Seminar Inc Inersia Uteri 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SEMINAR ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE PADA NY “M” DENGAN INERSIA UTERI DI RSIA SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR 24 SEPTEMBER TAHUN 2021



DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1. Anggriani A. Dunggio (19.005) 2. Asmarani Putri Suleman (19. 006) 3. Cindy Aditya Juniarti Ngadi (19.008) 4. Defika Indriyani Potale (19.009) 5. Fitra Poluli (19.012) 6. Isnawati Sahi (19.014) 7. Rahayu Eka Putri Rahman (19.020) 8. Sri Nadiawati Djia (19.028) 9. VinaValerina G. Unusa (19.031)



AKADEMI KEBIDANAN YAPMA MAKASSAR TAHUN AJARAN 2019/2020



KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah,sumber segala hikmah dan ilmu pengetahuan atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kasus seminar ini dapat terselesaikan, walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana,shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi muhammad SAW dan keluarga dan para sahabatnya. Kasus seminar ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dengan judul managemen”AsuhanKebidananIntranatal Care Pada Ny”M”Dengan Inersia Uteri Primer Di Rsia Sitti Khadijah 1 Makassar”. Penulis sangat menyadari dengan segala keterbatasan,kelemahan serta kekurangan yang ada dalam diri penulis menyebabkan kasus seminar ini banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan kasus seminar ini. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pembimbing lahan dan pembimbing institusi yang telah bermurah hati dan penuh kesabaran meluangkan waktu,memberi petunjuk,saran,serta bimbingan yang tiada henti-hentinya hingga selesainya penyusunan kasus seminar ini.penulis merasa beruntung mendapat bimbingan dari ibu sekalian. Jazakillah khair. MAKASSAR, 24 SEPTEMBER 2021



PENULIS



DAFTAR ISI Kata Pengantar………………………………………………………………..Ii BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… A.



Latar Belakang…………………………………………………………..



B.



Ruang lingkup………………………………………………………….



C.



Tujuan Penulisan………………………………………………………..



D.



Manfaat Penulisan………………………………………………………..



E.



Sistematika Penulisan ……………………………………………………



BAB II TINJAUAN TEORI……………………………………………………. A. Tinjauan umum fisiologi kehamilan…………………………………… 1. Definisi persalinan ……………………………………………………… 2. Jenis – jenis persalinan …………………………………………… 3. Sebab – sebab persalinan ………………………………………… 4. Tahapan dalam persalinan ………………………………………… 5. Mekanisme persalinan ……………………………………………… 6. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan …………………… B. Tinjuan teori persalinan dengan inersia uteri ………………………… 1. Definisi persalinan inersia uteri …………………………………. 2. Macam – macam inersia uteri …………………………………… 3. Etiologi inersia uteri ………………………………………………



4. Komplikasi inersia uteri ………………………………………… 5. Penanganan inersia uteri ………………………………………. C. Manajemen asuhan kebidanan dengan persalinan inersia uteri …… 1. Pengertian manajemen asuhan kebidanan……………………………… 2. Langkah – langkah dalam manajemen kebidanan……………………… 3. Pendokumentasian asuhan kebidanan…………………………………… BAB III TINJAUAN KASUS……………………………………………………51 A. Asuhan Kebidanan ……………………………………………………….51 B. Pendokumentasian ………………………………………………………..69 BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………………74 BAB V PENUTUP………………………………………………………………….76 A. Kesimpulan………………………………………………………………….76 B. Saran………………………………………………………………………….76 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang Diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran Bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan Ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Kurniarum, 2016). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Persalinan lama, disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal/sulit.Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3 golongan yaitu: kelainan tenaga (kelainan his), kelainan janin, dan kelainan jalan lahir (Prawirohardjo, 2017:562) Gangguan mengejan atau distosia his adalah tenaga kontraksi yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan. Jenis-jenis hambatan pada kontraksi: 1. Kontraksi terlalu sering, sehingga tidak efektif. Misalnya, pada pembukaan awal seharusnya kontraksi hanya 2-3 kali saja, tetapi ternyata 6 kali. 2. Kontraksi tidak teratur (inersia), tidak sesuai dengan fase, berubah-ubah, tidak ada koordinasi atau sinkronisasi antara kontraksi dengan bagian tubuh lain.



Misalnya, di bagian atas tubuh terjadi kontraksi, tapi bagian tengah tidak, sehingga menyebabkan persalinan tidak mengalami kemajuan. Biasanya karena ibu kurang gizi, anemia atau penyakit berat lainnya (hepatitis berat, TBC), dan ada kelainan pada rahim seperti miom. Pada tahun 2016 angka kejadian distosia 4 persalinan yang disebabkan oleh inersia uteri mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Dari sisi obstetric ada empat penyebab utama kematian ibu, janin, bayi baru lahir ialah perdarahan, infeksi dan sepsis, hipertensi dan preeklamsia/eklamsia, serta persalinan macet (distosia). Persalinan macet hanya dapat terjadi pada saat persalinan berlangsung.Penyebab dari persalinan lama dapat dibagi dalam 3 golongan yaitu: kelainan tenaga (kelainan his), kelainan janin, dan kelainan jalan lahir (Prawirohardjo, 2014:391). Banyaknya kerugian yang ditimbulkan oleh persalinan inersia uteri maka bidan perlu mengetahui manajemen penatalaksanaan persalinan inersia uteri sebagai salah satu menurungkan angka mortalitas dan morbilitas pada ibu B. Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang diatas, adapun ruang lingkup dalam penulisan karya tulis ini adalah asuhan kebidanan Intranatal care pada Ny “M” dengan inersia uteri di RSIA SITTI KHADIJAH 1 Makassar tahun 2O21 C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum



Diperoleh informasi atau gambaran sekaligus pengalaman nyata tentang proses Asuhan Kebidanan pada Ny “M“ dengan Inersia Uteri primer di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar 24 september 2021 2. Tujuan Khusus a. Langkah I. Identifikasi Data Dasar Dapat melaksanakan pengkajian dana analisa pada data pada Ny “M” dengan Inersia Uteri Primer b. Langkah II: Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual Menginterpretasikan data dasar secara spesifik ke dalam suatu rumusan diagnose dan masalah. c. Langkah III. Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial Pada tahap ini, mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi atau yang akan di alami oleh klien, bila tidak mendapat penanganan yang adekuat, yang di lakukan melalui pengamatan cermat, observasi secara akurat dan persiapan, untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi. d. Langkah IV : Tindakan Segera dan Kolaborasi Menentukan intervensi harus langsung segra dilakukan oleh bidan maupun dokter kebidanan, hal ini terjadi pada penderita dengan kegawat daruratan. Kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang lebih ahli sesuai dengan keadaan klien. e. Langkah V : Perencanaan Tindakan f. Langkah VI : Tindakan asuhan g. Langkah VII: Evaluasi



D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Praktik Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman yang sangat berharga dalam penerapan Asuhan KebidananIntranatal pada Ny “M“ denganInersia Uteri Primer di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar 24 september 2021 2. Manfaat Ilmiah Sebagai bahan masukan/informasi bagi petugas kesehatan khususnya tenaga bidan di RSIA SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR dan AKADEMI KEBIDANAN MAKASSAR dalam penerapan proses asuhan kebidanan khususnya yang berkaitan dengan Inersia Uteri Primer 3. Manfaat Bagi Penulis Merupakan sarana pengembangan ide dan pemikiran penulis dalam mengembangkan potensi pribadi dalam profesi kebidanan serta untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam proses asuhan kebidanan dengan kasus Inersia Uteri Primer E. Sistematika penulisan Pada bab I yaitu pendahuluan, akan menguraikan tentang latar belakang masalah, manfaat penulisan,dan sistematika penulisan. Pada bab II terdiri dari tinjauan teori, akan menguraikan tinjauan umum tentang persalinan, tinjauan khusus tentang inersia uteri, proses manajemen dan asuhan kebidanan, serta pendokumentasian asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP.



Pada bab III yaitu pada kasus, akan menguraikan tentang 7 langkah Varney yaitu identifikasi data dasar, identifikasi diagnosa, atau masalah aktual, identifikasi diagnosa atau masalah potensial, tindakan segera atau kolaborasi, rencana tindakan atau intervensi, implementasi dan evaluasi, serta melakukan pendokumentasian (SOAP). Pada bab IV yaitu pembahasan, akan membahas tentang perbandingan kesenjangan antara teori dan asuhan kebidanan serta praktek yang dilaksanakan di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar dalam memberikan asuhan kebidanan intranatal dengan persalinan inersia uteri Pada bab V yaitu penutup, akan memberikan kesimpulan dan saran dari asuhan yang telah dilakukan, semua temuan serta pengetahuan yang didapatkan dari hasil asuhan. Dan selanjutnya, datar pustaka bagian ini memuat datar literatur ilmiah yang telah dijadikan rujukan dalam penulisan



BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan teori fisiologi persalinan 1. Definisi persalinan Menurut Depkes RI (2008) persalinan adalah proses dimana bayi,plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu persalinan dianggapnormal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan adalah proses membuka dan menutupnya serviks danjanin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janindan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahirannormal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilancukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakangkepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibumaupun janin (Saifudin, 2010). Persalinan adalah proses pengeluaran janin pada kehamilan cukup bulan yaitu sekitar 37-42 minggu dan lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18-24 jam tanpa komplikasi. Persalinan adalah perlakuan oleh rahim ketika bayi akan dikeluarkan. Bahwa selama persalinan, rahim akan berkontraksi dan mendorong bayi sampai ke leher rahim. Sehingga dorongan ini menyebabkan leher rahim mencapai pembukaan lengkap, kontraksi



dan dorongan ibu akan menggerakan bayi ke bawah (Nurasih, Nurkholifah, 2017) Persalinan normal ditandai oleh adanya aktifitas miometrium yang paling lama dan besar kemudian melemah kearah serviks. Dimana fundus mengalami perubahan organ yang lunak selama kehamilan menjadi berkontraksi sehingga dapat mendorong janin keluar melalui jalan lahir (Cunningham, 2014) 2. Jenis – jenis persalinan Dua jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan dan menurut usia kehamilan: a. Berdasarkan bentuk persalinan 1) Persalinan spontan adalah proses persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, jenis persalinan dimana bayi lahir melalui vagina, tanpa memakai alat bantu, tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), dan biasanya dalam waktu kurang dari 24 jam. Kekuatan mengejan ibu, akan mendorong janin kebawah masuk ke rongga panggul. Saat kepala janin memasuki ruang panggul, maka posisi kepala sedikit menekuk menyebabkan dagu dekat dengan dada janin. Posisi janin ini akan memudahkan kepala lolos melalui jalan lahir, yang diikuti dengan beberapa gerakan proses persalinan selanjutnya. Setelah kepala janin keluar, bagian tubuh yang lain akan mengikuti, mulai dari bahu, badan, dan kedua kaki. 2) Persalinan buatan adalah proses persalinan dengan bantuan tenaga luar.



Alat bantu vakum adalah dengan meletakan alat di kepala janin dan dimungkinkan untuk dilakukan penarikan, tentu dengan sangat hati-hati. Persalinan ini juga disarankan untuk ibu hamil yang mengalami hipertensi. Persalinan vakum bisa dilakukan apabila panggul ibu cukup lebar, ukuran janin tidak terlalu besar, pembukaan sudah sempurna, dan kepala janin sudah masuk ke dalam dasar panggul. Persalinan forsep adalah persalinan yang menggunakan alat bangu yang terbuat dari logam dengan bentuk mirip sendok. Persalinan ini bisa dilakukan pada ibu yang tidak bisa mengejan karena keracunan kehamilan, asma, penyakit jantung atau ibu hamil mengalami darah tinggi. Memang persalinan ini lebih berisiko apabila dibandingkan persalinan dengan bantuan vakum. Namun bisa menjadi alternatif apabila persalinan vakum tidak bisa dilakukan, dan anda tidak ingin melakukan persalinan Caesar. Persalinan sectio caesarea adalah jenis persalinan yang menjadi solusi akhir, apabila proses persalinan normal dan penggunaan alat bantu sudah tidak lagi bisa dilakukan untuk mengeluarkan janin dari dalam kandungan. Persalinan ini adalah dengan cara mengeluarkan janin



dengan



cara



merobek



perut



dan



rahim,



sehingga



memungkinkan dilakukan pengambilan janin dari robekan tersebut.



3) Persalinan Anjuran adalah persalinan yang bila kekuatan yang diperlukan unruk bersalin ditimbulkan dari luar dengan jalannya rangsangan (E Purwati · 2018,: 3-4). b. Jenis persalinan menurut usia kehamilan 1) Abortus Pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500gram. 2) Partus immature Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 20 minggu sampai 28 minggu atau berat janin antara 500 gram dan kurang dari 1000 gram. 3) Partus premature Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 28 minggu dan 2500 gram. 5) Partus post term atau post matur Pengeluaran buah kehamilan lebih dari 42 minggu (Sari, Rimandini, 2014: 5 6) 3. Sebab sebab persalinan a. Penurunan Hormon Satu sampai dua terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron. Penurunan progesteron mempengaruhi relaksasi otot-otot Rahim, Sedangkan penurunan estrogen mempengaruhi kerentanan otot-otot Rahim. Pada saat kehamilan terjadi keseimbangan antara kedua hormon tersebut dan pada akhir kehamilan terjadi penrunan hormon. b. Distensi Rahim Rahim yang membesar dan meregang akan menyebabkan iskemik otot rahim sehingga timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.



c. Iritasi Mekanik Di belakang servik terdapat ganglion servikalis, ketika ganglion tersebut mengalami penekanan pada kepala janin dan mengakibatkan kontraksi pada Rahim. d. Plasenta Menjadi Tua Akibat tuanya placenta mengakibatkan turunnya kadar progesteron yang mengakibatkan ketegangan pada pembuluh darah dan menyebabkan kontraksi pada Rahim. e. Prostaglandin Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi sebab permulaan persalinan karena menyebabkan kontraksi pada myometrium pada setiap umur kehamilan. f. Oxytosin Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot Rahim (kuswanti dan melina, 2014:3-4). 4. Tahapan dalam persalinan a. Kala I (kala pembukaan) Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Dapat dinyatakan artus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lender yang bersemu darah disertai dengan pendataran (effacement). Lender bersemu darah berasal dari lender kanalis servikalis karena seviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis (kanalis servikalis pecah karena pergesekan-pergesekan ketika serviks membuka). Proses pembukaan serviks dibagi dalam 2 macam: 1)



Fase Laten Berlangsung selama 7-8 jam. Pembukaan terjadi



sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.



2)



Fase Aktif Fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3



macam yaitu: a) Fase akselarasi Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. b) Fase



dilatasi



maksimal



Dalam



waktu



2



jam



pembukaan



berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. c) Fase deselarasi Pembukaan menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, namun fase laten, fase aktif terjadi lebih pendek. Mekanisme



membukanya



serviks



berbeda



antara



primigravida



dan



multigravida. Pada primigravida Ostium Uteri Interna (OUI) akan membuka terlebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian Ostium Uteri Eksterna (OUE) membuka. Pada multigravida OUI sudah sedikit membuka, OUI dan OUE serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri



telah



lengkap.



Pada



primigravida



kala



I



berlangsung kira-kira 13 jam dan pada muligravida kirakira 7 jam (Kuswanti, Melina, 2014:5) b. Kala II (kala pengeluran)



Kala ini dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya janin. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Pada fase ini dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang dapat menimbulkan rasa mengedan. Wanita juga mersakan tekanan pada rectum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi maka kepala janin tidak masuk lagi di luar his, dan dengan his dan kekuatan mengejan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung ratarata 1,5 jam dan pada multigravida rata-rata 0,5 jam (Kuswanti, Melina, 2014:7). c. Kala III (kala uri) Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat.



Beberapa



menit,



kemudian



uterus



berkontraksi



lagi



untuk



melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plesenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah, kira-kira 100-200 cc (Kuswanti, Melina, 2014:8). d. Kala IV(kala pengawasan)



selama 1-2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengawasi keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. Pada primigravida, lama kala I yaitu 13 jam, kala II 1 jam, kala III ½ jam, dan lama persalinan 14 ½ jam. Pada multigravida, lama kala I yaitu 7 jam, kala II ½ jam, kala III ¼ jam, dan lama persalinan 7 ¾ jam (Kuswanti, Melina, 2014:8). 5. Mekanisme persalinan Selama persalinan, kontraksi uterus dimulai terutama di puncak fundus uterikemudian menyebar ke seluruh korpus uteri. Setiap kontraksi uterus cenderungmendorong bayi ke arah serviks karena kontraksi intensitasnya kuat pada puncakdan korpus uteri, namun lemah di segmen bawah uterus kearah serviks. Saat awalpersalinan, kontraksi hanya terjadi sekali tiap 30 menit. Seiring majunya persalinankontraksi timbul sekali setiap 1 sampai 3 menit dan intensitasnya terus meningkatdengan periode relaksasi yang singkat diantara kontraksi. Gabungan kontraksiantara uterus dan otot-otot abdomen selama persalinan menyebabkan tekanankebawah sekitar 25 pon pada setiap kontraksi. Lebih dari 95 persen persalinan,bagian pertama yang dikeluarkan dari bayi adalah kepala. Kemudian bagian besarsisanya yang dikeluarkan pertama kali adalah bokong. Jika yang keluar pertamabagian bokong maka dinamakan sungsang. Dimana kepala bertindak sebagai bajiuntuk membuka jalan lahir ketika janin didorong ke bawah. Serviks uteri menjadihambatan utama ketika pengeluaran janin, namun menjelang akhir kehamilan serviks menjadi lunak sehingga memungkinkan terjadi peregangan saat uterusmengalami kontraksi (Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014).



Dalam mekanisme persalinan normal terjadi gerakan-gerakan penting dari janin, yaitu penurunan, fleksi, putaran paksi dalam (rotasi internal), ekstensi, putaran paksi luar (rotasi eksternal), dan ekspulsi. a. Penurunan Para primipara kepala janin turun dalam rongga panggul, masuk ke PAP pada akhir minggu 36 kehamilan sedangkan pada multipara terjadi saat mulainya persalinan. Masuknya kepala janin melintasi PAP dapat dalam keadaan sinklitismus atau asinklitismus, dalam juga dalam keadaan melintang atau serong, dengan fleksi ringan (dengan diameter kepala janin oksitofrontalis 11,75 cm) atau fleksi sedang (dengan diameter kepala janin terjadi selama suboksipitofrontalis 11,25 cm). Penurunan kepala janin terjadi selama persalinan karena daya dorong dari kontraksi dan posisi serta peneranan (selama kala II) oleh ibu. Fiksasi (engagement) ialah tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah masuk panggul ibu (Lailiyana dkk, 2012:50). Sinklitismus adalah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang PAP (sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir atau PAP). Asinklitismus adalah bila arah sumbu kepala janin miring dengan bidang PAP (sutura sagitalis mrndekati promontorium atau simpisis pubis). Asinklitismus anterior yaitu bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah daripada os parietal belakang. Asinklitismus posterior yaitu bila sutura sagitalis mendekati simfisis pubis



sehingga os parietal belakang lebih rendah daripada os parietal depan (Lailiyana dkk, 2012:50). b. Fleksi Semakin turun ke rongga panggul, kepala janin semakin fleksi, sehingga mencapai fleksi maksimal (biasanya di hodge III) dengan ukuran diameter kepala janin yang terkecil, yaitu diameter suboksipitobregmatika (9,5 cm). Menurut Hokum Koppel, fleksi kepala janin terjadi akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atatu tidak simetris, dengan sumbu lebih mendekati sub oksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan bahwa kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul. Fleksi sangat penting dalam penurunan selama kala II. Melalui fleksi ini, diameter dari kepala janin dapat masuk ke dalam panggul dan terus menuju ke dasar panggul. Pada saat kepala berada di dasar panggul tahanannya akan meningkat sehingga akan terjadi fleksi yang beryambah besar yang sangat di perlukan agar diameter terkecil dapat terus turun (Lailiyana dkk, 2012:51). c. Putaran Paksi Dalam Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke arah depan. Akibat kombinasi elestasitas diafragma pelvis dan tekanan intra-uterin yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi atau putaran paksi dalam, yaitu UUK memutar ke arah depan (UUK berada dibawah simfisis) (Lailiyana dkk, 2012:51). d. Ekstensi



Sesudah kepala janin berada di dasar panggul dan UUK berada di bawah



simfisis



sebagai



hipomoklion,



kepala



mengadakan



gerakan



defleksi/ekstensi untuk dapat dilahirkan, maka lahirlah berturut-turut UUB, dahi, muka dan akhirnya dagu (Lailiyana dkk, 2012:51). e. Putaran Paksi Luar Setelah kepala janin lahir, kepala segera mengadakan rotasi (putaran paksi luar), yaitu gerakan kembali sebelum puritan paksi dalam terjadi untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak (Lailiyana dkk, 2012:51). f. Ekspulsi Setelah kepala lahir, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Selanjutnya bahu depan dilahirkan terlebih dahulu baru kemudian bahu belakang. Menyusul trochanter depan terlebih dahulu, kemudian trochanter bekalang. Maka lahirlah bayi seluruhnya (ekspulsi) (Lailiyana dkk, 2012:51) 6. Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan Ada beberapa factor yang mempengaruhi persalinan : a. Tenaga yang mendorong janin (power) Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. (Indrayani, 2013: 62). His adalah kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin kebawah. Pada persentase kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan dan mulai masuk kedalam rongga panggul (Prawirohardjo, 2014: 311).



Sedangkan tenaga meneran adalah power yang mendorong janin keluar, uterus berkontraksi karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat: kontrak si simetris, 17 fundus dominan, relaksasi, involunter (terjadi diuar kehendak), intermitten (terjadi secara berkala), terasa sakit, terkordinasi, kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis. b. Jalan lahir (passage way) Jalan lahir dalam persalinan keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan. Segmen atas memegang peran yang aktif karena kontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya segmen bawah rahim memegang peran dan makin tipis dengan majunya persalinan karena peregangan. Jalan lahir terdiri dari pelvis dan jaringan lunak serviks, dasar panggul, vagina dan introitus (bagian luar/lubang vagina). (Indrayani, 2013: 62). c. Janin (passenger) Janin atau passenger bergerak sepanjang jalan lahir akibat interaksi beberapa faktor, diantaranya ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin karena plasenta dan air ketuban yang harus melewati jalan lahir, maka dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin, namun placenta dan air ketuban jarang menghambat persalinan pada kehamilan normal (Indrayani, 2013: 84-86) d. Psikologi



Ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan, his menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar, perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama penyebab rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama (Indrayani, 2013: 91). 18 e. Posisi (position) Posisi ibu mempengaruhi jalannya persalinan, mengubah posisi mampu membuat rasa letih hilang dan melancarkan sirkulasi darah (Indrayani,2016:91) 7. Persiapan persalinan dan Kelahiran di masa pandemi COVID-19 Persiapan melahirkan di tengah pandemic covid-19,ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : a. Perlindungan diri Mendekati waktu melahirkan, jadwal pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan atau bidan juga menjadi lebih sering. Artinya, ibu hamil jadi



lebih sering



keluar rumah, untuk mengurangi risiko tertular virus



Corona, penting sekali bagi ibu hamil untuk melakukan tindakan pencegahan, di antaranya dengan: 1) Mencuci tangan sesering mungkin menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer yang kadar alkoholnya minimal 60% 2) Tidak keluar rumah dulu, kecuali bila ada keperluan mendesak, dan tidak bepergian ke tempat yang ramai 3) Melakukan physical distancing, yaitu menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain, saat berada di luar rumah



4) Menggunakan masker kain bila hendak keluar rumah 5) Menghindari kontak dengan orang sakit 6) Tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut jika belum mencuci tangan 7) Menerapkan etika batuk dan bersih Selain itu, jaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara rutin, dan tidur yang cukup. Minumlah suplemen kehamilan sesuai anjuran dokter dan jangan lupa periksakan kehamilan ke dokter sesuai jadwal yang ditentukan b. Pilihan tempat melahirkan Pilihan tempat melahirkan, baik itu di rumah, klinik, atau rumah sakit, juga perlu ibu hamil pikirkan baik-baik dengan mempertimbangkan risiko dan manfaatnya. Diskusikanlah dulu hal ini dengan dokter. Bila ibu hamil ingin melahirkan di klinik atau di rumah, pastikan ada ambulans atau kendaraan yang dapat menjangkau tempat bersalin.



Hal ini untuk



berjaga-jaga bila harus segera dirujuk ke rumah sakit. Jika ibu hamil menderita COVID-19 atau mungkin memiliki gangguan kesehatan tertentu, sebaiknya jangan melahirkan di rumah. Akan lebih aman bila melahirkan di rumah sakit agar kondisi dapat diawasi secara ketat dan bayi dapat dilindungi semaksimal mungkin selama proses persalinan maupun setelahnya. Untuk melahirkan di rumah sakit, tentukanlah dulu rumah sakit mana yang akan menjadi tempat melahirkan



sejak jauh-jauh hari. Ibu hamil juga harus kontrol ke dokter kandungan untuk mengetahui waktu perkiraan persalinan. Selama proses persalinan di rumah sakit, baik dengan operasi caesar maupun normal, ibu boleh ditemani. Namun, pendamping sebisa mungkin dibatasi hanya satu orang. Meski begitu, jika pendamping memiliki gejala COVID-19 atau sedang tidak sehat, ia tidak diizinkan masuk ke ruang bersalin. Hal ini dilakukan agar ibu hamil, bayi, dan dokter atau bidan yang membantu persalinantidak tertular virus Corona. c. Penangganan khusus bagi ibu hamil yang mengalami gejala covid -19 Bila ibu hamil merasakan gejala-gejala COVID-19, seperti demam, batuk, dan sesak napas, segera lakukan isolasi mandiri. Ibu hamil dengan COVID-19 tetap bisa bebas memilih metode melahirkan yang akan dijalaninya, namun harus dirujuk ke rumah sakit rujukan COVID-19 terdekat untuk menjalani isolasi dan diberikan penanganan khusus, baik itu menjelang persalinan, saat proses persalinan, maupun setelah bayinya lahir. Selama masa isolasi, ibu hamil dengan COVID-19 akan tetap mendapatkan perawatan dan pengawasan kehamilan, fasilitas melahirkan yang memadai, serta dukungan moril. Selain itu, bayi yang dilahirkan juga akan tetap mendapatkan ASI serta perawatan dan pengawasan. Persiapan melahirkan di tengah pandemi COVID-19 memang bisa membuat ibu hamil jadi bingung dan stres. B. Tinjauan teori persalinan dengan inersia uteri 1. Definisi inersia uteri



Inersia uteri adalah his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada pendrita keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta para penderita dengan keadaan emosi yang kurang baik. Inersia uteri merupakan his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat, dan lebih jarang dibandingkan dengan his yang normal. Inersia uteri terjadi karena perpanjangan fase laten dan fase aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan. Pemanjangan fase laten dapat disebabkan oleh serviks yang belum matang atau karena penggunaan analgetik yang terlalu dini. (Fauziyah, 2014:102). Inersia uteri merupakan kontraksi uterus tidak cukup kuat atau tidak terkoordinasi secara tepat selama kala satu persalinan untuk menyebabkan pembukaan dan penipisan serviks. Selama kala dua, kombinasi mengejan volunteer dengan kontraksi uterus tidak cukup untuk menyebabkan penurunan dan ekspulsi (pengeluaran) janin (Reeder, dkk, 2014:393). 2. Macam macam inersia uteri a. Inersia Uteri Hipotonik adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/ tidak adekuatuntuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar.Disii



keukatan



his



lemah



dan



frekuensinya



jarang.



Sering



dijumpaipada penderita dengan kurang baik seperti anemia, uterus yangterlalu teregang, misalnya: akibat hidramnion atau kehamilankembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, sertapada pederita



dengan keadaan emosi kurang baik, menurut Dr. Amru Sofian, 2013:216 inersia uteri dibagi dalam 2 bagian yaitu: 1) Inersia uteri primer adalah kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan. Hal ini harus dibedakan dengan his pendahuluan yang juga lemah dan kadang-kadang menjadi hilang (false labour) 2) Inersia uteri sekunder adalah kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama. b. Inersia Uteri Hipertonik adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampaimelebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagianatas, tengah dan bawah uterus sehingga tidak efisien untukmembuka serviks dan mendorong bayi keluar. Menurut Yulia Fauziyah, 2014:102 inersia uteri dibagi menjadi 2 yaitu: a. Inersia uteri hipertonis, yaitu kontraksi uterin tidak terkoordinasi, misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas. Inersia uteri ini sifatnya hipertonis, sering disebut sebagai inersia spastis. Pasien biasanya sangat kesakitan. Inersia uteri hipertonis terjadi dalam fase laten. Oleh karena itu dinamakan juga sebagai inersia primer. b. Inersia uteri hipotonis, yaitu kontraksi terkoordinasi tetapi lemah. Melalui deteksi dengan menggunakan cardio Tocography (CTG), terlihat tekanan yang kurang dari 15 mmHg. Dengan palpasi, his jarang dan pada puncak kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan ke dalam. His disebut naik bila tekanan intrauterine mencapai 50-60 mmHg. Biasanya terjadi dalam fase aktif atau kala II. Oleh karena itu, dinamakan juga kelemahan his sekunder.



3. Etiologi inersia uteri Menurut Reeder, Martin, Griffin tahun 2014:395 penyebab terjadinya inersia uteri yaitu: a. Distensi berlebihan pada uterus, disebabkan oleh janin yang besar, kehamilan kembar, atau polihidroamnion b. Kekakuan serviks yang dihubungkan dengan fibrosis serviks dan nulipara yang berusia lanjut c. Klien yang sangat gemuk (berhubungan dengan persalinan yang lebih lambat dan lebih tidak konsisten) d. Usia maternal yang lanjut (pengerasan taut jaringan ikat antara komponan tulang panggul yang dihubungkan dengan memanjangnya kala dua persalinan) e. Pemberian analgesik yang berlebihan Menurut dr. Taufan Nugroho, 2012:168 penyebab inersia uteri yaitu: a. Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida khususnya primigravida tua b. Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida c. faktor herediter d. Faktor emosi dan ketakutan e. Salah pimpinan persalinan f. Bagian terbawah jani tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus, seperti pada kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalipelvik g. Kelainan uterus seperti uterus bikornis unikolis



h. Salah pemberian obat-obatan, oksitosin dan obat penenang. i. Peregangan



Rahim



yang



berlebihan



pada



kehamilan



ganda



atau



hidramnion j. Kehamilan postmatur. Faktor penyebab inersia uteri diantaranya: a. Faktor umum seperti umur, paritas, anemia, ketidaktepatan penggunaan analgetik, pengaruh hormonal karena kekurangan prostaglandin atau oksitosin, perasaan tegang dan emosional, b. Faktor lokal seperti overdistensi uterus, hidramnion, malpresentasi, malposisi, dan disproporsi cephalopelvik, mioma uteri (Sastrawinata, 2015:45) 4. Komplikasi inersia uteri Inersia uteri yang tidak diatasi dapat memanjakan wanita terhadap bahaya kelelahan, dehidrasi, dan infeksi intrapartum. Tanda-tanda terjadinya gawat janin tidak tampak sampai terjadinya infeksi selama intrapartum. Walaupun terapi infeksi intrauterin dengan antibiotik memberikan proteksi terhadap wanita, tetapi manfaatnya kecil dalam melindungi janin. Lain halnya dengan inersia uteri sekunder, gawat janin cenderung muncul pada awal persalinan ketika terjadi inersia uteri sekunder. Tonus otot yang meningkat dengan konstan merupakan predisposisi terjadinya hipoksia pada janin. Kadang kala, pecahnya selaput ketuban dalam waktu lama dapat menyertai kondisi ini dan dapat menyebabkan infeksi intrapartum (Reeder, dkk, 2014:396) Inersia uteri dapat menyebabkan



persalinan akan berlangsung lama dengan akibat terhadap ibu dan janin yaitu infeksi, kehabisan tenaga, dan dehidrasi (Nugroho, 2012:169) 5. Penangganan inersia uteri Apabila penyebabnya bukan kelainan panggul dan atau kelainan janin yang tidak memungkinkan terjadinya persalinan pervaginam, apabila ketuban positif dilakukan pemecahan ketuban terlebih dahulu. Jika upaya ini tidak berhasil, berikut langkah-langkah penanganan selanjutnya: a. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dekstrosa 5%, dimulai dengan 12 tetes per menit, dinaikkan setiap 30 menit sampai 40-50 tetes per menit. Maksud dari pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat membuka. b. Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus, sebab bila tidak mempekuat his setelah pemberian beberapa lama, hentikan dulu dan ibu dianjurkan untuk istirahat. Keesokan harinya bias diulang pemberian oksitosin drips. c. Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan seksio sesarea. d. Bila semua his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder/hipertonis, pengobatan yang terbaik ialah petidin 50 mg atau tokolitik, seperti ritodine dengan maksud menimbulkan relaksasi dan istirahat, dengan harapan bahwa setelah pasien itu bangun kembali timbul his yang normal. Mengingat bahaya infeksi intrapartum, kadang-kadang dicoba juga



oksitosin, tetapi 23 dalam larutan yang lebih lemah. Namun jika his tidak menjadi lebih baik dilakukan seksio sesarea (Fauziyah, 2014:103). Standar operasional prosedur pada kasus inersia uteri yaitu: a. Nilai keadaan umum ibu, tanda-tanda vital ibu b. Tentukan keadaan janin, pastikan DJJ dalam batas normal. Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah pikirkan kemungkinan terjadi gawat janin. Jika terdapat gawat janin lakukan seksio sesarea. c. Apabila terdapat disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya lakukan seksio sesarea d. Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki kontraksi seperti berjalan-jalan. Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan partograf. e. Apabila tidak ada kemajuan persalinan maka lakukan induksi dengan oksitosin drip 5 IU dalam 500 cc RL dengan tetas 8/menit dan dinaikkan tiap 30 menit maximal 40 tetes. f. Apabila ada kemajuan persalinan, maka evaluasi kemajuan tiap 2 jam. Namun apabila tidak ada maka sebaiknya lakukan seksio sesarea. C. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan menguntungkan, menguraikan perilaku yang diharapkan dan



pemberian asuhan yang berdasarkan teori ilmiah, penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang terfokus pada klien. Proses manajemen kebidanan ini terdiri dari 7 langkah Varney. 7 langkah asuhan kebidanan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. 2. Tahapan Manajemen Kebidanan Mengingat bahwa manjemen kebidanan suatu yang kontinum perlu dilakukan secara sistematis, yang dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Proses ini terdiri dari tujuh langkah yang membentuk suatu kerangka lengkap sebagai berikut: a. Langkah 1 : Identifikasi dan Analisa Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesa, meliputi Tanya jawab untuk memperoleh biodata meliputi riwayat kesehatan, riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data social, ekonomi, dan psikologi serta keadaan klien meliputi HPHT, HTP, pergerakan janinnya, umur kehamilan, sakit perut tembus belakang sejak kapan, ada pelepasan lendir dan darah. Pemeriksaan fisik meliputi: pemeriksaan tanda-tanda vital, keadaan umum klien, dan pemeriksaan fisik dilakukan secara inspeksi, palpasi



meliputi: leopold I (mengetahui TFU dan umur kehamilan), leopold II (mengetahui dimana letak punggung dan bagian terkecil dari janin apakah dikiri atau dikanan perut ibu), leopold III (mengetahui bagian terendah dari janin), leopold IV (mengetahui sejauh mana bagian terendah janin masuk PAP). Menilai kontraksi atau frekuensi his (amplitudo



dikalikan



dengan



frekuensi



his



dalam



10



menit



menggambarkan keaktifan uterus. Amplitudo uterus meningkat terus sampai 60mmHg pada akhir kala I dan frekuensi his menjadi 2-4 kontraksi tiap 10 menit). Auskultasi DJJ dengan menggunakan lenek untuk mendengar denyut jantung janin. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium (Hb, Reduksi), Ultrasonografi (USG). Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah berikutnya. Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang akan menentukan, oleh karena itu proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap yang selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan klien selanjutnya. Pemeriksaan Hb ini bertujuan untuk mengetahui apakah ibu menderita positif anemia atau tidak, sedangkan pemeriksaan reduksi urin ini bertujuan untuk mengetahui apakah ibu kadar gula ibu mengalami peningkatan atau tidak. Pemeriksaan USG ini bertujuan untuk mengetahui dimana posisi plasenta, mengukur jumlah cairan ketuban yang berlebihan atau terlalu sedikit, mengetahui jenis



kelamin, dan lain-lain. Pemeriksaan USG ini dilakukan oleh dokter spesialis kandungan b. Langkah II: Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual Mengidentifikasi diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat terhadap data-data yang telah



dikumpulkan.



Data



dasar



yang



sudah



dikumpulkan



diinterpretasikan sehingga dapat menemukan diagnosis dan masalah yang spesifik. Jika didapatkan persalinan dengan kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar, disini kekuatan his lemah, fundus kontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian lainnya, dan frekuensinya jarang.Kelainan juga terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang. Keadaan umum penderita biasanya baik dan merasakan nyeri yang tidak seberapa. Selama kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang itu tidak terjadi perubahan pada serviks yakni pendataran dan/atau pembukaan, maka dapat didiagnosa sebagai kelainan his atau inersia uteri. Jika kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan maka dapat dikatakan sebagai inersia uteri primer. Hal ini harus dibedakan dengan his pendahuluan yang kadang juga lemah dan kadang-kadang menjadi hilang (false labour), namun jika kelemahan his timbul setelah adanya his yang kuat, teratur, dan dalam waktu yang lama maka dapat dikatakan sebagai inersia uteri sekunder.



c. Langkah III: Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial Pada langkah ini dilakukan identifikasi



diagnosa



atau



masalah



potensial



berdasarkan



hasil



pengkajian dari data subjektif dan data objektif. Pada langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, sangat diharapkan oleh bidan jika masalah potensial benar-benar terjadi dilakukan asuhan yang aman. Pada kasus inersia uteri dapat menyebabkan persalinan berlangsung lama dengan akibat terhadap ibu dan janin yaitu infeksi, kehabisan tenaga, dan dehidrasi. Salah satu penyebab terjadinya infeksi pada ibu yang akan melahirkan adalah pemeriksaan dalam atau pemeriksaan vagina. Kehabisan tenaga dan dehidrasi ditandai dengan nadi dan suhu meningkat, pernapasan cepat. Selama proses persalinan berlangsung upayakan agar ibu untuk tetap makan dan minum agar ibu tidak kehabisan tenaga dan dehidrasi. Penetalaksaan dehidrasi bertujuan untuk mengatasi defisit cairan dan mengembalikan keseimbangan cairan (Leksana, 2015: vol 42(1)). d. Langkah IV: Tindakan Emergency dan Kolaborasi Pada langkah ini, bidan menetapkan



kebutuhan



terhadap



tindakan



segera,



melakukan



konsultasi, kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan berdasarkan kebutuhan klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses terus menerus ini menghasilkan baru yang segera dinilai, data yang



muncul dapat menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus segara bertindak untuk menyelamatkan klien dengan melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan. Untuk kasus inersia uteri terlebih dahulu periksa keadaan serviks, presentasi dan keadaan janin, penerunan bagian terbawah janin dan keadaan panggul. Apabila ada disproporsi sefalovelpik maka lalukan seksio sesarea. Apabila kepala janin sudah masuk ke dalam panggul, penderita bisa disuruh berjalan-jalan. Tindakan sederhana ini kadangkadang menyebabkan his menjadi kuat dan selanjutnya persalinan berjalan lancer. Induksi persalinan adalah intervensi yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah bahaya janin, dan atau maternal yang mungkin terjadi (Ojo, Akintayo, 2013: vol 4(7)). Namun bila tidak ada kemajuan persalinan saat penderita disuruh berjalanjalan, maka berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam Dextrosa 5% (12 tetes/menit) kemudian naikkan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit. Bila his tidak kuat, oksitosin drips dihentikan supaya penderita dapat beristirahat. Kemudian coba lagi dalam beberapa jam. Kalau masih belum ada kemajuan, maka lebih baik lakukan seksio sesarea. e. Langkah V: Intervensi/Rencana Tindakan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang



menyeluruh



yang



ditentukan



berdasarkan



langkah-langkah



sebelumnya, langkah ini merupakan kelanjutan dari masalah yang telah



diidentifikasi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan secara efektif. Berdasarkan kasus inersia uteri harus ditolong di rumah sakit untuk perbaikan keadaan umum ibu, lalu diberikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam Dextrosa 5%, bila his tidak menjadi kuat setelah pemberian oksitosin, maka hentikan dulu pemberian drips oksitosin dan anjurkan ibu untuk istirahat. Kemudian coba lagi untuk beberapa jam. Kalau masih belum ada kemajuan, lebih baik dilakukan seksio sesario. Namun apabila ada disproporsi sefalopelvik berarti harus dilakukan seksio sesario.



Bila



semua



his



kuat



tetapi



kemudian



terjadi



inersia



sekunder/hipertonis, pengobatan yang terbaik ialah petidin 50 mg atau tokolitik, seperti ritodine dengan maksud menimbulkan relaksasi dan istirahat, dengan harapan bahwa setelah pasien itu bangun kembali timbul his yang normal. Kemudian lanjutkan pemantauan lebih lanjut, serta intervensi hal-hal yang dapat mempercepat proses persalinan f. Langkah VI : Implementasi/Pelaksanaan Asuhan Pada langkah ini pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman yang dapat dilakukan seleuruhnya oleh bidan dan sebagian oleh pasien. Meski telah kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan, bidan tetap bertanggung jawab dengan manajemen asuhan klien agar penanganan kasus pada inersia uteri dapat berhasil dan memuaskan.Apabila terjadi kasus inersia uteri pada puskesmas maka harus dilakukan rujukan ke rumah sakit



untuk



menyelesaikan



kasus



dengan



tindakan/penanganan



yang



semestinya agar persalinan tidak berlangsung terlalu lama. Sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit, terlebih dahulu rumah sakit yang menerima rujukan harus dihubungi supaya pasien tidak akan ditolak. g. Langkah VII: Evaluasi Langkah ini dilakukan pengevaluasian keefektifan dari asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap masalah yang telah diidentifikasi berdasarkan teori yang ada. Beberapa hal yang dievaluasi, yaitu: apa ibu sudah mengerti penjelasan yang diberikan, apa ibu sudah melakukan apa yang telah di anjurkan dan telah diajarkan,bagaimana keadaan umum ibu, mengukur tanda-tanda vital ibu untuk memantau keadaan ibu, apa kecemasan ibu teratasi, apa persalinan dengan inersia uteri dapat teratasi 3. Pendokumentasian Asuhan kebidanan (SOAP) Dokumentasi merupakan catatan tentang interaksi antar tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, serta respon pasien terhadapsemua kegiatan yang dilakukan. Asuhan itu harus dicatat dengan benar, jelas, teratur, logis, sehingga dapat mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan secara sistematis dalam bentuk SOAP yaitu: a. Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah I varney



b. Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, pemeriksaan penunjang, untuk mendukung asuhan yang telah diberikan sebagai langka I varney c. Assessment Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan data objektif dalam suatu identifikasi: 1) Diagnosa/masalah 2) Antisipasi masalah/masalah potensial 3) Perlunya tindakan segera, konsultasi dan kolaborasi oleh bidan dan dokter rujukan 2,3, dan 4 varney 4) Planning



Menggambarkan



pendokumentasian



dari



hasil



perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian asuhan yang telah diberikan sebagai langkah 5, 6 dan 7 varney. SOAP ini dilakukan pada asuhan tahap berikutnya, dan atau pada evaluasi hari berikutnya/kunjungan berikutnya (bergantung ini adalah kasus yang hanya menunggu 2 jam PP atau, asuhan ibu nifas, asuhan ibu hamil, asuhan skseptor KB) dapat dilakukan kunjungan rumah untuk lebih efektifnya asuhan.



BAB III STUDI KASUS



ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE PATOLOGI PADA NY “M” GESTASI 41 MINGGU 4 HARI DENGAN INERSIA UTERI SEKUNDER DI RSIA SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR TANGGAL 24 SEPTEMBER 2021



No. Registrasi



: 11.98.53



Tanggal Masuk



: 24 September 2021 Jam 16.00 Wita.



Tanggal Pengkajian



: 24 Saeptember 2021 Jam 21.15 Wita.



Tanggal Partus



: 24 September 2021 Jam 23.35 Wita.



Nama Mahasiswa



: Vina Valerina G.Unusa



LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR Identitas Istri / Suami Nama



: Ny “M” / Tn. “T”



Umur



: 22 Tahun / 23 Tahun



Nikah / Lamany



: 1x / 3 Tahun



Suku



: Makassar / Makassar



Agama



: Islam / Islam



Pendidikan



: SMA / SMA



Pekerjaan



: IRT /Swasta



Alamat



: Jl. Kesempatan



A. Data Biologis



Keluhan utama: Ibu merasakan mules pada perut bagian depan dan menjalar ke belakang di sertai pelepasan lendir dan darah B. Riwayat keluhan utama Sakit dirasakan sejak tanggal 24 September 2021 jam 12.30 Wita. Lokasi mulai dari depan, pinggir atas simpisis dan menjalar ke belakang. Sifat nyeri bersifat hilang timbul dan semakin lama semakin sering dan lama. Usaha ibu untuk mengatasi keluhannya yaitu dengan mengurut-urut punggungnya sambil berjalan-jalan. C. Riwayat Kesehatan yang Lalu 



Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit hipertensi, jantung, asma, dan diabetes milletus.







Ibu juga tidak pernah menderita penyakit menular dan tidak pernah menjalani operasi.







Ibu tidak pernah minum alkohol, merokok dan tidak pernah mengkomsumsi obat-obatan dan jamu selama hamil.



D. Riwayat Reproduksi  Menarche: 15 tahun  Siklus



: 28-30 hari



 Lama



: 6-7 hari



E. Riwayat Kehamilan Sekarang a) GIP0A0 b) HPHT 06-12-2020 c) HTP 13-09-2021



d) Ibu mengatakan ini kehamilan pertama dan tidak pernah keguguran. e) Ibu mengatakan umur kehamilannya sudah 9 bulan f) Ibu mengatakan bahwa janinnya bergerak sejak umur kehamilannya memasuki usia + 5 bulan g) Ibu mengatakan pergerakan janinya terutama dirasakan pada sebelah kiri h) Ibu tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat selama hamil i) Ibu melakukan kunjungan ANC sebanyak 3x dan mendapatkan imunisasi TT 1x yaitu pada bulan Maret 2021 F. Riwayat KELUARGA BERENCANA Belum pernah ber KB G. Pemenuhan Kebutuhan Dasar 1.



Pola Nutrisi a. Saat Hamil  Frekuensi 3x dengan porsi 1 piring.  Pola makanan nasi, sayur, ikan, tempe, tahu, dan kadang-kadang minum susu. Nafsu makan baik serta minum 6-8 gelas perhari. b. Selama Inpartu  Pola makan tidak teratur, nafsu makan kurang, kebutuhan minum +2 gelas.



2. Pola Eliminasi a. Saat Hamil



Buang Air Besar (BAB) 1x sehari, berwarna kekuning-kuningan dan konsistensi lunak. Buang Air Kecil (BAK) 4-5x sehari dan berwarna kuning muda berbau amoniak. b. Selama Inpartu Ibu pernah BAB dan BAK 3. Istirahat a. Saat Hamil Pola tidur 2x sehari] b. Selama Inpartu Ibu berbaring di tempat tidur karena rasa nyeri yang dirasakan 4. Personal Hygiene a) Saat hamil Ibu mandi 2x sehari dan keramas 2x seminggu, sikat gigi sehabis makan dan sebelum tidur. Ibu membersihkan alat genitalianya setiap mandi dan sehabis BAB dan BAK H. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum a) Wajah ibu tampak meringis b) Ibu tampak lemah c) Kesadaran komposmentis d) Umur kehamilan 41 minggu 4 hari e) LILA 26 cm f) Berat badan sebelum hamil 48 kg dan berat badan selama hamil 54 kg



g) Tanda-Tanda Vital  TD : 120/70 mmHg  P : 22 x/menit  S : 36,5 C  N : 80 x/menit h) Muka Ekspresi wajah tampak meringis dan tidak ada oedema pada wajah. i) Mata Konjungtiva merah muda dan sklera tidak icterus j) Telinga Simertis kiri kanan, tampak bersih, tidak ada pengeluaran serumen k) Gigi dan Mulut Gigi dan mulut tampak bersih, mukosa bibir tampak lembab, tidak ada caries. l) Leher Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar thyroid dan vena jugularis m) Payudara Simetris kiri dan kanan, puting susu terbentuk, hiperpigmentasi areola mamae dan tidak ada benjolan pada mammae n) Abdomen Tidak ada luka bekas operasi, tampak striae alba dan tidak ada nyeri tekan 



Leopold I : TFU 33 cm







Leopold II : Punggung kanan







Leop old III: Kepala







Leopold IV: BDP







Lingkar Perut : 98 cm



Tafsiran Berat Janin : TFU X LP=33 cm X 98 cm = 3234 gram  His: 3/10’/15” (kurang) daerah fundus tidak terlalu tegang dank eras saat ada his  DJJ terdengar kuat, jelas, dan teratur pada kuadran kanan bawah perut ibu dengan frekuensi 140x/menit o) Genitalia\Pemeriksaan dalam Tidak ada varises, tampak pengeluaran lendir dan darah



Melakukan pemeriksaan dalam tanggal 24 September 2021 Jam 16.00 Wita Vulva dan vagina



: Tidak ada kelainan



Portio



: Lunak



Pembukaan



: 5 cm



Ketuban



: Utuh



Presentase



: kepala



Penurunan



: Hodge I



Molase



:O



Penumbungan



: Tidak ada



Kesan panggul



: Normal



Pelepasan



: Lendir, darah



p) Ekstremitas Tidak ada varices, tidak ada oedema. q) Pemeriksaan Penunjang USG : Gravid tunggal, hidup, presentasi kepala, puka, plasenta, letak cor anterior, multiram, grade II, janin sesuai umur kehamilan 38-40 minggu (Sumber data rekam medik) B. LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL Diagnosa / Masalah aktual : GI P0 A0, Gestasi 41 minggu 4 hari, presentase kepala, Tunggal, Hidup, Keadaan ibu baik, Keadaan janin baik, Inpartu kala I fase aktif. 1. GIII PII A0  Data Subjektif : -Ibu mengatakan hamil yang pertama dan tidak pernah keguguran.



 Data Objektif : -Tonus otot perut tidak kendor Analisa dan interpretasi data Tonus otot tampak tidak kendor karena ibu baru hamil pertama kalinya (Prawihadjo sarwono 2002) 2. Gestasi 41 minggu 4 hari



 Data Subjektif : - Ibu mengatakan HPHT 06-12-2021 - Ibu mengatakan umur kehamilannya sudah 9 bulan.  Data Objektif : -Tanggal pengkajian 24-09-2021 -HTP: 13-09-2021 Analisa dan interpretasi data Berdasarkan rumus Naegele dari HPHT ibu tanggal 06-12-2020 sampai dengan tanggal 24-09-2021 maka gestasi ibu 41 minggu 4 hari. 3. Presentase kepala, BDP  Data Subjektif : -Ibu mengatakan pergerakan janinya terutama dirasakan pada sebelah kiri.



 Data Objektif : -Leopold III : Kepala dan Leopold IV kepala sudah 0/5 Analisa dan interpretasi data Pada palpasi leopold III teraba keras, bundar dan melinting yang menandakan bagian terendah janin adalah kepala (obterti fisiologi hal.165) 4. Tunggal  Data Subjektif : -Ibu mengatakan pergerakan janinya kuat pada kuadran kiri perut ibu.  Data Objektif : - Leopold I : 33 cm



- Leopold II : Punggung kanan - Leopold III : Kepala - Leopold IV : BDP - DJJ terdengar kuat, jelas, dan teratur pada kuadran kanan bawah perut ibu dengan frekuensi 140x/menit. Analisa dan interpretasi data Pembesaran perut sesuai umur kehamilan, teraba 1 kepala dan bokong dan terdengar djj pada satu tempat yaitu kuadran kanan bawah serta pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu pada sebelah kiri perutnya. Hal ini menandakan tunggal. 5. Hidup  Data Subjektif : - Ibu mengatakan pergerakan janinya kuat pada sebelah kiri bawah perutnya.  Data Objektif : - Djj terdengar kuat, jelas dan teratur pada kuadran kanan bawah perut ibu dengan frekuansi 140 x/menit. Analisan dan interpretasi data



Adanya pergerakan yang dirasakn oleh ibu pada saat pengkajian dan djj terdengar



jelas



menandakan



jantung



janin



berfungsi



dengan



baik



menandakan janin hidup. 6. Keadaan ibu baik  Data Subyek : - Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit serius.  Data Objektif : - Konjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterus. - Tidak ada oedema pada wajah dan tungkai. - TTV dalam batas normal TD : 110/70 mmHg P : 21 x/menit49 S : 36,5 C N : 80 x/menit Analisan dan interpretasi data 



Tekanan darah 120/80 mmHg dalam batas normal menandakan ibu dalam keadaan tidak pre eklamsia atau eklamsia dan oedema pada wajah tidak ada.







Konjungtiva merah muda normal menandakan ibu dalam keadaan tidak anemis dan skelera menanandakan ibu tidak ikterus.



7. Keadaan janin baik  Data Subyek : -Ibu mengatakan pergerakan janinnya kuat pada kuadran kiri bawah perutnya.  Data Objektif : -Djj terdengar kuat, jelas, dan teratur pada kuadran kanan perut ibu dengan frekuensi 140x/menit. Analisa dan interpretasi data Adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu serta terdengarnya djj 140 x/menit yang dalam batas normal, teratur, menandakan janin dalam keadaan baik. 8. Inpartu kala 1 fase aktif  Data Subyek : - Ibu mengatakan sakit perut tembus belakang. - Ibu mengatakan adanya pengeluaran lendir dan darah dari jalan lahir.  Data Objektif : - Genitalia luar nampak ada pelepasan lendir dan darah.



- Melakukan pemeriksaan dalam tanggal 24 september 2021 jam 16.00 Wita Vulva dan vagina



: Tidak ada kelainan



Portio



: Lunak, tipis



Pembukaan



: 5 cm



Ketuban



: Utuh



Presentase



: kepala



Penurunan



: Hodge I



Molase



:O



Penumbungan



: Tidak ada



Kesan panggul



: Normal



Pelepasan



: Lendir, darah



Analisa dan interpretasi data a) Pada saat 1-2 minggu sebelum persalinan kadar hormone progesterone dan estrogen mulai menurun sehingga fungsinya akan berkurang yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga menimbulkan his atau kontraksi dari uterus. Pada waktu kontraksi uterus otot-otot akan mengalami anoxia yang akan menyebabkan nyeri. b) Pada saat pace maker memulai kontraksi gelombang his akan bergerak kedalam dan kebawah yaitu fundus, korpus dan seluruh uterus dimana otot pada fundus semakin tebal dan otot-otot uterus mengadakan retraksi sehingga korpus uteri lebih pendek dan dengan sendirinya serviks yang



kurang mengandung otot dan banyak mengandug kolagen akan mudah tertarik dan membuka. Masalah Aktual : INERSIA UTERI  Data Subyek : - Ibu merasakan mules pada perut bagian depan dan menjalar kebelakang. - Ibu mengatakan adanya pengeluaran darah dari jalan lahir.  Data Objektif : - Kontraksi uterus tidak adekuat. Jam 16.00 wita his 3 x 10 menit durasi 30-35 djj 140x/menit nadi 80x/menit Jam 16:30 wita his 3 x 10 menit durasi 30-35 djj 140x/menit nadi 80x/menit Jam 17.00 wita his 3 x 10 menit durasi 30-35 djj 150x/menit nadi 80x/menit Jam 17.30 wita his 3 x 10 menit durasi 30-35 djj 140x/menit nadi 80x/menit Jam 18.00 wita his 3 x 10 menit durasi 30-35 djj 140x/menit nadi 80x/menit Jam 18.30 wita his 3 x 10 menit durasi 30-35 djj 132x/menit nadi 80x/menit Jam 19.00 wita his 3 x 10 menit durasi 30-35 djj 140x/menit nadi 80x/menit Jam 19.30 wita his 3 x 10 menit durasi 30-35 djj 138x/menit nadi 80x/menit



Jam 20.00 wita his 3 x 10 menit durasi 30-35 djj 140x/menit nadi 80x/menit Jam 20.30 wita his 3 x 10 menit durasi 30-35 djj 140x/menit nadi 80x/menit Jam 21.00 wita his 3 x 10 menit durasi 30-35 djj 150x/menit nadi 80x/menit Jam 21.30 wita his 3 x 10 menit durasi 30-35 djj 150x/menit nadi 80x/menit Jam 22.00 wita his 4 x 10 menit durasi 40-50 djj 140x/menit nadi 80x/menit Jam 22.30 wita his 4 x 10 menit durasi 40-40 djj 140x/menit nadi 80x/menit TD 120/70 mmHg Suhu 36,5 C Analisa dan interpretasi data - Nyeri yang timbul berasal dari his persalinan dan mulainya persainan - Penurunan kadar hormone progesterone pada ibu mempengaruhi pengeluaran oksitosin dari hipofise anterior yang dapat menyebabkan kontraksi uterus. - Pembukaan serviks disebabkan kontraksi SBR dan serviks diregang oleh isi uterus sehingga menyebabkan dilatasi serviks. - Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas dan terjadi pengeluaran darah karena kapiler pembuluh darah pecah.



LANGKAH III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL Antisipasi terjadinya kelelahan pada ibu  Data Subyek : -Masuk tanggal 24 september 2021 jam : 16.00 wita  Data Objektif : TTV : -TD : 120/70 mmHg -P



: 22x/menit



-S



: 36,5 c



-N



: 80x/menit



Antisipasi terjadinya gawat janin  Data Subyek :- Ibu mengeluh kelelahan  Data Objektif : - DJJ 140 /menit Antisipasi terjadinya infeksi intrapartum  Data Subyek :  Data Objektif : LANGKAH IV. TINDAKAN EMERGENCY ATAU KOLABORASI Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dengan via telephone dan dokter menyarangkan untuk memberikan infus dengan cairan RL+ Oksitosin.



LANGKAH V. RENCANA TINDAKAN ASUHAN KEBIDANAN Diagnosa aktual : GI P0 A0, Gestasi 41 minggu 4 hari, presentase kepala, Tunggal, Hidup, Keadaan ibu baik, Keadaan janin baik, Inpartu kala I fase aktif.  Masalah aktual : Inersia uteri  Masalah potensial : Kelelahan, gawat janin, dan infeksi intrapartum.  Tujuan :



- Kala I dalam batas normal -Kondisi ibu dan janin baik.



 Kriteria : 



Kala I tidak melebihi 7 jam







Kontraksi adekuat 4-5 kali dalam 10 menit durasi 45-50 detik







Djj teratu



r dan kuat dalam batas normal (120-60



x/menit) 



Tanda-tanda vital dalam batas normal







TD: 100-130/60-80- mmHg







N : 60-80 x/menit







S : 36,5-37,5 C







P : 16-24 x/menit



Intervensi tanggal 24 september 2021 jam : 21.20 wita 1. Anjurkan ibu untuk BAK dan cuci kaki



Rasional : Kandung kemih yang kosong dapat memberi rasa nyaman pada ibu dan mempercepat proses turunya bagian terendah janin, cuci kaki untuk mencegah terjadinya infeksi. 2. Observasi his dan Djj tiap 30 menit Rasional : Kontraksi uterus merupakan tanda inpartu dan adanya kemajuan persalinan serta untuk memantau keadaan janin. 3. Observasi TTV tiap 4 jam Rasional : memantau keadaan ibu 4. Monitor kemajuan persalinan tiap 4 jam bila indikasi dengan pemeriksaan dalam Rasional : Untuk memantau majunya persalinan 5. Anjurkan ibu tekhnik relaksasi saat ada his Rasional : Suplai oksigen dalam jaringan dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan 6. Dampingi ibu Rasional : Ibu merasa aman dan diperhatikan 7. Melakukan pemasangan infus RL Rasional : Agar terjadi kontraksi54



8. Beri support pada ibu dan keluarga Rasional : Agar ibu dan keluarga tetap bersemangat dan optimis dalam menghadapi persalinan dan kelahiran. 9. Pantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf Rasional : Dengan partograf dapat memudahkan dalam pengambilan keputusan klinis dan rencana asuhan selanjutnya 10. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan Rasional : Untuk membantu bidan dalam mengatasi persalinan dengan inersia uteri



LANGKAH VI. IMPLEMENTASI Tanggal 24 september 2021 Pukul 21.35 wita 1. Mengobservasi his dan DJJ pada:  Pukul 16.00 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 16.30 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 17.00 wita his 3/10’/35, Djj 150x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 17.30 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 18.00 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 18.30 wita his 3/10’/35, Djj 132x/menit, Nadi 80x/menit



 Pukul 19.00 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 19.30 wita his 3/10’/35, Djj 138x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 20.00 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 20.30 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 21.00 wita his 3/10’/35, Djj 150x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 21.30 wita his 3/10’/35, Djj 150x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 22.00 wita his 4/10’/40, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 22.30 wita his 3/10’/40, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit



 Melakukan pemeriksaan dalam tanggal 24 september 2021 pukul 20.00 wita Vulva dan vagina



: Tidak ada kelainan



Portio



: Lunak, tipis



Pembukaan



: 5 cm



Ketuban



: Pecah, jernih



Presentase



: kepala



Penurunan



: Hodge I



Molase



:O



Penumbungan



: Tidak ada



Kesan panggul



: Normal



Pelepasan



: Lendir, darah



 Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dengan melalui telfon pukul 21.30 wita dan dokter menyarankan pemberian cairan RL+Oxytosin dengan 8/30 menit



 Pukul 21.00 wita melakukan pemasangan infus drip oxytosin ½ ampul dengan caairan RL dimulai dengan 8 tetes/menit selama 30 menit Di naikkan 80 tetes setiap 30 menit dengan bats maksimum 40 tetes (lembar observasi terlampir) Jam 21.30 wita 22.00 wita 22.30 wita 23.00 wita 23.30 wita 24.00 wita



Jumlah Tetesan 8 tts/menit 12tts/menit 16tts/menit 20tts/menit 24tts/menit 24tts/menit



Kontraksi Kurang Kurang Kurang Kuat /his 3/10’/35 Kuat Kuat



24.30 wita



24tts/menit



Kuat



00.00 wita



24tts/menit



Kuat



00.30 wita



24tts/menit



Kuat



01.00 wita



24tts/menit



Kuat



01.30 wita



24tts/menit



Kuat



02.00 wita



24tts/menit



Kuat



02.30 wita



24tts/menit



Kuat



 Melakukan pemeriksaan dalam tanggal 24 september 2021 pukul 22.30 wita Vulva dan vagina



: Tidak ada kelainan



Portio



: tidak teraba



Pembukaan



: 10 cm



Ketuban



: Pecah, jernih



Presentase



: kepala



Penurunan



: Hodge IV



Molase



:O



Penumbungan



: Tidak ada



Kesan panggul



: Normal



Pelepasan



: Lendir, darah dan air ketuban







Menganjurkan ibu bernafas panjang saat ada his Mendampingi ibu







Memberi minum kepada ibu







Mendampingi ibu







Memberikan Suport pada ibu







Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf



LANGKAH VII. EVALUASI Tanggal 24 september 2021 jam 22.28 wita Ibu mengatakan mempunyai dorongan kuat untuk meneran Ibu mengatakan terasa ingin BAB His 3 x 10 menit durasi 30-35 detik Djj 140 x/menit TTV dalam batas normal TD



: 120/70 mmHg



N



: 80x/menit



P



: 20x/menit



S



: 36,5 C



Melakukan pemeriksaan dalam tanggal 24 september 2021 jam 22.30 wita Vulva dan vagina



: Tidak ada kelainan



Portio



: Tidak teraba



Pembukaan



:10 cm



Ketuban



: pecah



Presentase



: kepala



Penurunan



: hodge IV



Molase



:O



Penumbungan



: Tidak ada



Kesan paggul



: Normal



Pelepasan



: lender, darah dan air ketuban



PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE PADA NY “M” GESTASI 41 MINGGU 4 HARI DENGAN INERSIA UTERI SEKUNDER DI RSIA SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR TAGGAL 24 SEPTEMBER 2021 No. Registrasi



: 11.98.53



Tanggal Masuk



: 24 September 2021 Jam : 16.00 Wita



Tanggal Pengkajian



: 24 September 2021 Jam : 21.00 Wita



Tanggal Partus



: 24 September 2021 Jam : 21:33 Wita



Nama Mahasiswa



:Vina Valerina G.Unusa



A. Identitas Istri / Suami Nama



: Ny “M” / Tn. “T”



Umur



: 22 Tahun / 23 Tahun



Nikah / Lamanya



: 1x / 3 Tahun



Suku



: Makassar / Makassar



Agama



: Islam / Islam



Pendidikan



: SMA / SMA



Pekerjaan



: IRT / Swasta



Alamat



: Jl. Kesempatan



KALA I DATA SUBJEKTIF 1. Ibu merasakan mules pada perut bagian depan dan menjalar kebelakang di sertai pelepasan lendir dan darah tanggal 23 September 2021 2. Sifat nyeri bersifat hilang timbul dan semakin lama semakin sering dan lama. 3. Pelepasan lendir dan darah sudah ada sejak tanggal 24 September 2021 4. Merupakan anak pertama dan tidak pernah keguguran 5. Ibu mengatakan HPHT tanggal 06 desember 2020 6. Ibu mengatakan pergerakan janinnya kuat pada sebelah kanan 7. Tidak ada riwayat penyakit asma, jantung, hipertensi dan penyakit penular seksual DATA OBJEKTIF



1. Keadaan umum ibu baik 2. Kesadaran compasmentis 3. HTP 13-09-2021 4. TTV TD



: 120/70 mmHg



P



: 20 x/menit



S



: 36,5 C



N



: 80 x/menit



5. Umur kehamilan 41 minggu 4 hari Palpasi Leopol I : TFU : 33 cm Leopold II : PUKA Leopold III : Kepala Leopold IV : BDP 6. Lingkar perut 7. His 3 x 10 durasi 30-35 detik 8. Djj 140x/menit



9. Melakukan pemeriksaan dalam pukul 16.00 wita Vulva dan vagina



: Tidak ada kelainan



Portio



: lunak tipis



Pembukaan



: 5 cm



Ketuban



: utuh



Presentase



: kepala



Penururnan



: hodge I



Molase



:O



Penumbungan



: tidak ada



Kesan panggul



: normal



Pelepasan



: lender dan darah



ASSESMENT GI P0 A0, gestasi 41 minggu 4 hari, presentase kepala, hidup, tunggal, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala satu fase aktif PLANNING



Tanggal 24 september 2021 pukul : 21.00 wita 1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan Hasil : terlaksana 2. Menjelaskan kepada ibu menyebab nyeri yang di rasakan bahwa nyeri telah terjadi akibat kontraksi pada otot perut Hasil : Ibu mengerti 3. Menganjurkan ibu untuk tekhnik relaksasi pada saat ada his Hasil : Terlaksana 4. Menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri Hasil : Ibu tidur miring kiri 5. Mengobservasi his dan djj serta melakukan VT setai 4 jam  Pukul 16.00 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 16.30 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 17.00 wita his 3/10’/35, Djj 150x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 17.30 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 18.00 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 18.30 wita his 3/10’/35, Djj 132x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 19.00 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit



 Pukul 19.30 wita his 3/10’/35, Djj 138x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 20.00 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 20.30 wita his 3/10’/35, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 21.00 wita his 3/10’/35, Djj 150x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 21.30 wita his 3/10’/35, Djj 150x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 22.00 wita his 4/10’/40, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit  Pukul 22.30 wita his 3/10’/40, Djj 140x/menit, Nadi 80x/menit



Melakukan pemeriksaan dalam tanggal 24 september 2021 jam 16.00 wita Vulva dan vagina



: Tidak ada kelainan



Portio



: lunak tipis



Pembukaan



: 5 cm



Ketuban



: utuh



Presentase



: kepala



Penururnan



: hodge I



Molase



:O



Penumbungan



: tidak ada



Kesan panggul



: normal



Pelepasan



: lendir dan darah



Melakukan pemeriksaan dalam pukul 19.30 wita Vulva dan vagina



: Tidak ada kelainan



Portio



: lunak tipis



Pembukaan



: 5 cm



Ketuban



: utuh



Presentase



: kepala



Penururnan



: hodge I



Molase



:O



Penumbungan



: tidak ada



Kesan panggul



: normal



Pelepasan



: lender dan darah



5. Melakukan pemasangan infus RL dengan tetesan 8/30 menit jam 21.00 wita



6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dengan cara via telfon dan dokter menyarankan pemberian infus dengan cairan RL + Oxytosin dengan tetes 8/30 menit 7. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di partograf Hasil : terlaksana



KALA II DATA SUBJEKTIF 1. Ibu merasakan mules pada perut bagian depan danmenjalar kebelakang disertai pelepasan lendir dan darah 2. Ada dorongan kuat untuk meneran 3. Ibu merasa ingin BAB DATA OBJEKTIF 1. Perineum menonjol 2. Vulva dan vagina membuka 3. Pukul 01.30 His 4 kali dalam 10 menit durasi 45-50 detik 4. Djj 140 x/menit ASSESMENT Perlangsungan kala II



PLANNING 1. Melihat tanda gejala kala II - Ibu merasakan adanya tekanan pada anus - Ibu merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran - Perineum menonjol - Vulva dan vagina membuka Hasil : Sudah terlihat 2. Menyiapkan peralatan persalinan 1) Partus set steril - 2 buah klem - 1 gunting tali pusat - ½ kocher - 1 pasang handscoon - Pengikat tali pusat/ klem tali pusat - Kasa steril secukupnya 2) Bak heacting steril



- Neilvuder - Catgut - Pinset anatomi - Pinset serurgi - Guntung benang 3) Diluar bak partus - APD - Perlak - Larutan clorin - Spoit 3 ml - Tempat plasenta - Kapas alkohol - Under pad - Waslap - 2 buah handuk - Dee lee



- Kantong plastik - Pakaian bersih ibu bayi Hasil : Sudah tersedia 3. Memakai celemak 4. Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengali 5. Memakai sarung tangan DTT 6. Mengisi spoit dengan oksitosin dengan menggunakan satu tangan 7. Membersihkan vulva dan perineum 8. Memastikan pembukaan lengkap 23.00 wita Vulva dan vagina



: Tidak ada kelainan



Portio



: tidak teraba



Pembukaan



:10 cm



Ketuban



: pecah



Presentase



: kepala



Penururnan



: hodge IV



Molase



:O



Penumbungan



: tidak ada



Kesan panggul



: normal



Pelepasan



: lendir, darah dan air ketuban



23:05 Mencelupkan tangan ke dalam larutan clorin 0,5% dan buka sarung tangan secara terbalik 23:10 Memeriksa DJJ setelah kontraksi uterus selesai 23:15 Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik 23:20 Meminta bantuan keluarga dalam membantu ibu dalam posisi meneran 23:25 Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran 23:30 Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman saat



ibu belum mempunyai dorongan kuat untuk meneran



23:35 Memasang handuk bersih di atas perut ibu 23:40 Memasang duk bersih 1/3 bagian dibawah bokong ibu 23:45 Membuka partus set dan memastikan kelengkapan alat 23:50 Memakai sarung tangan pada kedua tangan 23:55 Melakukan pimpinan meneran dan menyokong perineum 00:00 Membersihkan mulut, hidung dan muka bayi dengan has steril



00:05 Memeriksa lilitan tali pusat danmengambil tindskan yang sesuai jika itu terjadi 00:10 Menunggu kepala melakukan putaran paksi luar secara spontan 00:15 Melahirkan bahu depan dan kemudian bahu belakang 00:20 Melahirkan badan bayi dengan sanggah susur 00:25 Susur badan bayi, bahu hingga kaki 00:30 Perhatikan kondisi bayi 00:35 Mengeringkan dan bungkus badan bayi 00:40 Menjepit dengan 2 klem 00:45 Mengunting tali pusat 00:50 Menganti pembungkus bayi dengan yang kering



KALA III DATA SUBJEKTIF 1. Ibu merasa lemas 2. Nyeri pada bagian perut DATA OBJEKTIF



1. Keadaan umum Nampak ibu masih lemas 2. Bayi lahir tanggal 24 September 23.35 wita jk; laki lakI 3. Kotraksi uterus baik 4. Kandung kemih kosong 5. Plasenta belum lahir ASSESMENT Perlangsungan kala III PLANNING 31. Memeriksa fundus uteri 32. Memberitahu ibu akan disuntikkan oksitosin 33. Menyuntikkan oksitosin 10 unit (IM) dan lakukan PTT 34. Memiindahkan klem pada tali pusat 5-10 cm dari vulva 35. Meletakkan satu tangan di atas simpisis (dorso cranial) regangkan tali pusat saat berkontraksi 36. Mengeluarkan plasenta dengan menarik kearah bawah dan kearah atas 37. Menjemput plasenta dengan kedua tangan dengan memutar searah jarum jam 38. Melakukan masase uterus sambil memeriksa kelengkapan plasenta



39. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban lahir, jumlah ketiledon, insersi tali pusat 40. Memasukkan plasenta kedalam kantong plastik KALA IV DATA SUBJEKTIF 1. Ibu mengeluh kelelahan 2. Ibu merasa sedikit mules DATA OBJEKTIF 1. Keadaan ibu masih lelah 2. Kandung kemih kosong 3. Kontraksi uterus baik 4. TFU setinggi pusat 5. Perdarahan + 200 cc ASSESMENT Perlangsungan kala IV PLANNING 41. Memeriksa adanya robekan jalan lahir



42. Melakukan evaluasi terhadap kontraksi uterus 43. Membiarkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu selama sejam 44. Melakukan penimbangan berat badan, panjang badan setelah sejam kontak kulit ibu bayi 45. Memberikan suntikan HB0 pada paha kanan bayi 46. Melanjutkan pemantuan kontaraksi uterus 47. Mengajarkan ibu cara masase uterus 48. Mengevaluasi jumlah kehilangan darah 49. Melakuka pemeriksa tanda-tanda vital dan kandung kemih setiap 15 menit pada satu jam pasca persalinan dan setiap 30 menit pada jam ke dua pasca persalinan 50. Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bayi bernafas baik serta suhu tubuh normal 51. Menempatkan semua peralatan dalam larutan clorin 0,5% 52. Membuang sampah yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai 53. Membersihkan ibu dari sisa cairan ketuban, darah, dan lendir 54. Memastikan ibu merasa nyaman dan membantu ibu memberikan ASI 55. Mendekontaminasi tempat bersalin denga larutan clorin 0,5%



56. Mencelupkan tangan yang bersarung tangan dan merendamnya dalam keadaan terbalik 57. Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir 58. Melengkapi partograf



BAB V PENUTUP Setelah mempelejari teori, konsep dan prinsip-prinsip asuhan pada kasus inersia uteri dan pengalaman langsung di lahan praktek studi kasus Ny “M” dengan inersia uteri maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut: 1. Kesimpulan a. Pada Ny “M” didapatkan bahwa terjadi nyeri perut tembus belakang disertai pelepasan lendir dan darah. b. Diagnosa Ny “M” dtegakkan berdasarkan adanya kekuatan his yang kurang bagus untuk melakukan pembukaan dan penurunan kepala janin, disini kekuatan his lemah, kontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian ainnya, dan frekuensinya jarang. his yang seperti ini dinamakan inersia uteri.



c. Pada Ny “M” masalah yang mungkin terjadi adalah persalinanan akan enjadi lama, dampaknya bagi ibu akan mengalami kelelahan, dehidrasi, dan infeksi dan bagi janin akan terjadi gawat janin d. Pada Ny “M" dilakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan untuk memperbagus kekuatan his supaya bisa melakukan pembukaan serviks dan penurunan. e. Rencana tindakan yang disusun pada Ny “M” bertujuan agar persalinan menjadi normal kembali dan his dapat melakukan pembukaan serviks dan memberikan infus oksitosin 5 IU dengan 8 tetes/menit dan dinaikkan 4-8 tetes setiap 30 menit. f. Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang dilakukan tercapai dengan adanya kerja sama antara bidan, dokter dan petugas lainnya agar dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan klien. g. Evaluasi yang dilakukan bertujuan untuk melihat apakah asuhan yang diberikan berhasil atau tidak. Dan hasil pemantauan, didapatkan bahwa tindakan yang dilakukan pada Ny “M” berhasil dan terlaksana dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan yaitu his yang tidak bagus akhirnya menjadi bagus dan pembukaan pun dapat terjadi. 2. Saran a. Untuk Klien 1) Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi makanan yang bergizi serta memperdalam pengetahuan tentang persalinan



2) Menganjurkan ibu mengetahui tentang apa-apa saja yang menjadi penghambat persalinan. b. Untuk Bidan 1) Bidan harus memperdalam ilmu lagi mengetahui tentang hal-hal apa saja yang menjadi wewenangnya dan apa-apa saja yang tidak boleh untuk dilakukan dan tindakan apa saja yang harus melakukan penanganan segera maupun kolaborasi dengan dokter spesialis kanduang 2) Bidan harus lebih meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan yang baik selama masa kehamilan, persalinan, maupun pada masa nifas agar ibu bisa merasa puas dan nyaman dengan pelayanan yang diberikan. c. Untuk Institusi Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya pembelajaran tentang penerapan manajemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan sumber daya manusia yang berpotensi dan professional.



DAFTAR PUSTAKA Heri Rosyati. 2017. “persalinan”.http://elearning.fkkumj.ac.id/persalinan/. Diakses 08 november 2021 E Purwati · 2018. “ bab II tinjauan pustaka” http://repository.unimus.ac.id/. Diakses 08 november 2021 N PRATIWI · 2018 “ kosep dasar persalinan” http://repository.unimus.ac.id/. Diakses 08 november 2021 Ari



Kurniarum.



2017



“Asuhan



Kebidanan



Persalinan



http://bppsdmk.kemkes.go.id/. Diakses 08 november 2021



dan



Bayi



Baru



Lahir”



Mardiana Ahmad, Andi Nilawati Usman, Sharvianty Arifuddin, Patmahwati. “Persiapan Persalinan dan Kelahiran Di Masa Pandemi COVID-19” Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia (JPMI). Vol. 1,No. 3Juni2021, Hal. 109-113. https://jpmi.journals.id. Diakses 08 november 2021 Ipang suparti, “efektivitas massage lumbal dan breast massage terhadap kontraksi uterus



pada



ibu



bersalin



kala



1”



Jurnal



Kebidanan,



6



(2),



2017,



63-67



file:///C:/Users/hp/Downloads/. Diakses 08 november 2021 N Nurjayanti · 2017 “ manajemen asuhan kebidanan intranatal” http://repositori.uinalauddin.ac.id/. Diakses 08 november 2021