SAP Penyuluhan Karyawan Standar Porsi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENGGUNAAN ALAT UKUR STANDAR PORSI



TOPIK



: Penggunaan Alat Ukur Standar Porsi



WAKTU



: 30 menit



HARI/TANGGAL



: Sabtu, 17 Februari 2018



TEMPAT



: Ruang rapat Instalasi Gizi



SASARAN



: Semua pramusaji



PENYULUH



: Mahasiswa Gizi Respati



I. LATAR BELAKANG Standar porsi Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasaka bahan makanan, distribusi dan pencatatan pelaporan, serta evaluasi. Tujuan dari penyelenggaraan makanan rumah sakit yaitu menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal. Konsumen dalam penyelenggaraan makananan rumah sakit adalah pasien, terutama pasien rawat inap. Namun, sesuai kondisi rumah sakit, dapat pula dilakukan



penyelenggaraan



makanan



untuk



karyawan.



Euang



lingkup



penyelenggaraan makanan rumah sakit meliputi produksi dan distribusi makanan (Kemenkes RI, 2013). Malnutrisi merupakan masalah pada pasien rawat inap di Rumah Sakit sedang berkembang selama lima belas tahun terakhir. Prevalensi kurang gizi di Rumah Sakit menurut Mosner dan Bader (2008) berkisar antara 30%-50%. Masalah malnutrisi berkaitan dengan status gizi, dimana status gizi mempunyai efek penting terhadap kesehatan. Kekurangan gizi digambarkan sebagai suatu status dari tidak cukupnya zat gizi dihubungkan dengan baik asupan makan tidak



cukup memenuhi kebutuhan tubuh maupun ketidakmampuan tubuh untuk mencerna makanan ( Gallagher Allred, 1996 ). Besar porsi seringkali menjadi hal yang salah saat menyajikan makanan, terutama dalam pemorsian makanan. Masih terjadi kelebihan dan kekurangan porsi karena tidak ada ukuran yang tepat dalam pemorsian makanan pokok. Pemorsian makanan ini harus sesuai dengan standar porsi yang telah ditentukan oleh pihak instalasi gizi rumah sakit. Besar porsi akan berpengaruh langsung tehadap standar porsi yang terkandung dalam suatu makanan. II. TUJUAN PENYULUHAN UMUM Setelah selesai mengikuti penyuluhan tentang penggunaan alat ukur standar porsi selama 30 menit diharapkan pramusaji dapat memahami ketepatan standar porsi sesuai dengan standar pedoman pemberian makan pada kelas perawatan. III. TUJUAN PENYULUHAN KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan, pramusaji dapat menerapkan penggunaan alat ukur yang terstandar pada saat pemorsian. IV. MATERI Terlampir V. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR N O 1.



2.



KEGIATAN WAKT U 3 Menit



15 Menit



PENYULUH



PESERTA



Pembukaan - Salam pembukaan - Perkenalan - Menjelaskan tujuan



- Menjawab salam - Memperhatikan



-



Menjelaskan materi penyuluhan kepada pramusaji



- Memperhatikan dan mendengarkan penyuluhan



3.



10 Menit



-



Tanya jawab



-



Pramusaji menanyakan materi yang tidak dimengerti



4.



7 Menit



-



Memberikan pertanyaan mengenai materi yang sudah disampaikan Menyimpulkan materi penyuluhan



-



Menjawab pertanyaan yang diajukan penyuluh



-



Mendengarkan penyampaian kesimpulan



-



-



Menutup acara dan mengucapkan salam serta terima kasih kepada sasaran.



Garis Besar Materi 1. Pengertian Pemorsian, Standar Porsi 2. Tujuan Pemorsian yang tepat 3. Alat ukur Pemorsian Standar Pengorganisasian 1. Presentasi



: Chyntia Wulandarie



2. Dokumentasi



: Abdul Rachman



3. Notulen



: Yeri Amranitalia Putri



VI. METODE a. Diskusi b. Tanya jawab VII



MEDIA DAN ALAT a.



Leaflet



Mendengarkan penyuluh menutup acara dan menjawab salam



VIII. EVALUASI 1. Prosedur 2. Waktu 3.Bentuk pertanyaan



: Akhir penyuluhan : 7 menit : Lisan



Tenaga pramusaji sudah mengerti cara pemorsian yang baik. ukuran pemorsian yang dilakukan pun sudah mendekati standar porsi yang telah ditetapkan Instalasi Gizi. Hanya saja masih beberapa yang belum disesuaikan seperti pemorsian pada anak.yang masih disamakan dengan porsi dewasa.



IX.



LAMPIRAN MATERI



. Pelayanan Makanan Rumah Sakit Kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap merupakan salah satu kegiatan yang dimulai dari upaya perencanaan penyusunan diet pasien hingga pelaksanaan evaluasi di ruang perawatan.Tujuan kegiatan pelayanan gizi tersebut adalah untuk memberi terapi diit yang sesuai dengan perubahan sikap pasien. Pelayanan gizi untuk pasien rawat jalan dilakukan apabila pasien tersebut masih ataupun sedang memerlukan terapi diet tertentu. Pelayanan gizi penderita rawat jalan juga dilakukan melalui penyuluhan gizi di poliklinik gizi (Depkes RI, 1992). Sasaran penyelenggaraan makanan dirumah sakit adalah pasien. Sesuai dengan kondisi Rumah Sakit dapat juga dilakukan penyelenggaraan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga pasien). Pemberian makanan yang memenuhi gizi seimbang serta habis termakan merupakan salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawat inap (Depkes, 2006). Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu: 1. Pengadaan dan penyediaan makanan bagi pasien adalah serangkaian kegiatan



yang dimulai dari perencanaan macam dan jumlah bahan makanan, pengadaan bahan makanan sehingga proses penyediaan makanan matang bagi pasien di ruang perawatan. 2. Pelayanan gizi di ruang rawat inap adalah serangkaian kegiatan dimulai dari



menentukan kebutuhan gizi pasien sesuai dengan penyakit kelainannya, penyusun menu, menentukan bentuk makanan, cara memberikan hingga pelaksanaan evaluasi di ruang rawat inap. 3. Penyuluhan



konsultasi



dan



rujukan



gizi



adalah



serangkaian



kegiatan



penyampaian pemahaman, sikap serta perilaku sehat bagi seseorang dan masyarakat rumah sakit. 4. Penelitian



dan pengembangan gizi terapan adalah kegiatan gizi dan



pengembangan yang merupakan kegiatan yang berikutnya dalam rangka meningkatkan



mutu



pelayanan



gizi



di



rumah



sakit



(Depkes,



1991).



Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat.Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi. Rumah sakit senantiasa bertujuan menyediakan makanan yaitu makanan yang memenuhi kebutuhan gizi tanpa mengurangi cita rasa yang enak sehingga dapat mempercepat penyembuhan pasien. Instalasi Gizi Rumah Sakit menyelenggarakan makanan untuk pasien dengan tujuan memperpendek hari rawat pada pasien rawat inap. Dalam memproduksi makanan perlu adanya beberapa standar makanan seperti standar porsi, standar resep dan standar bumbu. Standar ini dapat menghasilkan makanan yang sama siapapun pengolahnya (Mukrie, 1993). 1. Standar porsi



Standar porsi adalah rincian macam dan jumlah bahan makanandalam jumlah bersih setiap hidangan.Dalam penyelenggaraan makanan orang banyak, diperlukan adanya standar porsi untuk setiap hidangan, sehingga macam dan jumlah hidangan menjadi jelas.Porsi yang standar harus ditentukan untuk semua jenis makanan dan penggunaan peralatan seperti sendok sayur, centong, sendok pembagi harus distandarkan.



2. Standar resep



Resep standar dikembangkan dari resep yang ada dengan melipatgandakan atau memperkecil jumlah penggunaan bahan makanan yang diperlukan. Untuk mencapai standar yang baik sesuai yang diharapkan diperlukan resep-resep yang standar. Dalam standar resep tercantum nama makanan, bumbu yang diperlukan, teknik yang diperlukan dan urutan melakukan pemasakan. Suhu dan waktu pemasakan, macam dan ukuran alat yang dipakai, jumlah porsi yang dihasilkan, cara memotong, membagi, cara menyajikan dan taksiran harga dalam porsi.



2.2 Pemorsian Menu Makanan Menu merupakan tujuan utama yang akan dicapai selain pelayanan yang memuaskan. Berkaitan dengan hal tersebut, diperlukan adanya perencanaan menu dan persiapan yang serius. Kegiatan perencanaan menu merupakan salah satu fungsi manajemen dalam pengadaan makanan. Perencanaan menu juga dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan menyusun hidangan dalam variasi yang serasi untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Rumah sakit harus melayani berbagai jenis makanan khusus sesuai kebutuhan orang sakit dengan citarasa yang dapat diterima untuk mempercepat proses penyembuhan.( Widyastuti,Pramono:2014) Salah satu hal yang berpengaruh dalam perencanaan menu pasien adalah standar porsi. Standar porsi adalah rincian macam dan jumlah bahan makanan dalam jumlah bersih setiap hidangan. Dalam penyelenggaraan makanan orang banyak, diperlukan adanya standar porsi untuk setiap hidangan, sehingga macam dan jumlah hidangan menjadi jelas. Porsi yang standar harus ditentukan untuk semua jenis makanan dan penggunaan peralatan seperti sendok sayur, centong, sendok pembagi harus distandarkan dan ukuran alat yang dipakai, jumlah porsi yang dihasilkan, cara memotong, membagi, cara menyajikan dan taksiran harga dalam porsi. Pemorsian menu makanan adalah suatu proses atau cara mencetak makanan sesuai dengan standar porsi yang telah ditentukan. Standar porsi adalah rincian macam dan jumlah bahan makanan dalam jumlah bersih pada setiap hidangan. Dalam penyelenggaraan makanan di rumah sakit, diperlukan adanya standar porsi untuk setiap hidangan, sehingga macam dan jumlah hidangan menjadi jelas. Porsi yang standar harus ditentukan untuk semua jenis makanan dan penggunaan peralatan seperti sendok sayur, centong, sendok pembagi harus distandarkan. Sebuah ukuran porsi menunjukkan berat makanan dari resep khusus yang akan disajikan, misaknya kentang atau nasi umumnya dilaporkan sebagai berat (gram) atau volume (ml) dan mungkin juga dijelaskan dalam unit rumah tangga



(URT). Ada hal-hal penting yang harus dipertimbangkan untuk menentukan standar porsi, seperti berikut -



Ukuran porsi harus terlihat menarik di piring, hal ini berkaitan dengan komposisi bahan makanan



-



Ukuran porsi harus memenuhi kepuasan pasien



-



Ukuran porsi harus berdasarkan rekomendasi dari hasil diagnosis gizi pasien Porsi bahan makanan mentah yang digunakan harus sesuai dengan



standar porsi masing-masing lauk hewani tersebut untuk memenuhi gizi pasien. Standar porsi merupakan standar macam dan jumlah bahan makanan dalam berat bersih dari suatu hidangan perorangan untuk sekali makan. Porsi matang suatu hidangan dapat mengalami perubahan atau ketidaksesuaian dengan standar porsi yang ada, bisa bertambah bahkan berkurang. Bagian yang dapat dimakan merupakan salah satu penyebab selain proses persiapan dan pengolahan. Kesalahan dalam persiapan, pemotongan maupun cara pengolahan mungkin menjadi salah satu penyebab ketidaksesuaian porsinya. Pengolahan dengan cara digoreng akan mengakibatkan penyusutan berat pada suatu bahan makanan, karena dengan digoreng kandungan air yang terkandung di dalam bahan makanan menjadi berkurang. Makanan pokok adalah penyumbang energi tertinggi dalam suatu diet, oleh sebab itu diperlukan kesesuaian yang optimal. Proses penimbangan sayur adalah dengan memasukkan sayur tanpa kuah ke dalam mangkuk sayur, ditimbang, kemudian baru ditambahkan kuah. Pemorsian sayur yang sesuai dengan besar porsi yang direncanakan lebih mudah, seperti halnya nasi, mudah untuk ditambah dan dikurangi porsinya Standar porsi makanan sangat berperan dalam penyelenggaraan makanan yang dikaitkan dengan nilai gizi makanan. Apabila porsi makanan kurang atau lebih, otomatis nilai gizi makanan pasien berkurang atau berlebih sehingga menyebabkan mutu makanan menjadi kurang bagus. Pemorsian makanan adalah suatu proses atau cara mencetak makanan sesuai dengan standar porsi yang telah ditentukan. Standar porsi adalah rincian



macam dan jumlah bahan makanan dalam jumlah bersih pada setiap hidangan. Dalam penyelenggaraan makanan di rumah sakit, diperlukan adanya standar porsi untuk setiap hidangan, sehingga macam dan jumlah hidangan menjadi jelas. Porsi yang standar harus ditentukan untuk semua jenis makanan dan penggunaan peralatan seperti sendok sayur, centong, sendok pembagi harus distandarkan. (Mukrie, 1996)



X KEPUSTAKAAN Mukrie. A. Nursiah. Manajemen Makanan Institusi. AKZI Depkes Jakarta. 1993 Mukrie, A. N. 1996. Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi. Jakarta : Depkes RI. Widyastuti N., Pramono A.2014.Manajemen Jasa Boga.Graha Ilmu: Yogyakarta.