7 0 5 MB
SIFILIS Oleh : Wijayanti Pembimbing : dr S Primawat, sp KK
DEFINISI
DEFINISI
CIRI PENYAKIT
• Sifilis merupakan Penyakit Hubungan Seksual (PHS), kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan.
• Penyakit sangat kronis • Menyerang semua organ tubuh • Kuman penyebab dpt menembus plasenta & kelainan kongenital
ETIOLOGI Treponema pallidum ditemukan oleh SCHAUDINN dan HOFFMAN (1905) Ordo
: Spirochaetalis
Famili : Spirochaetaceae Genus : Treponema
CIRI-CIRI TREPONEMA PALIDUM Tidak dapat bertahan di udara kering, suhu panas, desinfektans, sabun Stadium aktif berlangsung setiap 30 jam
Berkembang biak dengan cara membelah secara melintang
Dapat bergerak maju mundur, berotasi, undulasi dari sisi yang satu ke sisi yang lain
Berbentuk spiral
Berukuran panjang : 6 – 15 m, tebal 0,25 m
Terdiri dari 8 – 24 kumparan
CARA INOKULASI TREPONEMA PALIDUM Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui:
melalui selaput lendir (misalnya di vagina atau mulut) atau melalui kulit
Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke kelenjar getah bening terdekat Kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Sifilis juga bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan menyebabkan cacat bawaan.4
EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI SIFILIS Sifilis dibagi menjadi : Sifilis Kongenital Dini (sebelum 2 tahun)
Lanjut (sesudah 2 tahun) Stigmata
Sifilis Akuisita (Didapat) Secara Klinis Stadium I
Secara Epidemiologik Stadium Dini Menular; dalam 1 tahun sejak infeksi terdiri atas SI, SII,
Stadium II
S.rekuren, S. laten dini
Stadium III
Stadium Lanjut tak menular;
setelah 1 tahun sejak infeksi terdiri atas stadium laten lanjut dan SIII
SKEMA STADIUM SIFILIS 1 Tahun Stadium Dini Menular
Stadium Lanjut Tidak Menular
Stadium Rekuren
St.
SI 2-4 minggu
S II 6-8 minggu
Sifilis Laten Dini (menular)
S III
3-10 tahun Sifilis Lanjut Laten (tidak menular)
Keterangan: St.
= Sanggama tersangka
SI
= Sifilis stadium I
S II
= Sifilis stadium II
S III
= Sifilis stadium III
Djuanda A dan Natahusada E.C. Sifilis.dalam editor: Djuanda A, hamzah M, Aisah S. llmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 393-412.
PATOGENESIS Stadium dini • T. pallidum mikrolesi / selaput lendir melalui senggama kulit kuman membiak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat (sel limfosit dan sel plasma, terutama di perivaskular, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi di kelilingi oleh T. pallidum dan sel-sel radang. • Treponema di antara endotelium kapiler dan jaringan perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh darah kecil perubahan hipertrofik endotelium obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Kehilangan pendarahan erosi S1.
PATOGENESIS • Kuman mencapai kelenjar getah bening regional secara
limfogen, hematogen dan membiak, menyebar ke semua jaringan tubuh. Multiplikasi ini diikuti oleh reaksi jaringan S II • Stadium laten: tidak disertai gejala, meskipun masih terdapat infeksi yang aktif. Jika imunitas gagal mengontrol infeksi sehingga T.pallidum membiak lagi ditempat S I dan menimbulkan lesi rekuren atau kuman tersebut menyebar melalui jaringan menyebabkan reaksi serupa dengan lesi rekuren S II. • Lesi menular tersebut dapat timbul berulang-ulang, tetapi tidak melebihi 2 tahun
PATOGENESIS Stadium Lanjut • Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun, treponema dalam keadaan dorman. Namun antibodi tetap ada dalam serum penderita • Keseimbangan antara treponema dan jaringan dapat berubah Guma SIII
SIFILIS KONGENITAL Sifilis kongenital (SK) pada bayi terjadi bila ibunya terkena sifilis, terutama sifilis dini sebab banyak T. pallidum beredar dalam darah.
Treponema pallidum masuk secara hematogen melalui plasenta yang sudah dapat terjadi usia kehamilan 10 minggu. Sifilis yang mengenai wanita hamil gejalanya ringan; Pada tahun I setelah infeksi yang tidak diobati penularan 90%, Jika ibu menderita sifilis laten dini 80%, Bila sifilis lanjut 30 %
SIFILIS KONGENITAL
SK terbagi :
SK dini (+) < 2 tahun
SK lanjut (+) > 2 tahun
Stigmata (Jaringan parut atau deformitas akibat penyembuhan kedua stadium)
GAMBARAN KLINIS SIFILIS KONGENITAL DINI •
Kelainan kulit yang pertama kali terlihat: •
Bula bergerombol, simetris pada telapak tangan dn kaki, badan. Cairan bula banyak T.pallidum . Bayi tampak sakit, bentuk ini disebut pemfigus sifilitika.
• Kelainan lain : • Timbul pada bayi berumur beberapa minggu dan mirip erupsi S II, berbentuk papul atau papulo
skuamosa yang simetris dan generalisata, dapat tersusun teratur • Wajah bayi seperti orang tua akibat BB turun, Alopesia pada sisi dan belakang kepala, kuku dapat
terlepas akibat papul di bawahnya (onikia sifilitika). • Selaput lendir mulut dan tenggorokan terlihat plaque muqueuses, Rinitis (syphilitic snuffles) • Hepar dan lien membesar akibat invasi T.pallidum fibrosis difus • Osteokondritis terjadi sebelum berumur 6 bulan. Ujung tulang terasa nyeri dan bengkak sehingga tidak
dapat digerakkan, seolah paralisis (psedo paralisis parrot) • Neurosifilis aktit invasi pada T.pallidum otak intrauterin
Gambaran Klinis SIFILIS KONGENITAL DINI Keratitis interstisialis
Sunffle nose, crusting, nasal discharge
Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Penerbit Hipokrates,2000.p170-1Sirergar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua, Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2004: p301-3
Gambaran Klinis SIFILIS KONGENITAL DINI Hepato-splenomegali
Sifilis Kongenita, bullous lesion
Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Penerbit Hipokrates,2000.p170-1Sirergar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua, Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2004: p301-3
Gambaran Klinis SIFILIS KONGENITAL DINI Periostitis
Sifilis Kongenital
Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Penerbit Hipokrates,2000.p170-1Sirergar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua, Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2004: p301-3
SIFILIS KONGENITAL LANJUT Umumnya terjadi usia 7-15 tahun • Dpt menyerang kulit ,tulang, selaput lendir dan alat dalam
Guma
• Yang khas guma pada hidung dan mulut , jika kerusakan di septum nasiperforasi destruksi kolaps
Periostitis Sifilitika
• Menyerang tibia umumnya mengenai 1/3 tengah tulang
Keratitis Intertisial
• Gejala paling umum, biasanya umur 3-30 tahun • Dapat menyebabkan kebutaan.
• Menyebabkan penebalan “sabre tibia“
Clutton’s joints
• Yaitu pembengkakan kedua sendi lutut disertai efusi • Biasanya umur 10-20 tahun, bersifat kronik
Neurosifilis
• Berbentuk paralitik generalisata atau tabes dorsalis
Djuanda A dan Natahusada E.C. Sifilis.dalam editor: Djuanda A, hamzah M, Aisah S. llmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 393-412.
STIGMATA Stigmata adalah jaringan parut atau deformitas akibat penyembuhan kedua stadium tersebut
• Akibat rinitis yang parah dan terus-menerus gangguan pertumbuhan septum
Stigmata pada lesi dini:
nasi pada cavum nasi depresi pada jembatan hidung (Saddle nose) • Maksila tumbuh abnormal ( Bulldog jaw ) • Gigi Hutchinson Gigi tersebut lebih kecil daripada normal, sisi gigi konveks , daerah menggigit konkaf khas pada gigi insisi permanen. • Gigi mulberry • Ragades terutama pada sudut mulut • Jaringan parut koroid koroidoretinitis pada SK dini • Kuku onikia
Djuanda A dan Natahusada E.C. Sifilis.dalam editor: Djuanda A, hamzah M, Aisah S. llmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 393-412.
Kelainan STIGMATA Gigi Hutcinson
Gigi Mulberry
Kelainan STIGMATA • Rhagades
STIGMATA
dan LESI LANJUT
Stigmata pada lesi lanjut: • Korena keratitis interstisial • Tulang • Atropi Optikus • Trias Hutchinson
Keratitis interstisial Kelainan gigi Hutchinson
Ketulian nervus VIII. Djuanda A dan Natahusada E.C. Sifilis.dalam editor: Djuanda A, hamzah M, Aisah S. llmu Penyakit Kulit dan Kelamin, ed 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. p 393-412.
SIFILIS AKUISITA Sifilis Dini • Kelainan Kulit : • Masa tunas 2-4 minggu, bakteri masuk kedalam selaput lendir atau kulit melalui mikrolesi (senggama) kuman berkembang biak dan terjadi
penyebaran
secara
hematogen dan limfogen.
Sifilis Primer (S I)
• Dimulai sebagai papul
lentikular yang permukannya segera menjadi erosi kemudian
ULKUS
ULKUS DURUM Pada S I Ciri khas ULKUS DURUM •
Biasanya soliter
•
Berbentuk bulat atau lonjong
•
Berukuran beberapa mm sampai 1 atau 2 cm
•
Tepi ulkus teratur, berbatas tegas dengan tanda-tanda radang negatif
•
Dinding ulkus tegak
•
Permukaan dasar ulkus bersih, berwarna
merah •
Isi ulkus berupa cairan serous
•
Pada perabaan terdapat indurasi (durum) dan tidak nyeri tekan (indolen)
SIFILIS PRIMER (S I) Ulkus Durum pada anus
Ulcus Durum di Lidah
ULKUS DURUM Umumnya lokasi afek primer – genital, jg dpt ekstra genital Pada pria tempat paling sering Sulkus Koronarius Pada wanita Labia mayor dan labia minor Di tempat lain Lidah, tonsil dan anus
S I (SIFILIS PRIMER) Afek primer dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan dlm 3 – 10 minggu Satu minggu setelah afek primer (+) penjalaran infeksi ke kelenjar gth bening (KGB) regional : regio inguinal medial – KGB membesar, soliter,
padat kenyal, indolen, tidak supuratif, periadenitis (-) & dpr digerak scr bebas dr jaringan sekitarnya KOMPLEKS PRIMER
SIFILIS SEKUNDER (S II) STADIUM II Umumnya Stadium II terjadi setelah 6 – 8 minggu. S II sering disebut : the Greatest Imitator of all the skin diseases. Kelainan – sistemik, didahului gejala prodromal : Nyeri otot, sendi, suhu subfebril, sukar menelan (angina sifilitika), malaise, anoreksi & cefalgia Kelainan kulit, selaput lendir, kelenjar & organ tubuh lain
Kelainan Kulit Stadium Sekunder ( S II)
ROSEOLA
PAPUL PUSTUL
Kelainan Kulit pada Stadium II
Makula eritem, bulat lonjong (roseola sifilitika) terutama pada dada, perut, punggung,
lengan, tangan ke seluruh tubuh
Transien dan berakhir hipopigmentasi (leukoderma sifilitika)
Papel - batas kulit rambut kepala (korona veneris)
Papula arsiner, sirsiner dan polisiklik
Papula diskret - telapak tangan dan telapak kaki
Papula korimbiformis
Kondiloma lata - kulit lipatan-lipatan yang lembab & hangat
Papula + folikulitis yang dapat alopesia sifilitika
Papuloskuamosa - mirip psoriasis (psoriasis sifilitika), papulokrustosa - mirip frambusia (sifilis frambusiformis)
Pustula, - bersifat destruktif pd KU buruk (rupia sifilitika = lues maligna)
Kelainan Kulit pada Stadium II Kelainan selaput lendir (mukosa) Mucous patch - banyak mengandung T pallidum, Bentuk bulat, kemerahan ulkus Kelainan mukosa bibir, pipi, laring, tonsil dan genital.
Kelainan Pada rambut alopesia difusa, alopesia areolaris Kelainan Pada Kuku Onikia Sifilitika , Paronikia Sifilitika Kelainan kelenjar Pembesaran kelenjar seluruh tubuh (limfadenopati generalisata) - sifat = S I Kelenjar - kelenjar getah bening superfisialis t u suboksipital, sulkus bisipitalis &
inguinal. Pada aspirasi kelenjar akan ditemukan T. pallidum.
SIFILIS SEKUNDER ( S II ) Sifilis Std II, makulopustula
Sifilis Std II, Papuloskuama
Kelainan Kulit pada Stadium II Sifilis std II, Mucous patch - tongue
Sifilis II, Interstitial glossitis
SIFILIS SEKUNDER ( S II ) Sifilis II, palm & sole
Sifilis II, palmar
SIFILIS SEKUNDER ( S II ) Lesi Psoriasiformis
Kondiloma lata, perianal
SIFILIS SEKUNDER ( S II ) Kelainan tubuh lain Kuku : onikia, rapuh dan kabur Mata : uveitis anterior, korioretinitis Tulang : periostitis Hepar : hepatomegali, hepatitis Ginjal, meningen
SIFILIS AKUISITA- Stadium Laten Dini &Rekurens STADIUM LATEN DINI
Stadium ini (+) < dari 2 tahun setelah infeksi.
Tanda-tanda klinis (-), bersifat menular.
STADIUM REKURENS
Kelainan klinis seperti kelainan stadium II, namun kelainan bersifat setempat.
Kadang-kadang dapat juga timbul kelainan seperti stadium I.
SIFILIS AKUISITA – STADIUM LANJUT (TIDAK MENULAR)
STADIUM LATEN LANJUT
Disebut laten lanjut > 2 tahun setelah infeksi.
Kelainan klinis (-) dan hanya dapat diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan STS yang positif. Lamanya masa laten ini dapat berlangsung bertahun-tahun, bahkan dapat berlangsung seumur hidup.
SIFILIS AKUISITA – STADIUM LANJUT (TIDAK MENULAR)
Kelainan timbul 3
STADIUM III
– 10 tahun sesudah stadium I
Kelainan khas – guma :
Ulkus : dinding curam,
infiltrat berbatas tegas,
dasar : jaringan nekrotik
bersifat kronis, cenderung
berwarna kuning
mengalami perkejuan
keputihan (ulkus
(perlunakan) & pecah
gumosum) & bersifat
ulkus
destruktif & serpiginosa.
SIFILIS AKUISITA – STADIUM LANJUT (TIDAK MENULAR) STADIUM III
Guma soliter - dapat multipel
Ukuran : milier - beberapa cm.
Guma di semua jaringan & merusak semua jenis jaringan : tulang rawan hidung, palatum atau organ dalam tubuh : lambung, hepar, lien, paru-paru, testis dan lain-lain.
S III - Guma Sifilis Stadium III, Large gumma
Nasal perforation ec nasal gumma
S III - Guma Sifilis III, Gumma on lower lip
Saddle Nose, Destruction nasal bone
Manifestasi Klinis Sifilis tersier (S III) • Lesi pertama umumnya
terlihat antara tiga sampai sepuluh tahun setelah S I. Kelainan yang khas ialah guma, yakni infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak, dan destruktif. • Dapat menyarang mukosa,tulang dan alat dalam
SIFILIS KARDIOVASKULAR Manifestasi klinik baru (+) 10 – 40 tahun setelah infeksi primer.
Sekitar 10 % penderita sifilis akan mengalami fase ini & dapat terjadi
bersamaan dengan neurosifilis (40 %). Pasien pria > wanita. Pasien bangsa kulit berwarna > kulit putih Kelainan jantung, pembuluh darah besar (aneurisma) dan pembuluh
darah sedang.
NEUROSIFILIS • Treponema pallidum sudah dapat SSP pada stadium dini, tetapi kelainan
baru (+) secara perlahan-lahan & bermanifestasi 10 – 20 tahun sth infeksi. • Kelainan > sering kulit putih. • Tidak dapat diramalkan pasien sifilis tabes dorsalis / paresis
generalisata.
MDL/S/Peb/2006
PEMERIKSAAN untuk DIAGNOSIS
Pemeriksaan Treponema pallidum Tes Serologik Sifilis (STS) Pemeriksaan pembantu lain
Pemeriksaan Treponema pallidum 1. Pemeriksaan - mikroskop lapangan gelap melihat pergerakkan Treponema pallidum. 2. Pewarnaan Burri (tinta hitam) tidak adanya pergerakan Treponema
karena T. pallidum telah mati kuman berwarna jernih dikelilingi oleh lapangan yang berwarna hitam.
Serologi Tes Sifilis (STS) 1.STS penting untuk diagnosis dan pengamatan hasil pengobatan.
2. Prinsip pemeriksaan STS - mendeteksi bermacam antibodi yang berlainan akibat infeksi T. pallidum.
KLASIFIKASI STS Tes Non Treponema
: kardiolipin, lesitin dan kolesterol
Tes Treponema : Treponema pallidum hidup / mati / fraksi T.pallidum
Ketepatan hasil STS dinilai berdasarkan : • Sensitivitas : % individu yang terinfeksi yang memberi hasil positif • Spesifivitas : % individu yang tidak infeksi yang memberikan hasil negatif
Tes Non Treponema
Rx Komplemen : Wasserman dan Kolmer
Flokulasi / aglutinasi •
V.D.R.L. (Venereal Disease Research Laboratory)
•
R.P.R (Rapid Plasma Reagen)
•
A.R.T. (Automated Reagen Test)
•
Kahn
MDL/S/Peb/2006
Tes Non Treponema Hasil (-) 3 – 8 bln sth pengobatan adekuat. Hasil (+) dalam 2 minggu I sth ulkus durum (+) Titer pada berbagai stadium : SI
: Negatif / positif rendah sampai tinggi
S II
: Positif tinggi
S III
: Positif tinggi
S kardiovaskular : Dapat non reaktif Neurosifilis
: Dapat non reaktif
Tes Treponema Berguna pada keadaan : Tes Non Treponema berulang kali (+) namun dicurigai adanya sifilis laten
Pd keadaan false positive pd tes Non Treponema
Tes Non Treponema (-) namun dicurigai adanya sifilis lanjut
MDL/S/Peb/2006
Tes Treponema digolongkan 4 kelompok:
Tes Imobilisasi
Tes imunofluoresensi
Tes Hemanglutinasi
Tes Fiksasi komplemen
Tes Imobilisasi
Tes serologi untuk sifilis dimana larutan yang mengandung agen kausatif yakni Treponema Pallidum di kombinasikan dengan serum yang berisi komplemen dimana bila T. pallidum menjadi immobile setelah itu artinya hasilnya (+)
Tes Imobilisasi Treponema Pallidum Immobilization (TPI) • Tes Treponema yang paling spesifik
Hasil positif pada Treponematosis Kekurangannya : - Rx lambat, baru (+) pd akhir stadium I, -Tidak dapat - untuk menilai hasil pengobatan, Teknik sulit dan biayanya mahal
Tes imunofluoresensi Fluorecent Treponemal Antibody Absorption Test (FTA-Abs) •
Antigen u/ test ini adalah bakteri T. pallidum. Bakteri ini tidak bisa dikultur sehingga bakteri ini dikembang biakan dan diekstraksi dari jaringan testikular kelinci.Kemudian hasil ekstraksi di sebar meratakan dan difiksasi di kaca objek.
•
Serum dari pasien dicampurkan dengan absorben (abs) yang berisi treponema non (Treponema phagedenis biotype Rieter). Tujuan pemberian absorben adalah untuk membuang antibodi anti treponema yang tidak spesifik untuk bakteri
MDL/S/Peb/2006
Tes imunofluoresensi •
Fluorecent Treponemal Antibody Absorption Test (FTA-Abs) • Tes ini paling sensitif (90 %), bisa u deteksi Ig G • False (+) pada Keganasan
Anemia hemolitik
Lupus eritematosus
Sirosis hepatik
Rheumatoid arthritis
Kehamilan
Skleroderma
Infeksi virus, vaksinia
Drug induced LE
Orang normal
< 18 % S I & < 5 % S laten false (+)
MDL/S/Peb/2006
Tes imunofluoresensi FTA Abs IgM • Tes untuk deteksi IgM • Bersifat sgt reaktif pd sifilis dini & paling
penting untuk sifilis kongenita. • Pada pengobatan yang berhasil, titer IgM
cepat menurun, sedangkan IgG lambat.
Tes Hemanglutinasi Treponema Pallidum Haemagglutination Assay (TPHA) :
adalah pemeriksaan aglutinasi tidak langsung untuk mendeteksi titer antibodi terhadap T. pallidum
Tes Hemanglutinasi Treponema Pallidum Haemagglutination Assay (TPHA). • Bersifat cukup spesifik & sensitif, reaktif cukup dini • Merupakan tes yg dianjurkan teknik dan pembacaan hasil mudah. • False positif dapat terjadi pada : Kehamilan Lepra
Connective tissue diseases Infeksi momonukleosis
Tes Fiksasi komplemen Reiter Protein Complement Fixation Test (RPCF) Protein Reiter merupakan ekstrak protein T. pallidum - bersifat non patogen. Sensitivitas tidak melebihi VDRL False positive (+) akibat adanya antibodi terhadap polisakarida dlm ekstrak protein.
MDL/S/Peb/2006
Pemeriksaan untuk Neurosifilis •
Neurosifilis perlu pemeriksaan cairan serebrospinalis untuk menilai : • Jumlah sel PMN : > 4/mm • Total protein : > 40 mg/dl • Tes Non Treponema (VDRL) • Titer Ig G cairan serebrospinalis dan Ig M serum meningkat
MDL/S/Peb/2006
Hasil STS setelah pengobatan
Sel PMN normal dlm waktu 6 bulan
Kadar protein normal dlm waktu 2 tahun
STS normal dlm waktu > dari 2 tahun.
STS cairan serebrospinalis false positive pada keadaan
Neoplasma serebral / medula
Meningitis tuberkulosa
Kontaminasi cairan serebrospinalis dengan darah
Pemeriksaan Lain Pem sinar Rontgen u melihat kelainan khas pd
tulang, kelainan sistim kardiovaskular Pem EKG u menilai kelainan sistim kardiovaskular Pem USG u menilai kelainan organ tubuh lain Pem lab darah lain untuk menilai fungsi hepar,
ginjal
PENATALAKSANAAN Obat pilihan u Th/ sifilis : Penisilin •
Prinsip Th/ sifilis : kadar obat harus dapat bertahan dalam serum selama 10 – 14 hari u sifilis dini & lanjut, 21 hari u neurosifilis dan sifilis kardiovaskular.
•
Kadar penisilin yg diperlukan cukup 0,03 unit/ml selama 10 – 14 hari.
MDL/S/Peb/2006
Cara & dosis pemberian penisilin dlm kepustakaan
-
masih berbeda.
Dosis total yang dianjurkan :
•
SI
•
S II : 6 juta unit
•
S III : 9 juta unit
: 4,8 juta unit
MDL/S/Peb/2006
Cara Th/ tgt lama kerjanya penisilin Aqueous Procain Penicillin G
Procain Penicillin + 2 % Aluminium Monostearate (PAM)
Benzathine Pecillin G
Golongan
Short acting
Intermediate acting
Long acting
Lama kerja obat
24 jam
72 jam
2 – 3 minggu
Setiap hari
Setiap 3 hari
Seminggu sekali
Cara pengobatan
Sifilis
Pengobatan
Pemantauan
Serologik Sifilis primer
1. Penisilin G benzatin dosis 4,8 juta unit IM, 2,4 juta unit dan diberikan 1x Pada bulan I, III, VI, & seminggu. 2. Penisilin G prokain dalam akua dosis total 6 juta, diberi 0,6 juta unit/hari
selama 10 hari 3. PAM (penisilin prokain +2% aluminium monostrerat) dosis 4,8 juta unit, diberikan 1,2 juta unit/kali 2 kali seminggu
Sifilis sekunder
Sama seperti sifilis primer
Sifilis laten
1.Penisilin G benzatin dosis total 7,2 juta unit 2.Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 12 juta unit (0,6 juta unit/hari) 3. PAM dosis total 7,2juta unit (1,2 juta unit/kali, 2x seminggu)
Sifilis S III
1.Penisilin G benzatin dosis total 9,6 juta unit 2.Penisilin G prokain dalam akua, dosis total 18 juta unit (0,6 juta unit/hari) 3. PAM dosis total 9,6 juta unit (1,2 juta unit/kali, 2x seminggu)
XII & setiap 6 bulan pada tahun ke 2
MDL/S/Peb/2006
REAKSI JARISH HERXHEIMER Pd Th/ sifilis dg penisilin rx JarishHerxheimer (akb toksin kuman T. pallidum yg mati.)
(+) 2 – 12 jam sth inj penisilin pertama
Febrisnya hebat antipiretik.
Ps harus diberitahu
Alergi penisilin Tetrasiklin, Eritromisin.
REAKSI JARISH HERXHEIMER Gejala : -Febris -Nyeri kepala -Malaise -Keringat banyak -Menggigil -Kemerahan pd kulit & kelainan kulit yg ada + hebat / + merah.
Stadium dini (menular)
: Dosis total 30 gram/15 hari
Stadium lanjut (tidak menular)
: Dosis total 60 gram/30 hari
Sebelum Th/ dilakukan pemeriksaan STS STS diulang setelah Th/ selesai Dilakukan : 1, 3, 6, & 12 bulan sampai 2 tahun sth Th/ selesai
TUJUAN :
Menilai hasil Th/
Kemungkinan Th/ tidak adekuat
Relaps penyakit
DIAGNOSA BANDING SIFILIS STADIUM I
SIFILIS STADIUM II
1. Herpes simplek 2. Ulkus piogenik
1. Erupsi alergi obat
3. Skabies
2. Morbili
4. Balanitis
3. Pitiriasis rosea
5. Limfogranuloma venereum
4. Psoriasis
6. Karsinoma sel squamosa
5. Dermatitis seboroik
7. Penyakit bechet.
6. Kondiloma akuminatum
8. Ulkus mole
7. Alopesia areata
MDL/S/Peb/2006
PROGNOSIS • Dengan ditemukannya penisilin, maka prognosis sifilis
menjadi lebih baik. Penyembuhan berarti sembuh klinis seumur hidup, tidak menular ke orang lain, T.S.S pada darah dan likuor serebrospinalis selalu negatif. • Jika sifilis tidak diobati, maka hampir ¼ akan kambuh, 5% akan mendapat S III, 10% mengalami sifilis kardiovaskular, neurosifilis pada pria 9% dan pada wanita 5%, 23% akan meninggal. Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%.