Refka Eritroderma Minggu 2 Fitri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFLEKSI KASUS



JULY 2017



“ERITRODERMA e.c MALIGNANCY”



Disusun Oleh: NURUL FITRIANI N 111 17 082



PEMBIMBING KLINIK dr. Diany Nurdin, Sp KK, M.Kes



KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2017



STATUS PASIEN BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD UNDATA PALU



I. IDENTITAS PASIEN Nama



: Ny. A



Jenis kelamin



: Perempuan



Alamat



: Jl.Asam 2



Pekerjaan



: IRT



Usia



: 48 tahun



Agama



: Islam



Status pernikahan



: Menikah



Tgl pemeriksaan



: 31 July 2017



II. ANAMNESIS



Keluhan utama : Nyeri pada leher



Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke RSUD Undata dengan keluhan nyeri pada leher sebelah kiri dan terdapat benjolan yang dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Awalnya muncul benjolan di daerah ketiak dan daerah payudara 7 bulan yang lalu, kemudian muncul bercak berwarna hitam yang gatal dan kasar pada daerah wajah, dan menyebar pada seluruh permukaan tubuh pasien. Pasien mengatakan sudah mengkonsumsi asam mefenamat untuk menghilangkan nyeri yang dirasakan dan mengoleskan kunyit pada seluruh permukaan tubuh pasien yang terdapat bercak hitam tersebut tetapi tidak ada perubahan.



Riwayat penyakit dahulu : Pasien menderita kanker payudara sejak 7 bulan yang lalu. Riwayat hipertensi (-), diabetes melitus (-).



Riwayat keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama.



III. PEMERIKSAAN FISIK



a. Status Generalisata Keadaan umum



: Sakit berat



Kesadaran



: Composmentis



Status gizi



: Baik



b. Vital Sign Tekanan darah



: 140/80 mmHg



Nadi



: 90 kali/menit



Suhu



: 36,7˚C



Respirasi



: 20 kali/menit



c. Status Dermatologis 1. Kepala : makula hiperpigmentasi universalis disertai dengan skuama halus yang simetrik 2. Leher : makula hiperpigmentasi universalis disertai dengan skuama halus yang simetrik 3. Dada



: makula hiperpigmentasi universalis disertai dengan skuama



halus yang simetrik 4. Punggung : makula hiperpigmentasi universalis disertai



dengan



skuama halus yang simetrik 5. Inguinal : makula hiperpigmentasi universalis disertai dengan skuama halus yang simetrik



6. Bokong : makula hiperpigmentasi universalis disertai dengan skuama halus yang simetrik 7. Ekstremitas atas



: makula hiperpigmentasi universalis disertai



dengan skuama halus yang simetrik 8. Ekstremitas bawah



: makula hiperpigmentasi universalis disertai



dengan skuama halus yang simetrik



IV.



GAMBAR



Gambar 1. Tampak makula hiperpigmentasi universalis disertai dengan skuama halus yang simetrik



Gambar 2. Tampak makula hiperpigmentasi universalis disertai dengan skuama halus yang simetrik



V. RESUME Pasien datang ke RSUD Undata dengan keluhan nyeri pada leher sebelah kiri dan terdapat benjolan yang dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Awalnya muncul benjolan di daerah ketiak dan daerah payudara 7 bulan yang lalu, kemudian muncul bercak berwarna hitam yang gatal dan kasar pada daerah wajah, dan menyebar pada seluruh permukaan tubuh pasien. Pasien mengatakan sudah mengkonsumsi asam mefenamat untuk menghilangkan nyeri yang dirasakan dan mengoleskan kunyit pada seluruh permukaan tubuh pasien yang terdapat bercak hitam tersebut tetapi tidak ada perubahan. Pasien memiliki riwayat kanker payudara sejak 7 bulan yang lalu. Pada ujud kelainan kulit tampak makula hiperpigmentasi universalis disertai dengan skuama halus yang simetrik.



VI. DIAGNOSIS KERJA Eritroderma e.c malignancy (Ca. mamae)



VII. DIAGNOSIS BANDING  Eritroderma e.c allergic drug eruption  Sindrom Sezary



VIII. PENATALAKSANAAN a. Non Medikamentosa 



Menghindari garukan







Mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, diet tinggi protein







Menghentikan pemberian kunyit



b. Medikamentosa Sistemik : 



Inj.Metylprednisolon 125mg / 12 jam iv







Cetirizine 10 mg (2x1)







Neurodex 100mg (1x1)







Inj.Ketorolac 30mg (2x1)



Topikal : Desoxymetason 0,05%



IX. PROGNOSIS a. Qua ad vitam



: dubia



b. Qua ad fungtionam



: dubia



c. Qua ad sanationam



: malam



d. Qua ad cosmetikam



: malam



PEMBAHASAN Pasien datang ke RSUD Undata dengan keluhan nyeri pada leher sebelah kiri dan terdapat benjolan yang dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Awalnya muncul benjolan di daerah ketiak dan daerah payudara 7 bulan yang lalu, kemudian muncul bercak berwarna hitam yang gatal dan kasar pada daerah wajah, dan menyebar pada seluruh permukaan tubuh pasien. Pasien mengatakan sudah mengkonsumsi asam mefenamat untuk menghilangkan nyeri yang dirasakan dan mengoleskan kunyit pada seluruh permukaan tubuh pasien yang terdapat bercak hitam tersebut tetapi tidak ada perubahan. Pasien memiliki riwayat kanker payudara sejak 7 bulan yang lalu. Pada ujud kelainan kulit tampak makula hiperpigmentasi universalis disertai dengan skuama halus yang simetrik. Eritroderma ialah kelaianan kulit yang ditandai dengan adanya eritema universalis (90%-100%) biasanya disertai skuama. Pada definisi tersebut yang mutlak harus ada ialah eritema, sedangkan skuama tidak selalu terdapat, misalnya pada eritroderma karena alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan timbul skuama, pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jelas, karena bercampur dengan hiperpigmentasi.[1]



Patofisiologi eritroderma belum jelas, yang dapat diketahui ialah akibat suatu agent dalam tubuh, maka tubuh bereaksi berupa pelebaran pembuluh darah kapiler (eritema) yang universal. Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin dan menggigil. Bila suhu badan meningkat, maka kehilangan panas juga meningkat sehingga pengaturan suhu terganggu. Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein. Eritroderma akut dan kronis dapat menggangu mitosis rambut dan kuku berupa kerontokan rambut dan kehilangan kuku. [1] Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik, perluasan penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan. a. Eritroderma akibat alergi obat biasanya secara sistemik. Untuk menentukannya diperlukan anamnesis yang teliti, yang dimaksud alergi obat secara sistemik ialah masuknya obat ke dalam badan dengan cara apa saja, misalnya melalui mulut, melalui hidung, dengan cara suntikan/infus, melalui rectum dan vagina. Selain itu alergi juga dapat pula terjadi karena obat mata, obat kumur, dan melalui kulit sebagai obat luar. Pada beberapa masyarakat, eritroderma mungkin lebih tinggi karena pengobatan sendiri dan pengobatan secara tradisional. Obat-obat yang biasa menyebabkannya ialah sulfonamid, penisilin, dan fenilbutazon. Waktu mulainya obat yang masuk sampai timbul penyakit bervariasi dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila masih akut tidak terdapat skuama, pada stadium penyembuhan baru timbul skuama. [1] b. Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit Eritroderma karena psoriasis Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena 2 hal : disebabkan oleh penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat. Pada anamnesis hendaknya ditanyakan, apakah pernah menderita psoriasis. Penyakit tersebut bersifat menahun dan residif, kelainan kulit berupa



skuama berlapis-lapis dan kasar di atas kulit yang eritematosa dan sirkumskrip. [1] Umumnya didapati eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninggi daripada di sekitarnya dan skuama di tempat itu lebih tebal. Kuku juga perlu dilihat, dicari apakah ada pitting nail berupa lekukan miliar, tanda ini hanya menyokong dan tidak patognomonis untuk psoriasis. [1] Sebagian para pasien tidak menunjukkan kelaianan semacam itu, jadi yang terlihat hanya eritema yang universal dan skuama. Pada pasien demikian baru mengetahui penyebabnya psoriasis setelah diberi terapi dengan kortikosteroid. Pada saat eritrodermanya mengurang, maka mulailah tampak tanda-tanda psoriasis. [1]



c. Eritroderma akibat penyakit sistemik Setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan suatu penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang berarti memerlukan pemeriksaan menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan foto toraks), untuk melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya terdapat leukositosis namun tidak ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi bakterial yang tersembunyi (occult infection) yang perlu diobati. [1] Pada eritroderma golongan I, obat tersangka sebagai kausanya segera dihentikan. Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I, yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 4x 10 mg. Penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis mula prednison 4x10 mg sampai 15 mg sehari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan ter pada psoriasis, makan obat tersebut harus dihentikan. Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan etretinat. Lama penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan, jadi tidak secepat seperti golongan I. [1]



Pada pengobatan kortikosteroid jangka panjang (long term), yakni jika melebihi 1 bulan lebih baik digunakan metilprednisolon daripada prednison dengan dosis ekuivalen karena efeknya lebih sedikit. [1] Pada eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan protein. [4]



DAFTAR PUSTAKA [1]



Menaldi SW. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Fakultas Kedokteran. Jakarta: Universitas Indonesia.



[2]



Siregar, RS. Saripati. 2009. Penyakit Kulit 2th ed. Jakarta :EGC



[3]



Harahap, Marwali Dr. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan I. Jakarta: Hipokrates.



[4]



Fitzpatrick’s. 2009. Dermatology in general medicine 6th edition. New York: McGraw-Hill.