk menjaga jarak hingga kurang lebih satu meter dari orang yang sakit. Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol (dihasilkan melalui nebulizer) selama setidaknya 3 jam. WHO memperkirakan reproductive number (R0) Covid-19 sebesar 1,4 hingga 2,5. Namun, studi lain memperkirakan R0 sebesar 3,28 (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2020). Saat ini WHO menilai bahwa risiko penularan dari seseorang yang tidak bergejala COVID19 sama sekali sangat kecil kemungkinannya. Namun, banyak orang yang teridentifikasi COVID-19 hanya mengalami gejala ringan seperti batuk ringan, atau tidak mengeluh sakit, yang



38



mungkin terjadi pada tahap awal penyakit. Sampai saat ini, para ahli masih terus melakukan penyelidikan untuk menentukan periode penularan atau masa inkubasi Covid-19 (Davies, 2020).



39



E. Kerangka Teoritis Berdasarkan pendapat Novi Afrianti (2021), Kozier (2018) dan Widagdo (2016), maka kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut :



Novi Afrianti (2021) - Usia - Pendidikan - Pengetahuan - Sikap - Motivasi Kozier (2018) - Motivasi - Tingkat perubahan gaya yang dibutuhkan, - Persepsi keparahan masalah kesehatan, - Pengetahuan, - Dampak dari perubahan, - Budaya, - Tingkat kepuasan - Kualitas pelayanan kesehatan yang diterima Widagdo (2016) - Pengetahuan - Motivasi - Dukungan keluarga



2.1 Kerangka Teoritis



Kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa Pandemi Covid-19.



BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN



A. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka penelitian ini dikembangkan berdasarkan kerangka teoritis yang telah dirumuskan tentang hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie.



Variabel Dependen



Variabel Independen



Kepatuhan minum obat pada pasien TB. Paru selama masa pandemic Covid-19



Dukungan Keluarga



Skema 3.1 Kerangka Konsep



40



41



B. Definisi operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No



Variable



1.



Kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemic



2.



Dukungan keluarga



Defenisi operasional Menaati peraturan yang diterapkan selama menjalani pengobatan Tb. Paru



Alat Cara ukur Skala ukur ukur kuesio Menyebark Ordinal ner an kuesioner



Dukungan yang diberikan oleh keluarga yang berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informatif



Kuesi oner



Menyebar kan kuesioner



Ordinal



Hasil ukur - Patuh: > mean (8,63) - Tidak patuh: < mean (8,63)



- Ada: >mean (7,52) - Tidak ada : < mean (7,52)



C. Pengukuran variable Pengukuran variable dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Kepatuhan Kepatuhan dibagi menjadi 2 kategori yaitu (Malasari, 2014). a. Patuh



: jika mendapatkan nilai > mean (8,63)



b. Tidak patuh



:jika mendapatkan nilai < mean (8,63)



2. Dukungan keluarga : Pengukuran dukungan keluarga dapat dilakukan dengan cara (Ramadhan, 2014):



42



a) Ada



: jika mendapatkan nilai >mean (7,52)



b) Tidak ada



: jika mendapatkan nilai r tabel, maka pertanyaan atau instrument tersebut valid (Arikunto, 2008). 2. Uji reliabilitas Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrument yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh respoden yang akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrument mencirikan tingkat konsistensi.



45



Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hasil (nilai Cronbach`s Alpha) dengan nilai r tabel. Bila nilai r hasil (Conbach`s alpha) > r tabel, maka pertanyaan / instrument tersebut reliable (Arikunto, 2008).



E. Etika Penelitian Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan-kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak penelitian, pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat memperoleh dampak hasil penelitian tersebut. Etika penelitian ini mencakup juga perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat. Ada beberapa tahapan etika penelitian penelitian diantaranya sebagai berikut (Nursalam, 2017): 1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Peneliti



perlu



mempertimbangkan



hak-hak



subjek



untuk



mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia, adalah peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subjek (informed consent). 2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privasi and confidentiality) Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat asal subjek dalam kuesioner dan alat ukur



46



apapun untuk menjaga anomitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai pengganti identitas responden. 3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness) Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian membagi keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Sebagai contoh dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subjek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian. 4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits) Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasilk yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficience). Peneliti meminimalkan dampak yang merugikan bagi subjek, apabila intervensi



penelitian berpotensi mengakibatkan cedera



atau stress tambahan maka subjek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cidera, kesakitan, stress, maupun kematian subjek penelitian.



47



F. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data 1.



Prosedur pengumpulan data Data yang peneliti kumpulkan terdiri dari data primer (peninjauan langsung ke lapangan, baik data ketika diambil pada pengambilan data awal maupun data penelitian) dan data sekunder (data penunjang berupa teori-teori). Untuk data primer peneliti menempuh prosedur adalah sebagai berikut: a.



Membawa surat izin penelitian dari kampus kepada Kepala Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie dan selanjutnya diteruskan kepada kader yang ada di tiap desa yang ada penderita tuberculosis.



b.



Mendatangi penderita TBC yang telah ditetapkan sebagai sampel penelitian.



c.



Peneliti



memberikan



salam



dan



memperkenalkan



diri



serta



memberikan penjelasan mengenai penelitian pada responden. d.



Penelitian dimulai dengan memberikan penjelasan konsep penelitian sebagai pengantar, yaitu mencoba meyakinkan responden agar mau berpartisipasi dalam penelitian.



e.



Peneliti mulai melakukan penelitian dengan cara membagikan kuesioner.



f.



Peneliti



mengucapkan



terimakasih



kepada



responden



atas



keterlibatannya dalam penelitian. g.



Peneliti memberitahukan kepada Kepala Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie, bahwa penelitian telah selesai dilaksanakan, dan



48



meminta kepada bagian tata usaha untuk dikeluarkan surat selesai penelitian sebagai bukti bahwa penelitian telah dilakukan. 2.



Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data Primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden dengan menyediakan kuesioner, setelah di isi dan dikumpulkan kembali untuk kemudian di koreksi. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Kepala Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie.



G. Pengolahan Data Dalam pengolahan data peneliti melakukan secara manual dengan mengikuti langkah-langkah (Budiarto, 2018). 1. Editing Editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan agar dapat diolah dengan baik untuk mendapatkan informasi yang tepat. 2. Coding Coding adalah memberikan kode pada setiap jawaban yang telah dibuat pada lembar jawaban untuk mempermudah pengolahan data. 3. Struktur dan File Data Proses ini dikembangkan sesuai dengan analisis data dan program komputer yang akan digunakan, dengan menetapkan nama, skala dan jumlah digit untuk masing-masing variabel.



49



4. Cleaning data Proses pembersihan data dengan melihat distribusi frekuensi dari variabelvariabel dan menilai kelogisannya. 5. Entry data Data seluruhnya dimasukkan ke komputer dengan bantuan software statistik.



H. Analisa Data Analisa data dilakukan secara bertahap dari analisa data univariat dan bivariat, yaitu sebagai berikut: 1.



Analisa univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari setiap variabel (Nursalam, 2018). Kemudian ditentukan presentasi (P) dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Budiarto, 2018);



Keterangan: P = persentase f = frekuensi N = Jumlah seluruh observasi



50



2. Analisa bivariat Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Untuk mengetahui hubungan variabel independent dengan variabel dependent maka dapat digunakan statistik yaitu chi-square (x2). Pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (p-value 0,05) sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program komputer. Melalui perhitungan uji statistik, selanjutnya di tarik suatu kesimpulan (Budiarto, 2018): a. Ha, diterima apabila p-value < (0,05) b. Ha, ditolak apabila p-value > 0,05. Aturan yang berlaku pada uji chi square untuk program SPSS ini adalah sebagai berikut (Budiarto, 2018): a. Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah Fisher Exact Test. b. Bila pada tabel Contingency 2 x 2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah Continuity Correction. c. Bila ada tabel contingency yang lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dll, maka hasil uji yang digunakan adalah Pearson Chi – Square. d. Bila pada tabel contingency 3 x 2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger, sehingga menjadi tabel Contigency 2 x 2, apabila pada tabel Contingency 2 x 2 juga masih



51



terdapat nilai frekuensi harapan ( e ) kurang dari 5, maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus Yate`s correction continue.



I. Penyajian Data Data yang telah dikumpulkan, kemudian di masukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi, dan selanjutnya di deskripsikan.



BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Puskesmas Ujong Rimba adalah merupakan salah satu Puskesmas dari 23 Puskesmas yang ada di Kabupaten Pidie, terletak di Jalan Blang Malu – Didoh, memiliki luas wilayah 1250,00 km², dan berjarak ± 20 Km dari Ibukota Kabupaten Pidie. Secara geografis batas wilayah kerja Puskesmas Ujong Rimba adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kembang Tanjong Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tiro Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Glumpang Tiga Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mutiara



2. Keadaan Demografis Dari sumber data Badan Pusat Statistik jumlah penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ujong Rimba adalah sebesar 19.620 jiwa. Puskesmas Ujong Rimba terdiri dari 29 Gampong serta memiliki 4.886 kepala Keluarga (KK), Jadi dalam tiap keluarga rata-rata terdiri dari 4 sampai 5 jiwa.



52



53



3. Analisa Univariat Analisa univariat untuk melihat distribusi variabel dependent (terikat) yang meliputi dukungan keluarga dan variabel independet (bebas) yang meliputi kepatuhan minum obat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: a. Kepatuhan Minum Obat Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie



No 1



Kepatuhan Minum Obat Pasien Tb. Paru Patuh



2



Tidak Patuh Jumlah Sumber data primer (diolah 2021)



Frekuensi



Persentase



34



82,9



7 41



17,1 100



Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden patuh minum obat TB Paru selama masa pandemi covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie, yaitu sebanyak 34 responden (82,9%).



54



b. Dukungan Keluarga Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga pada Pasien TB Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie



No 1



Dukungan Keluarga Ada



2



Tidak Ada Jumlah Sumber data primer (diolah 2021)



Frekuensi



Persentase



29



70,7



12 41



29,3 100



Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki keluarga yaitu sebanyak 29 responden (70,7%). 4. Analisa Bivariat Analisa bivariat untuk melihat kemaknaan pengaruh antara variabel dependent dan variabel independent dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: chi square (



) pengambilan keputusan ada



hubungan atau tidak pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05%) dengan ketentuan Ha, diterima apabila P. Value < (0,05) dan Ha, ditolak apabila P. value > 0,05.



55



a. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tb.Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie Tabel 5. 5 Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tb.Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie



No



Dukungan Keluarga



Kepatuhan Minum Obat Tb. Paru Patuh Tidak Patuh f % f %



Jumlah f



%



1 Ada



27



93,1



2



6,9



2 Tidak Ada



7



58,3



5



41,7 12 100



7



41 100



P Value



α



29 100 0.007 0,05



Jumlah 34 Sumber data primer (diolah 2021).



Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang memiliku dukungan keluarga patuh minum obat Tb. Paru, yaitu sebanyak 27 responden (93,1%) dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga yaitu sebanyak (58,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,007 ≤ 0,05 (Ha diterima) yang bermakna ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemic covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie.



56



B. Pembahasan 1. Kepatuhan Minum Obat Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden patuh minum obat TB Paru selama masa pandemi covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie, yaitu sebanyak 34 responden (82,9%). Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang setuju terhadap instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik itu diet, latihan, pengobatan, atau menepati janji pertemuan dengan dokter. Ketidakpatuhan atau tidak mengikuti petunjuk atau instruksi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang penting dan merupakan masalah paling serius yang dihadapi praktik kedokteran saat ini (Lisiswanti dkk, 2016). Kepatuhan merupakan derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya. Kepatuhan adalah secara sederhana sebagai perluasan perilaku individu yang berhubungan dengan minum obat, mengikuti diet dan merubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk medis (Zelika dkk, 2018). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tukayo dkk (2020) tentang Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Waena hasil penelitian menunjukkan sebanyak 48 orang (72,7%) responden patuh minum obat anti tuberculosis.



57



Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa mayoritas responden patuh dalam minum obat karena pasien sudah mengetahui manfaat dari minum Tb. Paru, dan mengetahui akibat jika tidak patuh mengkonsumsi obat Tb. Paru, yaitu pengobatan akan sia-sia dan harus diulang kembali dari awal sehingga mereka akan tetap mengalami Tb. Paru.



2. Dukungan Keluarga Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mendapatkan dukungan keluarga yaitu sebanyak 29 responden (70,7%). Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2018). Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dapat berupa secara moral atau material. Adanya dukungan keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada penderita dalam menghadapi proses pengobatan penyakitnya (Widiastutik dkk, 2020). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aini (2017) tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Tb Paru Di Puskesmas Tulangan Kabupaten Sidoarjo diperoleh



58



hasil terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad. Hasil uji statistik nilai p-value = 0.036 (p < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian peneliti berasumsi bahwa adanya dukungan atau motivasi yang penuh dari keluarga dapat mempengaruhi perilaku minum obat pasien TB Paru secara teratur, karena keluarga sudah mengetahui dampak tidak patuh dalam berobat Tb. Paru, terutama menyangkut kepatuhan minum obat.



3. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tb.Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 Di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang memiliku dukungan keluarga patuh minum obat Tb. Paru, yaitu sebanyak 27 responden (93,1%) dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga yaitu sebanyak (58,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,007 ≤ 0,05 (Ha diterima) yang bermakna ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemic covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami atau istri, atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga). Sebuah jaringan sosial keluarga secara



59



sederhana adalah jaringan kerja sosial keluarga itu sendiri (Friedman, 2018). Segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satunya adalah kepatuhan minum obat. Hal ini merupakan syarat utama tercapainya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya (Kaplan, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2018) tentang Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis Paru diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan pengetahuan (0,000), sikap (0,000), pendidikan (0,000), pekerjaan (0,001), dan dukungan keluarga (0,000) terhadap kepatuhan minum obat. Pengetahuan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien TB Paru dengan nilai OR (Exp B = 29.169). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa dukungan keluarga sangat menunjang keberhasilan pengobatan seseorang dengan selalu mengingatkan penderita agar minum obat dan memberi semangat agar tetap rajin berobat. Peran keluarga yang baik merupakan motivasi atau dukungan yang ampuh dalam mendorong pasien untuk berobat teratur sesuai anjurannya.



C. Keterbatasan Penelitian Banyak hal yang menjadi keterbatasan penelitian ini, tetapi yang paling menjadi keterbatasan yang peneliti alami dalam penelitian ini yaitu



60



waktu penelitian yang terlalu singkat, sehingga tidak semua aspek yang peneliti kaji maksimal.



BAB VI PENUTUP



A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa; 1. Mayoritas responden patuh minum obat TB Paru selama masa pandemi covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie, yaitu sebanyak 34 responden (82,9%). 2. Mayoritas responden di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie memiliki keluarga yaitu sebanyak 29 responden (70,7%). 3. Ada hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Tb. Paru selama masa pandemic covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie (p value = 0,007 ≤ 0,05). B. Saran 1. Bagi Responden Peneliti mengharapkan kepada responden agar patuh minum obat Tb.Paru dan penyakit yang dialaminya cepat sembuh serta tidak berpotensi menulari orang lain.



61



62



2. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi perpustakaan dan bahan masukan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Medika Nurul Islam Sigli. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengambil penelitian ini sebagai landasan dan rujukan, sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih baik dibandingkan dengan penelitian yang telah peneliti peroleh. 4. Bagi Tempat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi puskesmas, berupa



peningkatan



pelayanan



kesehatan yang diberikan



kepada



masyarakat dan dapat membatu pengelola program pengobatan penyakit Tuberkulosis.



DAFTAR PUSTAKA



Aini. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Tb Paru Di Puskesmas Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Ilmiah Kesehatan Ilmu, 1–10. Diambil dari http://repository.unusa.ac. id/id/eprint/1686 Alsagafi. (2018). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press. Amin. (2016). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. Andareto. (2017). Penyakit Menular di Sekitar Anda, Begitu Mudah Menular dan Berbahaya, Kenali, Hindari dan Jauhi. Jangan Sampai Tertular. Jakarta: Pustaka Ilmu Semesta. Asmariani, S. (2016). Faktor-faktor yang Menyebabkan Ketidakpatuhan Penderita Tb Paru Minum Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ) di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Kecamatan Tembilahan Kota Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal Keperawatan. Diambil dari https://repository.unri.ac.id/ bitstream/handle/123456789/1827/jurnal.pdf?sequence=1 Astuti, R. (2016). Penyakit Menular; Tuberculosis Paru. Jakarta: EGC. Azwar. (2017). Metode Penelitian (6 ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budiarto. (2018). Biostatistik Untuk Keperawatan dan Kedokteran (10 ed.). Jakarta: EGC. Carpenito. (2017). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC. Davies, P. D. O. (2020). Penyakit Virus Corona 2019. CPD Infection, 3(1), 9–12. Dinkes Aceh. (2020). Buku Profil Kesehatan Aceh. Diambil https://dinkes.acehprov.go.id/uploads/Profil_Dinkes_Aceh_2017.pdf



dari



Dinkes Pidie. (2021). Data Kesehatan Kabupaten Pidie. Sigli: Dinkes Pidie. Fitriani, N. I. (2020). Tinjauan Pustaka Covid-19: Virologi, Patogenesis, Dan Manifestasi Klinis, 2507(February), 1–9. Diambil dari http://ejurnal malahayati.ac.id/index.php/medika/article/view/3174/pdf Friedman. (2018). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek (Edisi Ke T). Jakarta: EGC. Ginanjar. (2018). TBC Pada Anak. Jakarta: EGC. Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta: Pustaka As Salam. Harrison. (2017). Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam (Edisi Ke T). Jakarta:



EGC. Hensarling. (2009). Development and Psychometric Testing of Hensarling’s Diabetes Family Support Scale, a Disssertation. Degree of Doctor of Philosophy In The Graduate School of The Texa’s Women’s University. A Disertation. Diambil dari https://twu-ir.tdl.org/bitstream/ handle/ 11274/10794/2009HensarlingOCR.pdf?sequence=3&isAllowed=y Jaji. (2018). Upaya Keluarga Dalam Pencegahan Penularan Tuberkulosis (TB) Paru ke Anggota Keluarga Lainnya di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Pagaralam Tahun 2018. Kedokteran Kesehatan Universitas Sriwijaya, 177– 187. Diambil dari http://eprints.unsri.ac.id/2889/ Kaplan. (2016). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Kemenkes RI. (2017). Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kemenkes RI. (2019). Profil Indonesia Sehat 2018. Jakarta: Percetakan Nasional. Kemenkes RI. (2021). Protokol Tata Laksana Pasien Tb dalam Masa Pandemi Covid 19. Diambil dari https://infeksiemerging.kemkes.go.id/ download/Protokol_Tentang_Pelayanan_TBC_selama_masa_Pandemi_Covi d_19.pdf Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid -19. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kozier. (2018). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Lisiswanti, R., Nur, D., & Dananda, A. (2016). Upaya Pencegahan Hipertensi. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, 5(September). Diambil dari https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1036 Notoatmodjo. (2017). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Novi Afrianti, C. R. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Masyarakat Terhadap Protokol Kesehatan Covid-19. Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 11(1), 113–124. Diambil dari https://journal.stikeskendal. ac.id/index.php/PSKM/article/view/1045 Nursalam. (2017). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan (4 ed.). Jakarta: EGC. Nursalam. (2018). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumonia 2019-nCoV. Jakarta: PDPI. Platini, H. (2018). Discharge Planning Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Garut. Jurnal Kesehatan Indra Husada, 6(1), 66. https://doi.org/10.



36973/jkih.v6i1.61 Putri, R. N. (2020). Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2), 705. https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.1010 Riskesdas. (2018). Penelitian, Badan Kesehatan, Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Subianto, T. (2019). Awas Diabetes Mellitus. Jakarta: EGC. Supriatna, E. (2020). Wabah Corona Virus Disease (Covid 19) Dalam Pandangan Islam. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(6). https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i6.15247 Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Herikurniawan, H., … Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45. https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415 Tukayo, I. J. H., Hardyanti, S., & Madeso, M. S. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Waena. Jurnal Keperawatan Tropis Papua, 3(1), 145–150. https://doi.org/10.47539/jktp.v3i1.104 WHO. (2020). Infection Prevention and Control of Epidemic and Pandemic Prone Acute Respiratory Infections in Health Care. Geneva: WHO Guidelines. Widagdo. (2016). Keperawatan Keluarga dan. Komunitas. Jakarta: EGC. Widiastutik, G. K., Makhfudli, M., & Wahyuni, S. D. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga, Kader dan Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru. Indonesian Journal of Community Health Nursing, 5(1), 41. https://doi.org/10.20473/ijchn.v5i1.18654 Yusra, A. (2019). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Tesis Universitas Indonesia. Diambil dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280162-T Aini Yusra.pdf Zelika, R. P., Wildan, A., & Prihatningtias, R. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 7(2), 762–776.



Lampiran 1 JADWAL KEGIATAN PENYUSUNAN SKRIPSI BULAN NO



Januari



KEGIATAN 1



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



2



3



Februari 4



1



2



3



Maret 4



1



2



3



April 4



1



2



3



Mei 4



1



2



3



Juni 4



1



2



Pengajuan Judul ACC Judul Penyusunan Proposal ACC Proposal Seminar Proposal Perbaikan Proposal Penyusunan Skripsi ACC Skripsi Sidang Skripsi Perbaikan Skripsi



Mengetahui; Pembimbing



Sigli, Juli 2021 Peneliti



Ns. TUTI SAHARA, M.Kep



NISRINA NIM: 19010101



3



Juli 4



1



2



3



4



Lampiran 2



ANGGARAN BIAYA SKRIPSI



HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TB. PARU SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJONG RIMBA KABUPATEN PIDIE Anggaran biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan skripsi ini adalah sbb : No



Uraian



Biaya



1.



Biaya Studi Kepustakaan



2.



Biaya Kertas dan alat Tulis Antara Lain :



Rp.



250.000



a. 3 (Tiga) Rim Kertas A4 80 gr @ Rp. 50.000



Rp.



150.000



b. 1 (Satu) Buah Tinta Printer



Rp.



45.000



c. 1 (Satu) Lusin Pulpen @ Rp. 2.500



Rp.



40.000



3.



Biaya Print Skripsi



Rp.



550.000



4.



Biaya Foto Copy Skripsi Penelitian



Rp.



70.000



5.



Map



Rp.



30.000



6.



Transportasi



Rp.



350.000



7.



Biaya Seminar dan sidang skripsi



Rp.



1.700.000



TOTAL



Mengetahui; Pembimbing



Ns. TUTI SAHARA, M.Kep



Rp.



Sigli,



3.185.000



November 2021 Peneliti



NISRINA NIM: 19010101



Lampiran 3



LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN



Kepada Yth: Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Jurusan Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medika Nurul Islam Sigli. Nama Nim



Ilmu



: NISRINA : 19010101



Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap



Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tb. Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie”. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi responden, kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti ini, jika masyarakat bersedia menjadi responden, maka mohon menjawab pertanyaan yang saya sediakan. Atas perhatian dan kesediaan para masyarakat sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.



Mahasiswa



NISRINA



Lampiran 4 LEMBARAN PERSETUJUAN RESPONDEN



Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi Responden untuk ikut berpartisipasi dalam pencarian data yang dilakukan Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medika Nurul Islam Sigli yang bernama :



Nama



: NISRINA



Nim



: 19010101



Judul Penelitian



: Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan



Minum Obat Pada Pasien Tb. Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie Saya mengerti bahwa catatan/ data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan, dan informasi yang saya berikan akan sangat besar manfaatnya bagi pengembangan ilmu kesehatan di Indonesia umumnya dan masyarakat Aceh pada khususnya. Demikian secara suka rela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berperan serta dalam hal ini.



Mengetahui; Pembimbing



Ns. TUTI SAHARA, M.Kep



Sigli,



November 2021 Peneliti



NISRINA NIM: 19010101



Lampiran 5



KUESIONER PENELITIAN



HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TB. PARU SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJONG RIMBA KABUPATEN PIDIE



I.



No. Responden



: _______________(diisi oleh peneliti)



Tanggal Penelitian



: _______________(diisi oleh peneliti)



Umur



: ______________________________



Jenis kelamin



: ______________________________



Tingkat Pendidikan



: ______________________________



Pekerjaan



: ______________________________



Status



: ______________________________



Dukungan Keluarga Petunjuk Pengisian Berilah tanda ceklis (√) pada salah satu pilihan jawaban di samping, dengan kriteria: S J



No



: Selalu : Jarang



SR TP



Pertanyaan



Dukungan Emosional 1 Keluarga mengingatkan saya untuk beristirahat dengan cukup. 2 Tidak ada seorang pun anggota keluarga yang memperhatikan saya dalam penerapan protokol kesehatan. 3 Keluarga selalu memenuhi kebutuhan untuk penerapan protokol kesehatan. 4 Keluarga menyarankan kepada



Tidak Pernah



: Sering : Tidak Pernah



Jarang



Sering



Selalu



No



Pertanyaan



saya agar menggunakan masker ketika berinteraksi dengan orang. 5 Keluarga menyediakan waktu untuk bertukar pikiran dengan saya menyangkut penerapan protokol kesehatan. 6 Keluarga selalu mendiskusikan tentang penyakit saya dengan anggota keluarga yang lain untuk mencari pengobatan terbaik untuk saya. 7 Keluarga selalu menanyakan perkembangan kesembuhan saya. 8 Keluarga selalu menegur saya ketika tidak menggunakan masker. 9 Keluarga menasehati kepada saya untuk tidak membuang ludah sembarangan. 10 Keluarga mengingatkan saya untuk menjaga pola istirahat agar tubuh tetap fit. Dukungan Penghargaan 11 Saya selalu mendapatkan prioritas dalam keluarga dalam penerapan protokol kesehatan. 12 Keluarga memberikan pujian kepada saya ketika minum obat secara teratur dan tetap mematuhi protokol kesehatan. 13 Keluarga memberikan kebebasan kepadap saya untuk memilih tempat pemeriksaan kesehatan yang berfasilitas lengkap. 14 Saya merasa keluarga menginginkan saya segera sembuh. 15 Keluarga memenuhi kebutuhan hidup saya selama masa berobat. 16 Keluarga memotivasi saya untuk rutin minum obat dan penerapan protokol kesehatan



Tidak Pernah



Jarang



Sering



Selalu



No



Pertanyaan



17 Keluarga memotivasi saya untuk rutin minum obat 18 Keluarga ikut serta dalam memantau pengobatan yang saya jalani. Dukungan Informasi 19 Keluarga memberitahu bahaya yang akan terjadi jika tidak menerapkan protokol kesehatan. 20 Keluarga memberitahu saya bahaya tidak menutup mulut saat bersin. 21 Keluarga selalu berkonsultasi dengan dokter tentang proses pengobatan saya. Dukungan Instrumental 22 Keluarga menyediakan masker 23 Keluarga menyediakan handsanitizer 24 Keluarga menyediakan uang untuk biaya pengobatan saya 25 Keluarga mengurus rujukan apabila diperlukan untuk kelancaran pengobatan saya 26 Makanan sehat tersedia di rumah 27 Vitamin C disediakan dalam batas wajar 28 Keluarga bersedia mengambil obat jika tidak tersedia di apotik Puskesmas di Apotik lain. 29 Keluarga mengantar saya langsung untuk berobat



Tidak Pernah



Jarang



Sering



Selalu



II. Kepatuhan Minum Obat Petunjuk Pengisian Berilah tanda ceklis (√) pada salah satu pilihan jawaban di samping, Yaa tau tidak , dengan kriteria: No Pertanyaan 1 Apakah terkadang anda lupa



2 3



4



5 6



7



8



minum obat-obatan yang seharusnya anda minum? Dalam dua minggu terakhir berapa kali anda tidak minum obat? Apakah anda pernah mengurangi atau berhenti minum obat tanpa memberi tahu dokter? Jika anda sedang bepergian atau keluar rumah dalam waktu yang cukup lama apakah anda pernah lupa membawa obat yang harus di minum? Apakah anda minum semua obat kemarin yang telah diresepkan. Jika anda sudah merasa sudah baikan, dan gejala penyakit anda berkurang apakah anda pernah berhenti untuk minum obat? Apakah anda merasa terganggu dengan rencana pengobatan yang anda dapatkan? Apakah anda merasa kesulitan untuk mengingat semua obat yang harus anda minum? Jika “Ya” pilih salah satu keadaan dibawah ini:  Jarang  Sekali-sekali  Kadang-kadang  Sering  Setiap waktu Atas partisipasinya diucapkan terimakasih.



Ya



Tidak



FOTO PENELITIAN



DAFTAR RIWAYAT HIDUP



1. Identitas Peneliti Nama : NISRINA Nim : 19010101 Tempat/Tgl. Lahir : Cot Teungoh/ 28 Juni 1997 Agama : Islam Pekerjaan : Mahasiswi Alamat : Gampong Cot Teungoh Kecamatan Kota Sigli Kabupaten Pidie Judul Skripsi : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tb. Paru Selama Masa Pandemi Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kabupaten Pidie 2. Identitas Orang Tua Nama Ayah : Nasrul Usman (Alm) Pekerjaan :Nama ibu : Erni Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga Alamat : Gampong Cot Teungoh Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie 3. Riwayat Pendidikan a. Tahun 2004 – 2009 b. Tahun 2009 – 2012 c. Tahun 2012 – 2015 d. Tahun 2015 – 2018 e. Tahun 2019 s.d Sekarang



: SD Negeri Tgk. Chik Dianjong : SMP Negeri 2 Sigli : SMA Negeri 1 Sigli : Akper Pemkab Pidie : STIKes Medika Nurul Islam Sigli