9 0 79 KB
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR INERSIA UTERI
STANDAR OPERASIONAL
Tanggal diterbitkan
PROSEDUR
Pengertian
Ditetapkan STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
Inersia uteri merupakan his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat, dan lebih jarang dibandingkan dengan his yang normal. Inersia uteri terjadi karena perpanjangan fase laten dan fase aktif atau keduaduanya dari kala pembukaan. A. Inersia di bagi menjadi dua : 1. Inersia uteri primer : jika His lemah dari awal persalinan 2. Inersia uteri sekunder : jika mula-mula His baik, tetapi kemudian menjadi lemah karena otot-otot rahim lelah akibat persalinan berlangsung lama. B. Pembagian inersia yang sekarang berlaku ialah : 1. Inersia uteri hipotonis : kontraksi terkoordinasi, tetapi lemah. Dengan CTG, terlihat tekanan yang kurang dari 15 mmHg, dengan palpasi, His jarang dan pada puncak kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan kedalam. 2. Inersia uteri hipertonis : kontraksi tidak terkoordinasi, misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas. Inersia uteri
Tujuan
ini sifatnya hifertonis, sering disebut inersia spastis. Untuk mengatasi kelainan his (Inersia hipotonik atau Inersia hipertonik pada ibu dalam proses persalinan.
SOP Pemasangan Water Seal Drainage (WSD)
STANDAR OPERASIONAL
Tanggal diterbitkan
PROSEDUR
Kebijakan
Ditetapkan STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
Semua Dokter spesialis kandungan dan bidan melakukan tindakan kebidanan harus sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku.
Prosedur
1. Keadaan umum pasien harus diperbaiki. 2. Pasien di siapkan untuk menghadapi persalinan dan menjelaskan tentang kemungkinan – kemungkinan yang ada. 3. Pada inersia Primer: Pastikan pasien masuk dalam persalinan. Evaluasi persalinan dengan melakukan pemeriksaan dalam
apabila hasilnya pembukaan masih 3 cm dengan porsio tebal 1 cm pasien di istirahatkan apabila setelah 12 jam di lakukan pemeriksaan dalam tidak terdapat kenaikan pembukaan di berikan cairan oksitosin dan apabila ketuban masih positif lakukan amniotomi dan dinilai apa terdapat kontraksi dan terdapat kenaikan pembukaan. apabila tidak terdapat pembukaan lebih dari 24 jam pada nulipara dan 18 jam pada multipara dan terdapat gejala gawat janin segera lakukan tindakan sectio cesarean.
SOP Pemasangan Water Seal Drainage (WSD)
STANDAR OPERASIONAL
Tanggal diterbitkan
PROSEDUR
Prosedur
Ditetapkan STIKES KARYA HUSADA SEMARANG
4. Pada inersia uteri Sekunder : Menilai dengan cermat apa ada CPD atau tidak kalau terdapat CPD segera dilakukan sectio cesarean. Kalau tidak didapatkan CPD segera dilakukan pemecahan ketuban atau amniotomi dan di berikan infusan oksitosin. Bila ada keajuan persalinan selama 2 jam setelah his baik persalinan di lanjutkan. Apabila tidak ada kemajuan persalinan selama 2 jam segera dilakukan sectio cesarean. 5. Apabila selama persalinan terdapat tanda gawat janin, infeksi dean
tanda pasien dehidrasi ( nadi cepat dan lemah, napas cepat, suhu meninggi dan turgor berkurang segera lakukan sectio cesarean. Unit Terkait
Ruang VK Ruang OK