Sap Penyuluhan Keluarga Dengan Gangguan Citra Tubuh  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PADA KELUARGA KLIEN DENGAN GANGGUAN CITRA TUBUH



CI AKADEMIK : Ners. Dewi Kurnia Putri, M.Kep



Disusun Oleh: Chyntia Utami, S.Kep (19091015)



PRAKTIK PROFESI NERS STIKes HANGTUAH PEKANBARU PEKANBARU 2020



SATUAN ACARA PENYULUHAN



Topik



: Cara keluarga mengatasi ganggguan citra tubuh



Pokok Bahasan



: pengertian, tanda dan gejala, dan cara keluarga mengatasi gangguan citra tubuh



Sasaran



: Keluarga klien yang mengalami gangguan citra tubuh



Tempat



: Di rumah klien



Hari/tanggal



: Sabtu, 11 Juli 2020



Waktu



: 09.00 s.d selesai



A.



Latar Belakang Setiap manusia yang berada di dunia pasti ingin mengharapkan memiliki bentuk tubuh yang normal dan



baik sehingga individu tersebut mampu melakukan seluruh aktifitas yang mereka dapat lakukan sebagaimana manusia lainya. Tetapi tidak semua manusia di dunia terlahir dengan memiliki bentuk tubuh atau kondisi yang baik dan membuat individu tersebut tidak mampu melakukan aktifitas yang mereka dapat lakukan serta menghambat tugas-tugas perkembangan yang seharusnya dapat dilaksanakan akibat kondisi tuna daksa yang di alami. Pengertian tuna daksa secara etimologis, yaitu seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah perlakuan, dan akibatnya kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan. Tuna daksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, persendian dan saraf yang disebabkan oleh penyakit, virus, dan kecelakaan baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. Machdan & Hartini (2012) mengatakan bahwa tunadaksa merupakan kecacatan atau ketidaknormalan pada anggota tubuh, seperti kelainan yang terjadi pada otot, tulang ataupun pada sendi sehingga menyebabkan individu mengalami kekurangan dalam bergerak dan melakukan kegiatan sehari-hari. Akibat dari kekurangan yang dimiliki, individu yang menderita tuna daksa menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya, baik dari sisi emosi, sosial, ataupun bekerja. Virlia & Wijaya (2015) juga menjelaskan bahwa tuna daksa merupakan bentuk kelainan yang dialami individu pada sistem otot, persendian, dan tulang yang mengakibatka terjadinya gangguan pada komunikasi, koordinasi, mobilitas, serta gangguan perkembangan. penyandang tunadaksa merupakan penyandang disabilitas fisik terbanyak yang ada di Indonesia, serta penyandang tunadaksa memiliki keterbatasan secara fisik yang terlihat secara nyata oleh orang lain. Penyandang tunadaksa adalah orang yang mengalami gangguan atau kelainan yang menetap pada alat gerak seperti tulang dan otot (Subini, 2014). Kecacatan atau kekurangan di salah satu tubuh manusia dapat berpengaruh ke individu secara menyeluruh.



Penderita tunadaksa jika dibandingkan dengan penderita ketunaan yang lain, mereka lebih mudah untuk dikenali karena kekurangan yang dimiliki sangat tampak jelas dan penderitapun menyadari hal tersebut. Akibat dari kekurangan yag tampak jelas, hal tersebut mempengaruhi kondisi psikis dari penyandangnya. Mereka merasa dirinya bukanlah manusia yang sempurna dan berbeda dengan individu lainnya. Sehingga mereka tidak dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki karena kekurangan tersebut (Tentama ,2010). Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam bagaimana individu mempersepsi dan merasakan tubuhnya (Healey, 2014), sehingga situasi di lingkungan sekolah merupakan salah satu lingkungan yang dapat memengaruhi citra tubuh remaja penyandang tunadaksa. Menurut Cash & Smolak (2011), citra tubuh dapat dilihat dari dua komponen yaitu komponen persepsi dan komponen sikap. Komponen persepsi berkaitan dengan bagaimana individu melihat dirinya sendiri, dan bagaimana individu melihat tubuh tidak selalu merepresentasikan apa yang terlihat sebenarnya. Terdapat empat bagian dari komponen sikap, diantaranya; (1) aspek kognitif yang meliputi kepercayaan, pikiran, interpretasi dan atribusi terhadap penampilan atau penampilan yang ideal dan skema diri tentang seberapa penting penampilan memengaruhi harga diri seseorang; (2) aspek afektif yang berkaitan dengan emosi atau perasaan individu terkait dengan penampilan, termasuk stres, perasaan cemas atau ketidaknyamanan serta emosi lain yang berkaitan dengan tubuh; (3) aspek perilaku termasuk perilaku menghindari situasi atau objek yang dapat menimbulkan perhatian terhadap citra tubuh dan perilaku memeriksa tubuh; (4) penilaian subjektif terhadap penampilan secara keseluruhan yang berkaitan dengan kepuasan ataupun ketidakpuasan terhadap penampilan secara keseluruhan. Selain dari masalah fisik yang di alami, individu dengan tuna daksa juga berpotensi untuk mengelami masalah dalam kesehatan jiwa. Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun tidak terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran, fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang kontak secara terus menerus, baik masalalu maupun sekarang. Citra tubuh harus realistis karena semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya ia akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan menarik atau tidak, gemuk ataut idak dan sebagainya adalah menunjukan adanya gangguan citra tubuh (Yusuf, Fitriasari, & Nihayati,2015). Berdasarkan penjelasan di atas, tuna daksa dan gangguan citra tubuh adalah dua hal yang saling berkaitan erat, maka dari itu untuk membantu pasien dalam meningkatkan aspek positif diri, penulis akan melakukan suatu penyuluhan kepada pasien mengenai gangguan citra tubuh.



B.



Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah mendapat penyuluhan, klien dapat mengetahui dan mampu mengenal bagian tubuh yang dirasa terganggu, mengidentifikasi bagian tubuh yang berfungsi, dan yang dirasa terganggu, mengafirmasi bagian tubuh yang sehat dan tidak terganggu, dan memotivasi untuk melatih bagian tubuh yang dirasa terganggu. 2. Tujuan Khusus Setelah diberikan pendidikan kesehatan ini diharapkan peserta mampu: 1. Memahami pengertian gangguan citra tubuh 2. Memahami penyebab gangguan citra tubuh



3. Memahami tanda gejala gangguan citra tubuh 4. Memahami dan mampu mempraktikan cara mengatasi gangguan citra tubuh



C. Materi Penyuluhan 1. Defenisi Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar yang emncakup persepsi saat ini dan masa lalu dan perasaan tentang bentuk, ukuran, fungsi penampilan, dan potensi tubuh yang dimodifikasi secara berkesinambungan dengan persepsi dan penglaman baru setiap individu. Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap seseorang terhadap tubuhnya yang diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Gangguan citra tubuh merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami atua berseiko untuk mengalami gangguan dalam penerapan citra diri seseorang (Keliat, Helena, & Farida, 2011). 2. Etiologi Menurut Keliat, Helena, Farida (2011), menyatakan bahwa penyebab gangguan citra tubuh secara umum ialah sebagai berikut : a. Kerusakan atau kehilangan bagian tubuh b. Perubahan ukuran tubuh c. Perubahan bentuk dan penampilan tubuh d. Perubahan bagian tubuh akibat dari tindakan pembedahan 3. Tanda dan gejala Seorang individu di diagnosis mengalami gangguan citra tubuh bila terdapat satu atau lebih gejala sebagai berikut (Nanda, 2015) : a. Berespons pada masa lalu dan kekuatan sebelumnya. b. Berfokus pada penampilan masa lalu c. Depersonalisasi bagian tubuh d. Gangguan fungsi tubuh e. Gangguan struktur f. Memperluas Batasan tubuh g. Menonjolkan kemampuan yang masih ada h. Menekankan pencapaian i. Persepsi yang merefleksikan perubahan pandangan tentang penampilan. j. Menghindari untuk melihat tubuh, menghindari untuk menyentuh tubuh. k. Menolak menerima perubahan, menyembunyikan bagian tubuh l. Perasaan yang negative, perubahan pada hidp dan lingkungan social.



D. Metode Penyuluhan 1.



Edukasi



2.



Diskusi tanya jawab



E. Media Penyuluhan 1. F.



Leaflet Setting Tempat



Keterangan : peserta penyuluhan



penyuluh



G. Pengorganisasian a. Pembimbing akademik



: Ners. Dewi Kurnia Putri, M.Kep



b. Penyuluh



: Chyntia Utami, S.Kep



H. Kegiatan Penyuluhan No . 1.



Waktu



Kegiatan Penyuluh



5 menit



Pembukaan :



Kegiatan peserta



1) Memberikan salam



1) Menjawab salam



2) Memperkenalkan diri



2) Mendengarkan



3) Menjelaskan tujuan pembelajaran



dan



4) Menyebutkan



memperhatikan



materi



dan



kegiatan yang akan dilakukan 5) Menggali pengetahuan peserta tentang cara-cara menurunkan



3) Menjawab pertanyaan



2.



10 menit



kecemasan Pemberian materi : 1) Pengertian gangguan citra 1) Menyimak tubuh



dan



memperhatikan



2) Penyebab



gangguan



citra



tubuh 3) tanda gejala gangguan citra tubuh 4) cara 4.



10 menit



keluarga



mengatasi



gangguan citar tubuh Diskusi: Tanya jawab



1) Peserta menanyakan halhal yang belum jelas



pada



pemateri 2) Pemateri memberikan jawaban 4.



5 menit



Evaluasi : 1) Memberikan pertanyaan kepada 1) Menjawab peserta



seputar



materi



yang



disampaikan.



pertanyaan



dari



pemateri



2) Memberikan reward atau pujian bagi



peserta



yang



mampu



menjawab Penutup : Mengucapkan salam dan terima kasih



1) Menjawab salam



I. Metode Evaluasi (1) Metode evaluasi : Tanya jawab (2) Jenis evaluasi : Lisan J. Evaluasi Struktur (1) Persiapan Media Media yang digunakan dalam edukasi semua lengkap dan dapat digunakan dalam penyuluhan yaitu: a. Leaflet (2) Persiapan Materi



Materi disiapkan dalam bentuk leaflet dengan ringkas,menarik, lengkap mudah dimengerti oleh peserta



K. Evaluasi proses (1) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta mampu memahami materi yang disampaikan melalui edukasi dan leaflet yang diberikan. (2) Peserta memperhatikan saat edukasi berlangsung. L. Evaluasi Hasil (1) Klien  mampu menjelaskan kembali mengenai materi yang telah disampaikan. (2) Klien mampu mengidentifikasi bagian tubuh yang masih dapat digunakan, dan meningkatkan fungsi bagain tubuh tersebut.



DAFTAR PUSTAKA Machdan, D.M., Hartini.N. Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja Pada Tuna Daksa Di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh Pasuruan. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. 1(2), 79-85. https://www.researchgate.net/publication/311738594. Virlia.S., Wijaya.A.(2015). Penerimaan Diri Terhadap Penyandang Tuna Daksa. Seminar Psikologi dan Kemanusiaan. http://mpsi.umm.ac.id/files/file/372-377%20Stefani%20Andri.pdf. Tentama.F. (2010), Berpikir Positif dan Penerimaan Diri Pada Remaja Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan. Jurnal Psikologi Ahmad Dahlan, 7(1). 66.http://journaldatabase.info/articles/berpikir_positif_dan_penerimaan_diri.html. Cash.T.F., Smolak.F. (2011). A Handbook Of Science, Practice, and Prevention. New York: The Guilford. Yusuf., Fitriyasari., Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Keliat.B.S., Helena.N., Farida.P. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial & Kader Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.



PENGARUH INTERVENSI GENERALIS GANGGUAN CITRATUBUH TERHADAPCITRATUBUH SISWAOBESITAS DI SMA VIRGO FIDELIS KECAMATAN BAWEN Efvi Muninggar Jati*), Titik Suerni **), Sawab ***) *) Alumni Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **)Perawat RSJD Amino Gondohutomo Prov. Jawa Tengah ***)Dosen jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Semarang



ABSTRAK Remaja dengan obesitas berdampak pada masalah kesehatan fisik maupun mental emosional. Dampak dari mental emosional yaitu harga diri rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi generalis gangguan citra tubuh terhadap citra tubuh siswa obesitas di SMA Virgo Fidelis Kecamatan Bawen. Desain penelitian ini menggunakan quasy eksperimen one group pre post test without control. Jumlah sampel 21 responden dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberikan intervensi generalis gangguan citra tubuh, seluruh responden mengalami gangguan citra tubuh. Sesudah di berikan intervensi generalis gangguan citra tubuh, terdapat 12 responden yang mengalami gangguan citra tubuh. Ada pengaruh intervensi generalis gangguan citra tubuh terhadap citra tubuh siswa obesitas di SMA Virgo Fidelis Kecamatan Bawen dengan nilai p value =0,003 (α