Review Tafsir Al-Manar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REVIEW TAFSIR AL-MANAR Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir semester Mata Kuliah: TAFSIR I Dosen pengampu: Zaenatul Hakamah Lc. MA.Hun



Oleh Nama



: Dody Utomo



NIM



: 932113114



Kelas



:F



Jurusan Tarbiyah Program studi Pendidikan Agama Islam SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI 2015



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW terbukti mampu menampakkan sisi kemukjizatanya yang luar biasa,bukan hanya pada eksistensinya yang tidak pernah rapuh,tetapi juga pada ajarannya yang telah terbukti sesuai dengan perkembangan zaman,sehingga menjadi referensi bagi umat manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril dengan menggunakan Bahasa Arab yang sempurna.Di dalamnya terdapat penjelasan mengenai dasar-dasar akidah,kaiah-kaidah hukum,asasasas perilaku,menuntun manusia ke jalan yang lurus dalam berpikir dan berbuat.Akan tetapi penjelasan itu tidak dirinci oleh Allah SWT,terutama terkait dengan susunan kalimat yang singkat,maka muncullah banyak penafsiran. Banyak ulama’ yang telah menafsirkan ayat-ayat dalam Al-Qur’an,salah satunya adalah seorang mufassir yang berrnama Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dalam karyanya yang dikenal tafsir Al-Manar. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa tafsir al-Manar merupakan bibit dari tafsir modern, tafsir ini juga menjadi inspirasi ataupun rujukan dalam karya-karya tafsir pada masa sesudahnya.Sebut saja diantaranya adalah tafsir alMaraghi,tafsir Bintu Syati’,tafsir Jawahir al-Qur’an,dan sebagainya.Oleh karena itu,perlulah kita mempelajari dan



membahas mengenai tafsir al-Manar secara lebih rinci,sebagaimana yang akan dibahas dalam makalah ini.



B. Rumusan Masalah Dari penjelasan latar belakang diatas dapat diperoleh rumusan makalah sebagai berikut: 1. Siapakah Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha ? 2. Apa motivasi Muhammad Abduh dalam pembuatan tafsirnya? 3. Metode apa yang digunakan tafsir Al-Manar dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an ? 4. Bagaimana corak penafsiran tafsir Al-Manar ? 5. Bagaimana contoh penafsirannya ? 6. Bagaimana pendapat ulama’ mengenai penafsiran tafsir Al-Manar ? C. Tujuan Makalah Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui biografi Mufassir dari Tafsir AlManar. 2. Untuk mengetahui latar belakang penulisan tafsir Al-Manar. 3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam tafsir Al-Manar. 4. Untuk mengetahui corak tafsir Al-Manar. 5. Untuk mengetahui contoh penafsiran dari tafsir AlManar. 6. Untuk mengetahui pendapat ulama’ mengenai tafsir Al-Manar.



BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Mufassir Muhammad Abduh Nama lengkapnya adalah Muhammad Abduh bin Hasan Khoirillah, lahir di Mesir Hilir pada tahun 1266 H/1849 M.Ia berpindah-pindah dari satu desa ke desa lain mengikuti ayahnya agar terhindar dari kejaran petugas pajak yang mencekik leher di masa Muhammad Ali Pasya.Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairullah,seorang imigran dari Turki yang sudah lama menetap di Mesir.Ibunya adalah keturunan bangsa Arab yang bila dirunut akan sampai kepada khalifah Umar ibn Khatab.Kedua orang tua Abduh menetap di Mahallah Nasr setelah melanglang desa.1 Beliau merupakan seorang ulama besar di al-Azhar, pernah menjabat sebagai Mufti di Mesir, serta menjadi murid dari tokoh yang masyhur, Jamaluddin alAfghani.Sebagaimana status mereka sebagai teman akrab sekaligus guru dan murid, Abduh banyak terpengaruh dari 1 Ali Mufrodi.Islam di Kawasan Kebudayaan Arab.(Cet I,Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997)hlm 159



gagasan-gagasan al-Afghani. Sebut saja pokok pemikirannya yang menentang adanya taqlid yang telah menjadi tradisi paradigma belajar saat itu. Beliau ingin merubah paradigma yang ada, dengan mengutamakan rasionalitas dalam mengambil suatu pemahaman. Ia belajar membaca dan menulis serta menghafal alqur’an.Kemudian ia merantau ke Tanta untuk belajar agama dari Syeikh Ahmad.Setelah belajar bahasa arab,nahwu,saraf,fiqih,dan lain-lain,ia merasa tidak mengerti apa-apa,karena hanya menghafal pelajaranpelajaran itu saja tanpa tahu apa maksudnya. Abduh merasa bosan di Tanta,dan lari bersembunyi di rumah salah seorang paman ayahnya yang membujuknya untuk belajar kembali.Syeikh Darwis Khadr,paman dari ayah abduh yang ahli tasawuf itu tahu keadaannya,sehingga ia membimbingnya belajar agama dengan sabar.Akhirnya Abduh mau belajar lagi di Tanta,dan setelah tamat di sana ia meneruskan pelajarannya ke alAzhar di Kairo,di sanalah ia bertemu dengan al-afghani yang sedang banyak dikunjungi pula oleh para mahasiswa.Ia mulai mengajar di al-Azhar,di Darul Ulum dan di rumahnya. Ia dituduh bersekongkol untuk menggulingkan Khedewi Tawfiq sehingga dibuang ke luar kota Kairo.Kemudian ia dibolehkan kembali ke kota dan diserahi tugas memimpin surat kabar resmi al-Waqa’i al-Misriyah.Ia ikut memberontak dalam tahun 1882 di bawah pimpinan Urabi Pasya,yang menyebabkannya dibuang ke luar negeri,pertama kali ke Bairut lantas ke Paris,Perancis.



Di sana ia bertemu kembali dengan al-Afghani dan menerbitkan al-‘Urwatul Wusqa.Setelah kembali ke Mesir,Abduh tidak boleh mengajar karena pemerintah takut akan pengaruhnya yang besar,ia bekerja sebagai hakim,kemudian menjadi anggota majlis al-a’la alAzhar,yang mebawa perubahan-perubahan di lembaga pendidikan tertua yang berumur lebih seribu tahun itu,dan diangkat sebagai mufti Mesir tahun 1899 ,beliau wafat tahun 1905 di Kairo,Mesir.2



Rasyid Ridha Rasyid Ridha memiliki nama lengkap Sayyid Muhammad Rasyid Ridha ibn ‘Ali Rida ibn Muhammad Syamsuddin ibn al-Sayyid Baha’uddin ibn al-Sayyid Manlan ‘Ali Khalifah al-Bagdadi. Ia dilahirkan pada hari rabu, tanggal 27 Jumadi al-Ula 1282 H atau 18 Oktober 1865 M di Qalamun, Libanon. Ia termasuk dari penulis,ulama’ hadits,sastrawan,ahli sejarah dan tafsir.Ia pemilik majalah al-Manar yang amat populer,majalah yang jadi menara pemikiran dan reformasi sosial di zaman modern ini.Ia berkelana dan menuntut ilmu dalam menghasilkannya hingga ke Troblus.Di masa 2 Ibid,160-161



mudanya,ia telah akrab dengan syair,tulisannya tersebar di buku-buku dan majalah,maka bintangnya mulai bersinar.Ia pun dikenal di kalangan penulis.Sedangkan Mesir yang merupakan Kinanah Allah dalam buminya merupakan menara khusus yang penuh dengan ulama’ populer,diantaranya adalah Muhammad Abduh dan ulama lainnya dari kalangan ulama’ yang masyhur di masa itu,hingga di tahun 1315 H. Oleh karena itu,Syaikh Muhammad Rasyid Ridha berangkat ke Mesir dan bertemu dengan ulamaulamanya.Ia berguru kepada Syaikh Muhammad Abduh yang pada saat itu dia merupakan revolusioner dalam ilmu dan ide-idenya di bidang reformasi dan sosial.Kemudian dia menerbitkan majalah yang amat populer dikenal dengan nama al-Manar.Majalah itu memuat ide-idenya dalam reformasi keagamaan dan sosial.Oleh karena itu,syaikh menjadi referensi kaum muda dalam menyusun syariah islamiah yang agungdengan tema-tema kontemporer. Ketika undang-undang kerajaan utsmani diproklamirkan pada tahun 1326 H.Beliau melakukan kunjungan ke negeri Syam untuk menyumbangkan ideidenya dan menjelaskan pandangan islam dalam berbagai permasalahan penting.Di saat ia menyampaikan orasinya di atas mimbar masjid Umawi di Damaskus,seseorang menentangnya dan hampir saja menjadi fitnah besar sekiranya tidak ada kebijakan dari rasyid Ridha yang pada saat itu dia langsung kembali ke Mesir. Beberapa karya Rasyid Ridha antara lain:



1. Majalah al-Manar,adalah karya yang bahannya bersumber dari uraian yang Muhhammad Abduh uraikan dibeberapa kesempatan ilmiah yang diterbitkan sebanyak 34 jilid,dalam kisaran tahun 1315 H/1898 M sampai 1354 H /1935 M. 2. Al-Hikmah Asy-Syar’iyah fii muhakkmat ad-Dadiriyah wa al-Rifa’iyah,buku ini adalah karya pertamanya sewaktu dia masih belajar, isinya adalah bantahan kepada ‘Abd al-Hadi Asy-Syath yang mengecilkan tokoh-tokoh sufi besar seperti Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jailani, juga menjelaskan kekeliruan yang dilakukan oleh para sufi, tentang busana muslim, sikap meniru non-muslim,Imam Mahdi, dan masalah dakwah dan kekeramatan. 3. Al-Azhar dan al-Manar isinya antara lain :sejarah alAzhar, perkembangan dan misinya,serta bantahan terhadap ulama yang menentang pendapat ulamaulama al-Azhar. 4. Tarikh al-Ustadz al-Imam,berisi riwayat hidup Muhammad Abduh dan perkembangan masyarakat Mesir pada masanya. 5. Nida’ li al-Jins al-lathif,berisi tentang uraian tentang hak dan kewajiban wanita.3 Muhammad Rasyid Ridha wafat pada tahun 1935 di Kairo,Mesir setelah mengalami kecelakaan ketika dalam



3 Mani’ Abd Halim Mahmud.Metodologi Tafsir.(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2006)hlm 271-272



perjalanan pulang mengantarkan Raja Saudi Arabia,Abdul Aziz Ibn Sa’ud di Terusan Sues.4



B. Motivasi Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dalam Pembuatan Tafsirnya Pada mulanya tafsir al-Manar ini adalah materi Abduh yang diajarkan di Masjid al-Azhar dan dicatat oleh muridnya bernama Muhammad Rasyid Ridha,yang kemudian beliau berinisiatif tulisan-tulisannya itu dijadikan sebuah buku tafsir,karena sebelumnya tulisannya disebuah majalah tersebar luas dan berpengaruh terhadap negaranegara Arab. Kemudian semua pengajaran Abduh dicatat oleh muridnya untuk kemudian dikoreksi kembali oleh Abduh. Karenanya tafsir al-Manar yang terdiri dari 12 jilid itu lebih wajar untuk dinisbahkan kepada Muhammad Rasyid Ridha, sebab di samping lebih banyak yang ditulisnya,baik dari segi jumlah ayat maupun dari segi jumlah halamannya,juga karena dalam penafsiran ayat-ayat surah al-Fatihah dan surah al-Baqarah serta surah an-Nisa ditemui pula pendapat-pendapat Rasyid Ridha yang ditandai olehnya dengan menulis kata (‫ )أقول‬aqulu sebelum menguraikan pendapatnya. Penulisan tafsir al-Manar dilatarbelakangi oleh situasi kondisi sosial, politik,dan budaya yang sangat memprihatinkan,tidak hanya di Mesir tapi juga di hampir seluruh Negara Arab.Kemajuan kekuasaan Negara Barat 4 Ali Mufrodi.Islam di Kawasan Kebudayaan Arab.(Cet I,Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997)hlm 164



mendorong para penjajah untuk menguasai Negara-negara Arab.Dan juga banyak faham-faham yang membuat kaum muslimin jauh dari faham-faham Islam.Banyak hal-hal yang sangat merugikan rakyat pada saat itu, sehingga para cendikiawan di Negara-negara muslim menghimbau umat Islam kembali kepada ajaran mereka dan mengamalkannya sebagai sumber inspirasi dalam perjuangan mereka menghadapi penjajahan dan penindasan.Meskipun himbauan ini mendapat sambutan hangat dari umat Islam dan munculnya gerakan-gerakan pemikiran Islam yang berlandaskan al-Qur’an dalam melancarkan reformasi mereka,namun pihak para penjajah tidak tinggal diam melihat geliat umat Islam untuk kembali kepada ajaran agamanya. Latar belakang sosial tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap Muhammad Abduh dalam berpolitik dan berfikir, sebagaimana diketahui, orientasi politiknya adalah mengubah kondisi rakyat (desa) Mesir dan berupaya mengatasi problema masyarakat kelas bawah.Ia juga bercita-cita untuk menumbangkan system politik otoriter yang menindas rakyat.Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila ia mengutuk pemerintahan dinasti Muhammad Ali berikut system politiknya yang otoriter. Motivasi penafsiran al-Qur’an dalam pandangan Muhammad Abduh, ialah menekankan fungsi-fungsi kehidayahan al-Qur’an untuk manusia, agar mereka benarbenar dapat menjalani kehidupan ini dibawah bimbingan dan petunjuk al-Qur’an.5



5 Rif’at Syauqi Nawawi.Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh.( Jakarta: Paramadina, 2002)hlm 100



C. Metode Tafsir Al-Manar dalam Menafsirkan Ayat-ayat Al-Qur’an Mengenai metode yang digunakan dalam penulisan Tafsir al-Manar,beliau menggunakan metode tahlili dalam tafsirannya.Hal ini dapat terlihat dari adanya penafsiran dan penjelasan dalam perayat, dengan menjelaskan makna yang terkandung dalam kata perkata ataupun perayat yang dimaksud,sebagaimana yang terdapat dalam metode tahlili pada penafsiran sebelumnya. Adapun mengenai sistematika penulisan dalam tafsir al-Manar adalah penulisan secara susunan mushafi.Sebagaimana dapat dilihat bahwa dalam penafsiran al-Manar dimulai dari surat al-Fatihah dan



diakhiri dengan al-Nas.Kemudian, dilanjutkan dengan penjelasan ayat per ayat yang ada, lalu dikaitkan dengan ayat qur’an lain beserta hadis yang terkait.Penjelasan yang ada dijabarkan dengan mengemukakan asbabun nuzul, dan keutamaan ayat-ayat tersebut. Walaupun secara global tafsir ini menggunakan metode tahlili sebagaimana yang terdapat pada penafsiran-penafsiran sebelumnya, namun terdapat titik penekanan yang menjadikan tafsir ini berbeda dengan metode pada tafsir yang ada.Dimana pada tafsir-tafsir sebelumnya menitikberatkan hanya pada pemaknaan terhadap makna linguistik yang terdapat pada ayat, namun penafsiran dalam al-Manar bukan lagi hanya mefokuskan pada pemaknaan linguistik, tetapi juga melihat keterkaitan makna ayat dengan aspek-aspek atau persoalan yang muncul pada zaman sekarang, atau biasa disebut dengan corak adabi ijtimai, sehingga al-Qur’an bukan lagi dianggap sebagai kitab suci yang memiliki sastra tinggi,namun alQur’an dapat berfungsi sebagaimana fungsi utamanya bagi masyarakat (umat Islam),yakni sebagai petunjuk dalam hidup.Hal inilah yang menjadikan titik perbedaan yang menjadikan kitab tafsir al-Manar sebagai bibit tafsir modern.6



D. Corak Penafsiran Tafsir Al-Manar Adapun corak penafsiran Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menggunakan corak adabi Ijtima’i,sesuai dengan pandangan gurunya Muhammad Abduh. Corak ini 6 Ibid,hlm 111



bercirikan antara lain sebagaimana rumusan yang diberikan oleh Quraish Shihab, yaitu: 1. Memperhatikan ketelitian redaksi ayat-ayatnya adab dalam al-Quran. 2. Menguraikan makna dan kandungan ayat-ayat dengan susunan kalimat yang indah (menekankan pada keindahan bahasa al-Quran dan susunan redaksinya). 3. Aksentuasi yang menonjol pada tujuan utama diturunkannya al-Quran. 4. Penafsiran ayat dikaitkan dengan hukum-hukum alam (sunatullah) yang berlaku dalam masyarakat. Unsur pertama dan kedua menujukkan corak adabi, sedangkan unsur ketiga dan keempat menunjukkan pada corak ijtima’i. Selanjutnya,dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tafsir yang bercorak ijtima’i adalah tafsir yang berorientasi pada masalah–masalah tersebut kemudian dikaitkan dengan penafsirn suatau ayat al-Quran untuk mengetahui bagaimana pandangan al-Quran terhadap masalah-masalah tersebut dan bagaimana menanggulangi problema kemasyarakatan menurut al-Quran.Dikatakan adabi karena menitik beratkan orientasinya pada bahasa atau analisisnya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sstra dalam pengetiannya yang paling umum dan luas.7



7 Badri khaeruman.Sejarah perkembangan tafsir al-quran.(Cet I,Bandung: CV Pustaka Setia,2004)hlm 178-179



E. Contoh Penafsiran Tafsir Al-Manar Sebagaimana yang telah dijelaskan mengenai tafsir al-Manar di atas, perlulah kiranya untuk membahas mengenai salah satu penafsiran yang termuat dalam tafsir al-Manar sebagai pemahaman mengenai hal-hal yang telah disebutkan.Dalam hal ini, pemakalah akan membahas mengenai penafsiran ayat tentang puasa pada QS. AlBaqarah ayat 183:                  Artinya: ‘’Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa’’ Dalam penafsiran ayat tersebut, Abduh mengambil beberapa titik penting dari lafadz ayat tersebut. Sebut saja pada lafadz “kaum terdahulu’’,Abduh menjelaskannya dengan menjelaskan semua pengetahuan yang dimilikinya,yakni mulai dari menjelaskan mengenai kebiasaan puasa yang sudah ada sejak zaman dahulu,sampai dengan penyebutan melaksanakan puasa pada agama-agama lain.Selain itu juga Abduh menjelaskan mengenai berbagai macam hikmah dan manfaat yang terkandung dalam perintah puasa dalam berbagai prespektif di dalamnya, sehingga kita bisa mengetahui alasan kenapa diperintahkan untuk berpuasa,bukan hanya bertaqlid pada ucapan ulama terdahulu ataupun hanya ikut-ikut pada lingkungan sekitar. Selain itu juga beliau menjelaskan mengenai keterkaitan orang yang berpuasa dengan ketakwaan (sebagaimana terdapatnya lafadz tattaqun dalam ayat



tersebut) bagi orang yang berpuasa dengan mengkaitkan kerasionalitasannya dengan cara menghubungkannya pada perilaku sehari-hari.Sehingga puasa bukan lagi difahami ssebagai bentuk formalitas bagi umat Islam,namun sebagai ibadah yang sangat berarti, khususnya sebagai benteng dalam melakukan hal-hal yang dilarang. Sehingga bisa dipastikan di sini bahwa Abduh tidak ingin umat Islam melakukan puasa dengan hanya bertaqlid saja (berpuasa dengan tidak memahami dan mengetahui rahasia serta hikmah disyariatkannya puasa dan juga tidak mengetahui kegunaan puasa itu bagi kemaslahatan hidup manusia, atau berpuasa semata-mata karena mengikuti kebiasaan sahabat karib).8 F. Pendapat Ulama’ Mengenai Penafsiran Tafsir AlManar Manna al-Qattan dalam kitabnya Mabaits fi Ulum alQur’an memberikan komentar terhadap tafsir al-Manar bahwa tafsir tersebut adalah sebuah tafsir yang penuh dengan pendapat para sahabat dan tabi'in dan penuh pulang dengan uslub-uslub bahasa Arab dan penjelasan tentang sunnatullah yang berlaku dalam kehidupan umat manusia, dengan menjelaskan ayat-ayat al-Qur'an dengan gaya bahasa menarik dan menyajikan pemahaman kandungan makna dengan redaksi yang mudah dipahami,penjelasan terhadap berbagai persoalan diurai secara jelas dan tuntas,membantaah terhadap tuduhan dan kesalapahaman terhadap Islam dengan tegas dan memberikan petunjuk qur'ani untuk mengobati penyakitpenyakit masyarakat.Dan Syaikh Rasyid menjelaskan 8 Rasyid Ridha.Tafsir al-Manar.(Beirut: Dar al-Fikr,1999) Jilid II,hlm 143158



bahwa tujuan pokok tafsirnya ialah "(untuk) memahami Kitabullah sebagai sumber ajaran agama yang membimbing umat manusia kearah kebahagiaan hidup di dunia dan hidup di akhirat.9



BAB III PENUTUP Kesimpulan Al-Manar merupakan karya tafsir modern yang ditulis oleh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.Pada mulanya tafsir alManar merupakan materi Abduh yang diajarkan di Masjid alAzhar dan dicatat oleh muridnya bernama Muhammad Rasyid Ridha, yang kemudian Rasyid Ridha berinisiatif tulisan-tulisannya itu dijadikan sebuah buku tafsir, karena sebelumnya tulisannya disebuah majalah tersebar luas dan berpengaruh terhadap negara-negara Arab. Kemudian semua pengajaran Abduh dicatat oleh muridnya untuk kemudian dikoreksi kembali oleh Abduh. Metode yang digunakan dalam tafsir al-Manar adalah tahlili sebagaimana yang ada pada metode tahlili dalam tafsir-tafsir terdahulu. Hanya saja al-manar bukan hanya menitikberatkan pada aspek balaghah ayat, namun juga mengkaitkan makna ayat dengan kondisi dan persoalan yang ada pada masyarkat sekarang. 9 Manna Qalil al-Qat}t}an.Studi Ilmu-Ilmu Qur'an.(Jakarta: Lintera Antarnusa,1992)hlm 512



Sedangkan corak tafsir tersebut adalah adabi ijtima’i,yang dimaksud dengan tafsir yang bercorak ijtima’i adalah tafsir yang berorientasi pada masalah–masalah tersebut kemudian dikaitkan dengan penafsirn suatau ayat al-Quran untuk mengetahui bagaimana pandangan al-Quran terhadap masalah-masalah tersebut dan bagaimana menanggulangi problema kemasyarakatan menurut al-Quran.Dikatakan adabi karena menitik beratkan orientasinya pada bahasa atau analisisnya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan sstra dalam pengetiannya yang paling umum dan luas Adapun mengenai sistematika penulisan tafsir al-Manar adalah berdasarkan urutan mushafi al-Qur’an dengan adanya bagian kata pengantar oleh Rasyid Ridha dan juga bagian penutup.



Adapun ulama’ yang memberikan komentar terhadap tafsir al-Manar adalah Manna al-Qattan,yang mengatakan bahwa tafsir tersebut adalah sebuah tafsir yang penuh dengan pendapat para sahabat dan tabi'in dan penuh pulang dengan uslub-uslub bahasa Arab dan penjelasan tentang sunnatullah yang berlaku dalam kehidupan umat manusia, dengan menjelaskan ayat-ayat al-Qur'an dengan gaya bahasa menarik dan menyajikan pemahaman kandungan makna dengan redaksi yang mudah dipahami,penjelasan terhadap berbagai persoalan diurai secara jelas dan tuntas,membantaah terhadap tuduhan dan kesalapahaman terhadap Islam dengan tegas dan memberikan petunjuk qur'ani untuk mengobati penyakit-penyakit masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA Al-Qattan,Manna Qalil.1992.Studi Ilmu-Ilmu Qur'an.( Jakarta: Lintera Antarnusa ). Khaeruman,Badri.2004.Sejarah perkembangan tafsir al-quran. ( Cet I,Bandung: CV Pustaka Setia ). Mahmud,Mani’ Abd Halim.2006.Metodologi Tafsir.( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada ). Mufrodi,Ali.1997.Islam di Kawasan Kebudayaan Arab.( Cet I,Jakarta: Logos Wacana Ilmu ). Nawawi,Rif’at Syauqi.2002.Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh. ( Jakarta: Paramadina ).



Ridha,Rasyid.1999.Tafsir al-Manar.( Jilid II,Beirut: Dar al-Fikr ).



Judul review Penulis No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



: Tafsir Al-Manar : Muhammad Abduh & Rasyid Ridha Ketentuan



Memakai font Times New Arabic Memakai font size 12 Margin atas, bawah, kiri 3cm, 3cm, 3cm, dan kanan 4cm Menggunakan kertas size A4 Review tafsir kontemporer timur tengah Terdapat biografi Penjelasan tenang tafsir tersebut Terdapat penjelasan tentang corak tafsir Terdapat penjelasan tentang metode tafsir Terdapat contoh



Ada



Tida k



Keterangan



11



penafsiran Terdapat pendapat ulama’/sarjana muslim tentang tafsir ini