Sejarah Bandeng [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

a. Sejarah Budidaya Ikan Bandeng di Indonesia (Nasional) Tambak sudah ada sejak abad ke IV digunakan sebagai wadah pemeliharaan bandeng, tetapi tidak banyak mengalami perubahan dalam hal kontruksi dan rancang bangun. Perikanan di Gresik sendiri sudah lama dikenal , jauh sebelum kekuasaan kolonial Belanda. Pada sekitar abad XIV M, masa zaman kerajaan majapahit terdapat berita adanya „‟patih tambak‟‟ yang bertugas mengurus pertambakan serta mengumpulkan upeti dari sesama rekan nelayan petambak. Berita ini diperoleh dari prasasti Karang Bogem berangka tahun 1387 M. Dengan adanya bukti ini sudah tentu bahwasanya profesi masyarakat dulunya tidak hanya bercocok tanam melainkan pertambakan juga. Di dalam kitab Jawa Kuno ”Kutara Menawa” yang terkenal sebagai kepustakaan resmi yang paling tua menyebutkan siwakan(tempat iwak-iwak air tawar daerah pedalaman) dan tambak sebagai barang yang perlu dilindungi dengan undangundang terhadap pencurian. Adanya undang- undang ini membuktikan bahwa zaman dulu telah ada yang membudidayakan ikan dalam tambak dan telah di atur dalam undang-undang sehingga dapat diketahui bahwa tambak adalah satu hal yang penting bagi mata pencaharian masyarakat. (Purwanti,2017) Pada abad XIX M perikanan merupakan salah saru sektor terpenting selain perkebunan yang menjadi objek perahan oleh pemerintah Belanda salah satu daerahnya adalah Gresik. Belanda menaruh perhatian besar pada perikanan di Gresik karena Gresik merupakan lumbung ikan di Jawa hal ini di dukung oleh lokasi Gresik yang memiliki laut yang luas, bahkan tambak di Gresik bisa menompang perekonomian kolonial pada masa itu. Menurut P.W.A. Spall berdasaran keterangan dari bupati Juana bahwa tambak di Gresik sudah berkembang pesat pada zaman VOC dan tahun 1860 perkembangan tambak Gresik terus berkembang , terutama di Ujung Pangkah. Perkembangan tambak sendiri sudah mulai menampakan hasil dengan semakin banyaknya lahan tambak yang dibuat. Sejarah perkembangan tambak Gresik juga tertulis dalam laporan penelitian P.W.A Spall pada abad XIX M bahwa tambak di Gresik sudah berkembang pesat pada zaman VOC dan sesudah zaman VOC di tahun 1860 juga masih terus berkembang, terutama tambak didekat Ujung Pangkah sebagaimana laporan bupati Sidayu. 12 Tambak menjadi salah satu sektor utama yang dimiliki Gresik selain petanian dan perkebunan sehingga tidak heran jika Belanda melakukan perluasan tambak di Gresik. (Purwanti,2017) Setelah dikenal, maka permintan bandeng mengalami peningkatan pada saat itu. Karena semakin meningkat, akhirnya ikan bandeng tersebut dibudidayakan dalam keramba. Usaha keramba itu ternyata bias dimanfaatkan sebgaia usaha sampingan bagi para nelayan yang tidak bias melaut. Keramba-keramba diletakan di tepi pantai. Ikan bandeng dibiarkan dalam keramba hingga berukuran tiga jari orang dewasa baru dilakukan panen. Seiring dengan kemajuan teknologi, maka budidaya ikan bandeng tidak hanya dilakukan dalam keramba lagi, akan tetapi dilakukan dengan memeliharanya dalam kolam ukuran besar. Pada tahun 1950, di Lamongan mulai dirintis kembali dunia pertambakan dan ikan bandeng dipilih sebagai kooditas utama yang akan dikembangkan. Mereka menggunakan tanah rawa-rawa yang tidak dimanfaatkan. Dari usaha inilah, ide budidaya bandeng air tawar (payau) muncul. Namun demikian, tambak-tambak di pantai Gresik, Sidoarjo,Pasuruan, Probolinggo, sampai Banyuwangi pada saat itu termasuk jenis tambak bandeng air asin. (Kurniawati dan Alrianingrum, 2018)



Semakin tahun budidaya ikan bandeng semakin berkembang, contohnya budidaya ikan bandeng pada tahun 1982–1989. Produksi ikan tambak di Gresik terus meningkat secara singnifikan, sebaliknya jumlah petani tambak ikan menurun meski tidak banyak. Hal ini tentu menarik untuk dilakukan penelitian sebab biasanya hasil panen dipengaruhi oleh banyaknya petani. Pada tahun 1983 hingga 1985 jumlah petani tambak menurun hal ini belum di ketahui penyebabnya, kemungkinan panen ikan tahun lalu yang gagal atau harga ikan yang anjlok membuat petani tambak beralih profesi menjadi petani padi atau sebutan profesi yang berubah jika awalnya petani tambak menjadi pendega tambak karena lahan tambaknya yang dijual kepada orang lainya dan mendapat amanah untuk merawat tambak ikannya. Tahun 1985- 1989 jumlah petani mulai meningkat kembali seiring berjalanya waktu namun, sebaliknya di pertengahan tahun tersebut hasil ikan bandeng menunjukan hasil yang kurang baik dimana dalam tahun 19851987 hasil yang menurun. Gresik yang banyak daerahnya berada di pesisir pantai kebanyakan masyarakatnya memilih bekerja sebagai petani tambak di banding menjadi nelayan, hal ini tentu menarik mengingat lokasi Gresik merupakan daerah industri.Banyak masyarakat Gresik yang memiliki tambak juga menyewakan tambak mereka. Selain itu petani tambak juga menyewa orang lain untuk menjaga atau merawat ternak ikan di tambak atau biasa di sebut pendega. Usaha perikanan darat penting artinya bagi masyarakat, karena usaha itu menghasilkan ikan yang berhubungan erat dengan kemakmuran negara beserta rakyatnya dan dengan kesehatan, selain itu usaha perikanan darat mampu menciptakan usaha mandiri masyarakat dan tentu menambah lapangan kerja di sekitar wilayahnya. (Purwanti,2017) Seiring perkembangan zaman, budidaya ikan bandeng semakin maju. Ini ditunjukkan dengan meningkatnya produksi ikan bandeng, dimana pada tahun 2008 produksi bandeng mencapai 422.086 ton, lebih tinggi dari Filipina yang hanya 349.432 ton. Kemudian produksi meningkat pada tahun 2012 yaitu sebesar 482.930 ton. Cara budidaya juga semakin berkembang tidak hanya pemilihan lahan untuk budidaya yang harus tepat(tidak merusak lingkungan) melainkan juga pemilihan benih yang baik untuk mendapatkan hasil budidaya yang maksimal. Masing-masing tahap pertumbuhan ikan bandeng juga diatur mulai dari hatchery, penggelondongan dan tahap pembesaran. (Anwar, 2014)



Gambar petak-petak kolam ikan bandeng (sumber : Anwar, 2014)



b. Sejarah Budidaya Ikan Bandeng di Dunia (Internasional) Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah ikan pangan populer di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam suku Chanidae (bersama enam genus tambahan yang dilaporkan pernah ada namun sudah punah). Dalam bahasa Bugis dan Makassar dikenal sebagai ikan bolu, dan dalam bahasa Inggris milkfish). Budidaya ikan bandeng di asia selain negara Indonesia, negara Filipina juga banyak membudidayakan ikan bandeng atau milkfish ini. Teknik budidaya yang digunakan yaitu monokultur dan polykultur. Budidaya bandeng di Indonesia, Provinsi Taiwan Cina dan Filipina dimulai sekitar 4-6 abad yang lalu. Metode kultur dalam berbagai lingkup terus ditingkatkan. Sejak tahun 1970-an, investasi besar telah dilakukan di Filipina (serta di Provinsi Taiwan Cina, Indonesia dan Hawaii) dalam hal infrastruktur, penelitian, kredit dan pelatihan untuk mendukung industri bandeng. Misalnya, Departemen Perikanan Budidaya Perikanan Asia Tenggara (SEAFDEC), Departemen Akuakultur (AQD) didirikan di Iloilo, Filipina pada tahun 1973 dengan tugas khusus untuk menemukan solusi untuk masalah budidaya ikan bandeng. Instansi pemerintah dan institusi perikanan juga terlibat dalam upaya nasional untuk meningkatkan pertanian bandeng dari pertengahan 1970-an hingga sekarang. Dalam pekerjaan ini, penelitian dan pengembangan pada sistem pertanian, pembiakan dan teknologi produksi benih digali. Tidak ada upaya perbaikan genetik tetapi translokasi dan perdagangan penggemukan terjadi antara Indonesia, Taiwan, Cina dan Filipina serta variasi geografis dan heterogenitas didokumentasikan. Baru-baru ini, laporan yang belum dikonfirmasi menunjukkan bahwa bandeng sekarang sedang dibudidayakan untuk ukuran fingerling atau juvenile di Kepulauan Pasifik Selatan dan di Singapura sebagai umpan ikan tuna. (Andriesse, 2019) Budidaya bandeng sebelumnya adalah industri tradisional, dengan sedikit penekanan pada produksi ikan dewasa yang matang, reproduktif yang aktif di penangkaran. Industri ikan bandeng tradisional sepenuhnya bergantung pada restocking tahunan tambak dengan bibit yang dipelihara dari benih yang ditangkap secara liar. Akibatnya, industri menderita variasi regional, musiman dan tahunan dalam ketersediaan bibit. Variasi ini umumnya tidak dapat diprediksi, dan mungkin cukup besar dalam periode waktu yang singkat. (Andriesse, 2019) Dengan demikian, masalah utama yang dihadapi oleh industri bandeng internasional adalah untuk menemukan cara untuk menghasilkan suplai ikan bandeng yang andal, memadai, dan berkualitas tinggi yang tidak tunduk pada variasi waktu dan ruang yang tidak dapat diprediksi. Selama dekade terakhir, banyak kemajuan telah dicapai, khususnya dalam hal perbanyakan ikan bandeng dan produksi massal benih oleh pembenihan swasta, lembaga penelitian, dan lembaga pemerintah. Alih-alih mengandalkan peternakan ikan bandeng yang tertangkap liar di Filipina, Provinsi Taiwan Cina dan Indonesia sekarang memperoleh sebagian besar benih mereka dari pembenihan, terutama karena kekurangan tangkapan liar. (Andriesse, 2019)



Daftar pustaka Andriesse, E. (2019). Philippines: Fragmented agriculture and aquaculture and vulnerable livelihoods. Asian Smallholders in Comparative Perspective, 181.



Anwar, C. (2014). Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos) pada tambak ramah lingkungan. WWF-Indonesia. Jakarta. Kurniawati, E., & Alrianingrum, S. (2018). Program Tamyangsang Dalam Perkembangan Sektor Pertanian Padi di Kabupaten Lamongan Pada Masa Pemerintahan Bupati R. Muhammad Faried Tahun 1996-1999. Avatara, 6(3). Purwanti, A.D. (2017). Perkembangan Budidaya Ikan Bandeng di Gresik Tahun 19821989. Avatara, 5(1).