Miliaria [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Kasus dan Telaah Kritis Jurnal Diagnostik



Miliaria



Oleh:



Ade Juanda (1407101030380) Akmal Sujudi (1407101030232) Khairul Rijal (1407101030260)



Pembimbing: Fitria



BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH 2016



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, tugas Presentasi kasus telah dapat diselesaikan. Selanjutnya shalawat dan salam penulis hanturkan kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Adapun judul tugas ini adalah“Miliaria”.Tugas ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing dr. Fitria, M. Sc. Sp. KKyang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini. Dengan kerendahan hati, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.Kami tetap terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman-teman agar tercapai hasil yang lebih baik kelak.



Banda Aceh, Maret 2016 Penulis



ii



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................................... KATA PENGANTAR......................................................................................... DAFTAR ISI....................................................................................................... PENDAHULUAN..............................................................................................



i ii iii 1



LAPORAN KASUS........................................................................................... 3 Identitas Pasien............................................................................................. 3 Anamnesis.................................................................................................... 3 Pemeriksaan Fisik......................................................................................... 4 Diagnosis Banding....................................................................................... 6 Diagnosa Klinis............................................................................................ 7 Terapi............................................................................................................ 7 ...................................................................................................................... 10 Prognosis...................................................................................................... 7 ANALISA KASUS............................................................................................. 8 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13 JURNAL............................................................................................................. Resume Jurnal.............................................................................................. Kritisi Jurnal................................................................................................. Kesimpulan...................................................................................................



iii



14 17 19 21



PENDAHULUAN Miliaria merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat gangguan integritas saluran keringat yang mempengaruhi sekresi keringat ke lapisan epidermis. Penyakit ini sering muncul ketika berada dalam lingkungan panas dan lembab. (1,2) Paparan sinar ultraviolet, adanya mikroorganisme pada kulit, dan faktor berkeringat yang berulang dapat memperberat keluhan.(1)Miliaria, terjadi akibat retensi kelenjar keringat karenaadanya sumbatan pada saluran keringat ekrin. Staphylococcus epidermidis, yang menghasilkan zat polisakarida ekstraseluler, dapat menyebabkan miliaria. Zat polisakarida ini dapat menghambat aliran keringat ke permukaan kulit. Adanya sumbatan mencegah sekresi normal dari kelenjar keringat, dan pada akhirnya menyebabkan putusnya kelenjar keringat atau saluran pada tingkat yang berbeda.(3) Miliaria dapat terjadi pada semua tingkatan usia dan jenis kelamin, Prevalensi paling sering umunya terjadi pada anak-anak dan bayi, karena pada anak dan bayi kelenjar keringat belum berkembang secara sempurna.(2)Penelitian yang telah di lakukan oleh Maytham dan shakir di baghdad dari 113 pasien, angka kejadian miliaria pada laki-laki sebesar 78,76% dan pada perempuan sebesar 21,23% dimana pada anak dengan usia antara 11-20 tahun sebesar 8,84%.(2) Berdasarkan temuan klinis dan histopatologi, miliaria dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: miliaria crystallina, miliaria rubra, miliaria pustulosa, dan miliaria profunda.(1,3)Miliaria crystallina meliputi bagian superfisial dari epidermis, subcorneal, berupa vesikel noninflamasi yang mudah pecah ketika digaruk dengan jari. Bayi yang umumnya di lingkungan hangat, serta penggunaan obatkolinergik dan agen adrenergik dapat merangsang pengeluaran keringat dan memperberat gejala.(1) Miliaria rubra terjadi ketika kelenjar keringat yang masuk ke lapisan epidermis tersumbat yang menyebabkan inflamasi, papula dan pruritus di sekitar pori-pori keringat. Beberapa erupsi dari miliaria rubra menjadi pustula, mengakibatkan miliaria pustulosa.(1)Miliaria pustulosa dapat didahului oleh dermatitis lain yang telah menghasilkan cedera, kerusakan, atau penyumbatan saluran keringat.(3)



1



Miliaria profunda terjadi ketika terjadi akumulasi sumbatan kelenjar keringat di lapisan dermis yang lebih dalam, tipe miliaria ini biasanya tidak menimbulkan gatal pada kulit.(1,3) Pengobatan paling efektif untuk miliaria yaitu pasien berada dalam lingkungan yang dingin. Penggunaan air-conditioner malam hari dalam ruangan dapat mengurangi gejala. Pemakaian obat lanolin anhidrat dapat mengatasi penyumbatan pori-pori, serta pemakaian hidrofilik ointment dapat mengatasi plak dari keratin dan memperlancar aliran dari kelenjar keringat.(3) Para peneliti masih mencari apa yang menyebabkan blokade saluran dan kebocoran saluran pada tingkat yang berbeda. Holzle dan Kligman berasumsi bahwa cincin keratin dan PAS protein positif adalah akibat yang ditimbulkan namun



bukan



penyebab



kerusakan



duktus.



Peran



organisme



terutama



Staphylococcus epidermidis telah diusulkan sebagai faktor predisposisi pada miliaria.(1)



2



LAPORAN KASUS POLI Identitas Pasien Nama



: M



Umur



: 13 tahun



Alamat



: Bireuen



Pekerjaan



: Pelajar



Agama



: Islam



No. CM



: 1-03-05-40



Tanggal Pemeriksaan



: 14 Maret 2016



Anamnesis Keluhan Utama Gatal-gatal di bagian leher, punggung badan dan anggota gerak bagian atas sejak 1 bulan yang lalu Keluhan Tambahan Muncul bintik - bintik merah di bagian leher, punggung badan, pinggang dan anggota gerak bagian atas, bintik - bintik terasa gatal dan perih. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal yang mulai muncul di bagian leher, punggung badan, pinggang dan anggota gerak bagian atas sejak 1 bulan yang lalu. Gatal semakin berat pada saat badan berkeringat setelah bermain di terik matahari saat cuaca panas. Pada saat gatal pasien berusaha menggaruk sehingga mulai terasa perih. Pasien juga mengeluhkan munculnya bintik-bintik merahyang muncul di bagian leher kemudian menjalar kepunggung badan dan kedua anggota gerak seiring dengan timbulnya gatal. Bintik – bintik semakin banyak muncul pada saat pasien berkeringat dan bermain panas. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.



3



Riwayat Penggunaan Obat Pasien belum pernah berobat untuk keluhannya tersebut. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat Sosial Pasien sehari-hari suka bermain saat siang hari dalam cuaca yang panas dan sering berkeringat. Pasien juga jarang mengganti bajunya saat sudah berkeringat.



PEMERIKSAAN FISIK KULIT Status Dermatologis (14Maret 2016) Regio



: Colli, thoracalis posterior, lumbalis, ante brachii



Deskripsi Lesi



: Tampak papula eritema, ukuran milier-lentikuler,jumlah multipel, susunan diskret, distribusi generalisata.



4



5



Gambar 1. Gambaran lesi pada pasien



DIAGNOSIS BANDING a. b. c. d.



Miliaria Rubra Morbili Erupsi obat tipe morbiliformis Folikulitis



RESUME Telah diperiksa seorang anak laki-laki 13 tahun dengan keluhan gatal di bagian leher, punggung badan dan anggota gerak bagian atas. Timbul bintik – bintik merah didaerah tersebut saat pasien berkeringat dan keluhan gatal berkurang jika digaruk. Pasien sehari-hari suka bermain saat siang hari dalam cuaca yang panas dan sering berkeringat. Pasien juga jarang mengganti bajunya saat sudah berkeringat. Pemeriksaan dermatologis Tampak papulo eritema, susunan diskret, ukuran milier-lentikuler, jumlah multipel, distribusi generalisata.



6



DIAGNOSIS KLINIS Miliaria Rubra TATALAKSANA a. Terapi Topikal - Asam Salisilat talk 2% b. Edukasi - Memberitahukan kepada pasien bahwa penyakit miliaria banyak dijumpai dan tidak menular pada orang lain sehingga pasien tidak -



perlu malu atau menghindar dari keluarga maupun lingkungan sekitar. Memberitahukan kepada pasien untuk menjaga kebersihan dirinya dan



-



mengganti pakaian jika sudah berkeringat. Memberitahukan pasien untuk menggunakan pakaian yang berbahan



-



katun agar mudah menyerap keringat. Memberitahukan kepada pasien untuk tidak bermain di cuaca yang panas.



PROGNOSIS -



Quo ad vitam Quo ad functionam Quo ad sanactionam



: Dubia ad Bonam : Dubia ad Bonam : Dubia ad Bonam



ANALISA KASUS



7



Pada anamnesis didapatkan pasien laki-laki berusia 13 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan gatal dan muncul bintik-bintik kemerahan di daerah leher, punggung badan dan anggota gerak. Keluhan telah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Gejala tersebut sesuai dengan penyakit miliaria yang merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh gangguan sekresi kelenjar keringat ke dalam lapisan epidermis.(1) Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 13 tahun, dimana menurut penelitian yang telah di lakukan oleh Maytham dan shakir di baghdad dari 113 pasien, angka kejadian miliaria pada laki-laki sebesar 78,76% dan pada perempuan sebesar 21,23% dimana pada anak dengan usia antara 11-20 tahun sebesar 8,84%.(2)Penyakit ini juga bisa terkena pada segala usia baik laki-laki dan perempuan dan yang paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak.(1,2) Pasien sering berkeringat setelah bermain panas di terik matahari menurut keterangan pasien, pasien jarang mengganti bajunya setelah berkeringat. Pada miliaria paling sering terjadi pada daerah beriklim tropis dan lembab dimana keadaan tersebut dapat memicu produksi kelenjar keringat dan menimbulkan keluhan pada pasien.(4,5)Biang keringat adalah penyakit kulit yang mempengaruhi sebagian besar orang di musim panas. Ruam yang muncul ditandai dengan keluhan utama gatal terkadang seperti rasa terbakar biasanya muncul di wajah, leher, punggung dan daerah lipatan kulit.(6) Pakaian salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya miliaria akibat dapat meningkatnya panas yang menimbulkan keringat, dimana pakaian dapat mencegah pembuangan panas tubuh.(3)Pakaian bisa jadi penyebab infeksi pada kulit, infeksi pada kulit dapat disebabkan oleh berbagai penyebab dan faktor. Pakaian merupakan faktor paling sering yang menyebabkan infeksi pada kulit, bisa akibat bahan pakaian atau zat kimia yang terkandung didalamnya. Oklusi kulit karena pakaian dapat berkontribusi terhadap penumpukan keringat pada permukaan



kulit



dan



overhidrasi



dari



stratum



korneum



menyebabkan



penyumbatan dari saluran keringat.(5) Manusia memiliki 2 tipe kelenjar keringat (merokrin) yaitu kelenjar ekrin dan apokrin yang secara fisiologis menghasilkan keringat ke permukaan epidermis, namun kelenjar apokrin baru mulai berfungsi pada saat memasuki usia



8



pubertas. Secara anatomis kelenjar keringat terdiri dari duktus dan kelenjar. Kelenjar keringat terletak di intradermal, sedangkan duktusnya terletak di intradermal dan intraepidermal.(1,7) Sekresi keringat dipengaruhi oleh banyak faktor, namun stimuli suhu dan emosional adalah faktor utama. Melalui sekresi keringat tubuh berusaha untuk mengendalikan suhu tubuh dalam keadaan konstan yang mencakup kelenjar keringat seluruh tubuh. Sedangkan aktivitas kelenjar keringat akibat stimuli emosional tergantung dari intensitas stimulasi itu sendiri. (3,7)



Pada kasus miliaria, sekresi keringat ke permukaan epidermis mengalami penyumbatan pada duktusnya. Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, kerusakan epidermis akibat paparan ultraviolet dan episode berkeringat yang sering.(1) Berdasarkan temuan klinis dan histopatologi, miliaria dibagi menjadi empat kelompok: miliaria crystallina; miliaria rubra; miliaria pustulosa; dan miliaria profunda, masing-masing kelompok miliaria terjadi berdasarkan perbedaan level sumbatan dari kelenjar keringat.(1,3) Gejala klinis yang timbul pada miliaria tergantung dari letak sumbatan, dibagi menjadi 3 kategori: miliaria cristalina, miliaria rubra, dan miliaria profunda. Pada miliaria cristalina, sumbatan duktus terletak setinggi sub-stratum corneum, sehingga bentuk lesi yang muncul adalah vesikel noninflamasi yang mudah pecah ketika digaruk dengan jari tanpa adanya pruritus. Sumbatan duktus pada miliaria rubra terletak didalam lapisan epidermis, yang menimbulkan lesi papula eritema, yang disertai gatal. Sedangkan miliaria profunda sumbatannya terletak pada batas antara dermis dengan epidermis, kulit yang terkena bisa seluruhnya ditutupi dengan beberapa diskrit, papula berwarna daging yang menyerupai daging angsa dan tidak menimbulkan gejala.Beberapa erupsi dari miliaria rubra menjadi pustula, mengakibatkan miliaria pustulosa.(1,3,7) Bakteri alami pada kulit, seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus, juga memainkan peran dalam patogenesis miliaria. (5)



Staphylococcus epidermidis, yang menghasilkan zat polisakarida ekstraseluler,



dapat menyebabkan miliaria. Zat polisakarida ini dapat menghambat pengiriman keringat ke permukaan kulit. Adanya sumbatan mencegah sekresi normal dari



9



kelenjar keringat, dan pada akhirnya menyebabkan putusnya kelenjar keringat atau saluran pada tingkat yang berbeda.(3) Dobson dan Lobitz pada tahun 1957 menunjukkan miliaria rubra yang disebabkan oleh panas dan oklusi kulit, akibat dari penyumbatan saluran keringat oleh bahan Periodic Acid-Schiff (PAS). Selain itu Moad dkk pada tahun 1995 menunjukkan bahwa hanya bakteri Staphylococcus epidermidis dapat dikultur dari sampel anhidrosis. Staphylococcus epidermidis tidak secara langsung menyumbat saluran keringat tetapi lendir yang di hasilkan oleh Staphylococcus epidermidis yang menyumbat saluran keringat tersebut.(8) Pengobatan paling efektif untuk miliaria yaitu pasien berada dalam lingkungan yang dingin. Penggunaan air-conditioner malam hari dalam ruangan dapat mengurangi gejala. Pemakaian obat lanolin anhidrat dapat mengatasi penyumbatan pori-pori, serta pemakaian hidrofilik ointment dapat mengatasi plak dari keratin dan memperlancar aliran dari kelenjar keringat. (3) Berdasarkan gejala klinis yaitu lesi berupa papula eritema, maka pasien ini dapat didiagnosa banding dengan Miliaria rubra, Morbili, Erupsi obat tipe morbiliformis, Folikulitis. Deskripsi diagnosa banding dari lesi papula eritema dijelaskan dalam Tabel 1. Table 1 Diagnosa Banding Lesi Papula Eritema



No DD 1. Miliaria



Deskripsi Miliaria merupakan



Gambar suatu



penyakit yang terjadi akibat gangguan



integritas



saluran



keringat yang mempengaruhi sekresi keringat ke lapisan epidermis. Penyakit ini sering muncul ketika berada dalam lingkungan panas dan lembab. (1,2)



Paparan sinar ultraviolet,



adanya mikroorganisme pada kulit, dan faktor berkeringat yang



berulang



dapat 10



memperberat (1)



Miliaria



dengan



keluhan.



biasanya



ditandai



munculnya



papula



eritema di bagian tubuh yang 2.



Morbili



sering tertutup oleh pakaian.(9) Morbili adalah penyakit yang sangat



menular



di



seluruh



dunia yang masih menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak dan hanya dapat dicegah



dengan



vaksin.



Penyakit ini biasanya ditandai dengan munculnya lesi berupa papula eritema di bagian dahi dan



di



belakang



telinga



kemudian menjalar ke badan, leher, dan ekstremitas. Lesi dapat kelompok



menyatu terutama



menjadi pada



bagian wajah. Jika lesi sembuh maka akan timbul skuama 3.



Erupsi obat



dibagian tersebut.(1) Erupsi obat tipe morbiliformis



tipe



adalah bentuk reaksi alergi



morbiliformis pada kulit.Tipe ini yang paling banyak terjadi akibat alergi obat. Hal ini diperantarai oleh T-Sel



sitotoksik



dan



diklasifikasikan sebagai reaksi imunitas tipe IV. Penyakit ini dapat



ditandai



dengan



munculnya lesi makulo papular yang disertai eritema dibagian 11



leher dan menyebar kebagian ekstremitas. Lesi dengan cepat dapat



menyebar



keseluruh



tubuh dan dapat berkumpul 4



Folikulitis



menjadi kelompok.(10) Folikulitis adalah penyakit pioderma yang dimulai dari dalam



folikel



rambut,



diklasifikasikan



dan



berdasarkan



dengan kedalaman invasinya (dangkal



dan dalam)



disebabkan oleh



yang



mikroba.



Penyakit ini detandai dengan munculnya lesi berupa makulo eritema, papula muncul



kemudian dan



menjadi



pustula



dibagian



yang wajah



kemudian menjalar ke badan dan ekstremitas.(1)



12



DAFTAR PUSTAKA x 1. Valley RD, Hebert AA. Disorders of the Eccrine Sweat Glands and Sweating. In Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8th ed.: Mc Graw Hill; 2012. p. 946. 2. Maytham M AH, Shakir J aS, Ahlam I A. Atypical Presentation of Miliaria in Iraqi Patients Attending Al-Kindy Teaching Hospital in Baghdad: A Clinical Descriptive Study. American Journal of Dermatology and Venereology. 2012; 3(1). 3. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews' Diseases of the skin : clinical dermatology. In Factors DRfP..: Saunder's Elsevier; 2011. p. 19-20. 4. dixit s, Jain A, Datar S, khurana. Congenital Miliaria Crystallina-A Diagnostic Dilemma. Elsevier. 2012;(386-388). 5. Carter R, Garcia A, Souhan BE. Patients presenting with miliaria while wearing flame resistant clothing in high ambient temperatures: a case series. Biomed. 2011; 5(474). 6. Deepika R, Bhushan TC, Poonam P, Mahendra S. Development and Characterization of Nanostructured. Pharmaceutical Sciences. 2015; 2(162– 171). 7. Burns T, Breathnach S, Cox N, Ths C. Rook’s Textbook of Dermatology. In Anatomy and Organization of Human Skin. USA: Blackwell Publishing Ltd; 2010. p. 3.12. 8. Haque MS, Pritchett THE, Cusack CA, Allen HB. The Oldest New Finding in Atopic Dermatitis. JAMA Dermatol. 2013 436-438; 4(436-438). 9. Risa B, Richard A. Blisters in the newborn: Differential diagnosis and review. Journal of The American Osteopathic College of Dermatology. 2011. 10. Robert S. Exanthematous Drug Eruptions. The New England Journal of Medicine. 2012.



13



RESUME JURNAL Penemuan Baru yang Paling Tua pada Dermatitis Atopik, Miliaria Subklinis sebagai Dasarnya Maryam S. Haque; Tesfu Hailu; Ellen Pritchett; Carrie Ann Cusack; Herbert B. Allen



Abstrak Dasar: Pada tahun 1947, Sulzberger, dkk mempublikasikan sebuah gambaran mikro (micrograph) acrosyringium tersumbat pada pasien dengan dermatitis atopik (DA), mereka percaya bahwa itu memiliki peran besar dalam perjalanan penyakit. Karena kekurangan alat pemeriksaan yang tepat, mereka tidak bisa mengkonfirmasi penemuannya. Objektif : Untuk mengkonfirmasi hasil pengamatan oleh Sulzberger, dkk pada penyumbatan saluran keringat pada dermatitis atopik dalam spesimen patologis. Desain dan Metode: Spesimen Biopsi diagnostik dari berbagai penyakit inflamasi dengan diagnosis banding sekunder Eksim dievaluasi di Pusat Akademik Layanan Kesehatan. Pengamatan : Bukti adanya penyumbatan duktus pada setiap spesimen diuji menggunakan pewarnaan hematoxylin-eosin, periodic acid–Schiff, dan pewarnaan Gram. Outcome dan Pengukuran : Perbandingan spesimen biopsi dengan spesimen kontrol dan kontrol tambahan yang terdiri dari kulit yang tidak meradang. Hasil: Menggunakan 36 spesimen biopsi, penelitian ini menegaskan pengamatan oleh Sulzberger, dkk pada penyumbatan saluran keringat pada Dermatitis Atopik. Penyumbatan Acrosyringia didapatkan pada setiap spesimen menggunakan pewarnaan rutin dengan hematoxylin eosin. Penelitian ini juga mengkonfirmasi temuan peneliti sebelumnya tentang penyumbatan saluran keringat pada miliaria, menunjukkan bahan eosinofilik di dalam saluran keringat, yang menunjukkan positif untuk periodic acid–Schiff. Peneliti sebelumnya juga mengamati bakteri dalam penyumbatan, dan penelitian ini menunjukkan temuan yang sama pada DA, bukan pada miliaria. Kesimpulan dan relevansi : Miliaria subklinis mungkin sebagai perubahan dini pada Dermatitis Atopik dan mengawali proses penyebab dari pruritus yang intens.



17



Jurnal dengan judul “The Oldest New Finding in Atopic Dermatitis, Subclinical Miliaria as an Origin” dilakukan dengan tujuan untuk mengkonfirmasi hasil pengamatan oleh Sulzberger, dkk pada penyumbatan saluran keringat pada dermatitis atopik dalam spesimen patologis. Pada penelitian ini, peneliti menjelaskan metode pengambilan sampel. Namun yang menjadi sampelnya adalah spesimen biopsi diagnostik dari berbagai penyakit inflamasi dengan diagnosis banding sekunder Eksim dievaluasi di Pusat Akademik Layanan Kesehatan. Total sampel yang diambil dalam penelitian ini ialah 36 spesimen. Sedangkan yang dijadikan kontrol sebanyak 48 spesimen. Spesimen kontrol dibagi 36 spesimen yang berasal dari penyakit non-eksim seperti psoriasis, pitiriasis rosea, tinea corporis, dermatitis kontak, dan lain-lain; 12 spesimen berasal dari kulit yang tidak berlesi. Setiap dari 36 spesimen menunjukkan adanya spongiosis, variabel limfositik eksositosis, dan dermal lymphohistiocytosis ringan. Eosinofil yang secara bervariasi terdapat dalam dermis. Semuanya terdapat penyumbatan acrosyringia pada pewarnaan rutin dengan hematoxylin-eosin dan semua penyumbatan tersebut mengandung materi PAS positif. Pewarnaan Gramnya juga menunjukkan organisme Gram positif di duktus, tapi tidak di semua sampel. Organisme Gram positif yang dicatat di 14 (40%) sampel. Dalam kasus eksim, tidak ada yang menunjukkan mikroabses neutrofilik, dan tidak ada organisme jamur terlihat di PAS. Tidak ada ekstravasasi sel darah merah, perubahan permukaan, atau vasculopati yang muncul. Semua spesimen kontrol menunjukkan saluran keringat yang patent, dan tidak bahan PAS-positif atau organisme gram positif yang dicatat di saluran tersebut. Temuan yang diharapkan dari penyakit lain (misalnya, mikroabses neutrofilik pada psoriasis) hadir pada spesimen kontrol. Semua kontrol kulit non-inflamasi memiliki saluran ekrin yang patent. Kesimpulan pada penelitian ini adalah Miliaria subklinis mungkin merupakan perubahan dini pada Dermatitis Atopik dan mengawali proses penyebab dari munculnya pruritus yang intens.



18



KRITISI JURNAL



Judul



:



Penemuan Baru yang Paling Tua pada Dermatitis Atopik, Miliaria Subklinis sebagai Dasarnya The Oldest New Finding in Atopic Dermatitis, Subclinical Miliaria as an Origin Penulis : Maryam S. Haque; Tesfu Hailu; Ellen Pritchett; Carrie Ann Cusack; Herbert B. Allen No 1.



PETUNJUK Apakahterdapat kesamaan dengan baku emas ?  Iya



KOMENTAR  Penelitianinimenggunakanuji diagnostik pemeriksaan



menggunakan biopsi



menggunakan



spesimen pewarnaan



hematoxyline-eosin, periodic acidSchiff (PAS), dan pewarnaan Gram. dan sensitifitas tidak



 Spesifitas



2.



3.



Apakahsampel subyek penelitian meliputi spektrum penyakit dari yang ringan sampai berat, penyakit yang terobati dan tidak terobati ?  Tidak Apakahlokasipenelitian disebutkan dengan jelas ?  Iya



dicantumkan.  Padapenelitianini, dilaporkandata



derajat



 Penelitianinidilakukan di Amerika



Serikat yaitu di Department of College



Apakahpresisi uji diagnosa dan variasi pengamat dijelaskan?  Iya



spektrum



penyakit.



Dermatology



4.



tidak



Drexel



University ofMedicine,



Philadelphia,Pennsylvania.  Padapenelitianini, semua data hasil penelitian dilaporkan dalam bentuk narasi. Data-data dapat dijabarkan kembali dalam bentuk tabulasi dari



19



korelasi



antara



kepositifan



penyumbatan duktus menggunakan pewarnaan periodic



hematoxyline-eosin, acid-Schiff



(PAS),



dan



pewarnaan Gram dengan Spesimen sampel dan kontrol. Namun peneliti tidak menjelaskan data-data dari variabel tambahan lainnya yang ikut 5.



a.



Apakahistilah normal dijelaskan?  Tidak Apakah kegunaan uji diagnosa yang sedang diteliti disebutkan?  Tidak



disebutkan.  Standar penilaian



normal



pada



masing-masing pemeriksaan tidak disebutkan  Kegunaan



dari



masing-masing



perlakuan tidak dicantumkan, hanya menunjukkan data hasil penelitian



b.



Apakahcara dan tekhnik dijelaskan ?  Tidak



dari masing-masing perlakuan.  Cara kerja dari perlakuan pada masing-masing spesimen sampel dan kontrol tidak dijelaskan.



Kesimpulan Berdasarkan hasil kritisi jurnal di dapatkan dari 7 pertanyaan memiliki jawaban “Iya” sebanyak 3 pertanyaan, “Tidak” sebanyak 4 pertanyaan dan “Tidak diketahui” sebanyak 0 pertanyaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa jurnal dengan judul “The Oldest New Finding in Atopic Dermatitis, Subclinical Miliaria as an Origin” ini layak dibaca dan belum layak untuk diadaptasikan sebagai penelitian lanjutan di RSUDZA.



20