REFLEKSI KASUS Miliaria [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFLEKSI KASUS MILIARIA Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di RSUD dr. H. Soewondo Kendal



Disusun oleh : Aisyah Shania 30101507363 Pembimbing: dr. M. Nurul Kawakib, Sp. KK dr. Nur Aeni Mulyaningsih, Sp.KK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2019



BAB I LAPORAN KASUS



IDENTITAS PASIEN Nama



: An. A



Usia



: 5 tahun



Jenis Kelamin



: Perempuan



Alamat



: Kendal



Agama



: Islam



Tanggal Pemeriksaan : 24 Mei 2019 1.



ANAMNESIS KELUHAN UTAMA : muncul benjolan bergerombol RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Timbul benjolan benjolan kecil bergerombol di sekujur tubuh pasien dari leher hingga perut bagian bawah tidak gatal sejak satu hari yang lalu.sebelumnya badan pasien panas namun pagi hari demam turun. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien sedang di rawat di Ruang dahlia mengalami DBD dan terdapat cerebral palsy. Tidak memiliki riwayat alergi. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI Kesan cukup



2.



PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALIS -



Keadaan umum :Baik



-



Kesadaran



:Composmentis



-



Status Gizi



:kurang



-



Tekanan Darah



:120/80 mmHg



-



HR ( Nadi )



:80x/ Menit , reguler,isi dan tegangan cukup.



-



RR ( Laju Napas) :20x/ Menit , reguler



-



Suhu



:37.2 derajat celcius



STATUS DERMATOLOGIS



Terdapat Lesi vesikel milier bergerombol tanpa tanda peradangan terlokalisir pada daerah leher, dada, perut dan punggung.



3.



PEMERIKSAAN PENUNJANG Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, namun pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan untuk melihat ggelembung intra/subkorneal.



4.



DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding dari kelainan kulit tersebut setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah :  Miliaria kristalina  Impetigo vesikobulosa



5.



DIAGNOSIS KERJA Miliaria kristalina



6.



PENATALAKSANAAN Pengobatan sebenarnya tidak diperlukan karena sifatnya asimptomatik, cukup menghindari panas berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat.



7.



PROGNOSIS a. Quo ad sanam



: bonam



b. Quo ad vitam



: bonam



c. Quo ad kosmetikum



: bonam



d. Quo ad functionam



: bonam



BAB II PEMBAHASAN KLASIFIKASI MILLIARIA



Pada refleksi kasus ini penulis akan membahas mengenasi klasifikasi miliaria dengan tujuan meningkatkan pemahaman mengenai penyakit ini. Diharapkan dari pemahaman tentang penyakit ini akan meningkatkan kemampuan diagnosis dan terapi yang tepat. Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel miliar. Kelainan kulit berupa erupsi papulovesikular multiple non folikular 1-3 mm yang disebabkan oleh keluarnya keringat ke epidermis atau dermis akibat pecahnya duktus kelenjar.(1) Miliaria paling umum terjadi di lingkungan tropis dan juga pada bayi baru lahir biasa mendapat kekebalan atau imunitas trans plasenta terdapat kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir bayi terpapar dengan kuman sering juga berasal dari orang lain. Dalam hal ini bayi tidak mempunyai imunitas sehingga rentan terkena infeksi. Beberapa gejala perubahan tingkah laku bayi baru lahir tersebut diantaranya ialah malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargis, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan tiba – tiba turun, muntah, dan diare. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal. Menurut World Health Organization 2012 melaporkan tiap tahun terdapat 80% penderita biang keringat (miliaria), diantaranya 65% terjadi pada bayi.(2) Penyebab terjadinya miliaria ini adalah udara yang panas dan lembab.Sering terjadi pada cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi. Akibat tertutupnya



saluran kelenjar keringat terjadilah tekanan yang menyebabkan pembengkakan saluran atau kelenjar itu sendiri, keringat yang menembus ke jaringan sekitarnya menimbulkan perubahan-perubahan anatomis pada kulit berupa papul atau vesikel. (3) Tergantung dari letak kelainan, maka terdapat beberapa bentuk miliaria, diantaranya yaitu: 1) Miliaria kristalina Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm berisi cairan jernih tanpa disertai kulit kemerahan, terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel bergerombol tidak disertai tanda-tanda radang atau inflamasi pada bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan subjektif dan sembuh dengan sisik yang halus. Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal. Pengobatan tidak diperlukan, cukup dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat.(1) Daerah predileksi lipat siku, lipat lutut, lipat payudara, lipat paha dan punggung, dahi, leher, dan dada. Vesikel terletak sangat superfisial, kecil dan tembus terang, tidak disertai tanda-tanda inflamasi dan mudah pecah. Biasanya tidak ada keluhan subjektif. Ia timbul pada pasien dengan peningkatan keringat seperti pasien demam di ranjang. Lesinya berupa vesikel sangat superfisial, jernih, dan kecil tanpa reaksi peradangan,



asimptomatik dan berlangsung singkat dan cenderung mudah pecah akibat trauma teringan pun. (2) 2) Miliaria rubra Penyakit ini lebih berat daripada miliariasis kristalina. Terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan ataupun gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau papul vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Milliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik. Kelainan bentuknya dapat berupa gelembung merah kecil, 1-2 mm, dapat tersebar dan dapat berkelompok(1) Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahan kualitatif, penyebabnya adanya sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis. Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat. Staphylococcus juga diduga memiliki peranan. Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis.(2) Daerah predileksi sama seperti pada miliaria kristalina. Lesinya berupa papulo vesikula eritematosa yang sangat gatal dan diskrit, kemudian konfluens dengan dasar merah, sering terjadi maserasi karena terhalangnya penguapan kelembaban. Keringat keluar ke stratum



spinosum. Bisa terjadi infeksi sekunder dengan impetigo dan furunkulosis, terutama pada anak-anak. Terutama timbul pada bagian tubuh yang tertutup pakaian seperti punggung dan dada(1) 3) Miliaria profunda Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini biasanya timbul setelah miliaria rubra.ditandai dengan papula putih, kecil, keras, berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema. (1) Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan cara menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol.(1) Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan kaki. Lesi berupa vesikel yang berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di bagian atas kutis. Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi. Biasanya timbul setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (1)



BAB III KESIMPULAN Telah dilaporkan kasus dengan diagnosa milliaria kristalina pasien An. A usia 5 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis Pasien mengeluhkan Timbul benjolan benjolan kecil bergerombol di sekujur tubuh pasien dari leher hingga perut bagian bawah tidak gatal sejak satu hari yang lalu.sebelumnya badan pasien panas namun pagi hari demam turun. .Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien berupa vaseline agar kulit tidak kering dan non medikamentosa untuk menghindari panas berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat. Pembagian miliaria ini atau biang keringat menjadi tiga jenis berdasarkan letak kelainan, yaitu: miliaria kristalina, miliaria rubra, miliaria profunda.



SUMBER PUSTAKA 1. RP H, A D, M H. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 4 ed. jakarta; 2005. 119-22 hal. 2. Lowell G, Katz stephen I, Grilchrest barbara A. fitzpatrick’s dermatology in general medicine. united states: The McGraw-Hill Companies Inc; 2012.



3. Sefrina, Andin dan Purnama, SC. 2012, Mencegah dan Menangani Berbagai Penyakit Berbahaya Bayi dan Balita, Cetakan ke Satu. Jakarta Timur: Dunia Sehat 4. Susanti. A. Prihatin. 2015. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Milliaria Pada Bayi Di Desa Sanggrahan.(http://www.stikeskusumahusada)