Seminar Bab I [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEMINAR ARSITEKTUR PUSAT WISATA KULINER DAN JAJANAN OLAHAN SAGU DI KEPULAUAN MERANTI DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PESISIR



Oleh: Dede Mefriadi NIM. 1607112560



PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2019



PUSAT WISATA KULINER DAN JAJANAN OLAHAN SAGU DI KEPULAUAN MERANTI DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PESISIR Dede Mefriadi Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru e-mail: [email protected] Abstrak Di Kabupaten Kepulauan Meranti sangat terkenal dengan olahan masakan yang berbahan dasar sagu, atau dikenal dengan tepung sagu. Sagu merupakan bahan pangan yang bias dijadikan sebagai bahan pokok pengganti beras yang banyak mengandung karbohidrat yang bagus untuk kesehatan. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas pangan berupa tepung sagu yang bias di jadikan bebagai bahan olahan makanan seperti mie sagu, kerupuk sagu, dan berbagai macam kue yang berbahan dasar sagu. Arsitektur pesisir yang diangkat menjadi tema dalam perancangan pusat wisata kuliner dan jajanan olahan sagu di kabupaten kepulauan meranti ini diharapkan dapat mensinkronkan dengan keadaan dan kondisi alam setempat. Hasil dari penelitian ini berupa desain peracangan pusat wisata kuliner dan jajanan olahan sagu atau seperti tempat membeli ole-ole khas dari Kepulauan Meranti yang berbahan dasar sagu. Kata kunci: produktivitas, khas, kuliner



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Kuliner adalah hasil olahan yang berupa masakan. Setiap daerah memiliki



hasil kuliner yang berbeda-beda, karena setiap daerah memiliki cita rasa tersendiri. Kuliner merupakan sebuah gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan, karena setiap orang memerlukan makanan yang sangat dibutuhkan sehari-hari. Mulai dari makanan yang sederhana hingga makanan yang berkelas tinggi dan mewah. Semua itu, membutuhkan pengolahan yang serba enak. Wisata kuliner merupakan perpaduan menikmati suatu makanan sambil menikmati suasana jalan-jalan, bersantai atau sedang berlibur, sehingga memanfaatkan waktu ke tempat-tempat yang menyediakan makanan khas. Dengan kata lain istilah kuliner dapat diuraikan secara bebas tanpa menghilangkan makna perpaduan antara berwisata sambil mencari makanan khas. Di Kabupaten Kepulauan Meranti sangat terkenal dengan olahan masakan yang



berbahan



dasar



Sagu adalah tepung atau



sagu,



atau



dikenal



olahan



yang



diperoleh



dengan dari



tepung



sagu.



pemrosesan teras



batang rumbia atau "pohon sagu". Tepung sagu memiliki karakteristik fisik yang mirip dengan tepung tapioka. Dalam resep masakan, tepung sagu yang relatif sulit diperoleh sering diganti dengan tepung tapioka sehingga namanya sering kali dipertukarkan, meskipun kedua tepung ini berbeda. Sagu juga bisa dijadikan sebagai bahan pokok pengganti beras yang banyak mengandung karbohidrat. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti terus berupaya meningkatkan minat masyarakat untuk mengkonsumsi sagu sebagai makanan pokok alternatif pengganti beras. Namun untuk luar daerah kepulauan meranti masih banyak masyakat yang belum mengetahui olahan tersebut, padahal dari bahan sabu atau lebih dikenal dengan tepung sagu bisa di jadikan berbagai macam olahan makanan, seperti mie sagu, lempeng sagu, abon, kerupuk dan berbagai macam kue.



1



Tuntutan dalam menyediakan fasilitas kuliner dan jajanan olahan sagu tidak terlepas dari sumber daya alam yang dihasilkan dari kabupaten kepulauan meranti itu sendiri yaitu sagu, sehingga dapat menyediakan pusat kuliner dan oleole yang khas dari kabupaten kepulauan meranti itu sendiri. Faktor utama yang mendorong untuk membuat fasilitas kuliner olahan sagu yaitu kurangnya minat dari masyarakat untuk mengkonsumsi olahan dari sagu tersebut, padahal potensi sumber daya alam yang dihasilkan dari kepulauan beranti sebagaian besar adalah sagu atau tepung sagu. kawasan pesisir merupakan kawasan atau



distrik



yang terletak



diperbatasan tepi air, baik sungai, danau maupun laut. Kawasan ini menjadi unik karena meliputi dua karakter fisik alamiah yang berbeda yaitu daratan dan perairan. Perbedaan keduanya dapat diberdayakan menjadi suatu potensi dalam kegiatan penataan dan perancangan suatu kawasan agar lebih berkarakter dan konteks dengan lingkungan sekitarnya maka salah satu rujukan yang dapat digunakan adalah memanfaatkan potensi yang menjadi karakter jati diri kawasan tersebut. Dalam hal ini batasan konteks yang dimaksud adalah konteks terhadap citra pesisir baik secara fisik maupun non fisik. Citra tersebut dapat dimunculkan baik secara makro maupun mikro. Secara makro untuk memunculkan konsep penataan kawasan, sedangkan secara mikro untuk memunculkan konsep penataan ruang. Bentang alam kabupaten Kepulauan Meranti sebagian besar terdiri dari daratan rendah dan pesisir pantai dengan dikelilingi oleh hutan mangrove yang sangat luas. Atas dasar letak geografis dari kabupaten kepulauan meranti tersebut sehingga pada objek perancangan akan mengangkat latar dan suasana arsitektur pesisir sebagai wujud peresapan visual, serta unsur-unsur lain yang terdapat pada wilayah tersebut. Arsitektur pesisir yang diangkat menjadi tema dalam perancangan pusat wisata kuliner dan jajanan olahan sagu di kabupaten kepulauan meranti ini diharapkan dapat mensinkronkan dengan keadaan dan kondisi alam setempat.



2



1.2.



Identifikasi Masalah Adapun permasalahan yang menjadi dasar Perancangan Pusat Kuliner dan Jajanan Olahan Sagu di Kepulauan Meranti adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana Perancangan Pusat Kuliner dan Jajanan Olahan Sagu di Kepulauan Meranti yang merupakan sumber daya alam dari wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti? 2) Bagaimana memenuhi kebutuhan wisata kuliner dan pusat ole-ole khas dari Kepulauan Meranti? 3) Bagaimana penerapan perinsip arsitektur pesisir dalam Perancangan Pusat Wisata Kuliner dan Jajanan Olahan Sagu di Kepulauan Meranti?



1.3.



Tujuan Berdasarkan dari permasalahan di atas, tujuan penulisan ini adalah:



1) Menciptakan Desain Perancangan Pusat Kuliner dan Jajanan Olahan Sagu di Kepulauan Meranti. 2) Mengidentifikasi kebutuhan wisata kuliner dan pusat ole-ole khas dari Kepulauan Meranti. 3) Menerapkan konsep yang sesuai dengan pendekatan arsitektur pesisir.



1.4.



Lingkup dan Batasan



1.4.1. Lingkup A.



Lingkup substansial Lingkup pembahasan adalah sebagai berikut: 1) Fungsi objek perancangan ini berupa fasilitas wisata yang bertujuan untuk mengangkat potensi sumber daya alam yang ada di Kepulauan Meranti berupa kulier yang berbahan olahan sagu. 2) Menerapkan prinsip arsitektur pesisir pada proses perancangan.



3



3) Pembahasan pada perancangan ini akan difokuskan pada bidang arsitektural seperti pengolahan tapak, tatanan masa, penzoningan, program ruang, gubahan masa sirkulasi, dll yang berdasar pada konsep arsitektur pesisir pada perancangan. B.



Lingkup spasial Lingkup wilayah pada objek perancangan ini terletak di kota Selatpanjang,



Kabupaten Kepulauan Meranti, dan didasari oleh kebijakan perancangan tata wilayah kota Selatpanjang.



1.4.2. Batasan Batasan masalah pada perancangan ini adalah bangunan dan kawasan yang berfungsi sebagai fasilitas objek wisata dan juga pusat ole-ole khas dari Kepulauan Meranti yang berbahan olahan sagu.



4



1.5.



Kerangka Pikiran PUSAT WISATA KULINER DAN JAJANAN OLAHAN SAGU DI KEPULAUAN MERANTI DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PESISIR



  



Permasalahan 1) Bagaimana Perancangan Pusat Kuliner dan Jajanan Olahan Sagu di Kepulauan Meranti yang merupakan sumber daya alam dari wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti? 2) Bagaimana memenuhi kebutuhan wisata kuliner dan pusat ole-ole khas dari Kepulauan Meranti? 3) Bagaimana penerapan perinsip arsitektur pesisir dalam Perancangan Pusat Wisata Kuliner dan Jajanan Olahan Sagu di Kepulauan Meranti?



S E M I N A R A R S I T E K T U R



Latar Belakang Perlunya Fasilitsas yang menampung olahan bahan sagu sebagai tempat wisata kuliner yang ada di Kepulauan Meranti. Perlunya memanfaatkan hasil sumber daya alam di Kepulauan Merantiberupa olahan sagu. Dibutuhkan tempat untuk menyediakan hasil jajanan olahan sagu sebagai ole-ole khas Kepulauan Meranti.



Tujuan Perancangan 1) Menciptakan Desain Perancangan Pusat Kuliner dan Jajanan Olahan Sagu di Kepulauan Meranti. 2) Mengidentifikasi kebutuhan wisata kuliner dan pusat ole-ole khas dari Kepulauan Meranti. 3) Menerapkan konsep yang sesuai dengan pendekatan arsitektur pesisir.



1. 2.



Pengumpulan Data: Studi Literatur Studi Banding



1. 2. 3.



Studi Site: Ukuran site Peraturan pemerintah Persyaratan teknis bangunan



Analisis Site Analisa fungsional, yaitu: analisa aktivitas, kebutuhan ruang, besaran ruang, hubungan antar ruang



Penerapan Konsep pada Kawasan Berdasarkan analisa, peraturan pemerintah, persyaratan teknis, konsep tapak



Hasil Rancangan



5



F E E D B A C K



1.6.



Sistem Pembahasan Dalam penulisan ini menggunakan sistematika penulisan yang telah



ditetapkan didalam SOP Mata Kuliah Seminar Arsitektur, dengan perincian sebagai berikut : BAB I



PENDAHULUAN Berisi mengenai pokok-pokok pikiran yang melatar belakangi pemilihan judul, permasalahan, tujuan permasalahan, lingkup bahasan dan batasan permasalahan, kerangka pikir, sistematika pembahasan, serta keaslian penulisan.



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini berisi uraian mengenai teori tentang fungsi perancangan, meninjau pendekatan Arsitektur Pesisir sebagai tema rancangan dan hasil studi banding fungsi dan tema perancangan sejenis.



BAB III METODE PERANCANGAN Berisi uraian mengenai paradigma perancangan, tinjauan lokasi, dan bagan alur perancangan Pusat Wisata Kuliner dan Olahan Sagu di Kepulauan Meranti.



BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN Pada bab ini berisi mengenai analisis tapak, analisis fungsional, analisis system kawasan, analisis tampilan fisik kawasan, analisis lain yang diperlukan, dan konsep pada perancangan Pusat Wisata Kuliner dan Olahan Sagu di Kepulauan Meranti.



BAB V



KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan dan saran dalam perancangan Pusat Wisata Kuliner dan Olahan Sagu di Kepulauan Meranti, dengan pendekatan Arsitektur Pesisir.



6



1.7.



Keaslian Penulisan Berdasarkan penelusuran tentang judul perancangan pada jurusan



arsitektur dengan fungsi dan tema pendekatan sejenis, terdapat 5 (lima) judul yang memiliki keterkaitan, yaitu : 1)



Tugas Akhir Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Pusat Wisata Kuliner di Kabupaten Lamongan tema: Elektrik Bahari (Achmad Agus Nasihuddin, 2010) Penggunaan suatu konsep dalam perancangan obyek arsitektur



bertujuan untuk memberi batasan pada suatu obyek rancangan, sehingga obyek tersebut mempunyai karakter tersendiri. Perancangan Pusat Wisata Kuliner di Kabupaten Lamongan menggunakan konsep Eklektik Bahari. Budaya bahari merupakan budaya heterogen dan multikultural, sehingga dapat didefinisikan sebagai suatu budaya hasil respon manusia terhadap lingkungan (kelautan) yang bersifat multikultural. Multikultural merupakan hasil pertemuan beberapa kebudayaan, misalnya kebudayaan asli dan pendatang. Kegiatan yang muncul dari para pendatang tersebut juga merupakan bagian dari kebaharian. Keberadaan laut juga menimbulkan adanya kegiatan pelayaran dan perdagangan yang memungkinkan masyarakat memiliki mobilitas tinggi dan berpindah dari tempat satu ke tempat lain. Sehingga sangat memungkinkan adanya pertemuan antara penduduk asli dan pendatang. Eklektik Bahari digunakan untuk mewakili gambaran tentang tempat wisata yang berada pada kawasan pesisir yang dapat menggambarkan citra obyek sebagai tempat wisata yang memberikan tempat wisata alam dengan berbagai keanekaragaman budaya bahari. Eklektik Bahari mempunyai potensi dalam pembangunan dengan penggabungan (kombinasi) dengan berbagai aspek, ide, unsur dan teori kebaharian. Eklektik Bahari mempunyai potensi dalam pembangunan dengan penggabungan (kombinasi) dari berbagai aspek, ide, dan teori kebaharian. Ini dipilih, salah satunya guna untuk melestarikan culture (budaya) kawasan setempat.



7



2)



Jurnal, Kawasan Wisata Kuliner Kuala Jengki di Manado (Penerapan Konsep Place) (Elisabet S.Pua, Dwight M. Rondonuwu, Windy Mononimbar, 2014) Teori Place memahami kota lebih kepada makna dari ruang kota tersebut.



Yang dimaksud makna adalah nilai atau value yang berakar dari budaya setempat. Jadi, untuk menggali suatu makna, diperlukan pemahaman dari berbagai segi, bisa itu historis kota, jenis aktifitas, letak terhadap kota, dan lain-lain. Place bukan sekedar space/ ruang, ruang akan menjadi place jika ditandai dengan adanya makna didalamnya. Beberapa pakar perkotaan menandai place sebagai identitas suatu kota. Teori ini dapat dipakai untuk memahami identitas kota, karena teori ini menandai ruang kota karena adanya makna yang menyertainya, dimana makna tersebut unik dan berbeda satu sama lain karena berakar dari budaya setempat. Menurut para ahli apa yang dimaksud dengan kata place, dan apa perbedaan antara place dan space? Christian Norberg-Schulz memberi difinisi umum bahwa sebuah place adalah sebuah space yang memiliki suatu ciri khas tersendiri. Lebih lanjut secara arsitektural Roger Trancik merumuskan secara lebih spesifik sebuah space akan ada kalau dibatasi sebagai sebuah void dan sebuah space menjadi sebuah place kalau mempunyai arti dari lingkungan yang berasal dari budaya daerahnya. Artinya, sebuah place dibentuk sebagai sebuah space jika memiliki ciri khas dan suasana tertentu yang berarti bagi lingkungannya. Suasana itu tampak dari benda yang konkret (bahan, rupa, tekstur, warna) maupun benda yang abstrak, yaitu asosiasi kultural dan regional yang dilakukan oleh manusia di tempatnya. 3)



Jurnal, Fasilitas Pengolahan dan Wisata Kuliner Cokelat di Surabaya (Remona Kartika dan Christine Wonoseputro, S.T., MASD, 2014) Untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa fasilitas ini



merupakan fasilitas pengolahan dan wisata kuliner coklat di Surabaya, maka fasilitas ini menggunakan pendekatan arsitektur simbolik. Dimana fasilitas ini



8



juga ingin mengekspresikan proses pengolahan coklat sehingga dapat menarik minat pengunjung sebagai tempat wisata. Fasilitas pengolahan dan wisata kuliner coklat di Surabaya ini dirancang untuk mengembangkan cara pengolahan dan mutu coklat, serta memperkenalkan manfaat coklat kepada masyarakat. Sehingga mutu coklat yang berada di Indonesia tidak kalah dengan coklat luar negeri. Apalagi potensi pengembangan coklat di Surabaya ini sangat besar. Proyek “Fasilitas Pengolahan dan Wisata Kuliner Coklat di Surabaya“ ini dirancang dengan menggunakan pendekatan arsitektur simbolik dengan tujuan agar dapat memberi informasi kepada masyarakat melalui wajah bangunan fasilitas tersebut, sehingga bangunan dapat menjadi tempat wisata yang mengekspresikan karakteristik proses pengolahan coklat. Selain itu, fasilitas ini dibentuk dengan tujuan untuk mengenalkan manfaat dan cara pengolahan coklat yang baik kepada masyarakat untuk dapat mengembangkan salah satu jenis komoditi unggulan yang terdapat di Indonesia. Fasilitas ini dibentuk bagi berbagai kalangan masyarakat dengan tujuan untuk mengembangkan berbagai jenis olahan coklat di Indonesia. Selain itu, fasilitas ini terdapat fungsi ruang yang beraneka ragam, sehingga fasilitas ini dilengkapi oleh pendalaman karakter ruang yang berbeda – beda tergantung fungsi ruang yang terdapat pada fasilitas ini. 4)



Tugas Akhir Universitas Islam Indonesia, Pusat Wisata Kuliner dan Souvenir Khas Melayu di Kawasan Wisata Sejarah Kota Pekanbaru dengan Penerapan Konsep Arsitektur Melayu (Indryami Rahima, 2016) Perancangan bentuk bangunan dibuat mengikuti konsep yang diterapkan



yaitu arsitektur melayu, dimana perancangan bentukan denah bangunan mengambil dari salah satu bentuk denah bangunan melayu, serta penerapan pada fasad bangunan juga menerapkan dari arsitektur melayu dimana fasad bangunan digunakan sebagai bukaan atau jendela yang di tempatkan di sepanjang dinding bangunan. Rancangan selubung bangunan lebih disesuaikan dengan kosnsep



9



penerapan arsitektur melayu serta analisis mengenai konsep tersebut. Komposisi utama dari bentukan fasad ini ada bukaan atau jendela, dimana jendela merupakan salah satu bagian penting yang harus terdapat pada bangunan dimana jendela diletakan berulang disepanjang dinding bangunan. 5)



Jurnal, Mengembangkan Kawasan Pesisir Kota Semarang Sebagai Ruang Publik (Muhammad Agung Ridlo dan Eppy Yuliani, 2017)



Dalam rangka mewujudkan pengembangan kawasan pesisir Kota Semarang sebagai ruang publik, maka pemerintahan kota sesuai dengan kewenangannya perlu melakukan penataan ruang dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya alam dan peningkatan fungsi-fungsi sumberdaya alam serta kelestarian lingkungan. Pertama, dalam hal pengaturan pemanfaatan ruang kawasan pesisir untuk berbagai aktifitas hendaknya sesuai kaidah kaidah penataan ruang yang dikaji dalam rencana tata ruang wilayah. Kedua, melakukan pembinaan terhadap stakeholder (pelaku pembangunan) agar sadar lingkungan. Ketiga, dalam pelaksanaan kegiatan diharap tetap mempertahankan fungsi lindung kawasan sesuai dengan peraturan. Keempat, pengendalian pemanfaatan ruang diperlukan sebagai upaya untuk menghindari kemungkinan terjadinya permasalahan (konflik) pemanfaatan ruang antara kawasan lindung dengan kawasan budidaya. Dengan kata lain bahwa dalam pemanfaatan ruang hendaknya tidak mengubah bentang alam dan ekosistem alami di kawasan pesisir baik di daratan maupun di perairan. Kelima, melakukan pengawasan dan pencegahan berkembangnya berbagai usaha dan kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan, baik di daratan maupun di perairan.



10