Laporan Kasus Miliaria [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS MILIARIA



PEMBIMBING Dr. Prima Kartika Esti, Sp.KK, M.Epid



Disusun Oleh: A.A. Putu Sandra Pertiwi 030.12.001



KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI RUMAH SAKIT KUSTA DR SITANALA JAKARTA 2018



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS MILIARIA



Diajukan untuk memenuhi syarat kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 23 Juli 2018 – 24 Agustus 2018 Di Rumah Sakit Kusta Dr Sitanala, Tangerang



Disusun oleh : A.A. Putu Sandra Pertiwi 03012001



Telah diterima dan disetujui oleh dr Prima Kartika Esti, Sp.KK, M.Epid selaku dokter pembimbing Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSK Sitanala



Jakarta, 7 Agustus 2018



.................................................................



dr. Prima Kartika Esti, Sp.KK, M.Epid



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….. ii DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iii



BAB I PENDAHULUAN .........................................…….. 1 BAB II LAPORAN KASUS..................................................2 2.1 Anamnesis ...................................................................................................... 2 2.2 Pemeriksaan Fisik .......................................................................................... 3 2.3 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 4 2.4 Diagnosis ....................................................................................................... 4 2.5 Penatalaksanaan ............................................................................................. 5



BAB III TINJAUAN PUSTAKA .........................................6 3.1 Definisi............................................................................................................ 6 3.2 Epidemiologi ................................................................................................... 6 3.3 Klasifikasi ....................................................................................................... 7 3.4 Etiologi............................................................................................................ 8 3.5 Patogenesis...................................................................................................... 9 3.6 Gambaran Klinis ........................................................................................... 10 3.7 Diagnosis ...................................................................................................... 12 3.8 Diagnosis Banding........................................................................................12 3.9 Penatalaksanaan ............................................................................................ 15 3.10 Komplikasi..................................................................................................17 3.11 Prognosis.....................................................................................................17



BAB IV PENUTUP.............................................................. 24 5.1 Kesimpulan................................................................................................... 24 5.2 Saran ............................................................................................................. 24



DAFTAR PUSTAKA……………………..………………………..25



iii



BAB I PENDAHULUAN Miliaria merupakan suatu bentuk yang umum untuk suatu sumbatan saluran keringat yang mengakibatkan air keringat tertahan di dalam kulit yaitu pada epidermis dan papilla dermis, yang terjadi secara mendadak dan menyebar secara alami, hal ini terjadi pada kondisi panas dan lembab.(1,2) Miliaria dapat terjadi pada pria dan wanita, semua ras dan semua usia. Miliaria kristalina dan miliaria rubra relatif lebih sering ditemukan pada bayi dan anak-anak, tetapi pada keadaan yang cocok semua bayi dapat terkena miliaria. Pajanan panas yang lama, lingkungan yang lembab seperti pada daerah tropis dan pekerjaan tertentu serta setelah sakit panas akan mendukung terjadinya miliaria. Juga celana yang tertutup rapat merupakan suatu keadaan yang disukai untuk berkembangnya miliaria misalnya pada daerah popok, terlalu lama berbaring.(1,3)



1



BAB II LAPORAN KASUS 2.1 ANAMNESIS Allo-anamnesis dilakukan pada Senin, 30 Juli 2018 pukul 10.00 di Poliklinik Kulit RSK Sitanala.



2.1.1 Identitas : Nama



: By. HK



Umur



: 7 bulan



Jenis Kelamin



: Perempuan



Alamat



: Sawah Dalam, Panunggangan Utara, Pinang-Tangerang



Suku



: Sunda



Agama



: Islam



Datang ke RS



: 30 Juli 2018



2.1.2 Keluhan Utama : timbul bintik kemerahan di badan, leher, dan punggung.



2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Poliklinik Kulit RSK Sitanala dengan bintik-bintik kemerahan yang lebih tinggi dari permukaan kulit, ditemukan pada badan, leher, dan punggung sejak 2 hari sebelum diperiksakan ke poli kulit. Bintik-bintik tersebut timbul paling banyak di daerah punggung. Pasien rewel bila sedang berkeringat atau lembab pada area punggungnya.



2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu : 



Pasien sempat mengalami demam, batuk, dan pilek sejak 1 minggu sebelum dibawa ke poli kulit RSK Sitanala. Gejala demam, batuk, dan pilek saat pemeriksaan sudah membaik karena diberi obat dari puskesmas.



2



2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga : 



Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala serupa sebelumnya.







Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit kulit.



2.1.7 Alergi: 



Pasien tidak memiliki alergi pada makanan maupun obat-obatan tertentu.



2.2 PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 30 Juli 2018)



2.2.1 Keadaan Umum Kesadaran



: compos mentis



Keadaan sakit



: sakit sedang



2.2.2 Tanda Vital Tekanan Darah : tidak diperiksa Nadi



: teratur, 117 x / menit



Pernafasan



: 30 x / menit (normal pada bayi: 30-40 x/menit)



Suhu tubuh



: 36,7 °C



2.2.3 Status Gizi Berat Badan



: 5 kg



Tinggi Badan



: tidak diperiksa



2.2.4 Status Generalisata  Kepala dan leher: dalam batas normal.  Thoraks : Paru: dalam batas normal. Jantung: dalam batas normal. 



Abdomen: dalam batas normal.







Ekstremitas dalam batas normal.



3







Status dermatologis :  Regio punggung, leher, dan thorax-abdomen: tampak papula eritematous berukuran milliar, sirkumskrip, dan mengelompok. Paling banyak ditemukan pada regio punggung.



Gambar 1. Pasien miliaria rubra di regio punggung.



2.3 Pemeriksaan Penunjang Diagnosis kerja cukup ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik manifestasi klinis. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.



2.4 DIAGNOSIS Miliaria rubra (prickly-heat, liken tropikus, biang keringat)



2.5 DIAGNOSIS BANDING -Folikulitis



: radang folikel rambut disebabkan infeksi bakteri Staphylococcus aureus, ditandai munculnya sejumlah benjolan kecil berwarna kemerahan di kulit tempat rambut tumbuh. Benjolan dapat berisi nanah, menimbulkan nyeri, sensasi gatal, atau terbakar.



-Akne infantil



: . peradangan folikel polisebasea (jerawat) yang terjadi pada bayi usia 3-6 bulan, dan akan timbul kembali saat berusia remaja. Kelainan ini ditandai oleh pembentukan papula hingga pustula di area yang banyak mengandung kelenjar sebasea.



4



2.6 PENATALAKSANAAN -



Edukasi orang tua pasien mengenai gejala yang timbul. Hindari panas berlebih, jaga kulit tetap dingin, jangan pakaian pakaian yang ketat pada bayi, gunakan bahan yang menyerap keringat. Racikan decubal cream (untuk melembabkan) dan hidrokortison cream (kortikosteroid anti inflamasi) dioleskan 2 x 1 Cetirizin syrup 1 x ½ cth (antihistamin)



2.7 PROGNOSIS Ad vitam



: ad bonam.



Ad fungsionam : ad bonam. Ad sanationam



: dubia ad bonam.



5



BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 DEFINISI Miliaria adalah kelainan kulit berupa erupsi papulovesikular multiple non folikular 1-3 mm yang disebabkan oleh keluarnya keringat ekrin ke epidermis atau dermis akibat pecahnya duktus kelenjar keringat ekrin yang tersumbat.(4,5)



3.2 EPIDEMIOLOGI Miliaria kristalina adalah kondisi umum yang terjadi pada neonatus, dengan puncaknya pada usia 1 minggu, dan pada individu yang demam atau mereka yang baru saja pindah ke iklim panas dan lembab. Miliaria rubra juga umum terjadi pada bayi dan orang dewasa yang pindah ke lingkungan tropis (sekitar 30 %). Miliaria profunda adalah suatu kondisi langka yang terjadi hanya pada sebagian kecil orang yang telah berulang kali mengalami miliaria rubra. Data terbaik tentang kejadian miliaria pada bayi baru lahir adalah dari penelitian di Jepang dengan sampel



lebih dari 5000 bayi. Survei ini



mengungkapkan bahwa miliaria kristalina terjadi pada 4,5% dari neonatus , dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria rubra terjadi pada 4 % dari neonatus , dengan usia rata-rata 11-14 hari. Sebuah studi survei tahun 2006 dari Iran menemukan kejadian miliaria 1,3 % pada bayi baru lahir. Sebuah survei pasien anak di Northeastern India menunjukkan kejadian miliaria sebesar 1,6 %. Di seluruh dunia, miliaria merupakan kelaianan kulit umum di lingkungan tropis, terutama di kalangan orang-orang yang baru saja pindah ke lingkungan



6



ber-temperature lebih tinggi. Miliaria menjadi masalah yang signifikan bagi personil militer Amerika dan Eropa yang bertugas di Asia Tenggara dan Pasifik. Miliaria dapat terjadi pada individu dari semua ras, meskipun beberapa studi menunjukkan bahwa orang Asia yang memproduksi keringat lebih sedikit dibandingkan kulit putih, cenderung kurang mengalami miliaria rubra. Predileksi jenis kelamin tidak ada bukti. Miliaria rubra dan miliaria kristalina dapat terjadi pada orang dari segala usia, tetapi penyakit ini paling umum pada bayi. Dalam sebuah survei di Jepang pada lebih dari 5.000 bayi, miliaria kristalina terjadi pada 4,5% dari neonatus, dengan usia rata-rata 1 minggu. Miliaria rubra terjadi pada 4 % dari neonatus, dengan usia rata-rata 11-14 hari.(6)



3.3 KLASIFIKASI Miliaria pertama kali diuraikan oleh Robinson pada tahun 1884. Kelainan ini berdasarkan tingkat sumbatan saluran keringat. Miliaria dibagi menjadi: 1. Miliaria kristalina (MK) atau sudamina disebabkan oleh obstruksi pada saluran keringat pada stratum korneum, dan muncul sebagai vesikel kecil jernih yang mudah pecah. 2. Miliaria rubra (MR) atau prickly heat, heat rash, licken tropicus disebabkan karena obstruksi berlebih dalam pada stratum Malpighi dan muncul berupa papula eritem yang gatal. 3. Miliaria profunda (MP) merupakan hasil kebocoran keringat menuju dermis, menyebabkan nodul yang gatal.



7



4.



Miliaria pustulosa (M. Pus) menggambarkan pustula akibat inflamasi dan infeksi sekunder.(1,3,7)



Gambar 2. Klasifikasi Miliaria berdasarkan letak obstruksi saluran keringat



3.5 ETIOLOGI 1. Immaturitas dari saluran ekrin : Neonatus dipikirkan mempunyai saluran ekrin yang immatur sehingga memudahkan terjadinya ruptur ketika keringat keluar. Ruptur ini mengakibatkan terjadinya miliaria. 2. Kurangnya penyesuaian diri terhadap iklim : Miliaria biasanya terjadi pada individu yang pindah dari iklim tidak tetap ke iklim tropis. Kondisi ini biasanya berubah setelah individu tinggal di kondisi panas dan lembab selama beberapa bulan. 3. Kondisi panas dan lembab : Iklim tropis, perawatan neonatus di inkubator, dan demam mungkin dapat menyebabkan miliaria. 4. Latihan : Beberapa stimulus untuk berkeringat dapat menyebabkan miliaria. 5. Obat : Bethanecol yang menyebabkan berkeringat, isotretinoin (obat yang menyebabkan diferensiasi folikel, dilaporkan dapat menyebabkan miliaria).



8



6. Bakteri : Staphylococci berhubungan dengan miliaria, dan antibiotik dapat mencegah miliaria. 7. Pseudohipoaldosteronisme tipe I : PHA I merupakan gangguan akibat resisten terhadap mineralokortikoid yang memicu kehilangan sodium klorida secara besar melalui sekresi kelenjar ekrin. Hal ini berhubungan dengan episode berulang miliaria rubra pustular. 8. Radiasi ultraviolet : Beberapa peneliti menemukan bahwa miliaria kristalina terjadi pada kulit yang terekspos sinar ultraviolet.(6,9)



3.6 PATOGENESIS Patogenesis miliaria kurang dimengerti, namun miliaria adalah akibat obstruksi saluran keringat ekrin. Retensi keringat ini menyebabkan kebocoran keringat menuju jaringan sekitar saluran keringat, sehingga menyebabkan erupsi. Lokasi sumbatan dalam saluran keringat dapat menentukan tipe miliaria yang timbul. 1. Sumbatan superfisial pada stratum korneum akan menghasilkan miliaria kristalina. Saluran yang berada di bawah sumbatan pecah dan timbul vesikula kecil putih seperti kristal jernih. Atap vesikula terdiri dari stratum korneum. 2. Jika sumbatan lebih dalam yakni di epidermis dan saluran keringat yang pecah ada di dalam epidermis, tipe ini dikenal dengan miliaria rubra. Miliaria ini ditandai dengan eritem dan rasa gatal. Tanda ini adalah akibat dari vasodilatasi dan rangsangan reseptor gatal oleh enzim yang keluar dari sel epidermis karena keringat yang masuk ke dalam epidermis.



9



3. Jika sumbatan terletak lebih dalam lagi, dibagian dermo-epidermal junction, vesikula terjadi di dalam dermis bagian superfisial, ini dikenal dengan miliaria profunda. 4. Apabila miliaria rubra terjadi berulang atau terjadi infeksi sekunder maka terbentuk miliaria pustulosa.(1,10)



3.7 GAMBARAN KLINIS a. Miliaria Kristalina Jenis ini mempunyai tanda khas, yakni vesikel kecil-kecil jernih seperti Kristal dengan diameter 1-2 mm, menyerupai titik-titik air pada kulit dan tanpa eritem. Biasanya tanpa symptom dan diketahui secara kebetulan pada waktu pemeriksaan fisik. Sering terjadi pada daerah intertriginosa, seperti pada ketiak dan leher, serta badan. Vesikel berkelompok, mudah pecah pada waktu mandi atau karena gesekan ringan. Pada miliaria kristalina obstruksi terjadi di antara stratum korneum.(5,10)



Gambar 3. Miliaria kristalina pada infant



Gambar 4. Kristalina pada newborn



10



b. Miliaria Rubra Miliaria rubra adalah miliaria yang paling umum, ditandai dengan papul eritem yang gatal di sekitar pori-pori keringat.12 Miliaria rubra tidak mengenai muka dan bagian folar kulit, tetapi mengenai permukaan kulit yang istrahat, terutama pada bagian punggung dan leher. Rasa gatal, dan kadang rasa panas seperti terbakar, biasanya timbul bersamaan dengan rangsangan yang menimbulkan keringat. Miliaria rubra yang luas dan berat dapat menyebabkan hiperpireksia dan lelah karena panas (heat exhaustion) serta pingsan.(10)



c. Miliaria Pustulosa Miliaria pustulosa merupakan varian dari miliaria rubra yang mengalami respon inflamasi atau terjadi infeksi sekunder atau setelah terjadi serangan berulang-ulang miliaria rubra sehingga terbentuklah miliaria pustulosa dengan gejala papul putih yang dalam, sering terjadi pada ilkim tropis.1



Gambar 5. Perbandingan miliaria kristalina, rubra, dan pustulosa.



11



d. Miliaria Profunda Miliaria profunda merupakan akibat dari obstruksi saluran keringat pada zona dermo-epidermal junction. Miliaria profunda ditandai dengan papul putih berukuran 1-3 mm, predileksi terutama pada badan dan ekstremitas. Eritema dan gatal sangat ringan atau tidak ada sama sekali.(12)



Gambar 6. Miliaria profunda



4.8 DIAGNOSIS



4.8.1



Pemeriksaan Klinis Diagnosis miliaria yang khas bentuk klinisnya tidak sukar untuk



ditegakkan. Retensi keringat yang menyebabkan gatal pada eksim dan dermatosis lainnya harus dicurigai jika terjadi iritasi pada keadaan yang panas, meskipun sukar untuk dibuktikan.(1) Diagnosis miliaria kristalina dapat ditegakkan dengan cara memecah vesikel dengan jarum kecil, akan keluar cairan jernih. Miliaria rubra dapat ditegakkan dengan cara melihat vesikel dengan kaca pembesar, akan tampak vesikel yang khas, puncak lesi yang eritematous adalah folikel rambut. Sedangkan untuk menegakkan diagnosis miliaria profunda sering dikelirukan dengan papular mucinosis dan amliodosis karena tampakan papula putih atau



12



warna cerah.(11) Miliaria mempunyai banyak perbedaan klinis, meski dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, ada sejumlah pemeriksaan penunjang yang dipaparkan dalam literatur.



4.8.2



Pemeriksaan Sitologik Pada miliaria kristalina, pemeriksaan sitologik untuk kandungan vesikel



tidak didapatkan sel-sel radang atau sel giant multinukleat (seperti yang terdapat pada vesikel dari penyakit herpes). Pada miliaria pustulosa, pemeriksaan sitologik memperlihatkan adanya kandungan dari sel-sel radang dan coccus gram positif. Tidak seperti eritema toksik neonatorum, eosinofil tidak terlalu menonjol pada miliaria pustulosa.(6)



4.8.3



Pemeriksaan Histopatologik Pada miliaria kristalina, terdapat vesikel intrakorneal atau subkorneal



yang berhubungan dengan saluran keringat dan sumbatan keratin. Pada miliaria rubra, vesikel spongiotik terdapat dalam stratum spinosum, di bawah sumbatan keratin dan infiltrat radang kronis terdapat di sekitarnya dan di dalam vesikel serta mengelilingi dermis, infiltrasi limfositik perivaskuler dan vasodilatasi terlihat pada dermis superfisial. Dengan perwarnaan khusus dapat terlihat coccus gram positif di bawah dan di dalam sumbatan keratin. Pada saluran keringat intraepidermal diisi dengan substansi amorf yang Periodic Acid Schiff (PAS) positif dan diastase resistant.



13



Pada



miliaria



profunda,



terlihat



sumbatan



pada



daerah



taut



dermoepidermal dan pecahnya saluran keringat pada dermis bagian atas dan juga adanya edema intraseluler periduktal pada epidermis (spongiosis) serta infiltrat radang kronis. Pada miliaria pustulosa, terdapat campuran infiltrat dengan sel-sel mononuklear dan lekosit polimorfonuklear dan sumbatan ekrin pada taut dermoepidermal dengan gangguan pada sistem ekrin dermal.



4.8.4



Pemeriksaan Patologi Klinik Pada pemeriksaan ini, seringkali tidak ditemukan hasil pemeriksaan yang



abnormal.(1)



3.8 DIAGNOSIS BANDING



3.8.1 Eritema Neonatorum Merupakan suatu eritema generalisata yang mencolok, yang terjadi beberapa jam setelah lahir dan menghilang secara spontan dalam waktu 24-48 jam. 3.8.2 Folikulitis Papul folikuler eritematosa atau pustule kecil seperti kepala peniti tanpa mengenai kulit disekitarnya disertai dengan rambut dibagian tengahnya. 3.8.3 Papular Mucinosis Biasanya pada usia 3-50 tahun, papul berwarna seperti kulit atau eritematosa dengan diameter 2-4 mm, berbatas tegas, tersebar pada badan terutama pada tangan, punggung tangan, badan bagian atas, wajah dan leher.



14



3.8.4 Kandidosis Mengenai lipatan kulit terutama pada orang gemuk, berupa eritem yang khas, sedikit basah yang dimulai pada lipatan yang dalam, tepinya tidak teratur. Disertai rasa gatal dan nyeri yang hebat. 3.8.5 Infeksi Virus Herpes Simpleks Vesikel berkelompok dan pustule diatas plak atau eritematosa serta edema. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional tetapi demam dan gejala konstitusi biasanya ringan. 3.8.6 Eritema Toksikum Lesi berupa macula eritematosa, dengan diameter 2-3 cm. lesi bervariasi dari 1 atau 2 ratus. Tersebar pada badan, terutama bagian anterior badan, juga pada wajah, bagian proksimal anggota gerak terutama paha. Kira-kira 10% kasus disertai pustule atau vesikel. 3.8.7



Melanosis Pustular Neonatal Transien



Merupakan erupsi yang singkat berupa vesikel steril dan pustul yang dikelilingi dengan eritema, didapatkan pada waktu lahir, vesikel mudah pecah dan meninggalkan makula pigmentasi dikelilingi skuama dan menghilang dalam minggu-minggu pertama kehidupan.(1)



3.9 PENATALAKSANAAN 3.9.1 Non-Medikamentosa Kunci pengobatan miliaria adalah menempatkan penderita di lingkungan yang lebih dingin, ventilasi baik, pakaian tipis dan menyerap keringat.



15



Sumbatan keratin yang menutupi lubang keringat akan berangsur lepas beberapa hari sampai 2 minggu. Berada di ruangan ber-AC/pendingin atau ruangan yang teduh dapat mencegah permulaan terjadinya miliaria.(10)



3.9.2 Medikamentosa 1. Miliaria kristalina Pada miliaria kristallina dapat diberikan bedak salycil 2% untuk mengurangi gesekan, karena vesikel miliaria kristalina mudah pecah. 2. Miliaria rubra Dapat diberikan bedak salycil 2% dan mentol ¼-2%. Losio Faberi dapat juga digunakan, komposisinya sebagai berikut: R/ As. Salisilat



1



Talc. Venet



10



Oxid. Zinc



10



Amyl. Oryzae



10



Spiritus ad.



200 cc



3. Miliaria Profunda Dapat diberikan losio calamin dengan atau tanpa mentol 0,25%, dapat pula resorsin 3% dalam alcohol.(3) 4. Pemberian antihistamin dan anti inflamasi. Antibiotik sistemik juga diperlukan bila terjadi infeksi sekunder (miliaria pustulosa).(8)



16



3.10



KOMPLIKASI Komplikasi yang paling umum dari miliaria adalah infeksi sekunder dan intoleransi panas. Infeksi sekunder dapat muncul sebagai impetigo atau beberapa abses diskrit dikenal sebagai staphylogenes periporitis. Intoleransi panas yang paling mungkin untuk terjadi pada pasien dengan miliaria profunda, akibat anhidrosis dari kulit yang terkena, kelemahan, kelelahan, pusing, dan bahkan kolaps. Dalam bentuk yang paling parah intoleransi panas dikenal sebagai asthenia anhidrosis tropik.(6)



3.11



PROGNOSIS Prognosis miliaria umumnya baik, bila pasien dapat menghindari faktor predisposisi seperti lingkungan yang panas dan lembab. Kebanyakan pasien sembuh dalam hitungan minggu setelah dipindah ke area yang lebih dingin.(5,6)



17



BAB IV PENUTUP Miliaria merupakan suatu bentuk yang umum untuk suatu sumbatan saluran keringat yang mengakibatkan air keringat tertahan di dalam kulit yaitu pada epidermis dan papilla dermis, yang terjadi secara mendadak dan menyebar secara alami, hal ini terjadi pada kondisi panas dan lembab. Secara umum miliaria dapat diklasifikasikan menjadi 4 betuk berdasarkan letak obstruksi saluran keringat yaitu: miliaria kristalina yaitu obstruksi pada saluran keringat pada stratum korneum, miliaria rubra obstruksi lebih dalam pada stratum Malpighi, obstruksi lebih dalam muncul miliaria profunda. Miliaria pustulosa merupakan gejala lanjutan dari miliaria rubra yang disertai infeksi sekunder. Di seluruh dunia, miliaria merupakan kelaianan kulit umum di lingkungan tropis, terutama di kalangan orang-orang yang baru saja pindah ke lingkungan yang memiliki temperature yang lebih tinggi. Miliaria menjadi masalah yang signifikan bagi personil militer Amerika dan Eropa yang bertugas di Asia Tenggara dan Pasifik. Kunci pengobatan miliaria adalah menempatkan penderita di lingkungan yang dingin, sehingga keringat bisa berkurang. Sumbatan keratin yang menutupi lubang keringat akan berangsur lepas beberapa hari sampai 2 minggu. Berada di ruang berAC atau di lingkungan yang teduh dapat mencegah awal mula terjadinya miliaria.



18



DAFTAR PUSTAKA



1. Amiruddin D. Ilmu Penyakit Kulit. Makasar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK-UNHAS. 2003. 2. Al-Hilo MM. Al-Saedy SJ. Alwan AI. Atypical Presentation of Miliaria in Iraqi Patients Al-Kindy Teaching Hospital in Baghdad: A Clinical Descriptive Study. Iraq: American Journal of Dermatology and Venereology. 2002. 3. Natahusada EC. Miliaria dalam Djuanda A: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2013. 4. Freedberg IM. Eizen AZ. Wolf K. Austen KF. Goldsmith IA. Katz SI. Fistpatrick’s Dermatology in General Medicine Volume I. New York: The Mc Graw-Hill Company. 2003. 5. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit kulit. Jakarta: EGC. 2000. 6. Levin NA. Dermatologic Manifestation of Miliaria. 2012. Akses dari: http://Emedicine.com. Tanggal. 2 Agustus 2018. 7. Tekin NS. Erel A. Duver I. Gurer MA. Widespread Noninflamatory Vesicles in A Female Patient: Miliaria Kristalina. Turkey: Gazi Medical Journal. 2001. 8. Mysory V. Dermatological Disease A Practical Approach. New Delhi: BI Publication Pvt L.T.D. 2007. 9. Urbatsch A. Paller AS. Pustular Miliaria Rubra: A Specific Cutaneous Finding of Type I Pseudohypoaldosteronism. Birmingham: Department of DermatologyUniversity of Albama. 2002. 10. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates. 2000.



19



11. Thappa DM. Textbook of Dermatology, Venereology, and Leprology. New Delhi: Reed Elsevier India Private Limited. 2009. 12. Kanerva L. Elsner P. Wahlberg JE. Maibach HI. Handbook of Occupational Dermatology. New York: Springer Verlag Berlin Heidelberg. 2000.



20