Sejarah Perkembangan Logika Dan Ilmu Mantiq [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“SEJARAH PERKEMBANGAN LOGIKA DAN ILMU MANTIQ”



MATA KULIAH MANTIQ DOSEN PENGAMPU MUHAMMAD SYAFI’I, M.AG DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 PSIKOLOGI ISLAM 2020 LOKAL B DEWI OKTAVIA



200103040108



INDAH FATRIANA



200103040091



ITI SAFITRI



200103040102



NUR JAY DIMAS MOKODOMPIT



200103040122



SELMA JASMINE LUBUK



200103040086



UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM 2021



PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dapat berinteraksi secara aktif dan melakukan transformasi dengan sesamanya tak lain karena ia memiliki akal untuk berfikir. Akal merupakan suatu sarana super canggih, dikaruniai Tuhan kepada manusia, tidak kepada makhluk lainnya. Dengan akal manusia dapat mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya. Atau memahami lebih mendalam lagi sesuatu yang telah diketahuinya, baik tentang dirinya maupun hakikat alam dan rahasia yang terkandung di dalamnya. Manusia karena akalnya menjadi makhluk unik yang senantiasa terdorong untuk berfikir sepanjang hayatnya sesuai dengan kemampuan befikir yang dimilikinya. Ketika manusia itu masih diberi kehidupan, dan hidup dalam keadaan normal, selama itu pula aktivitas berfikir tidak akan terlepas darinya. Manusia termasuk anda selalu berambisi untuk mencari kebenaran dengan jalan berpikir. Pada saat itulah ilmu logika berperan penting dalam mencari suatu kebenaran. Secara harfiah Logika berasal dari kata ‘Logos’ dalam bahasa Latin yang berarti perkataan atau sabda. Dalam bahasa Arab dikenal dengan kata ‘Mantiq’ yang artinya berucap atau berkata. Sejarah Ilmu Mantiq ini bermula dari negara Yunani yang dikarang para ilmuan-ilmuan hebat di masa itu. Oleh karena itulah negri Yunani mendapat julukan negri yang terdapat otakotak cerdas. Ilmu Logika ini menunjukkan gunanya berfikir manusia untuk yang sesuai pada hal tersebut dengan adanya Ilmu Mantik ini meskipun awalnya bukan asal sumbernya dari para Ilmuan Islam tapi Ilmu ini bisa di Manfaat kan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain meskipun yang berbasis islami. Oleh karena itu kalau kita menuntut ilmu janganlah menyepelehkan sebuah ilmu karena ilmu itu semua pasti ada manfa’atnya.



PEMBAHASAN A. Sejarah Perkembangan Logika/Mantiq Logika berasal dari kata Yunani kuno (Logos) yang berarti hasil pertimbangan yang Berasal dari akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan Logike Episteme (Latin: Logica Scientia) atau Ilmu Logika (Ilmu Pengetahuan) yang Mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur, bisa juga diartikan dengan masuk akal. 1 Semenjak kemunculannya di Yunani telah mengalami perkembangan dan pengaruh yang besar dalam kehidupan umat manusia. Logika mengalami perkembangan seiring dengan perubahan cara berpikir manusia. Logika berpengaruh dalam membentuk sebuah keilmuan. Dalam peradaban Islam telah melahirkan berbagi macam disiplin ilmu ilmu keislaman. Pengaruh logika terjadi juga di masa modern yang telah melahirkan begitu banyak ilmu pengetahuan. 2 a. Abad Yunani Kuno Zeno dari citium disebut-sebut dalam sejarah sebagai peletak batu pertama digunakannya istilah logika. Tetapi persoalan-persoalan logika telah dipikirkan oleh para filsuf Madzhab Elea. Persoalan yang diusung oleh mereka adalah masalah identitas dan perlawanan asas dalam relaitas. Hal ini terungkap dalam pikiran dialektis parmenidas. Zeno filsuf besar dari aliran stoisisme membagi ajarannya ke dalam 3 bagian. Pertama, fisika yang dilukiskan sebagai lading dan pohonpohonnya. Kedua, logika sebagai pagarnya. Ketiga, etika sebagai buahnya. Pikiran dialektis perminides tertuang dalam ajarannya "yang ada" ada dan "yang tidak ada" tidak ada. Masalah identitas dituangkan dalam konsepnya bahwa yang ada itu ada dan yang tidak ada itu tidak ada. Masalah perlawanan asas dalam realitas dituangkan dalam konsep, yang ada tidak mungkin menjadi tidak ada dan sebaliknya.Yang menjadikan pikiran secara eksplisit sebagai focus pemikiran (objek material), mulai dilakukan oleh kaum sofis, salah satunya gorgias. Ia mengatakan manusia tidak memiliki pengetahuan apa-apa, yang dituangkan dalam tiga konsepnya, yaitu seandainya manusia memiliki pengetahuan, ia tidak tahu bahwa ia punya Meliana, L. (2021). Makalah Tentang Sejarah Logika. https://osf.io/efjm2/download di akses pada 20 September 2021 1



Hidayat, A. R. (2018). Filsafat Berpikir. Teknik-Teknik Berpikir Logis Kontra Kesesatan Berpikir. Duta Media Publishing. hal 10-14 2



pengetahuan. Seandainya manusia memiliki pengetahuan dan tahu, pengetahuan itu tak terpahami. Seandainya menusia memiliki pengetahuan, tahu dan dipahami, tapi tidak bisa dikatakan. Sokrates menggunakan metode Ironi dan Maieutika tekhne, yang mengembangkan metode induktif. Oleh Plato metode Sokrates dibuat lebih ulum sehingga menjadi teori idea. Gagasan Plato memberikan dasar pada perkembangan logika, yaitu bertalian dengan ideogenesis, masalah penggunaan bahasa dalam pikiran. Akan tetapi, logika sebagai ilmu baru terwujud berkat karya Aristoteles. To organonkarya Aristoteles hingga kini masih diikuti polanya, yaitu pertama, tentang idea, kedua tentang keputusan, dan ketiga tentang proses pemikiran.Aristoteles, seorang filosof dan ilmuwan terbesar dalam dunia masa lampau, yang memelopori penyelidikan ihwal logika, memperkaya hampir tiap cabang falsafat dan memberi sumbangan-sumbangan besar terhadap ilmu pengetahuan. Pendapat Aristoteles, alam semesta tidaklah dikendalikan oleh serba kebetulan, oleh keinginan atau kehendak dewa yang terduga, melainkan tingkah laku alam semesta itu tunduk pada hukumhukum rasional. Kepercayaan ini menurut Aristoteles diperlukan bagi manusia untuk mempertanyakan setiap aspek dunia alamiah secara sistematis, dan kita harus memanfaatkan pengamatan empiris, dan alasan-alasan yang logis sebelum mengambil keputusan Sesudah Aristoteles Theoprastus mengembangkan logika Aristoteles, dan kaum stoa mengembangkan logika proposisi Dan bentuk-bentuk berpikir sistematis. Kemudian logika Mengalami era dekadensi seiring dengan perkembangan ilmu Yang menjadi dangkal dan sederhana. Thales filsuf Yunani pertama yg meninggalkan segala Dongeng, takhayul, dan ceritacerita isapan jempol belaka Dan berpaling pada akal budi untuk memecahkan rahasia Alam semesta. Yang Paling terkenal dalam penalarannya adalah Thales Mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti Prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu juga, Thales Telah mengenalkan logika induktif. Peninggalan pemikiran Socrates yang paling Penting ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu Definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu Dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui Penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf Selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam Menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Socrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah Sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam Semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan Bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di Kemudian hari. Beserta kaum



Sofis, Plato juga merintis dan Memberikan saran-saran pada bidang penalaran ini. Kebanyakan teori logika yang kita kenal berasal dari Pemikiran Aristoteles dan logika model ini merupakan Logika Aristoteles... daialh yang mengenalkan logika Sebagai ilmu (logica scientia) Nah, saat Thales tadi Mengemukakan air adalah arkhe alam semesta yang berarti Air adalah jiwa sesuatu, Aristoteles menyimpulkan: Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air Tumbuhan mati). Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia. Air jugalah uap. Air jugalah es. Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles (384-322 SM), sebagai sebuah ilmu tentang hukum-hukum Berpikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap Kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada waktu itu, Disebut dengan nama “analitika” dan “dialektika ”. Kumpulan karya tulis Aristoteles mengenai logika diberi Nama Organon, terdiri atas enam bagian.Buku Aristoteles berjudul Organon (alat) berjumlah Enam, yaitu: pertama, Categoriae menguraikan pengertianPengertian. Kedua, De interpretatione tentang keputusan-Keputusan. Ketiga, Analytica Posteriora tentang pembuktian Keempat, Analytica Priora tentang Silogisme. Kelima, Topica Tentang argumentasi dan metode berdebat. Keenam, De Sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.3 b. Abad Pertengahan Pada awal abad pertengahan hingga tahun 1141, perkembangan logika masih berkisar pada konsep logikanya Aristoteles, terutama predikasi dan logika proposisi. Dua karya tersebut ditambah karya Boethius dan Pophyries sering kali disebut sebagai logika lama. Sesudah tahun 1141, empat karya Aristoteles yang lain lebih dikenal sebagai logika baru. Logika lama dan logika baru diberi nama logika antiq, yang dibedakan dengan logika modern atau logika Suposisi, yang dikembangkan para filsuf Arab. Para filsuf Arab menekankan pada pentingnya pendalaman logika Suposisi untuk menerangkan kesesatan logis. Hal lain yang dibahas adalah ciri-ciri term sebagai symbol tata bahasa dari konsep-konsep. Suposisi dalam hal ini merupakan arti fungsional di dalam proposisi tertentu. Pada abad XIII-XV logika modern mengalami perkembangan yang cukup significant setelah ditemukannya metode logika baru oleh Raymond Lullus. Metode yang dimaksud adalah Ars Magna, yakni semacam Aljabar pengertian untuk membuktikan kebenarankebenaran tertinggi.



3



Syarif, E. (2016). Pengaruh Mantiq (logika) Dalam Perkembangan Ilmu-Ilmu Keislaman . Volume 5,



No. 2 hal. 269-270.



Dizaman kekuasaan khalifah Abbasiyyah Sedemikian banyaknya karya-karya ilmiah Yunani dan Lainnya diterjemahkan ke dalam bahasa, sehingga ada Suatu masa dalam sejarah islam yang dijuluki dengan Abad Terjemahan. Logika karya Aristoteles juga diterjemahkan Dan diberi nama Ilmu Mantiq. Tokoh logika fenomenal zaman Islam adalah Al-Farabi (873-950 M) yang terkenal mahir dalam bahasa Grik Tua (Yunani kuno), menyalin seluruh karya tulis Aristoteles dalam berbagai bidang ilmu dan karya tulis Ahli-ahli pikir Grik lainnya. Al-Farabi menyalin dan Memberi komentar atas enam bagian logika dan Menambahkan dua bagian baru sehingga menjadi delapan Bagian. Al-Farabi dikenal dengan sebutan “guru kedua” Setelah Aristoteles, karena kemampuannya dalam Memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama Dalam ilmu filsafat. Dia adalah filsuf Islam pertama yang Berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh Mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik Dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti Di dalam konteks agama-agama wahyu. Karya al-Farabi tentang logika menyangkut bagian-Bagian berbeda dari karya Aristoteles Organon, baik dalam Bentuk komentar maupun ulasan panjang. Kebanyakan Tulisan ini masih berupa naskah; dan sebagain besar Naskah-naskah ini belum ditemukan. Sedang karya dalam Kelompok kedua menyangkut berbagai cabang pengetahuan filsafat, fisika, matematika dan politik. Kebanyakan pemikiran yang dikembangkan oleh al-Farabi sangat berafiliasi dengan system pemikiran Hellenik berdasarkan Plato dan Aristoteles. Logika pada perkembanganya kemudian sempat Mengalami masa dekadensi yang panjang. Logika bahkan Dianggap sudah tidak bernilai dan dangkal sekali, barulah Pada abad ke XIII sampai dengan Abad XV tampil Beberapa tokoh lain seperti Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus dan Wilhelm Ocham yang coba Mengangkat kembali ilmu logika sebagai salah satu ilmu Yang penting untuk disejajarkan dengan ilmu-ilmu penting Lainnya.4 c. Abad Modern Thomas Hobbes (1588-17-04) dalam karyanyan Leviathan (1651 M) dan John Locke (16321704 M) dalam karyanya yang bernama Essay Concerning Human Understanding (1690), meskipun mengikuti tradisi Aristoteles, tetapi ajaran-ajarannya didominasi oleh paham Nominalisme, yaitu pemikiran yang dipandang sebagai suatu Proses manipulasi tanda-tanda verbal dan mirip operasi Hidayat, A. R. (2018). Filsafat Berpikir. Teknik-Teknik Berpikir Logis Kontra Kesesatan Berpikir. Duta Media Publishing. hal 16-19 4



yang Dipandang sebagai suatu proses manipulasi tanda-tanda verbal Dan mirip operasi matematik. Logika Aristoteles yang rancangan utamanya bersifat deduktif silogistis dan menunjukkan ada tanda-tanda induktif, berhadapan dengan dua bentuk metode pikiran lainnya, yakni logika fisika induktif murni sebagaimana terpapar dalam karya Francis Bacon, Novum Organum (London, 1620) serta logika matematika deduktif murni sebagaimana terurai di dalam karya Rene Descartes, Discours de la Methode (1637). Metode induktif untuk menemukan kebenaran, yang direncanakan Francis Bacon, didasarkan pada pengamatan empiris, analisis data yang diamati, penyimpulan yang terwujud dalam hipotesis (kesimpulan sementara), dan verifikasi hipotesis lewat pengamatan dan eksperimen lebih lanjut. Penghalang dari metode ini adalah prakonsepsi dan prasangka. Pada abad ke-20 ditandai dengan terbitnya Principia Mathematica yang merupakan karya bersama A.N. Whitehead dan Bertrand A.W. Russel. Karya ini membuktikan bahwa matematika murni berasal dari logika. Sementara itu, Ludwig Wittgenstein mengadakan pembaharuan teknis pada teori logika, khususnya mengenai tautologi dan probabilitas. Masalah yang ia tangani adalah ketentuan-ketentuan apakah yang harus dipenuhi oleh setiap sistem simbol sebagai representasi fakta. Dengan seksama ia berusaha membedakan antara aussagen (mengatakan) dan zeigen (menunjukkan).5 B. Sejarah Ilmu Mantiq dalam Islam Ilmu mantik atau ilmu logika tidak dikenal dunia Islam sampai dengan abad kedua hijriyah, tepatnya di masa Daulah Abbasiyah. Pada masa Rasulullah saw dan Khulafâ` arRasyîdûn umat Islam masih disibukkan dengan berbagai agenda pembangunan negara dan peletakan dasar-dasar ajaran Islam. Di masa kenabian dan awal Islam, masyarakat Muslim juga belum banyak terpengaruh budaya dan peradaban negara-negara di luar wilayah mereka. Dalam keadaan yang seperti ini, bisa dikatakan filsafat belum dibutuhkan oleh kaum Muslimin. Di era DinastiUmayyah, ilmu mantik juga belum menjadi perhatian umat Islam. Barulah di era Abbasiyah, umat Islam mengalami banyak perubahan sosial budaya. Di era ini umat Islam telah berhasil mendirikan sebuah negara yang kokoh dan banyak kota-kota dibangun. Urbanisasi tidak dapat dielakkan lagi. Umat Islam pun berbaur dengan umat-umat agama lain dengan latar 5



Syarif, E. (2016). Pengaruh Mantiq (logika) Dalam Perkembangan Ilmu-Ilmu Keislaman . Volume 5,



No. 2 hal 274-275.



pengetahuan yang berbeda-beda. Kebutuhan akan ilmu pengetahuan untuk memenuhi hajat kehidupan bernegara dan untuk membangun peradaban baru semakin mendesak. Madrasahmadrasah pun di bangun untuk mendukung pemenuhan kebutuhan ini. Konsekuensi terbentuknya negara adalah munculnya berbagai konflik internal umat Islam. Di antara konflik tersebut adalah pertentangan antara kaum intelektual di bidang syariat dan para penguasa. Selain itu perselisihan antar sekte seperti Sunni, Syiah, Mu’tazilah, dan lainlain semakin meruncing. Setiap kelompok berusaha membuat penafsiran terhadap teks-teks AlQur’an dan Hadits untuk melegitimasi kepentingan politik mereka masing-masing. Persaingan antar madzhab fikih juga menuntut para penganut madzhab untuk mempertahankan pendapat-pendapat mereka di bidang ilmu ini. Maka mereka perlu membangun kaidah-kaidah umum yang rasional sebagai kerangka berpikir dalam madzhabnya. Dengan kaidah-kaidah yang rasional mereka berharap madzhab mereka bisabertahan dan diikuti banyak orang. Untuk itu diperlukan sebuah disiplin ilmu yang secara khusus menjadi alat untuk menyusun berbagai kaidah-kaidah pokok (ushûli) madzhab mereka. Selain itu ajaran-ajaran tauhid Islam mulai berbenturan dengan berbagai ajaran-ajaran lain di luar Islam. Maka umat Islam merasakan kebutuhan mendesak akan ilmu mantik untuk membangun rasionalitas ajaran Islam agar bisa bertahan dari berbagai serangan pemahamanpemahaman dari luar Islam. Ilmu mantik pada saat menjadi sangat penting untuk membentuk satu disiplin ilmu yang berkonsentrasi pada kaidah-kaidah keyakinan dan tauhid, yaitu ilmu kalam. Dengan keadaan yang begitu kompleks sedemikian rupa, akhirnya umat Islam mulai tertarik menekuni bidang ilmu logika untuk menunjang pemahaman mereka terhadap ilmu-ilmu pengetahun baru terutama ilmu pengetahuan alam, juga untuk dijadikan senjata beradu argumentasi ketikaberdebat dengan kelompok-kelompok lain. Namun dunia Islam saat itu belum memiliki blueprint disiplin ilmu mantik yang sistematis, ilmiah, dan terstruktur. Dengan adanya interaksi dengan bangsa-bangsa lain seperti bangsa Turki, Syiria, Persia, juga dengan umat agama lain seperti Yahudi dan Nasrani, umat Islam dikenalkan dengan literatur klasikYunani. Melihat di sana ada peluang transfer ilmu pengetahuan di bidang logika atau mantik yang diharapkan bisa membantu berbagai kepentingan umat Islam saat itu, maka penguasa Abbasiyah saat itu mengeluarkan kebijakan berupa program penerjemahan literatur-literatur Yunani kebahasa Arab sebagai bahasa negara saat itu. Maka



dengan bantuan beberapa ilmuwan dari kalangan Yahudi dan Nasrani, para penerjemah muslim mengalih bahasakan teks-teks kuno Yunani ke bahasa Arab. Gerakan penerjemahan yang dikomandani oleh Al-Kindi dengan sokongan dari khalifah al-Ma’mun saat itumenjadi jembatan besar masuknya ilmu mantik terutama logika Aristotelian kedunia Islam. Gerakan ini terus berkelanjutan hingga masa Al-Farabi dan Ibnu Sina. Gerakan ini mendorong terbentuknya sebuah perpustakaan yang dinamai Bayt al-Hikmah (House of Wisdom). Pada gilirannya perpustakaan ini berkembang menjadi sebuah perguruan tinggi yang mewadahi para pemikir, saintis, dan filsuf-filsuf Islam kala itu. Namun begitu, gerakan penerjemahan di masa al-Kindi belum melahirkan karya di bidang mantik secara khusus. Penerjemahan kitab-kitab karya Aristoteles dan filsuf-filsuf lain pun baru sekedar memindah bahasakan.Al-Kindi baru membuat berbagai konsep dan rumusan pada disiplin ilmu mantik. Meski pun ada beberapa judul buku mantik yang dinisbatkan kepada alKindi seperti Risâlah fî al-Madkhal al-Mantiqîbistîfâ` al-Qaulfîh dan Risalah fî al-Ihtirâs min khid’ as-Sufisthâiyyin, namun dua kitab ini tidak kita temukan hari ini. Bisa jadi masih menjadi manuskrip yang belum dicetak, atau hilang bersama serang Hulagu Khan ke Baghdad. Dapat dimaklumi mengapa pada masa awal penerjemahan belum ada usaha kodifikasi, membuat komentar, dan menyusun secara khusus ilmu mantik, hal ini karena pada masa awal penerjemahan literatur filsafatY unani para saintis Islam masih terfokus menerjemahkan ilmuilmu alam yang lebih menarik minat umat Islam dan lebih praktis di dalam kehidupan mereka. Selain itu Al-Qur’an juga memberi banyak isyarat berupa dorongan kepada umat Islam untuk meneliti alam sekitarnya dan mengambil manfaat darinya. Ilmu alam juga sangat dibutuhkan saat itu untuk membangun peradaban baru Islam yang masih berumur satus etengah abad. Baru pada masa penerusnya yaitu Abu Nashr al-Farabi, ilmu mantik dibukukan secara khusus sebagai hasil dari penerjemahan dan pemberian komentar terhadap karya-karya ilmu logika Yunani seperti karya-karya Aristoteles dalam serial Organon (Logika) yang di dalamnya adalah Categories, On Interpretation, Prior Analytics, Posterior Analytics, Topics, dan Sophistical Refutations. Al-Farabi sendiri melakukan penerjemahan dan memberi komentar terhadap karya-karya logika tersebut dan melahirkan satu disiplin ilmu baru dalam dunia Islam, yaitu mantik.6



6



Hayim, G. Z. (2020, April 28). Sejarah Perkembangan Ilmu Mantik Dunia Islam.



https://nusekadau.com/2020/04/28/sejarah-perkembangan-ilmu-mantik-dunia-islam/ diakses pada 22 September 2021



PENUTUP Kesimpulan Ilmu mantiq atau logika adalah ilmu yang Mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur, bisa juga diartikan dengan masuk akal. Semenjak kemunculannya di Yunani telah mengalami perkembangan dan pengaruh yang besar dalam kehidupan umat manusia. Logika mengalami perkembangan seiring dengan perubahan cara berpikir manusia. Pada masa abad Yunani Kuno Zeno dari citium disebut-sebut dalam sejarah sebagai peletak batu pertama digunakannya istilah logika. Tetapi persoalan-persoalan logika telah dipikirkan oleh para filsuf Madzhab Elea. Persoalan yang diusung oleh mereka adalah masalah identitas dan perlawanan asas dalam relaitas. Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles (384-322 SM), sebagai sebuah ilmu tentang hukum-hukum Berpikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap Kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada waktu itu, Disebut dengan nama “analitika” dan “dialektika ”. Pada awal abad pertengahan hingga tahun 1141, perkembangan logika masih berkisar pada konsep logikanya Aristoteles, terutama predikasi dan logika proposisi. Dizaman kekuasaan khalifah Abbasiyyah Sedemikian banyaknya karya-karya ilmiah Yunani dan Lainnya diterjemahkan ke dalam bahasa, sehingga ada Suatu masa dalam sejarah islam yang dijuluki dengan Abad Terjemahan. Logika pada perkembanganya kemudian sempat Mengalami masa dekadensi yang panjang. Logika bahkan Dianggap sudah tidak bernilai dan dangkal sekali, barulah Pada abad ke XIII sampai dengan Abad XV tampil Beberapa tokoh lain yang coba Mengangkat kembali ilmu logika sebagai salah satu ilmu Yang penting untuk disejajarkan dengan ilmu-ilmu penting Lainnya.



Daftar Pustaka Hayim, G. Z. (2020, April 28). Sejarah Perkembangan Ilmu Mantik Dunia Islam. Hidayat, A. R. (2018). Filsafat Berpikir. Teknik-Teknik Berpikir Logis Kontra Kesesatan Berpikir. Duta Media Publishing. Meliana, L. (2021). Makalah Tentang Sejarah Logika. https://osf.io/efjm2/download Syarif, E. (2016). Pengaruh Mantiq (logika) Dalam Perkembangan Ilmu-Ilmu Keislaman .