Review Kiki Sem7 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Arini Simahara Nim : 160706058



Buku TOEAN KEBOEN DAN PETANI ini di tulis oleh seorang asal Universitas Yale KARL J.PELZER sepintas merupakan sejarah perkembangan perkebunan besar pada masa kolonial belanda di Sumatera Timur.tetapi buku ini berubah apabila menngikatnya dengan keputusan pemerintah Indonesia untuk membangun perkebunan baru serta masalah social budaya yang timbul di daerah daerah yang terkena program itu. Seperti hal nya pemerintah saat ini,pemerintah kolonial belanda juga melihat perkebunan merupakan hasil sumber penghasil devisa yang potensial. Berbagai kebijakan yang berkaitan dengan politik ekonomi maupun agrarian telah di ciptakan pemerintah kolonial untuk menunjang keberhasilan usaha perkebunan itu. Ditinjau dari segi ekonomi regional,pengembangan perkebunan besar di Sumatera Timur membawa dampak positif. Instruktur baru,seperti jalan kreta api,yang juga bermamfaat bagi perkembangan ekonomi masyarakat pribumi di bangun. Tetapi seperti di tulis Pelzer,perkembangan perkebunan di Sumatera Timur juga menimbulkan kerawanan politik di daerah itu. Kerawanan politik itu bersumber pada persoalan agrarian, yakni perkosaan hak milik tanah rakyat oleh pemilik perkebunan besar. Para pemilik perkebunan besar di Sumatera Timur dapat bertindak semena-mena terhadap petani karena memperoleh dukungan pemerintah maupun pihak Sultan Deli. Situasi ini menyebabkan petani tidak dapat banyak berbuat mempertahankan tanah mereka. Mereka, para petani itu,harus menghadapi aliansi tiga kekuatan,yakni Sultan, pemerintah kolonial, dan pemilik perkebunan. Walaupun demikian, menurut Pelzer petani setempat pun berusaha mempertahankan tanah mereka. Tercatat dalam hal ini pemberontakan petani batak karo terhadap keputusan sepihak Sultan Deli untuk menyewakan tanah mereka pada perkebunan. Para petani batak karo mengajukan tiga persyaratan untuk mengizinkan tanah mereka disewa perkebunan. Syarat itu adalah tetap cukup tanah dalam pemilikan mereka untuk perladangan huma, pohon pohon buah mereka dan harta benda lainnya tetap dihormati, dan mereka tidak akan dicegah oleh orang orang Eropa untuk mengarap kebun kebun lading baru dan lading lading padi.