Revisi 9 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • lisa
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI PUSKESMAS SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG Sitti Fajrah



Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya Parigi



Abstrak Pemakaian alat pelindung diri merupakan upaya untuk menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi perawat. Adanya Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya bertujuan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Hasil wawancara tanggal 25 september 2017 di Ruangan Rawat Inap Puskesmas Sausu, 3 perawat mengatakan bahwa sudah mengikuti pelatihan tentang penggunaan APD yang diadakan oleh pihak puskesmas, namun penggunaan APD terkadang diabaikan karena dalam bekerja didasarkan pada pengalaman, juga terkadang masker dan sarung tangan maupun alat pelindung lainnya kehabisan stok. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya pengetahuan dan sikap perawat tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Puskesmas Sausu Kabupaten Pariggi Moutong. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap perawat tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisa data dengan menggunakan analisa univariat. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 perawat dengan teknik sampling jenuh. Hasil analisis univariat responden berpengetahuan baik tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) 90%, pengetahuan cukup 10%, sedangkan untuk sikap hasil univariat baik tentang penggunaan APD 73%, cukup 27%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar perawat menunjukan bahwa berpengetahuan dan sikap yang baik tentang penggunaan APD. Disarankan agar perawat di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) ketika melakukan tindakan. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Alat Pelindung Diri. Pendahuluan Kesehatan adalah salah satu unsur yang penting untuk menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Hal ini sejalan dengan arah pembangunan yang memantapkan industri nasional dan penyebaran industri keseluruh wilayah Indonesia, sehingga penggunaan berbagai penggunaan bahan kimia, mekanisme, berbagai metode dan sarana yang canggih akan meluas dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat (Prasetiyowati, 2012) Kontaminasi penyakit terjadi karena adanya transmisi mikroorganisme yang dapat melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, dan juga kontak langsung. Infeksi dapat terajdi antara pasien, dari pasien kepetugas kesehatan, dari antar sesama petugas kesehatan, dan dari petugas kesehatan kepasien. Kontaminasi penyakit dapat beresiko terjadi pada seorang perawat maupun dokter apa bila selama melakukan interaksi dengan pasien tidak memperhatikan tindakan



pencegahan (universal precaution) dengan cara menggunakan alat pelindung diri (APD) (Riyanto, 2012). Tahun 2012 World Health Organization (WHO), bahwa dari ±45 juta perawat yang bekerja dirumah sakit 45% terkadang memakai APD, 25% selalu memakai APD, dan 30% kurang patuh terhadap pemakaian APD (Riyanto, 2012). Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011) bahwa angka kecelakaan kerja Rumah Sakit di Indonesia mencapai 99.491 kasus yang diakibatkan kelalaian penggunaan APD secara umum pada beberapa unit kerja. Pemakaian alat pelindung diri merupakan upaya untuk menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja bagi perawat di beberapa ruangan perawatan Rumah Sakit. Alat pelindung diri seperti diantaranya sarung tangan, maskesr, kacamata menjadi alternatif tindakan pencegahan bagi perawat dalam melindungi diri dari resiko penularan penyakit selama berinteraksi dengan pasien. Alat pelindung diri harus digunakan pada 1



Penngetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Sitti Fajrah



saat melakukan tidakan yang beresiko terjadinya kontak dengan darah, cairan tubuh, sekret, lendir, kulit yang tidak utuh dan benda yang terkontaminasi (Mubarak, 2010). Adanya Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya bertujuan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka, disetiap tempat kerja diwajibkan memenuhi syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang ditetapkan dalam undang – undang No. 1 tahun 1970 beserta peraturan pelaksanaanya. Pengupayaan perlindungan tenaga kerja berupa alat pelindung diri (APD) pada hakikatnya



merupakan upaya meningkatkan harkat dan martabat pekerja sehingga timbul kepercayaan diri untuk mengembangkan kemampuannya (Raharjo, 2008). Perawat merupakan salah satu tenaga medis dirumah sakit yang memberikan pelayanan untuk menunjang kesembuhan pasien, oleh sebab itu peran perawat dirumah sakit sangant dibutuhakan. Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. HK.02.02/MENKES/148/1/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, difinisi perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negri sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Seorang perawat di tuntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesahatan kepada masyarakat (Dalami, 2011). Perawat harus berbekal pengetahuan maupun sikap positif dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, termasuk dididalamnya pengetahuan tentang pentingnya Alat Pelindung Diri (APD). Pengetahuan yang baik oleh perawat sebagai pendorong untuk berperilaku kesehatan termasuk pada pemakaian APD ketika bertugas (Rifiani, 2013). Pemenuhan kebutuhan kepuasan pasien selama di Puskesmas diperlukan tenaga kesehatan yang harus mepunyai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) yang tinggi serta mempunyai sikap professional (attitude) dan dapat menunjang pembangunan kesehatan. Pelayanan yang diberikan akan berkualitas dan dapat memberikan kepuasan kepada pasien sebagai penerima pelayanan maupun perawat sebagai pemberi pelayanan. Selain itu pula sikap positif sebagai seorang perawat. Orang memandang sejauh mana obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau sebagai alat dalam rangka mencapai tujuan, mengingat pemulihan luka pasca operasi dan memberi efek positif pada penyembuhan luka pasca operasi (Gaffar, 2012). Penggunaan APD sebagai pencegahan infeksi di Puskesmas merupakan tindakan yang perlu untuk dilakuakan. Perawat termasuk didalamnya memiliki tanggung jawab untuk



menjaga kesehatan dan kenyamanan dalam menjalankan tindakan keperawatan (Depkes RI, 2010). Puskesmas sausu merupakan puskesmas inti yang berada di Kecamatan Sausu dengan adanya fasilitas yang cukup memadai dan akan menjadi Puskesmas berakreditas yang memiliki Ruangan Rawat inap dengan jumlah perawat di Puskesmas Sausu (2017) sebanyak 30 orang, yang terdiri dari jumlah S1 Keperawatan sebanyak 1 orang, DIII keperawatan sebanyak 18 orang, dan ditambah dengan SPK sebanyak 11 orang. (Profil Puskesmas Sausu, 2017). Hasil wawancara tanggal 25 september 2017 di Ruangan Rawat Inap Puskesmas Sausu, 3 orang perawat mengatakan bahwa sudah mengikuti pelatihan tentang penggunaan APD yang diadakan oleh pihak puskesmas, namun penggunaan APD terkadang diabaikan karena dalam bekerja didasarkan pada pengalaman, juga terkadang masker dan sarung tangan maupun alat pelindung lainnya kehabisan stok. Hasil observasi dilapangan perawat terkadang tidak mengganti handscoon, topi, celemek, sepatu boot, kacamata dan masker pada saat melakukan perawatan luka ke pasien berikutnya. Dari latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ‖Pengetahuan dan Sikap Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Puskesmas Sausu‖. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap perawat tentang penggunaan Alat Pelindung Diri di Puskesmas Sausu, Kabupaten Parigi Moutong. Populasi Dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat – syarat tertentu (Martono, 2011). Sedangkan Populasi dalam penelitin ini berjumlah 30 orang, yaitu semua jumlah perawat yang bertugas di Puskesmas Sausu, Kabupaten



Parigi Moutong (Data Puskesmas Sausu 2018).



kepegawaian



Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Sugiono 2011). Penelitian ini mengunakan total populasi yaitu semua populasi dijadikan sampel yang berjumlah 30 orang responden, yang terdiri dari seluruh perawat di Puskesmas Sausu.



Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 19 No. 1, Februari 2019 (1-8)



2



Penngetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Sitti Fajrah



Hasil Dan Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sausu pada tanggal 23 sampai dengan 25 Oktober 2018. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Puskesmas Sausu yang berjumlah 30 responden. Hasil penelitian ini diperoleh dengan cara mengumpulkan informasi langsung dari responden melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden yang dilakukan oleh peneliti. Hasil pengolahan data peneliti menyajikan dalam analisis univariat untuk mengetahui pengetahuan dan sikap perawat tentang penggunaan APD di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong dengan menggunakan distribusi frekuensi. Hasil Penelitian A. Karakteristik Responden 1. Usia



Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan diperoleh karakteristik umur responden, sehin gga kategori karakteristik usia perawat di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong dikelompokan menjadi 2 menurut Depkes RI (2009) yaitu: masa remaja akhir : 17 – 25 tahun, masa dewasa awal: 26 – 35 tahun, masa dewasa akhir: 36 – 45 tahun, masa lansia awal: 46 – 55 tahun. Untuk melihat gambaran karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong. No



Usia



Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong. No



Pendidikan



1 2 3



SPK DIII Keperawatan SI Keperawatan Jumlah



Persentase (%) 40 56,7 3,3 100



Berdasarkan tabel 2 responden pendidikan SPK 40%, pendidikan DIII keperawatan 56,7%, pendidikan SI keperawatan 3,3%. 3. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan diperoleh karakteristik jenis kelamin responden di Puskesmas Sausu dikelompokan menjadi 2, Depkes (2009), yaitu jenis kelamin laki – laki dan perempuan untuk melihat karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong



1



17 – 25 Tahun



2



26 – 35 Tahun



10



33,3



3



36 – 45 Tahun



11



36,7



No



4



46 – 55 Tahun



8



26,7



1



30



100



2



Sumber : Data Primer, 2018



Frekuensi (f) 12 17 1 30



Sumber : Data Primer, 2018



Frekuensi (f) 1



Jumlah



Persentase (%) 3,3



tahun berjumlah 36,7%, dan responden berusia 46 – 55 tahun berjumlah 26,7% 2. Pendidikan ` Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan diperoleh karakteristik pendidikan responden di Puskesmas sausu Kabupaten Parigi Moutong dikelompokan menjadi 3, Depkes (2009), yaitu SPK, DIII Keperawatan dan SI keperawatan. Untuk melihat karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :



Jenis Kelamin Laki – laki



Frekuensi (f) 8



Persentase (%) 26,7



Perempuan



22



73,3



Jumlah



30



100



Sumber : Data Primer, 2018 Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa responden berusia 17 – 25 tahun berjumlah 3,3%, responden berusia 26 – 35 berjumlah 33,3%, responden berusia 36 – 45



Berdasarkan tabel 3 responden jenis kelamin pria 26,6%, jenis kelamin wanita 73,3%.



Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 19 No. 1, Februari 2019 (1-8)



3



Penngetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Sitti Fajrah



4. Lama Masa Kerja Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan diperoleh karakteristik lama masa kerja responden di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong dikelompokan menjadi 2, Anderson (2010), yaitu : < 6 tahun (baru), 6 – 10 tahun (sedang), dan > 10 tahun (lama). Untuk melihat karakteristik lama masa kerja dapat dilihat pada tabel berikut.



Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa responden yang pengetahuan baik 90%, dan responden yang berpengetahuan cukup 10%. 2. Sikap Setelah dilakukan perhitungan secara keseluruhan, kategori sikap dikelompokan menjadi tiga yaitu sikap baik dengan persentase 76% - 100%, sikap cukup baik dengan persentasi 56% - 75%, dan sikap kurang baik dengan persentase < 56%. Gambaran distribusi sikap tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong dapat dilihat pada tabel berikut:



Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Masa Kerja di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong. No



Masa Kerja



Frekuensi (f)



1



< 6 Tahun



4



2



6 – 10 Tahun



8



3



< 10 Tahun



18



Persentase (%) 13.3 26,7 60,0



Jumlah



30



100



Sumber : Data Primer, 2018 Berdasarkan tabel 4 lama masa kerja < 6 Tahun (baru) 13,3%, lama masa kerja 6 – 10 tahun (sedang) 26,7%, lama masa kerja > 10 Tahun (lama) 60%. B. Analisis Univariat 1. Pengetahuan Setelah dilakukan perhitungan secara keseluruhan, kategori pengetahuan dikelompokan menjadi tiga yaitu pengetahuan baik dengan persentase 76% 100%, pengetahuan cukup baik dengan persentase 56% - 75%, dan pengetahuan kurang baik dengan persentase < 56%. Gambaran distribusi pengetahuan perawat tentang Alat Pelindung Diri (APD) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel



No



5 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Alat Pelindung Diri di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Pengetahuan



1



Baik



2



Cukup



Frekuensi (f) 27



Persentase (%) 90



3



10



30



100



Jumlah



Sumber : Data Primer 2018.



Tabel 6 Distribusi Sikap Responden Tentang Alat Pelindung Diri (APD) di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong. No



Sikap



Frekuensi (f) 22



Persentase (%) 73,3



1



Baik



2



Cukup



8



26,7



3



Kurang



0



0



30



100



Jumlah



Sumber : Data Primer 2018. Berdasarkan tabel 6 menunjukan bahwa responden bersikap baik 73,3%, dan responden bersikap cukup 26,7%. Pambahasan A. Pengetahuan Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Hasil penelitian, menujukan bahwa dari 30 responden, berpengetahuan baik tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) 90%, sedangkan responden yang berpengetahuan cukup 10%, Asumsi peneliti, responden berpengetahuan baik tentang penggunaan APD dipengaruhi oleh pendidikan responden, dimana responden berpendidikan sekolah perawat kesehatan (SPK), DIII keperawatan dan SI keperawatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin bertambah pula pengetahuannya disamping itu pula responden yang sudah memahami tentang arti penggunaan APD. Hal tersebut dapat dilihat pada kuesioner nomor 4 bahwa kegunaan alat pelindung diri (APD)



Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 19 No. 1, Februari 2019 (1-8)



4



Penngetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Sitti Fajrah



adalah untuk menjaga kesehataan dan keselamatan kerja. Dari 30 responden semua menjawab pertanyaan ini dengan benar, demikian pula pertanyaan nomor 8 bahwa dalam menangani pasien yang beresiko penyakit menular sebaiknya menggunakan alat pelindung diri yang lengkap. Pada kuesioner ini responden menjawab semua dengan benar. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka makin baik pula pengetahuan serta makin baik pula peluang dalam memahami dan mengetahui sesuatu secara benar. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap apa yang digeluti sesorang untuk membuat dan mengisi kehidupannya dalam mencapai keselamatan dan kebahagian, termasuk pentingnya penggunaan alat pelindung diri. Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia. Pengetahuan melibatkan 3 aspek yaitu proses mendapatkan informasi, proses transformasi dan proses evaluasi. Informasi yang baru didapatkan oleh seseorang akan mampu merubah pola fikir orang tersebut terhadap aspek tertentu sehingga mampu mempengaruhi pola pikir serta perilaku mereka kedepannya untuk mencari informasi akan lebih luas, karena orang yang memiliki pendidikan tinggi lebih mudah mengerti dan memahami informasi yang diterimanya, bila dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah. Sedangkan dari 3 responden yang berpengetahuan cukup baik tentang penggunaan APD, 4 responden dengan masa kerja kurang dari 6 tahun. Dimana masa kerja kurang dari 6 tahun belum banyak pengalaman yang diperoleh (Anderson, 2010) hal itu dapat dilihat pada pernyataan tentang penyediaan APD dilakukan berdasarkan banyaknya jumlah pekerja yang mau menggunakan APD. Dari kuesioner tersebut 50% responden menjawab dengan salah. Demikian pula dengan pernyataan APD tidak memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya. Pada kuesioner ini sebagian responden menjawab dengan salah. Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010) dalam suatu organisasi masa kerja beriringan dengan produktivitas kerja yang tinggi. Masa kerja yang lama, besar kemungkinan yang bersangkutan memiliki tingkat kemampuan yang baik, terampil dan berpengalaman dalam menghadapi masalah pekerjaannya. Pengalaman kerja banyak memberikan



keahlian dan keterampilan kerja, sebaliknya terbatasnya pengalaman kerja mengakibatkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki juga rendah. Waktu 6 sampai 10 tahun perawat akan banyak memperoleh pengalaman kerja yang baik dibandingkan dengan yang lama masa kerja kurang dari 6 tahun. Demikian pula dengan pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin besar peluang mengetahui dan memahami sesuatu secara benar. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap apa yang digeluti sesorang untuk berbuat dan mengisi kehidupannya dalam mencapai keselamatan dan kebagiaan termasuk dalam pentingnya penggunaan APD. Sesuai teori Notoatmodjo (2010) bahwa pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana pendidikan yang tinggi akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah pengetahuannya rendah pula. Hal ini mengingat bahwa pendidikan formal mempengaruhi pengetahuan seseorang, akan tetapi dapat di peroleh melalui pendidikan non formal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Akbar (2015) di Rumah Sakit Umum Daerah Ampana Kota Kabupaten Tojo Una – Una, dari 43 responden (65%) berpengetahuan baik tentang pengetahuan dan sikap perawat tentang pentingnya alat pelindung diri karena pendidikan responden adalah pendidikan tinggi, sedangkan responden yang berpengetahuan kurang baik tentang pengetahuan dan sikap perawat tentang pentingnya alat pelindung diri karena pendidikannya rendah dan masa kerja kurang dari 6 tahun. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Udin Kurnia (2012). Tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri di Fakultas Ilmu Keperawatan, yang menyatakan bahwa lama masa kerja seseorang tidak menjadi ukuran jika pengetahuan kurang pula, karena ada beberapa faktor yang menyebabakan misalnya pendidikan seseorang, lingkungan kerja dan motivasi kerja, produktivitas kerja yang baik akan berdampak pada pengetahuan pekerja termasuk dalam mengambil tindakan. Adanya tekanan dalam bekerja akan mempengaruhi hasil yang dicapai, termasuk penggunaan APD.



Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 19 No. 1, Februari 2019 (1-8)



5



Penngetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Sitti Fajrah



B. Sikap Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung diri (APD) di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil dari 30 responden bersikap baik 73,3%, sedangkan yang bersikap cukup baik 26,7%. Peneliti berasumsi, sebagian besar responden yang memiliki sikap baik tentang penggunaan APD, karena pendidikan responden adalah pendidikan DIII dan masa kerja responden 6 tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada pernyataan bahwa responden merasa nyaman menggunakan APD saat bekerja. Pada kuesioner ini responden 90% sangat setuju dengan pernyataan ini. Demikian pula dengan pernyataan tentang penggunaan APD harus sesuai prosedur yang ada. Pada kuesioner ini 77% menjawab sangat setuju dengan pernyataan ini. Sikap positif terhadap tindakan keperawatan atau menggambarkan sikap suka terhadap suatu objek tertentu, dengan dasar tersebut maka seseorang mempunyai kecenderungan untuk bertindak, karena itu perawat bersikap peduli terhadap pemakaian APD dan juga sudah menjadi kebutuhan sebagai perawat pelaksana. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan berperilaku. Sikap yang baik akan memberi respon dengan menerima sebagai suatu bentuk kesiapan diri. Sikap yang baik, seseorang mempunyai kecenderungan untuk bertindak positif. Sedangkan pada pernyataan masker tidak harus selalu digunakan selama melakukan tindakan. Pada pernyataan tersebut responden sebagian kecil setuju. Sikap yang kurang baik akan mempengaruhi produktivitas kerja. Memakai APD terlabih dahulu dibaca cara pemakaiannya. Pada koesioner ini 53.3% menjawab sangat setuju pada pernyataan ini. Sedangkan responden yang bersikap kurang baik tentang penggunaan APD dipengaruhi oleh masa kerja perawat yang masih minim, masa kerja yang kurang biasanya masih kurang dalam kecakapan bekerja, sedangkan responden yang mempunyai masa kerja yang lama besar kemungkinan untuk cakap dalam bekerja dan mempunyai produktivitas dalam bekerja. Produktivitas kerja yang baik akan berdampak pada sikap pekerja termasuk dalam penggunaan APD. Masa kerja yang lama besar kemungkinan yang bersangkutan memiliki tingkat kemampuan yang baik, terampil dan berpengalaman dalam menghadapi masalah pekerjaannya. Pengalaman kerja banyak



memberi keahlian dan keterampilan kerja, sebaliknya terbatasnya pengalaman kerja mengakibatkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimilki juga rendah. Sesuai pendapat Rahmat (2010), pembentukan sikap terjadi tidak dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja, tetapi pembentukan sikap senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dimana dalam interaksi yang terjadi antara manusia dapat saling tukar informasi sehingga dari informasi dapat mempengaruhi sikap menjadi lebih baik. Sikap yang baik perawat akan lebih tahu melakukan tindakan yang terbaik buat pasien. Seorang perawat akan mampu menentukan tindakan yang baik demi kesehatan pasien. Seorang yang bersikap positif cenderung akan menerapkan prinsip-prinsip yang baik dalam bekerja. Menurut Aswar (2007) struktur sikap terdiri dari tiga komponen penting dan saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (Affective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercaya oleh individu. Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap dan hal ini sudah terpolakan dalam pikirannya. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional atau evaluasi. Pada umumnya reaksi emosional sebagai komponen afektif banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai sesuatu yang benar dan berlaku bagi objek tersebut. Komponen konatif adalah aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimilki oleh seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa sikap merupakan hasil dari pengalaman seseorang orang dalam kegiatan sehari – hari sehingga dapat mengenal lingkungan sekitar dan memahami segala proses yang berkaitan dengan masalah kesehatan. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Amirudin (2012) di Rumah Sakit Stellamaris Makasar. Dari 55 responden yang bersikap baik tentang gambaran pengetahuan dan sikap perwat tentang alat pelindung diri (APD) 65%, bersikap kurang baik tentang gambaran pengetahuan dan sikap perwat tentang alat



Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 19 No. 1, Februari 2019 (1-8)



6



Penngetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Sitti Fajrah



pelindung diri (APD) 35%. Lebih dominannya sikap baik karena rata – rata pendidikan responden adalah pendidikan tinggi SI Keperawatan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan dan sikap perawat tentang penggunaan APD di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong dapat diambil kesimpulan; Sebagian besar perawat memiliki pengetahuan yang baik tentang penggunaan APD di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Sebagian besar perawat mempunyai sikap yang baik tentang penggunaan APD di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Saran Bagi Puskesmas Sausu, diharapkan kepada petugas kesehatan Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya mengenai pengetahuan dan sikap perawat tentang penggunaan APD di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Bagi perawat Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong, diharapkan perawat di Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong selalu menggunakan Alat Pelindung diri (APD) ketika melakukan tindakan. Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dan referensi untuk penelitian , metode yang sama maupun berbeda, di tempat yang sama atau di tempat yang lain dan jumlah sampel yang lebih luas. Daftar Pustaka Akbar 2015 Pengetahuan Dan Sikap Perawat Tentang pentingnya Alat Pelindung Diri (APD) di Ruangan Perawatn Interna Rumah Sakit Umum Daerah Ampana Kota Kabupaten Tojo Una –Una. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya Palu Anderson, L (2010) Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Amirudin. 2012. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Perawat Tentang Alat Pelindung Diri (APD) di Rumah Sakit Stellamaris Makasar. Skripsi Universitas Muhammadiyah Makassar. Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori & Perkembangannya (edisi 2), Pustaka Pelajar. Yogyakarta Azwar. 2007. Sikap manusia dan teori pengukurannya. Rajawali Perss, Jakarta.



Dalami dkk. 2011. Dokumentasi Keperawatan. Trans Info Media. Jakarta Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Depkes RI. Jakarta Depkes, RI. 2009. Pedoman pelaksanaan kewaspadaan universal di pelayanan kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Gaffar, L. 2007. Pengantar Profesional. EGC, Jakarta



Keperawatn



Kemenkes RI. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Kemenkes RI. Jakarta Martono, Nanang, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Rajawali Pers. Jakarta Mubarak, W. 2010. Pelayanan keshatan Nasional. Nuha Medika, Jakarta Nasir, ABD. Dkk. 2011. Buku ajar Metodologi Penelitian Kesehatan Konsep Pembuatan Karya dan Thesis untuk Mahasiswa Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta. Nisya Rifiani dan Hartanti Sulihandari. 2013. Prinsip – Prinsip Dasar Keperawatan Cetakan 1. Dunia cerdas Jakarta Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Notoatmojo. 2012. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Panggabean, P., Sirait, E., Wartana, I. K., Subardin., Pelima, R., Rasiman, N. 2017. Pedoman Penulisan Proposal Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya Palu. Priyoto, 2014. Teori sikap dan prilaku dalam kesehatan dilengkapi contoh kueisioner. Nuha medika. Yogyakarta Prasetiowati. 2012. Pelayanan Indonesia, Jakarta.



kesehatan



di



Puskesmas Sausu. 2018. Laporan Tahunan Puskesmas Sausu Kabupaten Parigi Moutong. Sausu Raharjo. 2008. Kesehatan dan Keselamatn Kerja. UI Press, Jakarta. Rahmat. 2010. Psikologi Komunikasi. Rosda karya, Bandung. Riyanto. 2012. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam pemakayan alat pelindung diri (APD) di Rumah Sakit Sariasih Serang Banten. Jurnal Publikasi Ilmiah Tahun 2012.



Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 19 No. 1, Februari 2019 (1-8)



7



Penngetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Sitti Fajrah



Saam, zulfan dan Wahyuni, Sri. 2013 Psikologi keperawatan. Rajawali pers. Jakarta Sunyoto, Danang dan Setiawan, Ari Buku Ajar Statistik Kesehatan Paramatrik Non Paramatrik Validasi reliabitas di Lengkapi Analisis Data dengan Perhitungan Manual dan Program SPSS. Nuha Medika. yogyakarta Sugiono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualiitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung Tarwaka. 2009. Studi pengetahuan pekerja kasus tentang alat pelindung diri di Desa Dalaka kecamatan Sindue. Skripsi universitas padjajaran, Bandung. Udin.



2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Prilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.



Wawan & Dewi M., 2010, Teori Dan Pengukuran Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Yogyakarta



Jurnal Ilmiah Kesmas IJ (Indonesia Jaya) Vol. 19 No. 1, Februari 2019 (1-8)



8