Rev1.PRANIKAH & PRAKONSEPSI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. “K” USIA 25 TAHUN DENGAN IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) PRANIKAH DI PUSKESMAS BEJI - PASURUAN



DISUSUN OLEH : RETNO INDAHNINGSIH , S.Tr.Keb NIM : 2019080171



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HUSADA JOMBANG TAHUN 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan asuhan kebidanan pra nikah pada Nn. “K” usia 25 tahun Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Pranikah di Puskesmas Beji - Pasuruan. Penyusunan laporan asuhan kebidanan ini dibuat penulis untuk melengkapi dan membekali pengetahuan setelah lulus nantinya. Bersama ini penulis mengucpakan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam pembuatan laporan ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada: 1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes, MM selaku Ketua STIKES Husada Jombang. 2. Zeny Fatmawati, S.ST, M.Ph selaku Kaprodi Profesi Bidan STIKES Husada Jombang. 3. dr. Arma Roostina Heliantin selaku Kepala UPTD Kesehatan Puskesmas Beji 4. Ayu Tria Novianti, S.Tr.Keb selaku Pembimbing Praktek. 5. Evi Susiyanti, S.ST, M.Kes selaku Pembimbing Akademik. 6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan asuhan kebidanan ini. Penulis memahami dan menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi penyempurnaan dan kelengkapan laporan selanjutnya. Harapan penulis, semoga asuhan kebidanan yang dibuat penulis dapat berguna bagi mereka yang membacanya. Pasuruan,



Penulis



LEMBAR PENGESAHAN Asuhan kebidanan pada Nn. “K” usia 25 tahun Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Pranikah di Puskesmas Beji – Pasuruan. Laporan ini disusun oleh: Nama : Retno Indahningsih, S.Tr.Keb NIM : 2019080171 Telah disahkan dan di periksa pada: Hari



: ………………………………



Tanggal : ………………………………



Mengetahui Pembimbing Praktek



Pembimbing Akademik



Ayu Tria Novianti, S.Tr.Keb



Evi Susiyanti, S.ST, M.Kes



Ketua STIKES



Kaprodi



Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes, MM



Zeny Fatmawati, S.ST, M.Ph



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita usia subur (WUS) berdasarkan konsep Departemen Kesehatan (2003) adalah wanita dalam usia reproduksi yaitu usia 15- 49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum menikah. Dalam pengertian WUS



yang belum menikah yaitu wanita yang berusia 20-29 tahun yang belum pernah menikah. Kesehatan pranikah merupakan suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang ditujukan pada masyarakat reproduktif pranikah. Pelayanan kesehatan diawali dengan pemeliharaan kesehatan para calon ibu (Depkes RI,2003). Sebelum menikah Wanita usia subur atau WUS melakukan pemeriksaan kesehatan untuk menjaga kesehatan pranikahnya. Selain itu juga melakukan imunisasi Tetanus Toksoid yang merupakan sebagai salah satu syarat ingin dilangsungkannya pernikahan. Imunisasi Tetanus Toksoid pada WUS (Wanita Usia Subur) dilaksanakan 1 kali sebelum menikah. Pemberiannya 2x vaksin secara SC (subcutan) dan waktu pemberiannya minimal 4 minggu atau 1 bulan sebelum dilangsungkan pernikahan (Ranuh, 2008). Data organisasi kesehatan dunia WHO menyatakan kematian bayi akibat Tetanus di Negara berkembang 135 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Negara maju (Sinarharapan,2002). Di dunia terdapat 4 juta dari 136 juta bayi dibawah usia 28 hari meninggal dunia disetiap tahunnya. Tetanus Neonatorum (TN) menyebabkan 50% kematian perinatal dan menyumbangkan 20% kematian bayi. Sedangkan angka kejadian tetanus pada anak di rumah sakit 7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok 5-9 tahun, 30% kelompok 1-4 tahun, 18% kelompok > 10 tahun, dan 2% terjadi pada bayi < 12 bulan. Angka kematian 1 1 keseluruhan antara 6,7-30% (Ismoedijanto dan Widodo, 2006). Pada tahun 2007 angka kematian bayi di Indonesia tercatat 34 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian neonatus 19 per kelahiran hidup dan angka kematian maternal 228 per 100.000 kelahiran (Depkes RI,2007). Penyebab kematian bayi ini salah satunya adalah Tetanus dimana pada neonatus lebih dikenal dengan Tetanus Neonatorum (Depkes RI, 2007). Hal ini disebabkan oleh perawatan tali pusat yang tidak steril, sehingga bayi dapat terkena tetanus neonatorum. Di Indonesia terdapat 141 kasus Tetanus Neonatorum pada tahun 2007 akibat tidak melakukan imunisasi Tetanus Toksoid sebelum menikah



(pranikah). Menurut catatan DinKes Provinsi Jawa Timur periode JanuariOktober 2008 bayi yang meninggal akibat perawatan tali pusat yang tidak steril sehingga terkena kasus tetanus neonatorum, sedikitnya 1,99 % bayi per 100.000 kelahiran. Di tahun 2009 sebanyak 1,05% dan tahun 2010 sebanyak 1,02% per 100.000 kelahiran hidup dan 39 ibu melahirkan meninggal dunia akibat keterlambatan deteksi dini dan pendarahan serta infeksi (Dinkes Jatim, 2008). Pemeriksaan kesehatan pranikah penting bagi kedua pasangan. Tujuannya, agar terhindar dan mendeteksi penyakit secara dini. Namun, persiapan ini sering kali terabaikan dan bahkan disepelekan. Pemeriksaan imunisasi TT pranikah atau yang lebih spesifik yaitu pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada calon pasangan pengantin masih dianggap belum begitu perlu dan penting bagi calon pasangan pengantin. Imunisasi Tetanus Toksoid yang pada dasarnya memang sangat bermanfaat bagi kehamilan calon pengantin yaitu melindungi bayi dari penyakit Tetanus serta melindungi ibu dari Tetanus apabila terluka. (Putriazka dalam Primanita, 2005). Penyakit Tetanus merupakan penyakit yang



menular



namun



penularanya



tidak



dengan



secara



langsung.



Penyebabnya sejenis kuman yang dinamakan Clostridium Tetani, kuman ini semacam spora atau bijinya berada di banyak lingkungan. Basilus clostridius tetani tersebar luas dalam tanah berbentuk spora. Binatang seperti kuda dan kerbau bertidak sebagai persinggahan sementara. Kuman Tetanus dalam kehidupannya tidak memerlukan banyak oksigen (anaerob). Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi Tetanus. Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Putriazka dalam sukmara, 2005). Wanita usia subur (WUS) yang akan memasuki jenjang perkawinan perlu dijaga kondisi kesehatannya. Kepada para WUS diberi pengertian tentang apa saja yang perlu di siapkan sebelum menikah, misalnya pemeliharaan kesehatan dalam masa pranikah dan pasca kehamilan, hubungan seksual yang bebas, kesiapan mental dalam menghadapi kehamilan



dan persalinan. Kesehatan pada masa pranikah disampaikan kepada kelompok wanita usia subur (WUS) yang akan melangsungkan pernikahan. Penyampaian tentang kesehatan pada masa pranikah ini disesuaikan dengan tingkat intelektual WUS sebagai para calon ibu. Informasi yang diberikan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti karena bersifat pribadi dan sensitif. Fenomena ini menggambarkan bahwa pemanfaatan imunisasi Tetanus Toksoid belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh WUS khususnya bagi calon pengantin wanita, atas pentingnya imunisasi Tetanus Toksoid untuk mencegah angka kematian bayi akibat Tetanus Neonatorum maka berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tergerak untuk melakukan penelitian tentang asuhan kebidanan pra nikah dan pra konsepsi pada Nn. “K” usia 25 tahun di Puskesmas Ny. “R” Beji - Pasuruan. 1.2 Batasan Masalah Da Rumusan Masalah 1.2.1 Batasan Masalah Mengingat luasnya pembahasan pra nikah dan pra konsepsi sedangkan waktu yang tersedia singkat, maka penulis membatasi permasalahan pada asuhan kebidanan. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan pada latar belakang dan kenyataan yang ada, maka penulis merumuskan masalah, yaitu Bagaimana asuhan Kebidanan pra nikah dan pra konsepsi pada Nn. “K” usia 25 tahun Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) di Puskesmas Beji - Pasuruan?



1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Agar penulis mampu memberikan asuhan kebidanan pra nikah dan pra konsepsi pada Nn. “K” usia 25 tahun Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) di Puskesmas Beji - Pasuruan, dengan menggunakan pendekatan management kebidanan secara benar, tepat, dan sesuai dengan standar aushan kebidanan ssecara profesional.



1.2.2 Tujuan Khusus a. Penulis dapat mengkaji pasien dengan pra nikah dan pra konsepsi b. Penulis dapat mengidentifikasi data untuk menentukan diagnosa kebidanan yang terjadi pada pasien dengan pra nikah dan pra konsepsi c. Penulis dapat melakukan tindakan pra nikah dan pra konsepsi d. Dapat mengevaluasi hasil akhir asuhan kebidanan pada pra nikah dan pra konsepsi 1.3 Manfaat Penulisan 1.3.1 Bagi Penulis Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan teori yang didapatkan dalam perkuliahan dalam kasus nyata untuk melaksanakan asuhan kebidanan. 1.3.2 Bagi Instansi Memberikan tambahan sumber kepustakaan dan pengetahuan di bidang kebidanan secara wacana. 1.3.3 Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada klien, keluarga, dan masyarakat tentang masa nifas dengan masalah – masalah yang mungkin menyertai. 1.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan penyusun dalam menyusun asuhan kebidanan ini menggunakan metode deskriptif dlam studi kasus, yaitu menggambarkan secara nyata tentang kondisi saat ini dengan perbandingan antara teori dengan kasus nyata. Adapun teknik yang digunakan: 1.4.1 Studi Kepustakaan Pengumpulan data dengan melihat konsep teori pada literature yang mempunyai hubungan dengan pra nikah. 1.4.2 Wawancara Pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsusng kepada sasaran atau klien tentang hal – hal yang berkaitan dengan pra nikah.



1.4.3 Pemeriksaan Fisik Pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. 1.4.4 Dokumentasi Pengumpulan data dengan meninjau data yang ada pada catatan medis pasien. 1.4.5 Observasi Pemantauan langsung terhadap perubahan yang terjadi pada klien 1.5 Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Terdiri dari latar belakang, tujuan, batasan dan rumusan masalah, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka Terdiri dari konsep dasar teori pernikahan dan konsepsi, konsep dasar teori imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan konsep dasar teori asuhan kebidanan pada pra nikah dan pra konsepsi. Bab III: Tinjauan Kasus Meliputi pengkajian data subjektif, objektif, assessment, dan planning. Bab IV : Penutup: Meliputi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Teori Pernikahan dan Konsepsi 2.1.1 Definisi Menurut Wikipedia Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan



variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu. Pengesahan secara hukum suatu pernikahan biasanya terjadi pada saat



dokumen



tertulis



yang



mencatatkan



pernikahan



ditanda-



tangani. Upacara pernikahan sendiri biasanya merupakan acara yang dilangsungkan untuk melakukan upacara berdasarkan adat-istiadat yang berlaku, dan kesempatan untuk merayakannya bersama teman dan keluarga. Wanita dan pria yang sedang melangsungkan pernikahan dinamakan pengantin, dan setelah upacaranya selesai kemudian mereka dinamakan suami dan istri dalam ikatan perkawinan. Menurut Manuaba (2012) proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. Konsepsi disebut juga dengan fertilisasi atau pembuahan. Pengertian konsepsi adalah peristiwa bertemunya sel telur (ovum) dengan sperma.



2.1.2 Alasan Pernikahan 1. Primer Hasrat berdamping hidup bebahagia dengan pribadi yang dicintai, khususnya dengan perkawinan. Orang mengharapkan bisa mendapatkan pengalaman hidup baru bersama dengan seseorang yang secara esklusif menjadi milik untuk mendapatkan pengakuan dan jaminan hidup sepanjang hidupnya. 2. Sekunder



a. Hasrat untuk mendapatkan kewenangan hidup. a. Ambisi yang besar untuk mendapatkan sicial yang tinggi. b. Mempunyai keinginan untuk mendapatkan asuransi hidup dimasa tua. c. Mempuyai



keinginan



mendapatkan



kepuasan



sex



dengan



pasangan hidupnya. d. Dorongan cinta terhadap anak ingin mendapatkan keturunan. e. Keinginan mendapatkan nama luhur. 2.1.3



Regulasi dalam Perkawinan Kebudayaan manusia terdiri dari landasan norma-norma untuk menetapkan  batas-batas hak kewajiban setiap individu seperti hukum dan regulasi terhadap perkawinan berlandaskan kepada kepentingan insaniah untuk menjamin keamanan pribadi dan stabilisasi sosial sehingga dapat mencegah perbuatan merampas hak anak istri serta orang lain. Regulasi / peraturan perkawinan meliputi : Faktor umur seks, upacara perkawinan, pembayaran uang nikah, hak dan kewajiban suami istri, batas kekuasaan sebagai suami, pembagian harta dan warisan, peraturan perceraian dan kewajiban memelihara anak keturunan dan sebagaimana. Regulasi sosial mengenai perkawinan kita sampai pada banyak suku bangsa primitif yang kebudayaannya relatif sangat rendah. Regulasi sosial untuk terjaminnya kesejahteraan sosial keluarga melalui hal-hal sebagai berikut : 1. Mencegah perkawinan dengan keluarga dekat yaitu mencegah incest dan iriendt menjamin kelestarian umat manusia. 2. Alasan-alasan eugenee / memperbaiki ras seperti larangan kawin bagi orang gila- penderita penyakit yang berat. 3. Larangan kawin bagi mereka yang menderita penyakit spilis, dan keturunannya serta patnernya.



4. Adanya hukum dan undang-undang perkawinan diperlukan untuk mencecah timbulnya perceraian semena-mena. 5. Adanya kesiapan lahir (materi fisik) dan garis (mental psikologis) social spiritual dan kedua belah pihak. 2.1.4



Dasar Pertimbangan Memilih Jodoh 1. Faktor bibit Mempertimbangkan benih asal keturunan yaitu memilih sumber bibit keluarga yang sehat jasmani dan rohaninya dari kasus penyakit keturunan atau penyakit mental tertentu, sebab bibit yang baik akan menurunkan / menghasilkan keturunan baik dan sehat. 2. Faktor bebet Berarti keluarga, keturunan dianggap seorang calon suami istri yang mempunyai keturunan bangsawan (darah biru) akan menghasilkan orang cerdik pandai yang mempunyai martabat yang baik, berani dan selalu intropeksi diri, tepat, teliti, akurat, menjalankan ibadah dan hukum serta kepribadian terpuji. Tujuan wawasan hatinya. Sehingga dengan faktor keturunan yang unggul itu diharapkan sepasang suami istri memiliki atribut-atribut terpuji untuk selanjutnya mampu membina keluarga bahagia dan mendapatkan keturunan yang baik.



3. Faktor bobot Artinya berbobot yaitu mempunyai harkat. Ilmu pengetahuan yang lengkap memiliki harta kekayaan, kekuasaan dan status social yang cukup mantap sehingga dhargai oleh masyarakat memiliki kekayaan spiritual dan nilai rohaniah serta akherat yang mantap. Dijaman modern sekarang pada umumnya seseorang akan mengawini seorang pribadi. Karena orang telah dikenalnya. Dimana



cinta itu akan berkembamg dengan lewatnya waktu lebih lama, cinta kasih keduanya akan semakin terbiasa terhadap satu sama lain dalam satu periode tertentu. Peristiwa tersebut mendorong kita untuk tidak memungkiri adanya proses jatuh cinta pada pandangan pertama yang akan diperkuatnya dengan peristiwa mengenal lebih inti sehingga timbullah kesadaran menerima dan mentoleransi ciri-ciri karakteristik masingmasing kedua belah pihak (pria dan wanita). Biasanya seorang pria akan mengawini seorang wanita, karena itu mencintai atau suka pada wanita tersebut, tidak disebabkan represonsederhana ciri-ciri feminine yang unggul tetapi person ini contreton atau pribadi tertentu yang dicintainya. Namun demikian akibat-akibat dari seorang wanita itu menentukan suksesnya suatu perkawinan. Sedangkan criteria akibat dari seorang wanita itu jauh sebelum usia perkawinan tiba sudah dikhayalkan dan ditentukan tadi. Berdasarkan penelitian bahwa ada kecenderungan sangat kuat untuk melakukan perkawinan dengan lawan jenis dari status sosial yang atau hampir sama tingkat nya seperti kalangan kaum wanita melihat terdapat kecenderungan untuk melakukan perkawinan dengan pertner pria  dar status ekonom lebih tinggi. Sedangkan pada pihak kaum pria dengan profesi uang tinggi terdapat tendensi untuk kawin membawah yaitu mengawini wanita dari status intelektual dan ekonomi sedikit lebih rendah dari strata sosialnya sendiri ada 2 teori dalam tendensi umum perkawinan : 1.



Homogami (ikatan perkawinan berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu).



2.



Pasangan yang berjodoh mempunyai sifat-sifat karakteristik yang justru bertentangan, namun saling melengkapi. Mengisi dan sifatnya komplementer.



2.2 Konsep Dasar Teori Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) 2.2.1 Definisi



Imunisasi Tetanus Toxoid adalah tindakan untuk memberi  kekebalan dalam tubuh klien bertempat langsung mencegah terjadinya tetanus neonatorum dengan memasukkan kuman yang sudah dilemahkan. 2.2.1 Jenis dan Vaksinasi Vaksinasi yang digunakan untuk imunisasi aktif kemasan tunggal vaksin tetanus texoid (TT) kombinasi defteri (DI) kombinasi defteri tetanus pertusis (DPT) vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ATS (Anti Tetanus Serum) dapat digunakan untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit tetanus. cara penyimpanan vaksin TT pada lemari es rak no 2 dengan suhu 8-9°C. 2.2.3 Jadwal Pemberian Pada calon pengantin wanita 2 kali langsung terjadi kehamilan dengan jarak waktu ≥ 2 tahun dilakukan TT ulang pada ibu hamil masing-masing pada kehamilan ke 7 dan ke 8. Dimasa mendatang diharapkan setiap perempuan telah menghadapi imunisasi tetanus 5 kali, sehingga daya perlindungan terhadap tetanus seumur hidup, dengan demikian bayi yang dikandung kelak akan terlindung dari penyakit tetanus neonatorum. Bentuk vaksin TT cir agak putih keruh dalam vial dosis 0,5 ml/ dalam di olutus maxi atau lengan.



Dosis TT I



Waktu pemberian



Lama



perlindungan perlindungan Pada saat kunjungan 0 % 1 tahun pertama



atau



mungkin TT II



Tingkat



kehamilan Minimal 4 setelah TT I



sedini pada minggu 80 %



2   tahun



TT III



Minimal setelah



6 TT



selama TT IV



minggu 95 % II



atau



kehamilan



berikutnya Minimal setelah



5 tahun



setahun 99 % TT



10 tahun



III



kehamilan berikutnya TT V



Minimal



setahun 99%



setelah TT kehamilan



Selama



seumur



hidup



berikutnya Imunisasi TT 5 x untuk kesadaran penuh: TT 1: Langkah awal untuk mengembangkan kekebalan tubuh terhadap infeksi TT 2: 4 minggu setelah TT I untuk menyempurnakan kekebalan TT 3: 6 bulan atau lebih setelah TT 2 untuk menguatkan kekebalan TT 4: 1 tahun atau lebih setelah TT 3 untuk meneluarkan kekebalan TT 5: 1 tahun atau lebih setelah TT 4 untuk mendapat kekebalan penuh



2.4 Konsep Dasar Teori Asuhan Kebidanan Pra Nikah dan Pra Konsepsi 2.2.1 Data Subjektif Merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, anamnesi merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam pemeriksaan. Anamnesi dapat menentukan sifat dan berat penyakit. Tanggal : untuk mengetahui tanggal mulai dilakukan pengkajian pada pasien. Jam



: untuk mengetahui waktu pengkajian pada pasien. 1.



Identitas



Nama



: Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. ( Ambarwati, 2010 : 131 )



Umur



: Kurun reproduksi sehat antara umur 20 – 30 tahun. ( Manuaba, 2008 : 27 )



Agama



:



Untuk



mengetahui



tersebut



untuk



keyakinan



pasien



membimbing



atau



mengarahkan pasien dalam berdoa. ( Ambarwati, 2010 : 132 ) Pendidikan



: Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,



sehingga



memberikan



konseling



bidan sesuai



dapat dengan



pendidikannya. ( Ambarwati, 2010 : 132 ) Pekerjaan



: Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. ( Ambarwati, 2010 : 132 )



Penghasilan



:



Ditanya



untuk



intelektualnya.



mengetahui Tingkat



tingkat pendidikn



mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. ( Ambarwati, 2010 : 132 ) Alamat



:



Ditanyakan



untuk



mempermudah



kunjungan rumah bila diperlukan. ( Ambarwati, 2010 : 132 ) 2.



Keluhan Utama Apa yang dikeluhkan penderita datang untuk pemeriksaan pra nikah, pra konsepsi ataukah ada pengaduan lain yang penting.



Dalam kasus ini “Ibu mengatakan ingin mendapat imunisasi TT sebelum menikah” 3.



Riwayat Menstruasi 1) Menarche Menarche adlah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi pada usia pubertas, yaitu sekitar usia 10-16 tahun, rata-rata usia 12,5 tahun. ( Sarwono, 2008 ) 2) Siklus Lamanya siklus haid normal atau dianggap sebagai siklus haid klasik adalah 28 hari ditambah atau dikurangi dua sampai tiga hari. Siklus ini dapat berbeda-beda pada wanita yang normal dan sehat. ( Sarwono, 2008 : 46 )



4.



Riwayat Perkawinan 1) Menikah



: berapa kali.



2) Lama menikah



:



a. Infertile primer, pasangan suami/ istri belum pernah hamil



meskipun



perlindungan



senggama



apapun,



untuk



dilakukan waktu



tanpa



sekurang-



kurangnya 12 bulan. b. Infertile sekunder, pasangan suami/ istri pernah hamil tapi kemudian tidak mampu hamil lagi dalam waktu 12 bulan, kemudian senggama dilakukan tanpa perlindungan apapun. ( Hanafi, 2000 : 35 ) 3) Usia pertama menikah : kurun reproduksi sehat antara 20-30 tahun. ( Manuaba, 2008 : 27 ) 5.



Riwayat Kehamilan. Persalinan, Nifas yang Lalu 1) Kehamilan : Ibu pernah berapa kali hamil, periksa hamil berapa kali dan dimana, apa ada keluhan saat hamil.



2) Persalinan : ibu melahirkan di usia kehamilan berapa, dimana, ditolong siapa, secara apa, jenis kelamin bayi, berat bayi waktu lahir, panjang bayi. 3) Nifas



: apakah ada kelainan saat nifas, bagaimana



perdarahan, bagaimana pengeluaran ASI. ( Sarwono, 2008 : 155 ) 6.



Riwayat Kesehatan Sekarang Untuk mengetahui apakah pasien pernah menderita penyakit menahun seperti asam, paru – paru, atau jantung, penyakit menular seperti HIV / AIDS, serta penyakit menurun seperti diabetes dan hipertensi. ( Manuaba, 2008 )



7.



Riwayat Kesehatan Lalu Untuk mengetahui apakah pasien pernah menderita penyakit menahun seperti asam, paru – paru, atau jantung, penyakit menular seperti HIV / AIDS, serta penyakit menurun seperti diabetes dan hipertensi. ( Manuaba, 2008 )



8.



Riwayat Kesehatan Keluarga Ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga terutama : 1) Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular, seperti TBC, Hepatitis. 2) Penyakit keluarga yang dapat diturunkan, seperti kencing manis, kelainan pembekuan darah, jiwa, asma. 3) Riwayat



kehamilan



kembar.



Factor



yang



dapat



meningkatkan kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur wanita dan paritas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah melahirkan atau hamil anak kembar harus diwaspadai, karena hal ini bisa menurun pada ibu. ( Manuaba, 2008 : 265 )



9.



Riwayat KB Ibu pernah menggunakan KB apa, ada keluhan atau tidak, rencana KB ibu, alasan memilih KB tersebut dan ingin digunakan berapa lama. Ada 3 tujuan Kb, antara lain: 1) Menunda kehamilan (usia < 20 tahun), KB yang cocok : pil, IUD, metode sederhana. 2) Menjarangkan kehamilan (usia 20-35 tahun), Kb yang cocok IUD, minipil, pil, implant, metode sederhana, suntikan. 3) Mengakhiri kehamilan (usia > 35 tahun), Kb yang cocok : Kontap, IUD, implant, suntikan, pil, metode sederhana. (Syaifudin, 2006 : U-9 )



10.



Pola Kebiasaan Sehari-hari 1) Nutrisi Makan berapa kali, komposisi, minum berapa kali. Wanita hamil harus betul-betul mendapatkan perhatian. Terutama jumlah kalori, protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus presipitatus, perdarahan post partum, sepsis puerpuralis, dll. Zat-zat yang diperlukan : protein, karbohidrat, zat lemak, mineral atau bermacam-macam garam terutama kalsium, fosfor, zat besi, vitamin dan air. ( Rustam, 2008 : 59-60 ) 2) Eliminasi BAK dan BAB berapa kali sehari, konsistensi, keluhan. BAB pada wanita hamil mungkin terjadi obstipasi karena : a. Kurang gerak badan. b. Peristaltic usus kurang karena pengaruh hormone.



c. Tekanan pada rektum oleh kepala. Usaha untuk melancarkan BAB adalah : minum banyak, gerak badan yang cukup, makan yang banyak serat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. ( Sulaiman, 1003 : 209 ) BAK karena pengaruh desakan dan turunnya kepala bayi pada hamil tua terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat penuh. ( Manuaba, 2008 : 110 ) 3) Aktivitas Kegiatan sehari-hari, apakah ada gangguan. Pekerjaan rutin dapat dilaksanakan, bekerjalah sesuai dengan kemampuan dan makin dikurangi dengan semakin tuanya kehamilan.



Kehamilan bukanlah



merupakan halangan berkarya, asalkan dikerjakan dengan pengertian sedang hamil, senam hamil dimulai pada umur 24 – 48 minggu. ( Manuaba, 2008 : 139-141 ) 4) Kebersihan Mandi, gosok gigi, ganti celana dalam dan pakain, keranas berapa kali. Kebersihan harus selalu dijaga pada masa hamil. Baju hendaknya yang longgar dan mudah dipakai. Mamae yang bertambah besar juga membutuhkan BH yang lebih besar. Bila kerusakan gigi tidak diperhatikan dengan baik, dapat mengakibatkan komplikasi seperti nefritis, septikema, dan lain-lain. Maka dari itu bila keadaan mengijinkan, tiap wanita hamil harus memeriksakan giginya secara teratur. ( Sarwono, 2008 )



5) Istirahat Tidur siang dan malam berapa jam, apakah ada gangguan. Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik,



karena



istirahat



dan



tidur



yang



teratur



meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin. ( Manuaba, 2008 ) 6) Kebiasaan



: apakah ibu minum jamu, merokok.



7) Seksualitas



: berapa kali berhubungan dalam



seminggu, apa ada keluhan. 11.



Data Psikososial dan Spiritual Psikososial



:



apakah



ada



gangguan



psikologik,



bagaimana dukungan keluarga. Spiritual



: bagaimana ibu melaksanakan ibadah, adat



istiadat sesuai yang di anut keluarga 2.2.2. Data Objektif 1. Pemeriksaan fisik umum 1) Keadaan umum 2) Kesadaran 3) TTV : Tensi (normal : 60/90 – 120/90 mmHg) Nadi ( normal : 76 – 100 x / menit) Suhu ( normal : 365 – 375° C) RR ( normal : 16 – 24 x / menit) 4) Tinggi badan, berat badan sebelumnya/ sekarang, LILA. a. Berat badan Pertambahan berat badan sekitar 6,5–15Kg selama hamil. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari 0,5 Kg/minggu. ( Manuaba, 2008 : 136 ) b. Tinggi badan



Ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari rata-rata (diperkirakan kurang dari 145cm) kemungkinan panggulnya sempit. ( Depkes RI, 2004 : 10 ) c. LILA LILA kurang dari 23,5cm merupakan indikator kuat untuk status gizi ibu yang kurang/ buruk. 2. Pemeriksaan fisik khusus 1) Integumen : bersih, turgor baik, tidak ada lesi 2) Kepala



: penyebaran rambut merata, warna hitam,tidak ada nyeri tekan



3) Muka



: simetris, tidak edema, tidak pucat



4) Mata



: simetris, sklera putih, konjungtiva tidak anemis



5) Hidung



: simetris, tidak ada pernafasan cuping, tidak ada polip



6) Mulut



: simetris, tidak ada gigi karies, tidak stomatitis, bibir lembab



7) Telinga



: simetris, tidak ada sekret



8) Leher



: simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid maupun vena jugularis



9) Dada



: tidak ada ronchi, ada wheezing



10) Payudara



: simetris, putting menonjol, tidak ada benjolan abnormal



11) Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada benjolan abnormal, tidak nyeri tekan 12) Genetalia



: bersih, tidak ada jaringan parut, tidak ada varises, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini



13) Anus



: bersih, tidak ada hemoroid



14) Ektremitas atas



: normal, tdk edema, turgor dan gerak baik



15) Ektremitas bawah : normal, tidak edema, turgor dan gerak baik, tidak ada varises



3. Pemeriksaan penunjang 1) HB (normal : > 10 gr/dl) 2) Urine : - Protein urine - Reduksi urine



: Negatif : Negatif



1.2.2 Assesment Analisis dan interpretasi data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulannyang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera. A: Nn. “……” usia “…..” tahun dengan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pra nikah 1.2.3 Penatalaksanaan Langkah pelaksanaan harus disesuaikan dengan rencana yang ditetapkan untuk mencapai tujuan. Pada pelaksanaan yang dilakukan bidan bisa dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dengan tim medis lain. Selama kegiatan ini bidan melihat kemajuan kesehatan serta diupayakan dalam waktu yang singkat, efektif, hemat, dan berkualitas.



BAB III TINJAUAN KASUS No register



: 352911



Tanggal masuk



: 20 Juli 2020



Pukul: 09.00 WIB



Tanggal pengkajian



: 20 Juli 2020



Pukul : 09.05 WIB



Oleh



: Retno Indahningsih, S.Tr.Keb



Tempat



: Puskesmas Beji



Pasuruan 3.1 Subjektif 1. Identitas Nama px



: Nn. “K”



Umur



: 25 tahun



Agama



: Islam



Pendidikan



: S1



Pekerjaan



: Swasta



Alamat



: Gajahrejo - Beji



2. Keluhan utama Pasien mengatakan ingin mendapatkan imunisasi TT sebelum menikah 3. Riwayat Menstruasi 1) Menarche



: 12 tahun



2) Siklus



: 30 hari



3) Lamanya



: 5 - 7 hari



4) Ganti pembalut



: 3 – 4 kali / hari



5) Dysminorhea



: terkadang



4. Riwayat pernikahan sebelumnya Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah menikah. 5. Riwayat kesehatan Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti asam, paru – paru, atau jantung, penyakit menular seperti HIV / AIDS, serta penyakit menurun seperti diabetes dan hipertensi. 6. Riwayat kesehatan keluarga Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit menahun seperti asam, paru – paru, atau jantung, penyakit menular seperti HIV / AIDS, serta penyakit menurun seperti diabetes dan hipertensi. 7. Pola kebiasaan sehari - hari 1) Pola nutrisi dan cairan Makan : 3x / hari (nasi, lauk pauk, sayur, porsi ½ - 1 piring)



Minum : 6 – 8 gelas/ hari @200 ml (air putih, teh hangat) 2) Pola eliminasi BAB



: 1x/hari, lembek, coklat kehitaman, bau khas



BAK



: 5-6x/ hari, cair, warna kuning jernih, bau khas



3) Pola istirahat Tidur siang



: pasien tidak pernah tidur siang karena masih



bekerja pada siang hari. Tidur malam



: ± 8 jam / hari



4) Pola aktivitas Pasien mengatakan melakukan bekerja seperti biasa, terkadang melakukan pekerjaan rumah yaitu mengepel, memasak, dan mencuci. 5) Personal hygiene a. Mandi



: 2-3x / hari



b. Gosok gigi



: 2x / hari



c. Keramas



: 3-4x / minggu



d. Ganti pakaian



: 2-3x / hari



8. Data Psikososial dan Spiritual Pasien mengatakan senang karena segera menikah dengan laki – laki pilihannya dan direstui oleh kedua keluarga.



3.2 Data Objektif 1. Pemeriksaan fisik umum 1. Keadaan umum



: baik



2. Kesadaran



: composmentis



3. TTV



:



1) Td : 110 / 80 mmHg 2) N



: 80 x / menit



3) S



: 367 °C



4) RR : 20 x / menit 4. Tinggi badan



: 153 cm



5. BB



: 50 kg



6. LILA



: 26 cm



2. Pemeriksaan fisik khusus 1) Integumen : bersih, turgor baik, tidak ada lesi 2) Kepala



: penyebaran rambut merata, warna hitam, tidak ada nyeri tekan



3) Muka



: tidak edema, tidak ada nyeri tekan



4) Mata



: simetris, sklera putih, konjungtiva tidak anemis



5) Hidung



: tidak ada pernafasan cuping, tidak ada polip, bersih



6) Mulut



: tidak ada gigi karies, bibir lembab,tidak stomatitis



7) Telinga



: simetris, bersih, tidak ada benjolan abnormal



8) Leher



: tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid maupun vena jugularis



9) Dada



: simetris, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing



10) Payudara : simetris, tdk ada benjolan abnormal 11) Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak nyeri tekan 12) Genetalia : bersih, tidak ada varises, ada jaringan parut 13) Anus



: bersih, tidak ada hemoroid



14) Ektremitas atas



: normal, tidak edema, turgor baik, gerakan aktif



15) Ektremitas bawah: normal, tidak edema, turgor baik, tidak ada varises, gerakan aktif 3.3 Assesment Ny. “K” usia 25 tahun dengan pro Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pra nikah 3.4 Penatalaksanaan 1. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan, yaitu pemeriksaan dalam batas normal. Pasien mengerti dengan penjelasan pengkaji.



2. Memberikan informasi tentang manfaaat dan efek imunisasi TT. Pasien mengerti dnegan penjelasan pengkaji. 3. Memberika inform consent sebagai persetujuan tindakan medis yang akan dilakukan. Pasien menandatangani inform consent. 4. Memberikan injeksi Imunisasi TT pra nikah 5. Menginformasikan pada pasien persiapan reproduksi sebelum konsepsi seperti mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti banyak mengandung protein, vitamin seperti ikan, sayur, dan buah untuk persiapan konsepsi. Pasien mengerti dengan penjelasan pegkaji. 6. Mendiskusikan persiapan prakonsepsi dan KB yang aman jika pasien ingin menunda kehamilan. Pasien mengerti dengan penjelasan pengkaji.



BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan data subyektif dan obyektif yaitu Ny. “K” usia 25 tahun dengan dengan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pra nikah di Puskesmas Beji – Pasuruan, didapatkan hasil: 1. Keadaan umum



: baik



2. Kesadaran



: composmentis



3. TTV



:



Td : 110 / 80 mmHg N : 80 x / menit S : 367 °C RR : 20 x / menit 4. Tinggi badan



: 153 cm



5. BB



: 50 kg



6. LILA



: 26 cm



Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan, yaitu pemeriksaan dalam batas normal. Pasien mengerti dengan penjelasan pengkaji. Dari data dapat disimpulkan Nn “K” dalam keadaan sehat dan memenuhi syarat dilakukannya imunisasi, sesuai advis dokter maka dilakukannya pemberian vaksin imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pra nikah. Di Puskesmas Beji sudah melaksanakan prosedur tetap pemberian imunisasi dengan melakukan asuhan kebidanan pada untuk imunisasi polio yaitu memastikan tepat 6 benar yaitu benar pasien, benar obat /vaksin, benar dosis, benar cara pemberian, benar waktu, dan benar dokumentasi. Pada kasus ini, tidak ada kelainan-kelainan yang bisa mengakibatkan komplikasi dalam pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pra nikah. Sehingga antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan.



4.2 Saran 1. Bidan Bidan dalam melakukan asuhan kebidanan harus sesuai dengan standart asuhan kebidanan sehingga masalah yang dihadapi klien dapat cepat teratasi, dan apabila terdapat komplikasi dapat segera ditangani 2. Klien



Klien harusnya dapat bekerja sama dengan lebih baik dengan petugas kesehatan, agar asuhan yang diberikan bisa dilakukan secara optimal 3. Mahasiswa Mahasiswa harusnya mempunyai tanggung jawab atas tugas profesinya. Mahasiswa mempunyai pegangan etik kebidanan. Mahasiswa dapat bertindak cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan kebidanan 4. Institusi Kesehatan Dapat



membantu



institusi



dalam



menentukan



kebijakan



untuk



meningkatkan program antenatal care sebaik- baiknya. Serta memberikan pelayanan yang sesuai standart.



DAFTAR PUSTAKA Jones lewcilnya Derek, 1997. Kesehatan Wanita. Jakarta : Gaya favorit Kartono kartini, 1992. Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung : CV Mandar Maju. Kartono kartini, 1997. Konseling Pra Perkawinan. Bandung : CV Mandar Maju.



Manuaba, Ida Bagus Gede. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YPBSP. Kusmiyati. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya (hlm: 187) BKKBN., 2005. Kartu Informasi KHIBA (Kelangsungan Hidup Ibu Bayi, dan Anak Balita). Depkes RI., 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1059/MENKES/SK/IX/2004 Imunisasi



Tentang



Pedoman



Penyelenggaraan