Service Level KF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1.



LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya yang diselenggarakan secara



mandiri atau besama–sama untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Penyelenggaraan berbagai upaya diantaranya dilakukan dengan pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang didukung oleh penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai, penyediaan jumlah obat yang mencukupi, bermutu baik dan terdistribusi merata dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas. Apotek termasuk kedalam sarana kesehatan yang berperan penting dalam upaya kesehatan, terutama dalam pendistribusian dan pemberian informasi obat kepada masyarakat. Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannnya praktek kefarmasian oleh apoteker (1). Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 telah mengatur tentang peranan profesi apoteker, yakni mengenal pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian tersebut adalah pengadaan, pembuatan, penyimpanan, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi dan pengelolaan obat, distribusi obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat tradisional. Apotek mempunyai fungsi utama dalam pelayanan obat atas resep dokter dan yang berhubungan dengan itu, serta pelayanan obat tanpa resep dokter yang biasa dipakai di rumah. Dalam pelayanan obat ini apoteker harus berorientasi pada pasien/penderita. Apotek selain bersifat sosial, yaitu tempat pengabdian profesi apoteker, juga bersifat ekonomi, yaitu untuk memperoleh laba. Karena merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan, sudah selayaknya apotek mengutamakan kepentingan masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan. Apotek tidak hanya dituntut dari segi teknis kefarmasian saja tetapi dari segi manajemen supaya dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Peranan apoteker sebagai pengelola dan penanggung jawab sangatlah besar, mengingat apotek berjalan dengan fungsi ganda, yaitu fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial adalah apotek ikut serta dalam peningkatan kulaitas hidup masyarakat secara luas dengan menyediakan obat dan perbekalan farmasi 1



lainnya yang dibutuhkan masyarakat dengan mengukur kepada daya jangkau masyarakat, seperti menyediakan obat generik. Sedangkan fungsi ekonomi dari apotek adalah sebagai badan usaha yang harus dapat memberikan keuntungan. Hal ini berguna untuk mengembangkan apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan agar selalu memberikan pelayanan kesehatan yang optimal terhadap masyarakat (2). Seiring dengan majunya persaingan dan ketatnya kompetisi di industri farmasu, terutama di retail product healt and beauty, sebuah perusahaan dengan segala jenis produknya ini dituntut untuk mampu tetap bertahan dan memenangkan persaingan. Persaingan tersebut tidak hanya terbatas pada persaingan harga saja tetapi juga kualitas dan service. Pada sebuah supply chain terdapat banyak pihak yang terlibat didalamnya, antara lain manufaktur, supplier, dan customer. Para pemain supply chain tersebut memiliki peran masing-masing yang saling terintegrasi. Satu diantara cara yang bisa dilakukan untuk memenangkan persaingan antara lain dengan memberikan service yang terbaik bagi customer. Dalam hal ini, service atau layanan bisa berupa pemenuhan permintaan tepat waktu atau ketersediaan produk saat dibutuhkan customer. Service level adalah ukuran kinerja suatu perusahaan dalam pemenuhan order customer. Penentuan service level harus ditentukan dengan tepat karena penetuan yang kurang tepat akan berdampak timbulnya total cost yang membengkak akibat bertambahnya biaya penyimpanan yang besar untuk bisa memenuhi semua permintaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk mampu memenuhi semua permintaan customer yang datang serta menetapkan kebijakan inventory atau majemen dengan tepat. Dari permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar “Service Level Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet terhadap pelanggan”, yang dilihat dari jumlah persentase obat yang ditolak oleh Apotek. Sehingga dengan data tersebut, dapat dilihat pemenuhan kepuasan pelanggan terhadap apotek Kimia Farma No. 345 Tebet.



1.2.



TUJUAN 2



1.2.1



UMUM 



untuk mengetahui dan melihat secara langsung peranan, tugas dan







fungsi apoteker sebagai APA. untuk mengetahui hubungan pelayanan farmasi dimana dalam ketersediaan perbekalan farmasi dalam penerimaan dan penolakan obat dalam resep sehingga dihasilkan suatu prosentase.



1.2.2



KHUSUS 



sebagai bahan evaluasi untuk mengingkatkan kepuasan pelanggan (service level) di Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Pelayanan Pelayanan adalah suatu tindakan melayani, menyediakan, memberikan sesuatu



yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang. Pelayanan merupakan suatu upaya penjual barang atau jasa untuk memberi dan memenuhi unsur-unsur yang menjadi harapan kepuasan konsumen. Dasar pertimbangan kepuasan konsumen adalah kesesuaian antara biaya yang dikeluarkan konsumen (cost customer) terhadap nilai barang atau jasa yang diperolehnya (customer delivered value) (3). 2.2



Jenis Pelayanan Dalam mengelola pelayanan perbekalan farmasi, terutama obat, di apotek



terdapat dua jenis pelayanan, yaitu: a.



b.



Pelayanan saat penjualan (sales service) Sales service adalah pelayanan yang diberikan apotek kepada konsumen pada saat konsumen sedang membeli obat di apotek. Pelayanan sesudah penjualan (after sales service) After sales service adalah pelayanan yang diberikan apotek kepada konsumen setelah konsumen membeli dan menggunakan obat. Jenis pelayanan ini dapat berupa: 1) Penyediaan informasi data penggunaan obat konsumen (consumer medication profile) 2) Peduli terhadap penggunaan obat oleh konsumen 3) Jaminan 4) Dapat diandalkan



Penjualan perbekalan farmasi dapat berupa pelayanan resep, penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, obat-obat wajib apotek, kosmetik dan alat kesehatan. Apotek mempunyai fungi utama dalam pelayanan obat atas dasar resep dan hal yang berhubungan dengan itu, serta pelayanan obat tanpa resep yang biasa dipakai dirumah. Dalam pelayanan obat ini apoteker harus berorientasi pada pasien/penderita, bagaimana obat yang diinginkan pasien tersebut dapat menyembuhkan penyakit serta tidak ada efek amping yang merugikan Harga jual obat merupakan faktor yang mempengaruhi pelayanan kefarmasian di apotek. Pelayanan harga obat yang wajar bagi kemampuan 4



masyarakat sekitar apotek perlu dipertimbangkan sehingga masyarakat dapat memperoleh obat dengan harga yang terjangkau dengan kualitas yang terjamin. Harga jual obat di apotek harus mempertimbangkan faktor jual obat terutama dari apotek sekitarnya. Bila sebuah apotek tidak memiliki kelebihan khusus dibanding apotek sekitarnya, misalnya lokasi yang lebih nyaman, perbekalan farmasi yang lebih lengkap, lebih banyak jumlah dan pilihannya atau pelayanan yang lebih baik, tentunya apotek tidak dapat menetapkan harga tinggi. Apotek yang mempunyai kelebihan khusus dapat menetapkan harga yang lebih tinggi hanya bila apotek dapat meyakinkan konsumennya akan kelebihan tersebut. Persepsi pasien/konsumen didasarkan pada kesan yang dimiliki sebuah apotek. Kesan sebuah apotek sebagian ditentukan oleh harga-harga yang ditetapkan apotek tersebut. Faktor lain yang cukup mempengaruhi kesan sebuah apotek mencakup luas dan lokasi apotek, kualitas dan keanekaragaman barang dagangan non resep yang dijual (alat kesehatan, kosmetik) dan kualitas pelayanan yang ditawarkan. Pengendalian persediaan obat juga penting sebab apotek harus mempunyai stok yang benar agar dapat melayani pasiennya dengan baik. Apotek harus mempunyai produk yang dibutuhkan pasien/konsumen dalam jumlah yang dibutuhkan konsumen. Bila pada sebuah apotek umum tidak tersedia obat yang dibutuhkan pasiennya pada waktu mereka memerlukan, apotek akan kehilangan penjualan. Bila hal ini sering terjadi, apotek akan kehilangan konsumen. Oleh karena itu, pengendalian persediaan yang efektif adalah mengoptimalkan dua tujuan yaitu memperkecil total investasi pada persediaan obat dan menjual berbagai produk yang benar untuk memenuhi permintaan konsumen.



2.3



Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya telah



terpenuhi atau terlampaui. Kepuasan pelanggan dapat mempengaruhi minat untuk kembali ke apotek yang sama. Hal ini akan merupakan promosi dari mulut ke 5



kemulut bagi calon pasien lainnya yang diharapkan sangat positif bagi usaha apotek. Kepuasan merupakan pengalaman yang akan mengendap di dalam ingatan pasien sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian ulang produk yang sama. Agar dapat bertahan di dunia persaingan bisnis apotek, maka apotek harus berusaha sekeras mungkin agar pelanggan tidak pergi. Agar pelanggan tidak pergi hendaknya apotek harus memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Untuk mewujudkannya, apotek dapat melakukan empat hal yaitu sebagai berikut: a. b.



Mengidentifikasi mengenai siapa yang akan menjadi pelanggan. Memahami tingkat harapan pelanggan atas harga produk atau kualitas



c. d.



produk. Memahami strategi kualitas produk yang dihasilkan untuk pelanggan. Memahami siklus pengukuran dan umpan balik dari kepuasan pelanggan.



Produk farmasi sangat banyak jumlahnya, menyulitkan dalam penyediaan barang, ditambah lagi produk farmasi umumnya merupakan me too product, suatu produk yang sama dengan kemasan yang berbeda, tapi isi obatnya sama. Bila di apotek tidak tersedia obat yang dibutuhkan pasiennya pada waktu mereka memerlukan, apotek akan kehilangan penjualan. Bila hal ini sering terjadi, apotek akan kehilangan konsumen. Untuk mengelola persediaan apotek yang besar itu, diperlukan tindak lanjut penolakan resep, pengendalian persediaan (kontrol inventori) yang baik untuk mengoptimalkan dua tujuan yaitu memperkecil total investasi pada persediaan obat dan menjual berbagai produk yang benar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Persediaan merupakan investasi yang paling besar dalam sebuah apotek, sehingga pengendalian persediaan obat yang tepat sangat diperlukan, pengendalian yang efektif berakibat pada investasi yang lebih kecil. Tindak lanjut untuk melayani resep dapat dilakukan dengan mengganti obat dengan obat lain yang kandungannya sama dengan persetujuan pasien, atau membeli pada apotik lain.



6



BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu 3.1.1



Tempat



7



Apotek Kima Farma No. 345, Jalan Prof. Dr. Supomo No.45 BZ, Tebet, Jakarta Selatan. 3.1.2



Waktu Penelitian ini dilakukan pada periode 3-22 September 2014



3.2 Objek Penelitian Objek penelitian ini dibatasi pada penerimaan dan penolakan obat ethical oleh Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet, baik melalui pembelian menggunakan resep (R/) maupun non resep yang digunakan dalam upaya pengobatan diri sendiri (UPDS). 3.3. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah case control study yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang service level Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet terhadap pelanggan pada periode penilitian, yang mana data diambil secara prospektif.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL



8



ALASAN PENOLAKAN TAP (Tidak Ada Persediaan) TAPD (Tidak Ada Persediaan Distributor) TAP – TP Qty (Tidak Penuh Quantity) TAP – TP Item (Tidak Penuh Item) TT (Tidak Terbaca) Total Jumlah Resep yang Ditolak Total Jumlah Resep yang Diterima



JUMLAH RESEP



PROSENTASE



DITOLAK 29 15 7 0 1 52 2698



(%) 1,07 0,55 0,25 0 0,04 1,93 98,07



4.2 PEMBAHASAN Apotek kimia Farma No.345 terletak di Jalan Prof. Dr. Supomo No. 45 BZ, Tebet Jakarta Selatan. Lokasi Apotek Kimia Farma No.345 ini cukup strategis dikarenakan terletak di tepi jalan raya yang ramai yang dilalui banyak sarana angkutan umum, mempunyai tempat parkir yang cukup luas, aman dan dekat dengan beberapa pusat perkantoran seperti bank, kantor polisi, dealer mobil serta dekat dengan stasiun dan pusat perbelanjaan seperti pasar tebet dan indomaret. Selain itu, tapotek kimia farma tebet berada di kawasan yang masyarakatnya ratarata memiliki tingkat pendapatan menengah keatas. Apotek Kimia Farma No.345 Tebet merupakan apotek yang buka 1x24 jam, dimana terdapat tempat praktek dokter gigi yang buka pada hari senin-jumat dan sabtu-minggu buka apabila dengan janji khusus antara pasien dengan dokter. Selain itu, di lingkungan sekitar apotek ini juga banyak terdapat praktek dokter baik dokter spesialis maupun non spesialis dan juga dekat sekali dengan RS Tebet. Berdasarkan letak yang sangat strategis itu, dapat memberikan keuntungan bagi apotek baik dalam jumlah resep yang masuk maupun penjualan obat dalam rangka upaya pengobatan diri sendiri (UPDS). Untuk dapat memberikan pelayanan resep dan swamedikasi yang baik, apotek ini harus menyediakan berbagai jenis obat, dan menjamin ketersediaan obat di apotek sehingga perbekalan yang lengkap juga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap apotek. Untuk mengelola persediaan apotek yang besar itu, diperlukan pengendalian persediaan (kontrol inventori) yang baik untuk mengoptimalkan dua tujuan yaitu memperkecil total investasi pada persediaan obat dan menjual berbagai produk yang benar untuk mernenuhi kebutuhan 9



konsumen. Persediaan merupakan investasi yang paling besar dalam sebuah apotek, sehingga pengendalian persediaan obat yang tepat sangat diperlukan, pengendalian yang efektif berakibat pada investasi yang lebih kecil. Pengendalian persediaan obat penting dilakukan untuk mempunyai stok yang benar agar dapat melayani pasien dengan baik. Untuk mendapatkan stok yang benar adalah dengan menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan, hal ini dilakukan cara-cara terus melakuan evaluasi terhadap kepuasan pelanggan dan pemenuhan kebutuhan pelanggan yang mana satu diantara cara yang dapat digunakan dengan melakukan evaluasi mengenai service level apotek kimia farma tebet terhadap pelanggan. Service level di kimia farma dibagi menjadi 2 yakni service level gudang terhadap apotek kimia farma yang dihitung dari persentase jumlah item barang yang datang dibandingkan dengan barang yang dipesan pada BPBA dan juga service level apotek kimia farma terhadap pelanggan. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi kepuasan pelanggan dengan menilai service level apotek kimia farma terhadap pelanggan apotek. Untuk mengetahui seberapa besar pemenuhan kepuasan pelanggan di Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet, dilihat dari banyaknya prosentase resep obat yang diterima dan prosentase resep obat yang ditolak dibandingkan dengan total resep yang masuk, pada periode 3 September – 23 September 2014. Service level adalah ukuran kinerja suatu perusahaan dalam pemenuhan order customer. Penentuan service level harus ditentukan dengan tepat karena penetuan yang kurang tepat akan berdampak timbulnya total cost yang membengkak akibat bertambahnya biaya penyimpanan yang besar untuk bisa memenuhi semua permintaan. Semua ini sangat berkaitan dengan manajemen inventaris di apotek, meningkatnya presentase permintaan obat pelanggan yang terpenuhi atau semakin menurunnya presentase penolakan permintaan pelanggan berbanding lurus dengan kepuasan pelanggan terhadap service yang kita berikan sehingga dapat pula meningkatkan pendapatan apotek. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan prosentase penolakan resep sebesar 1,98 % yang mana meskipun belum melampaui batas standar yang ditetapkan oleh kimia farma yakni prosentase service level tidak boleh melibihi dari 2%, namun angka ini cukup tinggi. Adapun beberapa kategori alasan 10



penolakan resep pelanggan oleh apotek diantaranya: 1). TAP (tidak ada persediaan), yang mana termaksud diantaranya adalah penolakan barang-barang memang yang ada di master komputer apotek kimia farma, barang yang belum listing, dan juga obat-obat baru yang belum masuk di apotek kimia farma, selain itu penolakan yang tergolong TAP ini dapat terjadi pula karena kehabisan stok obat maupun obat tidak di order kembali dikarenakan obat tersebut tidak ataupun kurang laku. Dari total prosentase penolakan obat-obat ethical di apotek TAP merupakan penyebab tertinggi dari tingginya persentase penolakan obat tersebut, yakni sebesar 1,07 % dari total penolakan; 2). TAP-D (Tidak ada persediaan dari distributor), angka barang yang kosong distributor ini juga cukup besar yakni 0,55 % dari total resep yang masuk. Obat kosong distributor ini dapat terjadi akibat pabrik yang memang tidak produksi obat tersebut kembali maupun kekosongan barang di gudang Kimia Farma, dalam hal ini BM Jaya II; 3). TAP-TP (tidak terpenuhinya permintaan karena kurangnya jumlah obat yang diminta maupun obat yang diminta) baik dari segi jumlah atau quantity maupun item barang yang dibutuhkan; 4). TT (Resep Obat tidak terbaca), namun hal ini sangat jarang terjadi, sebab apotek kimia farma merupakan apotek jaringan yang mana jika ada obat yang tidak terbaca maka apotek akan menanyakan terlebih dahulu ke apotek kimia farma lainnya sebelum mengkonfirmasikannya ke dokter penulis resep. Prosentase penolakan resep yang disebabkan oleh resep yang tidak terbaca, hanya 0.25%. Dalam upaya meningkatkan service level kimia farma terhadap pelanggan ada beberapa upaya tindak lanjut yang biasa dilakukan di apotek, yang juga merupakan prosedur tetap penangan barang kosong di kimia farma, yakni 1). menawarkan atau merefrensikan apotek kimia farma lain yang mempunyai stok obat yang dibutuhkan oleh pelanggan; 2). meminta pasien agar menunggu untuk diambilkan di apotek kimia farma lainnya; 3). Pasien dijanjikan untuk menunggu obat datang dari BM (dicatat dibuku janji pasien); dan 4). Pasien ditawarkan obat lain yang memiliki kandungan yang sama dengan obat yang diinginkan. Berdasarkan besarnya presentase penolakan permintaan pelanggan, apotek dapat melakukan evaluasi dalam hal manajerial inventory misalnya dalam hal BPBA, apotek dapat lebih cermat memperhitungkan kapan seharusnya BPBA dilakukan, berapa lama waktu tunggu (lead time) produk yang dipesan dan berapa 11



banyak produk penyangga (buffer stock) yang harus ada selama pemesanan obat. Sehingga meminimalkan kekosongan produk obat di apotek dan memperkecil kemungkinan penolakan permintaan pelanggan yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan apotek.



BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN 



Prosentase service level Kimia Farma No. 345 Tebet adalah sebesar 1.98 %; yakni dengan 52 items obat ethical yang ditolak dan 2698 items obat







ethical yang diterima. Prosentase alasan penolakan resep tertinggi adalah persediaan barang yang kosong (TAP).



5.2 SARAN 



Perlu dilakukan evaluasi dan pengkajian secara akurat mengenai persediaan barang, terkait dengan stok penyangga (buffer stock) dan 12



lamanya waktu tunggu barang (lead time), sehingga dapat menjamin ketersediaan barang dan meningkatkan service level Apotek Kimia Farma No. 345 Tebet terhadap pelanggan.



DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan republik Indonesia. (2009). Peraturan no.51 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen kesehatan republik Indonesia 2. Kementerian Kesehatan. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 3. Umar, Muhammad. (2009). Manajemen Apotek Praktis cetakan ketiga. Jakarta: Wira Putra Kencana.



13



4. Mas’ud.2009. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Pelayanan Apotek Kimia Farma Jakarta Menggunakan Model Servqual (Studi Kasus Pada Tiga Apotek). Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No.2, Agustus 2009.



14



Lampiran 1. Daftar Obat yang di Tolak Periode 3-23 September 2014



Tgl. 4/9



5/9



6/9



8/9



9/9



No R/



Nama Obat Vestigo Ampisilin Cendamicetin Adalat 10 mg Ikaphen Piroxetine Bactrim N-Acethylcistein Valsartan Naphrox Hyalin Xenical Inhipraz Fixacep Vit. K Tribestan Anusol Aminofilin Isoniazid Rifampisin 450mg Cefadroxil ISDN Ascardia



TAP



Alasan Penolakan TAP-TP TAP-D QTY ITEM



√ √ 5 20 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 √ √ √ √ √ √ √



TT



Jumlah R/ 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1



Ket. Stok kosong Stok kosong Stok barang kurang Stok barang kurang Stok kosong Belum pernah ada Stok kosong Stok kosong Kosong distributor Kosong distributor Stok kosong Stok kosong Belum pernah ada Belum pernah ada Stok kosong Stok kurang Kosong distributor Kosong ditributor Stok kosong Stok kosong Kosong distributor Stok kosong Kosong distributor 15



10/9



11/9



12/9 14/9 15/9



16/9



17/9 18/9 19/9 22/9 23/9



Rifampicin 600mg Enzimplex Rifampisin 600mg Enziplex Floxsid Anusol Aminfilin Enzimfort Fenozol Alprazolam Ceftriaxone Fixcef Hyperil 5mg Inzana Lanprazid Pantoprazol Ribone IUD Spiral Quidex Enziplex Valsartan Tribestan Enziplex Benoson Benocol Amoxicilin Neurodex Actos Ranitidin 150mg



18 √ √ √ 2 √ √ √ 5 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 19 √



1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1



Stok kurang Kosong distributor Stok kosong Kosong distributor Stok kurang Kosong distributor Kosong distributor Stok kosong Stok kurang Stok kosong Stok kosong Stok kosong Stok kosong Stok kosong Stok kosong Kosong distributor Stok kosong Kosong distributor Stok kosong Kosong distributor Kosong distributor Stok kosong Kosong distributor Tidak Terbaca Stok kosong Kosong distributor Stok kosong Stok kurang Stok kosong 16



Lampiran 2. Perhitungan Persentase Penolakan Barang



1.



Persentase Total Resep Ditolak



= 1.93 %



2.



Persentase Total Resep Diterima



3. Persentase Resep Ditolak (TAP)



= 1,07 %



4.



Persentase Total Resep Ditolak (TAPD)



= 0.55 %



5.



Persentase Total Resep Ditolak (TAP-TP Qty)



17



= 0.25 %



6.



Persentase Resep Ditolak TAP-TP Item



=0 7.



Persentase Resep Ditolak TT



= 0,04%



18