Sinar Tani Edisi 3901 - soDjGg [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Edisi 7 - 13 Juli 2021 No.



TA B LO I D



3901



Tahun LI



PE R TA NIA N INDONE S IA BA RU Hotline/SMS : 087881605773



e-mail : [email protected]



Terbit setiap hari rabu



Scan to visit our website :



www.tabloidsinartani.com



Paul Makarello Anthurium dan Philodendron Depok, Berjaya di Pasar Amerika Hal.



6



Strategi Bisnis Tanaman Hias



4



Mentan SYL : Bertani itu Hebat, Bertani itu Keren



Info Berlangganan SMS/WA : 0813 1757 5066



12



Food Smart Village, Cerdas Menyiasati Perubahan Iklim Dapatkan E-paper Tabloid Sinar Tani di myedisi | www.myedisi/sinartani



2 MENTAN MENYAPA



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



E D I T O R I A L



Menggerakkan Bisnis Florikultura



K



S



Pulihkan Ekonomi Melalui Riset Pertanian



abtu (26/7) lalu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meresmikan Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Penelitian (IP2TP) Desa Muneng, Probolinggo, Jawa Timur. IP2TP sebelumnya bernama ”Proef Station Voor Den Land Bouw”. Tempat penelitian tersebut berdiri sejak tahun 1938. IP2TP Muneng merupakan satu diantara lima IP2TP yang berada di bawah Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) yang meneliti dan mengembangkan varietas unggul tanaman seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan komoditas Akabi lainnya. Pada kesempatan itu Mentan SYL mengapresiasi hasil riset Balitkabi Balitbangtan. Saya meminta hasil riset ini harus disebarkan dan diaplikasikan secara massif di wilayah lain agar sektor pertanian terus bergerak dan berperan dalam pemulihan ekonomi nasional. Saya bangga memiliki tempat riset seperti ini. Tapi semoga saja hasil penelitiannya sama hebatnya dengan gedung yang keren. Masalah riset dan inovasi pertanian pernah disinggung Presiden Joko Widodo saat Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian 2021. Bapak Presiden selalu menekankan, bahwa pembangunan sektor pertanian tidak bisa lagi dilakukan dengan cara yang konvensional dan hanya bersifat rutinitas, melainkan memerlukan terobosan dan inovasi. IP2TP telah memenuhi semua persyaratan untuk melakukan terobosan, terlebih di masa pandemi yang tidak bisa diprediksi sampai kapan berakhirnya. Negara ini terlalu bagus, matahari yang terus bersinar, air cukup, tanah yang subur. Maka setahun pandemi kemarin tidak ada yang cash flow-nya yang naik selain pertanian? Allah Swt sebetulnya sudah kasih makanan. Tinggal pertanyaannya, kita mau berkeringat atau tidak? Kami hadir di sini, Kementan, Komisi IV DPR RI tidak lain untuk mengakselerasi daerah. Dalam hal ini Bupati Probolinggo dalam rangka mempersiapkan varietas kedelai dalam skala massif, yaitu varietas Detam. Saya berharap varietas ini terus dikembangkan dengan memperluas dan meningkatkan jumlah bibit sebar. Kementan siap untuk mengintroduksi kepada wilayah-wilayah yang secara cocok. Saya berharap Probolinggo berhasil bukan hanya pada sektor pertanian dalam jumlah luasan yang besar, tapi juga mampu mengoptimalisasi lahan-lahan pekarangan di setiap rumah dengan menanam sesuatu yang bernilai ekonomi. Jika ini dikonsolidasi dalam bentuk korporasi, maka ini menjadi hal yang luar biasa. Sepanjang tahun 2020, ekspor pertanian naik 15,4 persen atau Rp 564 triliun, triwulan pertama di tahun 2021, 36,2 persen setara hampir Rp 400 triliun. Bertani itu hebat. Jadi harus mulai dibangun dari pertanian desa yang hebat, pertanian di tingkat kecamatan yang hebat, pun seterusnya. Bagi yang ingin menyampaikan pertanyaan kepada Menteri Pertanian bisa melalui SMS ke : 087881605773 atau email ke : [email protected]. Jangan lupa sertakan nama dan alamat anda



ekayaan sumberdaya hayati bunga dan tanaman florikultura yang begitu beragam di negeri ini sungguh merupakan modal alami yang besar. Tapi dengan anugerah istimewa ini, tidak lantas bisnis bunga bisa langsung berkembang. Dibalik potensi keuntungannya yang besar, tersimpan persyaratan rumit yang perlu ditangani dengan hati-hati. Budaya bunga belum berkembang pesat di negeri ini. Pasar di dalam negeri maupun ekspor masih rendah. Lagi pula terlalu lama upaya pengembangan tanaman florikultura ini terbilang rendah, terpinggirkan oleh program prioritas peningkatan produksi tanaman pangan. Tidak mengherankan, negeri yang punya potensi menjadi pusat bisnis florikultura dunia ini tertinggal dari negara kecil seperti Malaysia, Singapura, Thailand atau Taiwan. Porsi Indonesia dalam perdagangan florikultur dunia hanya 0.08 persen, sementara negara tetangga sudah ada di posisi yang sangat diperhitungkan. Jangan dulu dibandingkan dengan Netherland, raksasa bisnis florikultura yang menguasai lebih dari separuh perdagangan florikultura dunia. Walaupun demikian, bisnis tanaman florikultura mempunyai prospek yang menjanjikan baik di dalam maupun di luar negeri. Impor florikultura yang selalu lebih besar dari ekspor menunjukkan, permintaan terhadap florikultura di dalam negeri cukup besar dan terus meningkat. Bisnis florikultura dalam negeri mempunyai peluang menggantikan pasar impor. Tentu saja apabila jenis dan kualitas yang ditawarkan bisa bersaing. Demikian juga ekspor florikultura punya peluang besar dengan menampilkan jenis florikultura tropis yang unik dan eksotis. Pekerjaan rumah dalam pengembangan florikultura cukup banyak dan sudah saatnya juga diprioritaskan. Kegiatan ekonomi florikultura memerlukan investasi besar, fasilitas memadai, pemeliharaan yang intensif, panca panen yang baik, serta sistem komunikasi dan transportasi yang serba cepat dan efisien. Dukungan pemerintah dalam bentuk penyediaan sarana produksi, perizinan, karantina, penelitian, pelayanan dan informasi perdagangan harus merupakan inti dalam mengembangkan bisnis florikultura di Indonesia. Kita yakin itu bisa dilakukan.



Pemerintah tetapkan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) darurat - Ayo jangan bandel ! Presiden bakal terbitkan Perpres penguatan penyuluh - Semoga posisi penyuluh kembali tegak Penyuluh adalah guru petani - Ingat, bukan menggurui loh !



Pemimpin Umum / Penanggung Jawab : Dr. Ir. Memed Gunawan; Pemimpin Redaksi : Yulianto; Pemimpin Perusahaan : Ir. Mulyono Machmur, MS; Redaktur Pelaksana : Yulianto; Redaktur : Gesha Yuliani, S.Pi; Staff Redaksi : Julian Ahmad; Nattasya; Iqbal; Indri Hapsari, S. Sos; Ir. Ika Rahayu, Echa; Layoutman : Budi P Kharisma, Suhendra; Korektor/Setter: Rori, Hamdan; Sekretariat Redaksi: Hamdani; Pengembangan Bisnis : Haryanto, S.Sos (Manajer), Iqbal Husein, SE; Indri; Ika; Echa Sinaga, Keuangan: Katijo, SE (Manajer); Ahmad Asrori; Sekretariat Perusahaan : Suparjan; Jamhari; Awan Distribusi: Saptyan Edi Kurniawan, S.AP; Dani; Jamhari Penerbit: PT. Duta Karya Swasta; Komisaris Utama: Soedjai Kartasasmita; Komisaris: DR. Ir. A. H. Rahadian, M.Si; Ir. Achmad Saubari Prasodjo Direktur Utama: DR. Ir. Memed Gunawan; Direktur: Ir. Mulyono Machmur, MS Alamat Redaksi dan Pemasaran / Iklan: Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta 12550, Telp. (021) 7812162-63, 7817544 Fax: (021) 7818205 Email: [email protected]; Izin Terbit No. 208/SK/Menpen/SIUPP/B.2/1986; Anggota SPS No. 58/1970/11B/2002; Izin Cetak: Laksus Pangkopkamtibda Jaya No. Kep. 023/PK/IC/7; Desain Cover: Budi P Kharisma Desain Cover: Suhendra Harga: Foto Cover: Dok. Sinar FotoTani Cover: Dok. Sinar TaniRp. 13.500 per edisi; Tarif Iklan:FC Rp. 8000/mmk, BW Rp. 7.000/mmk; Pembayaran: Bank Mandiri Cab. Ragunan No. 127.00096.016.413, BNI’46 Cab. Dukuh Bawah Jakarta No. 14471522, Bank Agro Kantor Pusat No. 01.00457.503.1.9 a/n Surat Kabar Sinar Tani. Bank BRI Cabang Pasar Minggu: a/n PT. Duta Karya Swasta No. 0339.01.000419.30.1; ISSN: 0852-8586; Percetakan: PT. Aliansi Temprina Nyata Grafika



Informasi Sinar Tani dapat diakses melalui: www.tabloidsinartani.com



MIMBAR PENYULUHAN 3 https://www.pexels.com/id-id/@polina-tankilevitch



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



Perjalanan Panjang Sebutir Beras Stop membuang nasi sebutirpun, ambillah makanan sesuai dengan kebutuhan bukan sesuai dengan keinginan.



J



umlah penduduk Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk 2020 yang dilaksanakan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) hingga Desember 2020 mencapai 271.349.889 jiwa. Kebutuhan pangan penduduk Indonesia terutama beras berdasarkan data BPS tahun 2017 sekitar 111,58 kilogram per kapita per tahun. Kalau secara hitungan diatas kertas jumlah beras yang dibutuhkan penduduk Indonesia mencapai sekitar 30,3 juta ton/tahun. Menakjubkan, sungguh besar kebutuhan pangan pokok kita itu. Menarik rasanya bila dibahas perjalanan panjang beras hingga berada di piring. Budidaya Tanaman Padi 1. Sistem Tanam Padi Padi telah ditanam sejak zaman nenek moyang, dimulai dari sistem tanam berpindah-pindah hingga dengan dukungan irigasi teknis. Sistem tanam yang digunakan juga



Ikuti Pemilihan Putera-Puteri Pertanian Indonesia 2021. Klik dan Daftar pada tautan berikut: https://bit. ly/pemilihanputeraputeripertanian21 PEMILIHAN PUTERA PUTERI PERTANIAN INDONESIA 2021 PERSYARATAN 1. Peserta adalah Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (dibuktikan dengan KTP/Pasport). 2. Berusia Minimal 17 Tahun dan Maksimal 26 Tahun pada Desember 2021 (dibuktikan dengan akte kelahiran).



sudah banyak inovasinya. Ada Sistem Tabela (Tanam Benih Langsung), Sistem tanam berpindah (benih padi disemai setelah tumbuh dipindahkan ke lahan penanaman), Hazton dan System of Rice Intensification (SRI). Hazton dapat diartikan sebagai cara bertanam padi dengan menggunakan bibit tua yang berumur 25-35 hari setelah semai dengan jumlah bibit padat yaitu 20 – 30 bibit per lubang tanam. SRI merupakan salah satu pendekatan dalam praktek budidaya padi yang menekankan pada manajemen pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal yang berbasis pada kegiatan ramah lingkungan. Salibu adalah salah satu inovasi teknologi untuk memacu produktivitas/peningkatan produksi. Teknologi ini memanfaatkan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen dipotong. Tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah, yang akan mengeluarkan akar



3. Berpenampilan menarik dengan tinggi badan minimal untuk Putera 170 CM dan Puteri 165 CM 4. Belum Menikah dan tidak akan menikah selama masa jabatan 5. Sehat Jasmani dan Rohani 6. Berkelakuan Baik dan tidak pernah terlibat tindak kriminal 7. Bersedia mentaati segala peraturan panitia dan manajemen selama kegiatan dan selama masa jabatan Pendaftaran dibuka 29 Juni 202112 Juli 2021. Pendaftaran: Arini (081259960886), Arga (088223347844) atau Follow Instagram: @ puteraputeripertanianindonesia



baru sehingga suplai hara (aliran makanan) tidak lagi tergantung pada batang lama. Hal inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih dibanding tanaman pertama. Jarwo (Jajar Legowo 2:1, 4:1) dan teknologi padi Jarwo Super merupakan teknologi budidaya padi secara terpadu berbasis cara tanam jajar legowo. Dalam implementasinya teknologi padi Jarwo Super menggunakan benih bermutu varietas unggul baru dengan potensi hasil tinggi, biodekomposer pada saat pengolahan tanah, pupuk hayati sebagai seed treatment dan pemupukan berimbang serta teknik pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) secara terpadu. Digunakan pula alat mesin pertanian terutama untuk tanam dan panen. 2. Pengolahan Lahan Sawah Lahan sawah diolah dari menggunakan cangkul, dibajak dengan kerbau/sapi, atau dibajak dengan traktor roda empat/ roda dua. Perlu proses panjang sejak lahan sawah siap disemai, ditanam, panen, hingga pasca panen padi di lahan persawahan. Petani memilih varietas yang unggul, merawatnya dengan memberikan pupuk sesuai anjuran, membersihkan gulma serta membasmi hama penyakit apabila menyerang tanaman padi. Jerih payah petani terbayarkan dengan harapan produktivitas dan harga jual tinggi. 3. Kebutuhan air tanaman padi Sedikit diantara kita yang mengetahui kebutuhan air untuk menghasilkan satu kilogram gabah sejak padi disemai, ditanam hingga menghasilkan gabah kering, digiling menjadi beras kemudian dimasak menjadi nasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa untuk menghasilkan 1 kg gabah dibutuhkan rata-rata 1.432 liter air (bbpadi.litbang.pertanian). Di tahun 2010 peneliti dari Negeri Belanda Bulsink dkk menuliskan laporan hasil perhitungan mereka bahwa untuk menghasilkan beras 1 kg, dibutuhkan sekitar 3.500 liter air. Rinciannya 2.500 liter air hujan atau disebut green water, 750 liter air sungai, waduk, danau (blue water) dan 250 liter air untuk menetralisir pencemaran akibat proses produksi (grey water). Penghitungan ini kemudian disebut



Timeline Tentative Pendaftaran: 29 Juni - 12 Juli 2021 Seleksi Berkas: 13 - 15 Juli 2021 Seleksi Perkenalan Diri Online: 20 Juli 2021 Seleksi Tantangan Pertanian di Instagram: 21 Juli 2021 Pengumuman Finalis: 25 Juli 2021 Karantina Online: 1 Agustus - 30 September 2021 Karantina Tatap Muka: Oktober 2021 Lokasi Karantina Tatap Muka: Nusa Tenggara Timur Salam Pertanian Indonesia! (ZI/0812.8694.7384)



jejak air (water footprint) yakni jumlah air yang dibutuhkan hingga sebuah produk dihasilkan. Jika kita menghabiskan beras 380 gram sehari sebagaimana data pemerintah, maka rata-rata dalam sepiring nasi kita ada jejak air (water footprint) sebanyak 400 liter. Air 400 liter ini sama dengan 21 wadah galon air minum yang biasa ada di rumah kita. Dari hitungan tersebut kita disadarkan bahwa ternyata air bukan hanya untuk diminum tetapi juga dimakan, melalui pertanaman padi yang kita budidayakan. Konsumsi Bahan Pokok Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan Kajian Konsumsi Bahan Pokok pada tahun 2017 dan telah menyajikan informasi mengenai tingkat konsumsi beras, jagung, kedelai, daging sapi atau kerbau, daging ayam, telur ayam/bebek/itik, susu sapi segar, ikan segar, bawang merah, dan cabai. Data konsumsi di dalam rumah tangga diperoleh dari Susenas, sedangkan konsumsi di luar rumah tangga diperoleh dari Survei Konsumsi Bahan Pokok dengan sasaran antara lain hotel, restoran dan catering, industri pengolahan, serta jasa kesehatan (rumah sakit). Dari kajian tersebut diperoleh data bahwa total konsumsi beras nasional pada tahun 2017 yang mencapai 29,13 juta ton harus disediakan oleh petani dengan tenaga dan sumber pembiayaan yang tidak sedikit. Stop Pemborosan Makanan Karena itu masyarakat hendaknya tidak boros dalam membelanjakan makanan dan tidak berlebihan dalam menyediakan makanan. Menghemat makanan berarti juga menghemat air. UN Water menyebutkan bahwa 30% makanan yang sudah dihasilkan terbuang percuma karena tidak pernah dimakan. Padahal itu lebih dari cukup untuk menyelamatkan semua orang yang menderita kelaparan di berbagai belahan bumi. Mulailah stop membuang nasi sebutir pun, ambillah makanan sesuai dengan kebutuhan bukan sesuai dengan keinginan. nWellyana Sitanggang (dari berbagai sumber)



Kasus Covid-19 belum juga menurun. Bahkan kini ada varian baru yakni Covid-19 Delta. Pemerintah pun menetapkan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) darurat Jawa-Bali mulai 3-20 Juli. Kebijakan pemerintah ini memang diharapkan dapat mengurangi penyebaran virus yang telah memakan korban cukup banyak. Kebijakan pemerintah itu tidak akan berhasil, jika masyarakat mengabaikan. Namun demikian di sisi lain, juga perlu ketegasan pemerintah dalam menerapkan kebijakan tersebut. Karena itu perlu ada kerjasama semua pihak. Jangan sampai kita semua terus terpenjara Corono yang sudah hampor 1,5 tahun ini. (Masduki)



4



HUMAS



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



Hari Krida Pertanian ke- 49



Mentan SYL : Bertani itu Hebat, Bertani itu Keren



Hari Krida Pertanian yang jatuh pada 21 Juni diperingati bersama masyarakat pertanian yaitu para petani, peternak, pegawai, dan pengusaha yang bergerak di sektor pertanian dalam bentuk hari bersyukur, hari berbangga hati dan sekaligus hari mawas diri serta hari Dharma Bhakti.



”B



ertani itu keren, bertani itu hebat. Semakin hebat, dengan perbaiki cara bertani dengan lebih modern. Kurang apa di Indonesia? Matahari bersinar terus, sumber air ada dimana-mana.” Demikian penegasan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat memperingati Hari Krida Pertanian ke 49 bersama Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pertanian di seluruh Indonesia. Kegiatan yang berlangsung Jumat (25/6) tersebut sekaligus tasyakuran bersama secara virtual melalui Agricultural War Room (AWR). Pertanian Maju, Mandiri dan Modern, Petani Sejahtera dipilih menjadi tema peringatan Hari Krida Pertanian ke 49. “Sebagai negara pertanian bermartabat, maka Pertanian di Indonesia harus Maju dan Mandiri dengan pemanfaatan Sumberdaya Alam (SDA) yang ada dan pemenuhan kebutuhan masyarakat sedapat mungkin dari produksi dalam negeri,” ujar SYL SYL menambahkan, pemanfaatan teknologi kekinian berbasis Artificial intelligence (AI), Internet of Things (IoT), drone dan robotic menjadi bentuk unsur modernitas dalam pertanian. ”Tujuan akhirnya maju, mandiri dan modern serta bermuara pada kesejahteraan petani,” tegasnya. Bukan Sekadar Profesi Karena itu, SYL kembali menegaskan, jika bertani dan mengurusi pertanian bukan sekadar profesi. Karena, pertanian menjadi upaya yang langsung memiliki pahala dengan mengurusi kebutuhan pangan bagi 273 juta jiwa masyarakat Indonesia. SYL menganggap jika pertanian di wilayahnya bisa hebat, maka berarti Kepala Dinas, Camat, Bupati, Gubernur juga hebat. “Kita konsolidasi idealisme secara total yuk. Pak Kades, Pak Camat, Pak Bupati dan Pak Gubernur kalian baru bisa hebat kalau pertaniannya hebat kan? Siapapun yang jadi pejabat itu baru dibilang hebat kalau petaninya bagus. Kenapa? karena kau kasih makan untuk



Pemotongan tumpeng saat Peringatan Hari Krida Pertanian ke-49, Jumat (26/6)



jutaan orang,” tuturnya. Untuk itu SYL mengatakan, peringatan Hari Krida Pertanian tahun ini harus diawali dengan semangat yang sama, yaitu mewujudkan kekuatan pangan nasional serta mendekatkan kesejahteraan petani secara total. Artinya tidak ada satupun rakyat yang kelaparan. “Karena itu tingkatkan produktivitas. Saya ingin kata-kata yang ada di kepala kita adalah bertani itu keren, bertani itu hebat. tidak ada lagi petani miskin. kaya itu bukan dengan uang banyak, tapi terpenuhi kebutuhan lahir dan batin,” katanya. SYL juga berharap Hari Krida Pertanian ini adalah akumulasi dari seluruh jajaran kementerian untuk melakukan kontemplasi terhadap hasil dalam satu tahun. Jadi akselerasi yang dilakukan harus lebih besar, lebih luas dan memiliki kualitas yang bermuara pada kesejahteraan. Dirinya juga mengajak milenial untuk memacu pertanian agar lebih Maju, Mandiri dan Modern daripada sebelumnya. “Hari Krida Pertanian ini bukan sekedar upacara, tetapi lebih kepada konsolidasi idealisme agar kebutuhan pangan bagi rakyat bisa terpenuhi oleh masyarakat pertanian,” ungkapnya. Tangguh di tengah Pandemi Pada kesmepatan itu, SYL juga mengakui, sektor pertanian menjadi kunci utama dalam meningkatkan dan memulihkan ekonomi nasional yang sempat



terperosok akibat pandemi Covid 19 berkepanjangan. Pertanian juga dinilai sumber utama PDB serta sumber ekonomi keluarga karena mampu membuka lapangan kerja secara luas. Dalam beberapa tahun terakhir, pertanian tumbuh terus, bahkan sampai 3-4 persen, bahkan tetap positif di tengah pandemi Covid-19. “Satu tahun ini ijinkan saya mengucapkan terimaksih karena hanya pertanian yang tumbuh disaat covid seperti ini. Dan itu ratusan bahkan ribuan triliun dari tangan kita untuk negara. Pertanian tumbuh 16,24 persen. ekspor naik 15,54 persen,” katanya. Sejauh ini sektor pertanian Indonesia mampu mendorong ketahanan dan kedaulatan pangan secara cepat serta mampu menyiapkan ketersediaan pangan dalam menghadapi kemungkinan adanya ancaman krisis pangan global. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertanian merupakan sektor andalan karena mampu tumbuh positif pada triwulan I 2021, yakni sebesar 2,95 persen. Menurutnya, pertumbuhan tersebut sangat menggembirakan karena 30 persen tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian. Tak hanya di dalam negeri, kinerja ekspor di sektor pertanian juga mengalami kenaikan yang signifikan hingga tahun 2020, kenaikan mencapai 15,54 persen dari tahun 2019 yang hanya Rp 390,16 trilliun ke Rp 450,79 trilliun di tahun 2020. Untuk tahun 2021, Januari-Maret 2021 ekspor Pertanian Indonesia mengalami kenaikan



31,79 persen jika dibandingkan Januari-Maret 2020 silam. Capaian-capaian ini kemudian mendapatkan perhatian Badan Pangan Dunia/FAO dan menjadikan Indonesia sebagai Wakil Regional Asia. “Ini berarti kita sudah on the right track, jangan sampai stop. Kalian adalah Energizer (motor penggerak) semangat Pertanian di seluruh Indonesia,” tutur SYL mengapresiasi seluruh komponen Kementerian Pertanian. Tak hanya itu, capaian kredibilitas dan transparansi anggaran juga mampu dicapai baik Kementerian Pertanian dengan diraihnya predikat AA (Sangat Memuaskan) dan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), disamping 14 penghargaan nasional lainnya yang berhasil ditorehkan Kementerian Pertanian. ”Jaga ini semua, kalian harus hebat di lapangan. Konsolidasikan program yang mampu meningkatkan kesejahteraan Petani,” tambahnya. Di akhir kata, mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini berpesan agar kedaulatan pangan menjadi jatidiri bangsa untuk membangun ekonomi. Ketahanan pangan juga harus menjadi penyangga bangsa. “Pertanian itu memang hebat. Pertanian itu mantap. Karena itu, ke depan saya berharap, semua orang bicara pertanian, semua orang bicara mekanisasi dan teknologi, sehingga akselarasinya dapat kita wujudkan,” tambahnya. Biro Humas dan IP Kementerian Pertanian



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



PADI HIBRIDA SEMBADA Menambah Semangat Bertani Padi



Jangan patah semangat memilih benih padi yang baik. Solusinya adalah Padi Hibrida Sembada, lebih unggul, hasilnya lebih banyak, perawatannya lebih mudah.



H



ari masih pagi. Sinar matahari belum terik di sawah padi milik Hinari (35). Sekretaris Kelompok Tani (Poktan) Sidolanggeng, Desa Ngompro Kecamatan Pangkur Kabupaten Ngawi, Jawa Timur ini menemui Sinar Tani di sawahnya. Total sawah yang dimilikinya 2 ha. “Sudah hampir 4 tahun saya pakai benih padi hibrida Sembada dengan diselingi sesekali pergiliran varietas pada tiap tahunnya. Hasil bulir padi hibrida ini lebih banyak. Kalau pakai benih inbrida per malai berisi 180-200 bulir, dengan menggunakan benih padi hibrida Sembada terdapat 350-400 bulir per malai,” kata Hinari sambil menunjukkan sekempal malai benih hibrida Sembada dibanding Jumlah anakan produktif, jumlah malai per rumpun, jumlah butir per benih padi inbrida kepada Sinar malai, berat seribu butir adalah komponen penentu produktivitas. Tani pagi itu di sawahnya. Sejak masuk awal tanam, padi kami menjadi tenaga kerja disitu hibrida Sembada ini menurut padi non hibrida,” jelasnya. Hinari sudah muncul tanda-tanda Sistem tanam yang dipakai di bisa menambah penghasilan baik kelebihannya. “Postur tanamannya sawahnya masih memakai sistem dari pembenihan, pengeringan lebih kuat. Jerami agak kaku. tegel, namun menurutnya kalau dan maupun pengolahan beras Daun bendera tegak sehat. Tidak pakai sistem tanam Jajar Legowo konsumsi.” Parminto juga ikut menanam gampang kena jamur. Nggak ada (Jarwo) hasilnya akan lebih bagus padi hibrida Sembada. “Yang saya jamur potong leher untuk varietas dan perawatan lebih mudah. rasakan, dari hasilnya untuk padi hibrida ini.” non hibrida 7 ton per ha, dengan “Batangnya agak keras, wereng Yang Disukai Petani dan tikus mungkin merasa agak Parminto (49) Kepala Desa menggunakan Sembada hasilnya keras,” tambah Hinari menjelaskan Ngompro kepada Sinar Tani bisa 8-10 ton/ha.” Untuk perawatan sambil tersenyum. mengatakan terimakasih pada PT padi hibrida ini lanjutnya lebih Tentang umur panen Sembada Biogene yang telah menurunkan mudah, air secukupnya cukup menurutnya sama saja dengan Sembada di desanya. “Pendapatan bagus, pupuk sedikit. Benih 15 kg varietas inbrida seperti Inpari atau petani bertambah. Selain itu, di cukup, kalau pakai benih inbrida Ciherang. “Tetapi bulir padinya desa ini juga ada budidaya untuk 30-40 kg/ha. Tanam benihnya, lebih banyak dan lebih panjang pembenihan padi hibrida Sembada cukup sebatang, anaknya banyak. malainya bila dibanding varietas dan prosesing berasnya, warga Jarak tanam lebih lebar, lebih bagus.



PANGAN 5 Itu yang sangat saya sukai.” Menurut Kepala Desa Ngompro, Kerjasama antara petani penanam padi hibrida dengan perusahaan produsen beras perlu diperluas agar semakin banyak petani yang bisa bergabung karena terbukti lebih menguntungkan. Untung per Ha Santoso, petani yang juga menggunakan benih hibrida Sembada di desa ini menjelaskan dalam satu tahun ia menanam padi hibrida dua kali, yakni pada MT II dan MT III. “Untuk MT I, saya pakai padi non hibrida. Ini anjuran penyuluh pertanian agar petani menerapkan pergiliran varietas,” tambahnya. Santoso pun merinci hitungan biaya dan keuntungan menanam padi hibrida Sembada. Total biaya produksi padi hibrida Sembada per musim mencapai Rp 13,5 juta, sudah termasuk biaya tenaga kerja. Bila ditambah sewa lahan Rp 10 juta per musim, maka total biaya produksinya mencapai Rp 23,5 juta per ha/musim. Pengeluaran tambahan dalam budidaya padi hibrida adalah harga benihnya yang lebih tinggi daripada benih padi inbrida. Selain itu, pengairan sawah disini pada MT II dan MT III menggunakan irigasi sistem pompa. “Biaya listriknya sekitar Rp 500 ribu/ musim.” Hasil panen yang kita peroleh 9 ton/ha dikali harga gabah Rp 4200/ kg diperoleh pendapatan Rp 37,8 juta/ha/musim, sehingga masih diperoleh keuntungan sebesar Rp 14,3 juta/ha/musim. Santoso mengatakan untuk keberhasilan dalam budidaya padi hibrida harus bisa membaca situasi tanah untuk pemupukan dan pemilihan bibitnya. Sedangkan Parminto untuk pemupukannya menyarankan petani juga menggunakan pupuk organik. “Petani bisa membuat pupuk organik sendiri, atau beli juga ada.” Kepala Dinas Pertanian Ngawi Jawa Timur Ir Marsudi mendukung penggunaan benih padi hibrida. ”Kami setuju benih padi hibrida bisa meningkatkan produksi padi. Kita harus kawal dan mengarahkan pada lokasilokasi sawah yang memenuhi syarat untuk pertumbuhan padi Hibrida, sehingga muncul karakter unggulnya. Kabupaten Ngawi selain banyak petani yang menanam F1 padi hibrida untuk produksi beras, juga banyak yang bermitra dengan produsen benih padi untuk memproduksi benih padi hibrida. Tambahnya kepada Sinar Tani di ruang kerjanya.nAhmad Soim



6 TANI SUKSES



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



Paul Makarello



dari tanaman dewasa. Itu terkait dengan ketersediaan zat-zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan biji menjadi tanaman baru. Anthurium di dataran rendah mencapai masa dewasa pada umur 4 tahun, sedangkan di dataran tinggi pada umur 3 tahun.



Anthurium dan Philodendron Depok,



Berjaya di Pasar Amerika Nama Bogana Pot Plants di Amerika Serikat bukanlah pemain baru produsen Anthurium dan Philodendron. Banyak youtuber pecinta tanaman pot yang sudah mengulas tanaman dari Sawangan, Depok ini. Semua berkat tangan dingin sang owner Bogana Pot Plants, Paul Makarello.



T



ak ada yang menyangka, sebuah screen house sederhana milik Paul di Sawangan Depok ternyata menjadi penghasil pundi-pundi puluhan juta Rupiah bahkan dollar Amerika. Contohnya saja, Janda Bolong (Monstera adansonii) Paul bisa ditawar sampai Rp 80 juta !. Tak hanya janda bolong, jenis Anthurium dan Philodendron dari Depok ini juga sampai ke Negeri Paman Sam, Amerika Serikat.“Kita mulai sejak 2006-2007, mulai saat ramai-ramainya Anthurium. Awalnya emang karena senang, terus beli. Ternyata menjanjikan



(peluangnya). Dari situ mulai terbersit, kayanya ini bisa jadi pilihan bisnis saya,” ungkapnya. Dirinya memilih membesarkan aneka tanaman hias famili Araceae seperti Anthurium, Aglaonema, Alocasia, hingga Philodendron. “Tanaman-tanaman famili ini memang banyak di Indonesia, contohnya saja Anthurium yang di Indonesia lebih dikenal sebagai tanaman kuping gajah, dan banyak ditanam di teras-teras rumah tapak. Kemudian Aglaonema yang lebih dikenal sebagai tanaman sri rejeki. Dulu memang lebih nama lokal, tapi trend sekarang kan lebih popular pakai nama Anthurium, Aglaonema, Philodendron,” jelasnya. Paul menuturkan, dahulu tanaman jenis Araceae ini di rumah tangga Indonesia jarang dirawat bahkan dianggap penting. Tetapi semenjak mudah mengakses internet dan permintaan dari luar negeri akan jenis-jenis Araceae ini, mulai berlombalomba merawat, beli bahkan berjualan. “Permintaan datang ke kami dari Amerika, Kanada, Jerman, Inggris, Perancis dan beberapa negara Asia. Kita



PUPUK ORGANIK CAIR BIAYA HEMAT RLIPAT BE PANEN NDA GA



Paul menunjukkan tanaman hias hasil pembesarannya (dok. Bogana Pot Plants)



mulai merespon dan mengumpulkan hingga kemudian ekspor,” tambahnya. Tak hanya mengumpulkan, Paul juga melakukan perbanyakan benih Anthurium di screen house miliknya. Memang ada anggapan, melakukan perbanyakan benih di dataran rendah lebih sulit daripada pelaku usaha di dataran tinggi. Namun, Paul telah mencoba dan sukses memperbanyak anthurium lewat biji di dataran rendah. Semula Paul menyemai biji anthurium hookeri di media kapas basah dengan meletakkan 24 biji anthurium di kapas berukuran 7 cm x 13 cm. Selanjutnya, Paul meletakkan media itu di dalam plastik tertutup rapat. Ia membuka kantong plastik ketika hendak menyiram media tanam 3 hari sekali untuk mencegah kekeringan. Penyemaian benih di tempat teduh atau terpapar sekitar 25% sinar matahari pada siang hari untuk menjaga kelembapan media selama perlakuan atau 30 hari. Menurut Paul beberapa syarat supaya penyemaian berhasil, biji berasal



AGRI TIPS



Demi Kesehatan Mental, Tanaman Hias Dipilih Milenial



TEKNOLOGI FERMENTASI BAHAN ORGANIK BERMANFAAT UNTUK:



 Memperbaiki sifat biologis, fisik dan kimia tanah.  Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi  Memfermentasikan bahan organik tanah dan mempercepat dekomposisi.  Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan.  Meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah.  Meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik dalam tanah.  Meningkatkan Fixasi Nitrogen/Bintil akar.  Dapat mengurangi kebutuhan pupuk kimia dan pestisida.  Dapat digunakan untuk semua jenis tanaman dan tanah.  Pembuatan pestisida organik  Pembuatan kompos bokashi.



Diproduksi dan Dipasarkan PT. SONGGOLANGIT PERSADA



L958/HAYATI/DEPTAN-PPVTPP/VIII/2011 Kadar Hara Pupuk C organik = 27,05 % ; pH = 3,90 ; N = 0,07 % ; P2O5 = 3,22 ppm; K2O = 7675,0 ppm; Ca = 1676,25; Mg = 597,0 ppm; B < 20 ppm; Cu < 0,01 ppm; Mn = 3,29 ppm; Fe = 5,54 ppm; Zn = 1,90 ppm; Mikroba: Lactobacillus =8,7 x 105 sel/ml; Pelarut Fosfat =7,5 x 106 sel/ml; Yeast/Khamir =8,5 x 106 sel/ml;



KANTOR PEMASARAN : JAKARTA & SUMATERA : Telp. (021) 78833766 & 78834091 Fax : (021) 78833766 E-mail : [email protected], [email protected] JAWA TENGAH : Telp & Fax : (0293) 326593 E-mail : [email protected] JAWA TIMUR : Telp & Fax : (031) 7405203 E-mail: [email protected] BALI : Telp & Fax : (0361) 8424066 E-mail : [email protected]



We b : w w w. e m 4 - i n d o n e s i a . c o m Email : [email protected]



ADVANCED TECHNOLOGY TOWARDS NATURE FARMING



Ekspor Dipermudah Paul sendiri menggeluti pasar ekspor sejak akhir 2018, dengan mengandalkan sosial media yang dimilikinya seperti Facebook (Bogana Potplants) dan Instagram (@boganapotplants). Bahkan beberapa pembelinya sendiri merupakan youtuber penggiat dan pecinta tanaman hias, sehingga tak jarang dirinya mendapatkan pesanan dari follower yang mengaku mendapatkan info dari video youtuber. Selama ekspor, dirinya mengaku tidak kesulitan karena telah memenuhi berbagai persyaratan dari Kementerian Pertanian, salah satunya dengan mendapatkan Phytosanitary Certificate. “Kita dibantu Kondo dari Jojo and OP Nursery untuk bisa memenuhi persyaratan ekspor. Lebih mudah karena prosesnya cepat mulai 3 jam-1 hari. Kemudian lapor ke Karantina Pertanian untuk datang memeriksa kondisi tanaman. Pagi diperiksa terus dikirim ke lab, sorenya sudah ada hasilnya dan dikasihkan Phytosanitary Certificate,” cerita Paul.Dirinya mengaku tidak menyangka dari penjualan tanaman hias di screen house sederhananya tersebut bisa memberdayakan warga sekitar untuk dipekerjakan sebagai tenaga packing dan perawatan. n(Nattasya/Gsh)



D



i masa kini, kesukaan masyarakat tak hanya di Indonesia namun dunia tengah mengalami pergeseran tanaman florikultura, dari bunga-bungaan menjadi tanaman pot ukuran minimalis atau sering disebut potted plant. Akhir-akhir ini, tanaman hias telah menikmati ledakan popularitas yang besar, terutama dengan Milenial dan Gen Z. Lihat saja di media sosial, tagar seperti #plantsofinstagram, #urbanjungle dan #plantsmakepeoplehappy sedang tren di Instagram, dan seluruh platform penuh dengan apartemen nyaman yang penuh dengan tanaman pot (potted plant). Bahkan karena berbagai alasan, Milenial dan Gen Z menunggu lebih



lama untuk memulai keluarga atau memilih untuk tidak memiliki anak sama sekali. Dipilihnya tanaman hias bagi kebanyakan milenial dan Gen Z karena cenderung jauh lebih baik daripada hewan peliharaan ketika ditinggalkan selama berharihari atau berminggu-minggu untuk bekerja atau liburan. Jika ada yang lebih disukai Milenial dan Gen Z selain tanaman hias, adalah kesehatan dan tanaman memberikan banyak manfaat mental dan fisik. Faktanya, berinteraksi dengan tanaman hias sebenarnya dapat menurunkan tekanan darah, menenangkan sistem saraf, dan meningkatkan perasaan secara umum. Tanaman hias memang membutuhkan penyiraman, pemangkasan, repotting, pembersihan, dan banyak lagi, tetapi banyak orang menganggap praktik ini santai karena mengharuskan kita untuk memperlambat dan merawat sesuatu dengan hatihati. Namun merawat tanaman dapat memberikan rutinitas yang menghibur di dunia yang tidak pasti.n(Nattasya/Gsh)



7



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



Strategi Bisnis Tanaman Hias



Peluang bisnis florikultura (tanaman hias) ternyata aromanya wangi. Masih banyak florikultura yang diimpor menunjukkan permintaan cukup tinggi. Artinya ada kesempatan besar produk dalam negeri mengisi pasar dalam negeri. Belum lagi permintaan di pasar dunia juga terus naik.



D



i tengah pandemi Covid-19, bisnis tanaman hias terkerek menyusul banyaknya masyarakat beraktivitas di rumah dan menyalurkan kegiatan mempercantik pekarangan rumah. Bukan hanya permintaan di dalam negeri yang meningkat, aroma wangi pasar luar negeri pun tercium menyengat. Data menyebutkan, ekspor florikultura Indonesia ke dunia tahun 2019 mencapai 16,96 juta dollar AS. Sedangkan pada tahun 2020 (Januari-Mei) senilai 5,59 juta dollar AS. Nilai tersebut turun 23,17 persen dibanding periode yang sama tahun 2019 sebesar 7,28 juta dollar AS. Pada tahun 2021, terjadi kenaikan volume ekspor hortikultura sebanyak 2,7 persen dibandingkan tahun 2019, dengan nilai ekspornya naik 37,5 persen. Sayangnya pangsa pasar hortikultura Indonesia di dunia masih minim, hanya 0,08 persen. Bahkan Indonesia menduduki peringkat 47 eksportir dunia dibawah Malaysia yang peringkat 17 dengan pangsa pasar 0,69 persen, Thailand (peringkat 19, pangsa pasar 0,62 persen) dan Vietnam (peringkat 30; pangsa pasar 0,33 persen). Tujuan ekspor florikultura Indonesia selama periode JanuariMei terbesar ke Jepang 26,33 persen, Belanda 21,82 persen dan Singapura 14,46 persen. Sedangkan komoditas florikultura yang diekspor anggrek tanpa akar 29,84 persen, bunga potong 19,65 persen, bunga lili 0,71 persen, anakan



anggrek 9,56 persen dan Krisan 4,19 persen. Permintaan tanaman hias daun dari tanaman segar juga kini meningkat mencapai 15,84 persen. Ketua Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo), Hesti Widayani melihat, dengan keanekaragaman hayati di dalam negeri sangat banyak, potensi Indonesia mengembangkan florikultura cukup besar. Potensi anggrek saja mencapai 5-6 ribu species, pakupakuan lebih dari 4 ribu species, palem 576 species dan begonia mencapai 213 species. “Dengan luasnya wilayah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke dan ribuan pulau membuat ragam hayati menjadi sangat banyak,” katanya. Kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini menurut Hesti juga menjadi peluang mengembangkan tanaman hias. Gaya hidup masyarakat Indonesia yang berubah dan lebih hidup sehat membuat banyak orang kini hobi berkebun, meski di lahan terbatas. “Saat pandemi banyak yang diam di dalam rumah, sehingga mereka memerlukan kegiatan, salah satunya tanaman hias,” ujarnya. Peluang lainnya nampak masih ada tanaman hias yang diimpor, khususnya yang berasal dari negara subtropis. Sebagai substitusi impor, ternyata tanaman hias tersebut bisa dibudidayakan di Indonesia di lahan dataran tinggi. “Kalau dilihat dari data ekspor dan impor florikultura, ternyata impor kita masih lebih tinggi. Ini artinya pasar florikultura cukup



besar, karena masih banyak impor. Artinya permintaannya cukup besar,” katanya. Problem Pelaku Usaha Sementara itu, CEO Minaque Home Nature, Ade Wardhana mengatakan, mengakui, problem pengembangan florikultura di Indonesia masih cukup banyak. Bahkan pelaku usaha jauh tertinggal dengan negara-negara Eropa dan Amerika Selatan. “Ada jenis tanaman yang sejak 2007 sudah ditinggal di Belanda, tapi di Indonesia masih terus kembangkan, bahkan kita impor bibit dari Taiwan,” katanya. Problem lainnya menurut Ade adalah, standarisasi produk, akses pasar global yang belum banyak tersentuh dan adaptasi dengan teknologi. Karena itu, Minaque memberikan solusi dengan menerapkan standar budidaya dan pebenihan, meningkatkan kolaborasi dan kerjasama, serta ekspansi pasar global. “Kita saat ini tengah bersiap akuisisi perusahaan di Siprus untuk masuk pasar Afrika,” ujarnya. Direktur CV Poktan Alamanda



Sejahtera (PAS), Anas Anis mengatakan, jika ingin menembus pasar ekspor florikultura dan memenuhi tuntutan konsumen, pelaku usaha harus memiliki keahlian menerapkan proses budidaya, penanganan pasca panen, dan pengolahan yang baik dan benar Kementerian Pertanian telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/ OT.140/5/2013 tentang Pedoman Budidaya Florikultura yang Baik dengan istilah yang kita kenal GAP (Good Agriculture Practices). “Dalam budidaya pelaku usaha harus menjamin pelestarian, kesuburan lahan, penggunaan sumber daya dan sistem produksi yang berkelanjutan atau ramah lingkungan,” ujarnya. Untuk itu, kata Anas, pihaknya juga melakukan berbagai hal, khususnya kepada petani binaan. Diantara, registrasi lahan, menerapkan GAP sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) budidaya spesifik tanaman dan spesifik lokasi, menerapkan kaidah



pengendalian hama terpadu (PHT) untuk menghasilkan produk yang aman, bermutu, ramah lingkungan dan berdaya saing. Dalam penanganan produk yang akan diekspor, Anas mengatakan, pihaknya juga menerapkan pasca panen yang baik (Good Handling Practices/GHP), serta penerapan pengolahan yang baik (Good Manufacturing Practices/GMC). “Kami juga mengajarkan petani memiliki buku catatan usaha tani yang sedang dilakukan,” katanya. Satu catatan penting dari Anas, pelaku usaha juga harus mengerti regulasi pemerintah di dalam negeri dan negara tujuan ekspor. Di era digital, pelaku usaha juga harus mulai menerapkan teknologi informasi. Peningkatan permintaan yang terus bergerak naik, menunjukkan bisnis tanaman hias mempunyai prospek besar. “Bisnis florikultura adalah bisnis masa depan,” kata Ani Andayani, pakar Hidroponik yang juga mantan Direktur Florikultura Kementerian Pertanian saat FGD Tabloid Sinar Tani Kiat Sukses Bisnis dan Ekspor Florikultura (23/9). nIkbal/Ika/Gsh/Yul



8



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



Asbindo Dukung Keberlanjutan



Ekspor Florikultura Mampu menembus pasar mancanegara merupakan satu prestasi yang membanggakan ditengah masih tingginya volume dan nilai impor produk florikultura Indonesia. Guna dapat mendukung keberlanjutan kegiatan ekspor florikultura dari tanah air, Asbindo kini aktif melaksanakan berbagai kegiatan yang melibatkan langsung pelaku usaha khususnya yang berorientasi ekspor.



“A



ntara lain kami menggelar pelatihan ekspor florikultura. Melalui kegiatan ini diharapkan pelaku usaha florikultura kian terpacu untuk masuk atau lebih mengembangkan kegiatan ekspornya,” kata Ketua Umum Asosiasi Bunga Indonesia (Asbindo), Hesti Widayani, saat menjadi narasumber acara FGD virtual Tabloid Sinar Tani yang membahas peluang ekspor florikultura. Hesti mengemukakan, saat ini 50 persen pasar florikultura dunia dikuasai negeri Belanda dimana nilai ekspornya mencapai 10,9 miliar dolar AS, disusul Colombia (1,4 miliar dolar AS) dan negara Jerman yang mampu meraup devisa hingga 1 miliar dolar AS. Indonesia sendiri masuk di peringkat ke-51 dengan nilai ekspor sekitar 21 juta dolar AS di tahun 2020. Dibandingkan tahun 2018 ,telah terjadi peningkatan volume dan nilai ekspor florikultura secara signifikan di tahun 2020. Meski nilainya masih kecil namun yang menggembirakan,



Indonesia masuk dalam peta sebagai negara pengekspor florikultura dunia.” Yang jadi tantangan kita bersama adalah bagaimana bisa menjaga agar kegiatan ekspor ini bisa berkelanjutan. Jangan hanya mengambil dari hutan mengekspor terus berhenti,” tuturnya. Perhatikan Tiga Hal Asbindo sebagai wadah berhimpunnya para pelaku usaha florikultura menilai penting dilakukannya suatu strategi agar kegiatan ekspor bisa dijaga keberlanjutannya juga bagaimana agar volume dan nilai ekspornya dapat terus ditingkatkan dari waktu ke waktu. Ada tiga hal, yang menurut Hesti, perlu menjadi perhatian supaya ekspor bisa berkelanjutan, pertama perhatikan keberadaan dan kondisi nursery sebagai pihak yang melakukan kegiatan perbanyakan tanaman. Kedua, perhatikan eksportirnya dan ketiga, tingkatkan peran asosiasi yang terlibat di dalamnya.



P e r l u diupayakan agar nursery khususnya y a n g berorientasi ekspor telah terdaftar dan tersertifikasi. Dipantau pula prasarana dan sarana pendukungnya, sejauh mana teknologi dan inovasi dalam berbudidaya, apakah sudah melakukan upaya peningkatan jumlah dan mutu produk serta peningkatan daya saing produknya. Pihak eksportir juga perlu diperhatikan apakah sudah berbadan hukum, dokumen legalnya apakah sudah lengkap (NPWP, NIB dan lain-lain), bagaimana dengan izin ekspornya serta apakah telah memahami persyaratan dan peraturan negara tujuan ekspor. Asosiasi dalam hal ini perlu didorong agar bisa berkontribusi melakukan pembinaan terhadap anggotanya antara lain dengan berpartisipasi melakukan pelatihan,



memberikan kesempatan kepada anggota Asbindo menjadi peserta pameran berskala internasional serta mengupayakan bisa terjalin pertukaran informasi diantara anggota. Disamping aktif melakukan kegiatan sosialisasi terkait regulasi dan informasi usaha florikultura (aspek budidaya, pasar, manajemen) pihak asosiasi juga diharapkan dapat mewakili dan menyuarakan kepentingan anggota serta mampu membangun jejaring kerja dan kemitraan dengan pihak-pihak terkait. Sejauh ini Asbindo juga telah berupaya menjadi mitra pemerintah yang baik dalam mendukung berjalan lancarnya kegiatan bisnis florikultura juga menyuarakan apa yang menjadi keinginan anggota. “Bulan Agustus tahun lalu PPN produk florikultura turun menjadi 2 persen dari sebelumnya mencapai 10 persen. Ini tentu menggembirakan anggota karena Asbindo hampir enam tahun berjuang untuk bisa menggolkan penurunan PPN ,” jelas Ketua Umum Asbindo. nIka



Ribuan Spesies Tanaman Ada Di Indonesia



K



ekayaan sumberdaya genetik Tanaman florikultura Indonesia luar biasa besar, ribuan spesies tersebar di bumi Nusantara diantaranya sukses dibudidayakan dan laku keras di pasaran termasuk pasar mancanegara. Potensi besar ini jika digarap lebih intensif bukan tidak mungkin akan bisa menambah masukan devisa dan membuat petani florikultura tanah air kian sejahtera. Ketua Umum Asbindo, Hesti Widayani, menjelaskan bahwa yang digolongkan sebagai komoditas florikultura itu banyak macamnya, meliputi bunga potong, tanaman penutup tanah, tanaman lanskap, tanaman air, tanaman perbanyakan, umbi, benih, tanaman indoor dan daun



potong. Potensi Indonesia sebagai penghasil komoditas florikultura demikian besar, tanaman anggrek saja mencapai 5.000-6.000 spesies, paku-pakuan 4.000 spesies, palem 576 spesies, Begonia 213 spesies, tanaman air dan bambu masingmasing mencapai 218 dan 157 spesies. “Yang saat ini diminati pasar luar negeri adalah aneka bibit florikultura, tanaman indoor dan tanaman air. Peluang kita untuk mengekspor tiga jenis komoditas ini masih terbuka lebar,” jelasnya. Peluang Terbuka Lebar Disamping potensi ekspor, Hesti mengingatkan pelaku usaha komoditas hortikultura hendaknya tak mengenyampingkan potensi pasar domestik mengingat di era pandemi covid-19 permintaan



tanaman hias sedang sangat booming. Pandemi faktanya telah berdampak merubah gaya hidup masyarakat kebanyakan. Karena lebih sering berdiam diri di rumah maka kian banyak yang menjadi hobi bertanam bahkan sampai beralih berbisnis tanaman hias. Dampak berikutnya aktivitas membudidayakan (perbanyakan) tanaman hias semakin banyak yang menekuni seperti budidaya tanaman mawar, krisan, garbera bahkan juga lily. “Kondisi ini menggembirakan karena berarti kita bisa melakukan substitusi impor tanaman hias dan bergantung dari tanaman produksi sendiri,” tutur Hesti. Tak hanya permintaan dari kalangan rumah tangga, tanaman hias dan tanaman florikultura lain juga kini tinggi permintaannya



karena didorong oleh masih terus dilaksanakannya pembangunan apartemen dan perumahan dimana didalamnya ada unsur taman yang membutuhkan pasokan tanaman hias dalam jumlah banyak. Giatnya pemerintahan daerah melakukan aktivitas penghijauan kota secara nyata mendorong peningkatan permintaan aneka jenis tanaman hias. Demikian pula perkembangan industri retail dan lanskab menjadikan komoditas tanaman hias kian penting keberadaannya. “Malmal dan perkantoran masih banyak menggunakan tanaman hias sebagai ornamen penarik pengunjung. Ini menjadikan bisnis komoditas florikultura kian menjanjikan,” ujar Ketua Umum Asbindo. nIka



9



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



FLORIKULTURA Bukan Monkey Bussiness (Phalaenopsis sp). Di Belanda sejak 2007 sudah ditinggalkan dan tidak ada greenhouse yang memproduksi. Kondisi berbeda di Indonesia, tanaman hias tersebut masih menjadi komoditas yang justru bibitnya banyak diimpor dari Taiwan.



Mentan, Syahrul Yasin Limpo saat berkunjung ke Minaqu



Banyak anggapan bisnis florikultura, khususnya tanaman pot (potted plant) hanya musiman (monkey business). Imbasnya, harga pun kerap naik turun tak menentu. Minaqu Home Nature, salah satu produsen tanaman hias menggebrak dengan solusi yang menjadikan bisnis florikultura berkelanjutan.



S



iapa yang tidak mengenal Aglonema, Monstera, Philodendron? Nama-nama florikultura tersebut kini banya digandrungi masyarakat. Saking banyaknya peminat, harganya dihitung berdasarkan lembaran daun, bahkan nilainya tidak masuk akal. Demam tanaman hias ini mengingatkan pada demam ‘gelombang cinta’ beberapa tahun silam yang kemudian meredup. Karenanya, banyak yang beranggap-



an jika bisnis tanaman hias atau florikultura ini seperti monkey business atau bisnis musiman. CEO Minaqu Home Nature, Ade Wardhana mengamati betul jika harga tanaman hias di Indonesia itu lebih mahal ketimbang di Eropa dan negara lainnya. Salah satunya karena dorongan atau kesadaran inovasi varietas dari pelaku industri tanaman hias di Indonesia jauh tertinggal dari Eropa maupun Amerika Selatan. Ade mencontohkan anggrek



Empat Masalah Ade melihat setidaknya ada empat permasalahan yang membuat bisnis florikultura di Indonesia sulit menjadi bisnis berkelanjutan. Pertama, standarisasi produk global di Indonesia yang masih jauh dibandingkan Thailand dan Vietnam. Standarisasi ini misalnya jenis tanaman hias yang dibutuhkan masyarakat dunia. Kedua, akses pasar global yang mudah disentuh di masa sekarang, namun masih kurangnya edukasi yang tersampaikan kepada pelaku usaha florikultura itu sendiri. Akhirnya terjadi rush atau scam (penipuan) yang dimanfaatkan oknum tertentu. Ketiga, adaptasi teknologi. Masih banyak pelaku usaha florikultura yang masih belum bisa memanfaatkan teknologi digital secara optimal dalam bisnis florikultura terutama saat era disrupsi sekarang. Keempat, ekskalasi bisnis (peningkatan bisnis). Masih banyak pelaku usaha maupun petani florikultura yang justru kelasnya menengah ke bawah, meski nilai bisnis florikultura yang selangit. Contohnya, di pinggir jalan protokol masih banyak diisi pedagang tanaman hias. Melihat permasalahan tersebut, Minaqu Home Nature yang kini menjadi brand eksportir tanaman



pot (potted plant) jenis Araceae (tanaman hias sejenis talas-talasan) berusaha memberikan solusi yang bisa membawa roda florikultura bisa lebih maju. Misalnya didirikan Minaqu Research Center dengan standarisasi tanaman hias yang dibutuhkan masyarakat dunia. “Kami ingin menghasilkan varietas baru dan bekerjasama dengan breeder tanaman hias yang sebenarnya banyak dimiliki. Jadi Minaqu Home Nature ini menjahit kolaborasi dengan mereka,” kata Ade. Untuk menembus pasar global, Minaqu memanfaatkan akselerasi teknologi digital. Bahkan menurut Ade, pihaknya, tengah merintis global e-commerce dan platform yang akan dikoneksikan dengan petani mitra di seluruh Indonesia. “Tentunya dengan standarisasi global dan menyentuh Kerjasama business to business dengan buyers dari luar negeri,” ujarnya. Minaqu juga membangun komunitas tanaman hias yang lebih global untuk mendapatkan validasi pasar (market validation) yang lebih jelas. Selain itu, menata pelanggan global (maintenance buyers) yang menjadi pendukung keberlanjutan bisnis florikultura dari Indonesia. Untuk petani florikultura, Minaqu menyentuh mereka dengan sistem green house development system. Dirinya melihat sendiri bagaimana petani florikultura masih berusaha tani secara tradisional. “Ke depannya kita inginkan database florikultura diperbaiki, kemudian green house milik petani juga diakomodasi, termasuk adanya transfer knowledge dari Minaqu Research Center,” kata Ade.nGsh/Yul



Gandeng Petani Bidik Pasar Global



Ade Wardhana.



U



ntuk memenuhi florikultura dengan standarisasi pasar global, Minaqu Home Nature ini didukung ribuan petani mitra, termasuk 1.000 petani mitra dukungan Kementerian Pertanian. Lokasinya tersebar di Jawa Barat (Bogor dan Bandung



Barat), Sulawesi Utara (Tomohon), Sulawesi Selatan, Sumatera Barat (Solok dan Padang Panjang). Petani mitra yang sudah eksisting dan menjadi petani mitra utama Minaqu Home Nature adalah Koperasi Pelita Desa (Ciseeng Bogor), Koperasi Kowinas (Karawang, Subang, Cianjur, Bali, Lombok, Bangka Belitung, Batam, Yogyakarta, dan Solo), Koperasi Produsen Maja Flora (Mojokerto Jawa Timur). “Dengan banyaknya mitra, kita inginkan bisnis florikultura tidak menjadi bisnis musiman di negara sendiri,” kata CEO Minaqu Home Nature, Ade Wardhana. Minaqu juga berusaha bersama Kementerian Pertanian membangun kampung flori berbasis ekspor dengan menggaet petani milenial. Misalnya, dengan Pemerintah Jawa Barat melalui program



Petani Milenial Jabar Juara. Ada 580 petani milenial di bisnis florikultura dan Minaqu menjadi offtaker dan pembinanya (tenaga ahli). Dalam pemasaran, Minaqu mengoptimalkan pasar global secara melalui pemasaran digital. Salah satunya menggunakan sarana media sosial Facebook, Instagram, LinkedIn dan Whatsapp Bussiness. Ke depan, Minaqu akan membuat platform digital untuk petani mitra. “Kita harapkan mereka bisa mengunggah sendiri tanaman hias yang dimiliki dan diakses secara real time oleh 7 distributor Minaqu yang ada di 6 negara yang telah bermitra,” tuturnya. Pasar potted plant diantaranya, Jerman, Belanda, Inggris (United Kingdom/UK), Korea Selatan, Kanada, Polandia, Florida, Seattle, California (Amerika Serikat), Belgia, Norwegia, Perancis, Nigeria,



Hongkong, Malaysia, Singapura dan Australia. “Per hari ini kami juga akan mengakuisisi tiga green house di Cyprus menjadi hub Minaqu untuk membanjiri Benua Afrika, Timur Tengah dan Turki,” jelasnya. Untuk pasar lokal, Minaqu menggunakan e-commerce marketplace melalui Tokopedia dan Shopee. Ade bercita-cita menjadi Indonesia Berhias. Untuk itu, pihaknya akan membangkitkan awareness masyarakat terhadap tanaman hias asli Indonesia agar menjadi lifestyle dan kebutuhan (needs). “Cara ini akan kami duplikasi di setiap kota dan kabupaten di Indonesia, mudah-mudahan tanaman hias ini menjadi citra positif yang bisa dibanggakan dan dimaksimalkan dari Indonesia untuk ekonomi masyarakat,” harapnya.nGsh/Yul



10



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



Florikultura Indonesia kian mendunia dan tidak terlepas dari kegigihan eksportir tanah air berjuang menaklukkan persaingan global dengan sederet regulasi negara tujuan. Sebutan pahlawan devisa pun layak disematkan karena mereka mampu bertahan dan menyumbang devisa negara di tengah pandemi.



S



alah satu tanaman hias yang mampu menghias pasar ekspor adalah Dracena atau kerap disebut lucky bamboo (bambu hoki). Tanaman ini bagi masyarakat keturunan Tionghoa memang diangap mampu membawa hoki bagi pemilikinya. Ternyata bukan hanya pemilik yang mendapat hoki, tanaman tersebut juga mampu memberikan hoki bagi petani di wilayah Selabintana, Kabupaten Sukabumi. Meski di tengah kelam pandemi, pasar bambu hoki tetap cerah, bahkan mampu menembus pasar Asia, Amerika, Eropa dan Timur Tengah. Untuk memenuhi permintaan pasar ekspor bambu hoki, CV Poktan Alamanda Sejahtera (PAS) bekerjasama dengan petani dengan sistem inti-plasma untuk memasok bahan baku. “Kami optimis peluang bambu hoki Indonesia ke pasar mancanegara makin terbuka lebar,” kata Direktur CV. PAS, Anas Anis saat FGD Kiat Bisnis dan Ekspor Florikultura di Jakarta, beberapa waktu lalu. Optimistis Anas karena bambu hoki Indonesia memilik keunggulan, lebih tahan lama atau tidak cepat layu dibandingkan dari negara lain seperti China, Thailand dan India. “Khususnya jenis dracaena sanderiana, sejak



P



POKTAN ALAMANDA



Menuai Hoki dari Bambu Hoki



pandemi kami bisa empat kali ekspor. Target kami satu bulan tiga kontainer atau lebih,” ujar Anas. Sedangkan eksportir dracaena dari Sukabumi ada 10 perusahaan, setiap eksportir rata rata mampu mengirim 3 kontainer per bulan. Dengan demikian, selama sebulan ada 100 lebih kontainer tanaman hias dari Sukabumi yang dikirim ke luar negeri. ”Peminat dracaena kini semakin meluas karena bentuknya yang unik, tahan lama, dan mudah perawatannya,” kata Anas yang sudah malang-melintang di bidang florikultura, sejak tahun 2000. “Kini harga dan kualitas produk kami sudah bisa bersaing dengan Thailand. Bahkan kami juga membuat desain pot yang unik dari bahan paralon,” tambahnya. Anas menceritakan, Poktan Alamanda sebelumnya mengekspor ke AS, namun kini lebih fokus ke kawasan Timur Tengah. Bahkan beberapa tenaga kerja dari Indonesia dikirim untuk edukasi bambu hoki. Pameran florikultura juga aktif diikuti. “Pasar Timur Tengah untuk desain dracaena ini pun berbeda, misal Arab Saudi menyukai suji hijau, sementara di Iran warna putih,” tuturnya.



Perjalanan Panjang Mengawali ekspor tahun 2000, Anas menuturkan, dirinya bermodal nekad. Namun, keberanian ini justru membuahkan hasil. Kini Poktan Alamanda mampu membina sejumlah petani menjadi petani plasma dan pelaku usaha ekspor. “Waktu itu di awal ekspor, cara kami boleh dikatakan masih tradisional. Kala itu, sempat terjadi ada kecebong atau katak yang tanpa sengaja ikut di dalam pot tanaman, sehingga ketika kontainer dibuka katak tersebut meloncat,” kelakarnya. Anas mengakui, sejumlah tantangan dalam ekspor pun dialami. Pertama kali bagaimana cara menentukan jumlah bahan baku, desain yang kita rangkai, dan bagaimana packing yang bagus. “Sekarang ini kendalanya proses menyiapkan bahan baku, karena tingginya permintaan. Jadi paling tidak harus ada lahan sekitar 100 hektar,” tuturnya. Tak hanya itu, permintaan dan standar kualitas produk masingmasing negara pun berbeda dan itulah yang harus dipahami eksportir. Kemudian ada pemanfaatan jejaring pelaku usaha tanaman hias, penggunaan IT secara bijak dan pemahaman regulasi ekspor masing-



masing negara juga wajib dipahami eksportir yang ingin menembus pasar ekspor. Anas mengingatkan, jika ingin menembus pasar ekspor florikultura dan memenuhi tuntutan konsumen, pelaku usaha harus memiliki keahlian menerapkan proses budidaya, penanganan pasca panen, dan pengolahan yang baik dan benar. Kementerian Pertanian telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Pedoman Budidaya Florikultura yang Baik atau GAP (Good Agriculture Practices). “Dalam budidaya pelaku usaha harus menjamin pelestarian, kesuburan lahan, penggunaan sumber daya dan sistem produksi yang berkelanjutan atau ramah lingkungan,” ujarnya. Kini CV. PAS terus mensosialisasikan melalui Asosiasi Florikultura di Sukabumi, Asosiasi Desa Wisata dan berkolaborasi dengan Kadin Kabupaten Sukabumi. Satu pesan penting dari Anas, pelaku usaha juga harus mengerti regulasi pemerintah di dalam negeri dan negara tujuan ekspor. Di era digital, pelaku usaha juga harus mulai menerapkan teknologi informasi.nIndri/Yul



Benahi Perbenihan untuk Jaga Kontinuitas Ekspor



otensi ekspor tanaman hias ini diprediksi mencapai 22 miliar dollar AS. Sebuah angka yang sangat fantastis. Namun ada hal lain yang perlu dipikirkan secara serius, yaitu mengenai jaminan stok atau ketersediaan benihnya. Direktur Marketing PT Ekakarya Graha Flora, Joko As’ad mengatakan, untuk kelangsungan ekspor florikultura harus dibenahi bagian hulu yaitu perbenihan. Masalah ini sangat penting untuk menjamin kelangsungan ekspor, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. “Jika dimungkinkan pemerintah harus ikut campur tangan untuk mengatasi masalah ini,” katanya. Ia mengakui, tingginya permintaan benih tanaman hias menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pelaku usaha yang bergerak di bidang perbenihan. Untuk itu, peningkatan kualitas serta terjaminnya



kontinuitas benih bermutu sangat perlu dilakukan. Termasuk pengelolaan dan manajemen produksi yang baik perlu untuk diterapkan. PT Ekakarya Graha Flora adalah produsen anggrek bulan (phalaenopsis), dan anggrek dendrobium dalam bentuk tanaman dan benih. Kapasitas produksi anggrek perusahaan itu mencapai



1 juta anggrek per tahun. Sistem produksinya sudah cukup modern, lengkap dengan fasilitas penangkaran benihnya dengan luas kebun screenhouse. Untuk produksi anggrek dendrobium mencapai 12 hektar (ha), sedangkan untuk anggrek bulan seluas 5 ha. Dalam ekspor, Joko mengatakan, masih terkedala pengiriman. Sejak



pandemi, biaya freight forwarding atau pengiriman ekspor melonjak dua kali lipat. Untuk itu, perusahaannya hanya mengirim anggrek ke Negeri Sakura Jepang. “Importir (Jepang,red) tidak terlalu mempermasalahkan biaya pengiriman. Sedangkan negara lain seperti Amerika Serikat, Belanda dan Singapura agak sedikit terhambat, bahkan stop,” tegasnya. Karena itu pelaku bisnis tanaman hias mengharapkan dukungan Kementerian Pertanian untuk memfasilitasi kemudahan ekspor. Badan Karantina juga diharapkan memberikan akreditasi bagi produsen dan membantu memberikan kemudahan perijinan untuk ekspor. “Kita ingin mensukseskan program pemerintah menggenjot ekspor. Saat ini yang perlu diselesaikan adalah masalah kargo dan diplomasi,” pintanya.nIkbal/Yul



AGRI WACANA 11



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



Oleh: Memed Gunawan



Bersaing Ekspor Barang Berkelas



Sophisticated pada umumnya berkonotasi positif, anggun, berkelas, bercitarasa tinggi, spesifik, detil, beda dan istimewa. Jangan disamakan dengan complicated, yang umumnya terkait dengan jelimet dan kesulitan. Kalau bicara citarasa atau kultur, misalnya, sophisticated pasti tidak jauh dari gaya tata cara yang tidak kodian. Contohnya soal makanan. Penyediaan bahan pangan tidak cukup untuk tujuan memenuhi kebutuhan nutrisi, gizi dan menjaga kesehatan saja. Itu hanya kelas biasa. Generik. Tampilan yang berkelas itu memperhatikan citarasa tinggi, cara penyajian yang spesial sehingga rasa, bentuk, warna, waktu, kondisi disesuaikan dengan event atau situasi. Itulah konon, yang perlu diperhatikan para pelaku bisnis karena arah perkembangan permintaan ekspor berbagai komoditas masa depan menuju ke sana. Pola konsumsi yang sophisticated dan spesifik. Bukan barang curah murah meriah, tapi untuk meraihnya tetap harus kompetitif. Tidak mudah, kan! Sebenarnya, standar baku dalam perdagangan saat ini, sebagian sudah mencakup masalah ini. Telur tidak dijual curah atau berdasarkan ukuran berat tetapi ada standar yang telah ditetapkan. Harus bersih tidak ada kotoran, tidak ada bercak darah di dalamnya, kedalaman warna kuning telur, ketebalan kulit telur, dan keseragaman ukurannya. Itulah makna adanya Grade AA dan A. Jepang tidak hanya menerapkan standar umum, tetapi memang terkenal mempunyai citarasa yang sangat sophisticated dalam banyak hal, khususnya dalam soal makanan. Kalau ekspor bahan makan ke Jepang sudah tembus, itu adalah satu prestasi luar biasa. Oleh karena itu prestasi harus betul-betul dijaga jangan sampai dicederai. Minum teh di Jepang itu ada caranya, mirip-mirip upacara tradisional yang baku dan tidak boleh disepelekan. Mulai dari pakaian, peralatan, cara menyeduh, menyajikan sampai dengan minum dan memutar cawan untuk menentukan sisi cawan yang akan menyentuh bibir dan kemudian menghirupnya. Inilah sophisticated, anggun, penuh hormat dan juga sedap dipandang. Cara duduk, minum dan memegang cangkir dengan dua tangan itu tidak berubah sejak dulu, dan budaya itu tetap dipertahankan. Budaya Jepang memang sophisticated dan tidak berubah. Itu baru cara minum teh saja. Masih banyak yang lainnya. Memotong ikan tuna utuh sampai dengan mengiris dagingnya untuk sashimi itu ternyata tidak sembarangan. Ada tata caranya. Semua itu ada dampak ekonominya. Bagi produsen, apa pun yang diminta konsumen ke sanalah arah perkembangan pola pemasarannya. Oleh karena itu, ketika perkebunan teh menggunakan teknologi petik pucuk teh dengan mesin agar cepat dan efisien, pimpinan perusahaan harus juga menyadari ada sesuatu yang dikorbankan di sisi lain, yaitu kualitas daun teh dan dampaknya terhadap peluang memasok permintaan teh kualitas khusus. Pemetikan daun teh dengan tangan bisa langsung memisahkan pucuk teh kualitas white tea, broken pecco, pecco dan kualitas di bawahnya. Konsumen tertentu ada yang meminta kualitas premium, jauh di atas selera umum pasar. Tidak hanya rasa tetapi juga penampilan, kepekatan, warna, status dan entah apa lagi yang tidak dimengerti oleh orang kebanyakan. Harga kualitas premium ini jauh lebih tinggi tetapi untuk mencapainya diperlukan effort yang juga lebih tinggi. Sebuah restoran eksklusif langganan pebisnis kelas atas di Jakarta menyajikan makan malam istimewa dengan tatacara yang unik. Makanan disajikan satu demi satu itu memerlukan banyak pramusaji, dan bahan pangannya pilihan, berkualitas tinggi walau kadang nama masakan lokal seperti sayur asam atau gudeg tetap dipertahankan. Buah mangga harumanis yang dipotong membentuk burung begitu indah dan enak, tetapi hanya dua potong kecil saja, sehingga menyisakan penasaran di lidah dan tentu sangat menjengkelkan tukang makan kelas kaki lima. Tetapi inilah salah satu cara eksklusif dan beda yang bagi sebagian orang sangat berarti. Dan mereka pun mau membayarnya dengan harga tinggi. Bagaimana soal bunga? Kebersihan dan bebas dari hama penyakit tentu menjadi persyaratan nomor satu. Tetapi wangi, yang menjadi standar kualitas bunga bagi orang kebanyakan sejak dahulu kala, sudah banyak bergeser ke keindahan, warna, penampilan, ukuran, waktu dan kesesuaian dengan kultur dan kejadian yang akan diwakilinya. Melati, kenanga dan sedap malam yang jadi inspirasi lagu dan puisi berbeda pasarnya, tidak perlu indah, yang penting wangi. Yang merajai bisnis bunga hiasan di dunia antara lain krisan, mawar, anggrek dan tulip merupakan jenis-jenis bunga yang paling populer karena keindahannya. Permintaan terhadap bunga akan sangat spesifik, apa jenisnya, bunga potong atau bibit yang akan dibesarkan, kapan harus sampai, kondisi bunga pada saat sampai di tujuan, jenis dan warna bunga yang sesuai untuk musim tertentu, ukurannya yang tepat untuk dibuat karangan bunga atau diberikan sebagai hadiah dalam bentuk satuan. Sanitary dan Phytosanitary sudah tentu merupakan persyaratan umum, sekali dilanggar maka aturan yang lebih berat akan dijatuhkan pada komoditas ekspor lainnya. Aturannya memang ketat dan kaku tak bisa ditawar. Dalam hal ini pelaku usaha seharusnya tidak merasa terbebani dengan aturan itu, karena memang itulah perkembangan permintaan. Pemeo konsumen adalah raja masih tetap berlaku. Penuhi saja keinginan konsumen dan aturan jika ingin menangguk keuntungan. Kita harus siap dan patuh dengan aturan.



Penyuluh Sebagai ”Guru” Petani



S



Oleh: Entang Sastraatmadja



esungguhnya banyak atribut yang melekat dalam diri penyuluh pertanian. Salah satunya penyuluh pertanian seringkali disebut sebagai ”guru” nya petani beserta keluarganya. Pelekatan atribut ini wajar, mengingat penyuluhan pertanian sendiri merupakan sistem pendidikan non formal yang diberikan kepada petani beserta keluarganya di pedesaan. Tujuan jangka pendeknya agar terjadi perubahan perilaku, yakni sikap, tindakan dan wawasannya ke arah yang lebih baik, sedangkan tujuan jangka panjang yang ingin diraihnya adalah mewujudkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Dalam kaitannya dengan pendidikan non formal, penyuluh berperan sebagai guru. Berbeda dengan seorang guru dalam sistem pendidikan formal, seorang penyuluh diberi kesempatan untuk mengembangkan metode pengajarannya secara leluasa dan tidak kaku. Penyuluh diminta untuk mampu menularkan pengetahuan yang dimilikinya. Penyuluh dituntut untuk dapat mengajarkan teknik-teknik budidaya pertanian dengan menggunakan teknologi mutakhir. Penyuluh harus mampu membawa petani ke suasana kehidupan yang lebih baik. Lebih jauh dari itu, penyuluh ditantang pula untuk dapat menghapuskan kemiskinan petani. Mengacu pada tugas dan tanggungjawab seperti yang disebutkan diatas, ternyata untuk menjadi penyuluh yang handal dan profesional, bukanlah hal yang mudah. Sebagai ”guru”, perilaku seorang penyuluh harus dapat ”digugu” dan ”ditiru”. Itulah bahasa kiratanya guru. Digugu artinya dapat dipercaya apa-apa yang dibicarakannya, sedangkan ditiru artinya harus dapat diikuti atau dijadikan contoh dalam kehidupan. Guru memiliki citra sebagai orang yang disegani dan dihormati. Guru adalah sosok seorang pendidik yang menjadi ”penitipan” para orang tua yang menyekolahkan putera puterinya. Guru juga telah didaulat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Ciptakan Petani Pedagang Penyuluh pun demikian. Sebagai guru



petani dalam tata cara bercocok-tanam yang baik, seorang penyuluh mestilah selalu mengikuti perkembangan dan teknologi di bidang budidaya atau pun pemasaran hasil pertanian. Penyuluh hari ini, tentu tidak sekedar dituntut untuk mahir dalam mengajari petani dengan cara-cara bertani yang modern, namun penyuluh pun diminta untuk mengajari petani bagaimana caracara berdagang yang menguntungkan dari apa-apa yang diproduksi petani, sehingga kesejahteraan petani menjadi lebih baik lagi. Penyuluh dimohon mampu menciptakan ”petani pedagang” yang mampu mengkalkulasi komoditas yang ditanamnya secara ekonomis. Bertani bukan lagi hanya sekedar menanam, namun juga mesti berorientasi bisnis. Petani tidak lagi hanya diajari caracara meningkatkan produksi, tapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana produksi yang meningkat itu, dapat pula meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Penyuluh sebagai guru, tentu perlu memiliki kiat-kiat khusus guna mewujudkan harapan diatas. Untuk itu, agar penyuluh dapat meningkatkan potensi dan kapasitasnya menjadi lebih handal, tentu dibutuhkan pendidikan dan pelatihan yang seirama dengan perguliran zaman. Penyuluh tidak boleh dididik dengan materi-materi yang sudah ketinggalan zaman, namun dengan materi-materi yang sesuai perkembangan zaman yang sedang menggelinding saat ini. Tentu akan lebih keren lagi jika materimateri yang diberikan kepada penyuluh pun dirancang untuk dapat menangkap isyarat zaman di masa depan. Sebagai seorang guru, mestinya para penyuluh dapat merenungkan apa-apa yang telah digambarkan diatas. Sekiranya para penyuluh sudah diberi ”amunisi” materi-materi penyuluhan yang berbasis pada aspirasi petani, boleh jadi hasrat untuk menampilkan petani-petani sejahtera, pastinya bukan lagi mimpi di siang bolong. (Penulis, Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat).



12 PRASARANA DAN SARANA



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



Food Smart Village



Cerdas Menyiasati Perubahan Iklim Hujan deras masih terus mengguyur, meski perhitungannya sudah masuk musim kemarau. Kondisi ini patut diantisipasi petani, jangan sampai salah perhitungan dalam memilih usaha tani.



P



erubahan iklim memang menjadi tantangan terberat dalam upaya peningkatan produksi pangan. Apalagi kini ada tuntutan memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa. “Dampak cukup signifikan perubahan iklim itu adalah dalam pola usaha tani. Ada beberapa yang sudah kita rasakan. Misalnya, terjadi pola curah hujan yang berubah, seperti yang kita hadapi sekarang,” kata Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah, Joko Pramono saat Lokakarya DPW Perhiptani Jawa Tengah, Selasa (29/6). Joko mencontohkan, pada Mei lalu terlihat akan masuk musim kemarau, namun kemudian curah hujan kembali tinggi. Kondisi tersebut berubah dari pola sebenarnya. “Ini menimbulkan konsekuensi pada pola tanam petani di lapangan,” ujarnya. Karena itu Joko mengingatkan, jajaran pertanian, termasuk penyuluh pertanian harus melakukan upaya antisipasi memberikan bimbingan ke petani terkait perubahan pola hujan ini. “Ini merupakan gejala yang dikatakan bisa terjadi akibat perubahan iklim, yakni iklim ekstrim. Ekstrim iklim yang biasa kita rasakan adalah gejala La-nina dan El-nino,” tuturnya. Dikhawatirkan juga gejala iklim kadang dibarengi eksplosif organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Untuk itu, Joko mengingatkan agar kita melakukan adaptasi. Perubahan iklim tambah Joko, juga menyebabkan kenaikan muka



air laut. Dampaknya, akan menyebabkan berkurang lahan pertanian di daerah pesisir. Sekarang ini banyak lahan pertanian, terutama di Pantura dan pantai selatan. “Kita mendengar di daerah pesisir lahan pertanian tidak bisa ditanami varietas padi yang existing, karena muka air laut pasang yang menyebabkan lahan tersebut terintrusi air laut dan terjadi peningkatan salinitas,” katanya seraya menambahkan, karena itru perlu ada upaya adaptasi varietas yang adaptif salinitas. Di lain pihak kita juga dihadapi tantangan konversi lahan pertanian. Alih fungsi lahan pertanian, baik untuk perumahan maupun jalan tol masih terus terjadi. Data menyebutkan luasnya mencapai 100 ribu ha/tahun. Hitungan jika 1 ha menghasilkan rata-rata 5 ton dan dalam dua musim mencapai 10 ton. Jika dikalikan 100 ribu ha dikali 10 ton, maka akan ada kehilangan 1 juta ton/setahun. Pemerintah kata Joko, sebenarnya sudah mengantisipasi dengan terbitnya UU Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Namun di lapangan belum sepenuhnya berjalan sesuai diharapkan. “Ada daerah yang sudah buat Perda terkait UU tersebut, ada juga yang belum,” ujarnya. Tantangan lainnya, kadar hara lahan pertanian di Indonesia makin rendah. Ini mengindikasikan lahan pertanian yang digunakan untuk produksi pangan, tapi tanpa mengembalikan bahan organik. Kondisi ini berakibat pada penurunan produksi lahan



tersebut. Masalah lainnya adalah kapasitas penyediaan air juga menurun. Hal ini karena adanya kompetisi untuk kebutuhan lain, terutama industri dan rumah tangga. Kondisi ini diperparah jaringan irigasi yang belum optimal. “Program Kementan terus dilakukan, terutama perbaikan jaringan irigasi,” ujarnya. Lima Pilar FSV Bagaimana pemeirntah mengantisipasi tantangan pembangunan pertanian ini? Salah satunya dengan menggerakkan inovasi teknologi. Salah satu yang kini didorong Badan Litbang Pertanian adalah food smart village (FSV). Ada lima pilar FSV. Pertama, optimalisasi sumberdaya lahan dan air melalui pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya iklim, air permukaan, air tanah dan modifikasi iklim mikro. Kedua, lanjutnya, keanekaragaman budidaya tanaman pangan dan hortikultura sesuai dengan zona agroklimat. Ini bisa dilakukan dengan pola tanam yang adaptif perubahan iklim. Joko mengungkapkan, pihaknya memiliki pengalaman di Gunung Kidul. Di lahan sawah tadah hujan



yang biasanya hanya bisa tanam satu kali, lalu palawija (sorgum dan jagung), dengan memanfaatkan sumber informasi Katam Terpadu dengan kombinasi teknologi adaptif perubahan iklim bisa tanam dua kali. Cara yang dilakukan adalah dengan menanam lebih awal dengan varietas genjah, sebelumnya petani menanam varietas umur 110 hari. Setelah panen dilakukan semai penuh. “Dengan cara itu kita bisa ubah tanam satu kali menjadi dua kali, pada musim ketiga petani menanam sayuran. Ini kombinasi dengan sumberdaya air. Kita gunakan air tanah,” tuturnya. Pilar ketiga yakni, sistem integrasi tanaman ternak. Cara ini untuk meningkatkan nilai tambah produksi pertanian, serta meningkatkan produktivitas lahan. “Dengan ternak kita bisa tingkatkan kesuburan lahan dengan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk,” ujarnya. Keempat, sistem pertanian konservasi, khususnya di lahan kering. Inovasinya pada musim pertama, petani tidak perlu olah tanah sempurna, penggunaan mulsa untuk dan tanaman penutup tanah. Selain itu juga dilakukan rotasi tanam, tumpang sari dengan tanaman penambat nitrogen. “Sistem ini bisa mengurangi dampak perubahan iklim dan degradasi lahan pertanian, terutama lahan kering yang ada lereng gunung,” katanya. Kelima, ungkap Joko, pemanfaatan kembali limbah pertanian dan ternak dalam sistem produksi pertanian. Kegiatannya dengan memanfaatkan seoptimal mungkin hasil limbah pertanian dan ternak melalui pendekatan 3 R. Pertama, reduce yakni mengurangi sebanyak mungkin kehilangan limbah di luar sistem produksi pertanian. R kedua adalah Reuse. Yakni menggunakan kembali sebanyak mungkin limbah pertanian dan ternak. R ketiga, Recycle. Artinya, seluruh limbah pertanian dan ternak yang dihasilkan selalu dalam proses daur ulang di dalam sistem produksi. “Di lapangan kita menghimbau petani untuk mengembalikan jerami ke lahan, namun memang masih banyak petani yang kurang berkenan. Alasan, bisa mengganggu aktifas olah tanah,” katanya. Namun dengan mekanisasi, seperti combine harvester, otomatis hampir sebagian besar jerami tidak kembali/terangkut ke luar lahan. “Dengan panen menggunakan combine harvester, jerami sisa panen akan tergilas kembali ke lahan. Ini membantu kembali limbah pertanian ke lahan,” kata Joko.n Yul/Ditjen PSP



13



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



RAGAM CARA Kendalikan Hama Tikus Ramah Lingkungan



Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) seperti tikus, di Indonesia masih menjadi momok bagi petani, khususnya tanaman padi. Berbagai upaya petani untuk mengendalikan hama pengerat tersebut. Mulai menggunakan pestisida kimia seperti racun hingga perangkap listrik yang berbahaya bagi manusia, tapi justru memakan korban manusia akibat tersetrum.



U



ntuk mengatasi hal tersebut Kementerian Pertanian bersama Dinas Pertanian di daerah terus mengembangkan metode pengendalian hama tikus yang ramah lingkungan, kreatif, inovatif, serta berbiaya murah dan efisien. Salah satu metode yang dikembangkan adalah pengendalian tikus dengan urin sapi. Cara pengendalian ini pertama dikembangkan salah satu petugas Pengendali OPT (POPT) Akhmad Sokhe asal Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Akhmad memanfaatkan fermentasi urin sapi sebagai repellent (pengusir) hama tikus pada pertanaman padi. Selama ini, ia melihat banyaknya petani justru menjadi korban tersengat listrik dari penggunaan perangkap tikus di sawah. “Dengan metode ini petani bisa menghemat biaya karena bikinnya ngga mahal. Bahannya juga mudah didapat dan yang pasti aman ngga kesetrum listrik,” tutur Akhmad. Untuk membuat larutan fermentasi Akhmad menggunakan urin sapi sebagai bahan utama. Sedangkan bahan penyertanya, molase, susu creamer, terasi tanpa pengawet, empon-empon (jahe, temu ireng, lengkuas, dan lain sebagainya), serta starter probiotik.



Cara membuatnya. Pertama, empon - empon dihaluskan menggunakan blender. Kedua, empon yang sudah halus dicampur dengan molase, susu creamer, terasi tanpa pengawet, starter probiotik dan urin sapi ke dalam wadah besar seperti drum plastik. Ketiga, tutup wadah drum dan pasang aerator besar dan biarkan selama 21 hari untuk proses fermentasi sebelum larutan bisa digunakan. Keempat, setelah 21 hari saring hasil fermentasi. “Untuk penggunaan dosisnya per 25 cc bahan cair fermentasi ditambah 1 liter air bersih,” saran Akhmad. Bagaimana cara penggunaannya? Akhmad menuturkan, cukup menyemprotkan larutan keseluruh bagian tanaman yang diduga sebagai tempat jalan atau sarang tikus. Waktu penyemprotan dilakukan pagi dan sore dengan jarak minimal 14 hari sekali (4 sampai dengan 6 kali aplikasi). Sementara itu, Kepala UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur Irita Rahayu Aryati bangga dan senang atas temuan inovatif salah satu POPT-nya yang bertugas di Kabupaten Gresik tersebut. “Saya sangat bangga atas temuan inovatif POPT kami bapak Akhmad Sokhe berupa fermentasi urin sapi yang digunakan sebagai bahan pengendali OPT tikus. Memang



lubang-lubang aktif tikus dengan racun belerang. Di lokasi lain juga sedang proses dan persiapan pengendalian,” katanya. Sementara itu Kepala LPHP satuan pelayanan (Satpel) wilayah II Subang, Iduk, menyatakan, untuk mengatasi serangan hama tikus di Purwakarta ini semua stakeholder telah bekerja sama melaksanakan pengendalian. Sarana dan prasarana pengendalian tikus dibantu Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, BBPOPT-Jatisari, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Purwakarta, LPHP Satpel Wilayah II Subang. “Seperti biasa, sebelum gerdal kami selalu memberikan bimbingan teknis terlebih dahulu kepada petani mengenai kondisi serangan tikus, faktor pendukung, dan cara pengendalian yang baik dan benar,” kata Iduk. tugas utama POPT sangatlah penting dalam mendampingi petani untuk bisa mendampingi dan mengedukasi petani dalam mengendalikan hama (OPT) dalam menjaga tanamannya,” tutur Irita. Gerakan Bersama Hama tikus memang menjadi musuh petani yang kerap merusak tanaman padi. Untuk itu, pemerintah melakukan gerakan bersama dalam pengendalian hama pengerat tersebut. Salah satu wilayah gerakan pengendalian hama tikus di Kabupaten Purwakarta. Beberapa daerah seperti Desa Kertamukti (Kecamatan Campaka), Desa Cibening Bungursari dan Desa Cibatu (Kecamatan Cibatu) adalah lokasi pertanaman padi di Purwakarta yang mengalami serangan hama tikus, sehingga mengakibatkan kerusakan pada tanaman padi. Koordinator Kabupaten Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (Kortikab POPT) Purwakarta, Jaya Mulya mengatakan, serangan hama tikus di Purwakarta terjadi secara spot-spot dan sudah dikendalikan petani bersama pemerintah. “Serangan hama tikus saat ini terjadi spot-spot di beberapa lokasi, yaitu di Kecamatan Campaka, Bungursari, dan Cibatu,” ujarnya. Sementara itu serangan di Kecamatan Campaka, tepatnya di Desa Kertamukti sudah merusak 5 ha tanaman padi. Namun saat ini sudah dikendalikan petani bersama pemerintah. “Kami mengendalikan dengan cara gropyokan dan pengemposan di



Kunci Kendalikan Tikus Abriani Fensionita, Koordinator Pengendalian OPT Serealia Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menjelaskan, kunci keberhasilan pengendalian hama tikus dimulai dari pra tanam sampai panen. Untuk itu ia menghimbau petani agar melakukan pengamatan rutin dan pelaksanaan gerakan pengendalian harus serempak, kompak, dalam areal yang luas. Sedangkan dalam jangka panjang, petani wajib melakukan tanam serempak dan memanfaatkan musuh alami yang ada di alam seperti burung hantu. Untuk itu, keberadaan burung predator tikus tersebut harus dijaga, jangan diburu, bahkan kalau perlu buatkan rumah-rumah burung hantu (rubuha/pagupon) di lahan persawahan. “Petani juga harus menjaga kebersihan lahan agar efektif dalam pengendalian hama tikus, terutama saat lahan dalam kondisi bera/pra tanam dengan gropyokan dan pengemposan,” katanya. Kementerian Pertanian terus mendorong dihasilkan dan diterapkannya karya inovatif dalam teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan. Pengamanan produksi sudah menjadi tugas bersama baik petani, petugas POPT, penyuluh, dan Kementan. Pemerintah juga mendorong dan mendukung praktek kegiatan pengendalian OPT berbasis alami yang ramah lingkungan. Dengan makin meningkatnya kesadaran petani pentingnya budidaya tanaman sehat untuk keberlanjutan pertanian, diharapkan juga kesejahteraan petani turut meningkat. nYul/Ditjen PSP



14



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



kasus di tingkat petani. Misalnya, cara pencampuran pestisida menurut kebiasaan petani. Bahkan dosis dan konsentrasi pestisida masih banyak tidak sesuai dengan petunjuk pada label kemasan pestisida. Diharapkan kepada seluruh peserta bimtek, agar ilmu yang telah diperoleh dapat dipraktikkan di lapangan. Hal ini agar penggunaan pestisida yang benar dan bijaksana, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang berlebihan kepada pengguna, konsumen maupun lingkungan.



Jangan Salah Aplikasi



Petani Wajib Pandai Baca Label Pestisida Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan pestisida menjadi salah satu cara yang paling sering dilakukan petani karena dianggap mampu menyelamatkan kehilangan hasil panen. Namun, praktik penggunaan pestisida oleh petani tidak didasarkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi.



M



engingat pentingnya peranan dan dampak negatif yang ditimbulkan, usaha pengelolaan pestisida perlu dilakukan sebaik-baiknya. Untuk itu, petani harus mengetahui cara penggunaan pestisida dengan membaca label kemasan. Untuk menjawab hal tersebut, beberapa waktu lalu, BPP Maliku, Kabupaten Pulang Pisau bersama BPTP Kalimantan Tengah menggelar bimbingan teknis (bimtek) tentang prinsip penggunaan pestisida. “Petani di Indonesia sudah tidak asing lagi dalam menggunakan pestisida. Namun kadang mereka belum memahami apa itu pestisida,” kata Penyuluh BPTP Kalimantan Tengah, Astri Anto. Kondisi seperti ini menurut Astri, sering dijumpai di daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Mereka sudah terbiasa menggunakan pestisida, namun apa dan bagaimana sistem dari pola kerja pestisida tersebut belum mereka pahami. “Hal inilah sering menjadi hambatan bagi petani mengaplikasikan pestisida secara tepat dan bijaksana, sehingga akan efektif sesuai tujuan penggunaan,” katanya. Petani menjadikan pestisida kimia sebagai alternatif paling jitu mengendalikan hama, penyakit dan gulma. Namun penggunaan pestisida secara aman, efektif dan bijaksana



harus terus disosialisasikan ke petani. “Bagaimanapun juga pestisida adalah racun dan berbahaya bagi manusia, hewan dan lingkungan,” katanya. Baca Label Kemasan Salah satu upaya memberikan informasi tentang aplikasi pestisida yang aman dan bijaksana adalah dengan disertakannya keterangan pestisida dalam label kemasan pestisida. Namun menurut Astri, petani maupun petugas penyuluh terkadang kurang memperhatikan akan pentingnya memahami isi label pestisida, meskipun hal tersebut penting bagi keselamatan mereka sendiri. “Pada label banyak informasi yang diperlukan pengguna pestisida. Label pada kemasan pestisida berisikan informasi teknis dari pestisida tersebut, petunjuk penggunaan produk serta tindakan pencegahan,” tuturnya. Informasi teknis pada label berisikan nama dagang dan formulasi, nama umum, kadar bahan aktif, jenis formulasi, bobot atau volume pestisida, nama dan alamat pemegang pendaftaran, nomor dan tahun pembuatan, tipe pestisida, cara kerja pestisida serta nomor pendaftaran. Sedangkan informasi tentang petunjuk penggunaan produk berisikan target sasaran, dosis, volume larutan (l/ha), waktu penggunaan



terakhir sebelum panen, peralatan yang digunakan, cara dan waktu penggunaan. Untuk informasi tindakan pencegahan berisikan peringatan bahaya, petunjuk keamanan (pakaian pelindung, penyimpanan yang aman, pemusnahan limbah), gejala dini keracunan, petunjuk pertolongan pertama pada keracunan, peringatan bahaya dan label warna, serta petunjuk perawatan dokter. Di dalam label juga disertai piktogram yang berupa gambar atau simbol yang memiliki arti khusus yang disepakati seperti gunakan sarung tangan, gunakan sepatu boots, berbahaya untuk ikan dan ternak, cuci tangan sesudah bekerja, simpan di tempat terkunci, gunakan pelindung mata. Astri mengakui, hambatan yang dijumpai di lapangan adalah banyak petani yang belum bisa membaca bahasa label yang mungkin agak sulit dimengerti. Untuk itu diperlukan peran penyuluh untuk membantu mengatasi hal ini dengan jalan pelatihan atau penyuluhan, baik secara khusus maupun melalui kegiatan temu lapang, sekolah lapang, maupun temu aplikasi teknologi. Adanya pemahaman tentang label kemasan pestisida ini diharapkan petani sebelum mengaplikasikan pestisida telah membaca dan memahami label. Dengan demikian dapat mengaplikasikan pestisida secara aman, efektif dan bijaksana. “Pada bimtek ini juga dilaksanakan praktik dan diskusi terkait penggunaan pestisida untuk pertanaman padi, palawija dan sayuran,” katanya. Astri mengakui, ternyata banyak



Semprot Massal Sementara itu Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara melakukan penyemprotan secara massal untuk mengendalikan serangan hama putih palsu dan penyakit hawar daun pada tanaman padi di Desa Sei Nyamuk, Kecamatan Sebatik Timur belum lama ini. Kepala BPP Kecamatan Sebatik, Oji Raharjo, mengungkapkan penyemprotan massal ini merupakan hasil tindak lanjut dari pengamatan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP) hama. “Intensitas serangan hama putih palsu dan penyakit hawar daun sudah berada pada ambang kendali, maka kita di BPP memutuskan untuk segera melakukan tindakan pengendalian melalui penyemprotan,” ujarnya. Diperkirakan luasan tanaman padi yang terserang hama dan penyakit ini sekitar 10 ha dari total 69 ha dengan umur padi 1,5 bulan sementara jenis padi yang ditanam adalah varietas Inpari 42 dan Inpari 30. “Kita merasa khawatir kalau serangan OPT seperti hawar daun ini dibiarkan, spektrumnya bisa tambah meluas dan sangat merugikan petani. Dampaknya dapat menurunkan jumlah produksi nantinya, penyakit ini memang dapat menyerang tanaman padi dari fase vegetatif hingga generatif,” katanya. Sebelum melakukan penyemprotan massal BPP Kecamatan Sebatik mengadakan pertemuan dengan beberapa kelompok tani yang lahannya terdampak serangan hama dan penyakit tersebut, seperti Kelompok Tani Mattirobulu, Karya Sebatik Tani, Sinar Wali dan Sinar Gembira. ”Seperti proses pencampuran antara racun dan air harus benar-benar tercampur dan air yang digunakan haruslah air yang bersih serta dosis racun yang digunakan harus sesuai takaran yang sudah ditentukan,” katanya. nAstri /Ibnu Abas/Yul/Ditjen PSP



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI



POSISI PENYULUH akan Diperkuat dengan Perpres



lebih mahal dibandingkan luar negeri, terutama komoditas kedelai dan jagung. “Karena daya saing kalah, maka tidak heran produk impor membanjiri pasar dalam negeri. Saya masih ingat perkatan Presiden saat Rakornas Pembangunan Pertanian, kita mampu menghasilkan jagung, kedelai dan produk pertanian lainnya seperti buah jeruk, tapi mengapa kita impor,” kata Dedi. Dedi mengungkapkan, harga pokok produksi (HPP) kedelai di dalam negeri jauh lebih tinggi dibandingkan negara produsen lain seperti Brasil. Harga pokok produksi kedelai kita mencapai Rp 7.000/kg dan petani baru untung jika harga jualnya Rp 8000/kg. “Tapi kedelai Brasil sampai di Tanjung Priok hanya Rp 5.000/kg. Padahal diangkut dari jarak yang cukup jauh dan waktu yang lama. Begitu juga kedelai dari AS, hampir sama,” tegasnya. Karena itu Dedi mengingatkan hal itu menjadi tantangan paling besar, bagi peneliti dan penyuluh pertanian. Daya saing produk pertanian terkait dengan produktivitas, kemudian terkait juga



dengan biaya produksi. Artinya yang terjadi saat ini biaya input produk pertanian Indonesia masih reletif tinggi., sehingga menyebabkan HPP juga relatif tinggi. “Produktivitas rendah, biaya input tinggi, maka HPP menjadi tinggi. Kemudian berakibat daya saingnya rendah. Ini harus dijawab peneliti dan penyuluh, juga kita semua,” katanya. Guna mengatasi persoalan tersebut menurut Dedi, kuncinya adalah peran inovasi teknologi, prasarana dan sarana pertanian, varietas tanaman, pengelolaan lahan dan pemupukan. Dari sisi teknologi, sudah ada yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Namun pertanyaannya apakah petani mampu mengimplementasikan teknologi tersebut, sehingga secara signifikan meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya produksi. “Cara petani mengimplementasikan petani inilah pekerjaan penyuluh,” tegasnya. Karena itu untuk meningkatkan produksi pangan dan daya saing produk pertanian, Dedi melihat, kuncinya ada di penyuluh pertanian dan peneliti. Dalam hal ini, peneliti sebagai penghasil teknologi, sedangkan penyuluh sebagai penyampai teknologi dari meja peneliti ke petani. “Jadi sekarang ini tidak mungkin masing-masing bekerja sendiri. Untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan daya saing harus ada kerjasama penyuluh dan peneliti,” tegas mantan Kepala Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian ini. nHumas BPPSDMP



sponsor, nanti harus ada balas jasa. Mereka pasti mengharapkan itu. Gak gratisan, Kang. Negara bisa rusak, Kang, kalau pilkada pakai sponsor.” “Pintar juga kamu dalam hal ini. Kamu tahu. Semakin banyak orang bodoh sekarang ini. Bukan karena tidak berpendidikan, tapi salah menjalani kehidupan.” “Seperti kamu. Aku pikir dalam hal mencari pekerjaan kamu ini bodoh,” sambung Samad. “Aku bodoh?” “Iyalah. Kalau pinter, kan sesudah sekolah tinggi kamu bisa menentukan sendiri di mana kamu ingin bekerja, tidak menerima saja jadi orang miskin karena tidak bisa bekerja di tempat lain. Itu kan bodoh namanya?” “Memang begitu. Aku pikir aku telah dididik untuk takut memilih pekerjaan sendiri.” “Kamu mau jadi Kuwu? Ha ha….. Harus pinter pidato bahasa Sunda dulu. Kalau pakai mboten-mboten dan mBandung seperti waktu kamu menyanyi dulu sih, susah di sini. Kamu akan kalah total ha ha….,” kata Samad serius. “Wah, aku tahu diri dong.” Paimin menilai perubahan dalam pemilihan Kuwu ini sangat serius. Orang memilih pimpinannya dengan pertimbangan lain. Kemampuan finansial digunakan sebagai dasar, bukan kepercayaan masyarakat pada kepemimpinan dan kepribadian calonnya. “Ini perubahan besar. Keper cayaan masyarakat desa pada



kemampuan manajerial, karisma dan pribadi individual, berubah menjadi sikap penyerahan pada penguasaan materi dan harapan akan bantuan pimpinan untuk menyelesaikan urusan pribadi. Ada pengurangan semangat dan keengganan untuk berjuang. Penurunan fighting spirit. Ini serius,” gumam Paimin. Hanya sebentar Paimin ditemani oleh Samad di rumah pak Kuwu. Pak Kuwu masih dalam perjalanan dari kantor kecamatan seusai rapat koordinasi dalam rangka Sensus Penduduk. Paimin masih duduk di ruang tamu dihidangi teh manis, kue kering yang disajikan dalam kalengnya, dan kacang goreng. Menurut perkiraan Paimin kue-kue itu sisa lebaran. Lebaran baru usai sebulan yang lalu. Paimin melihat sekeliling ruangan tamu yang berukuran besar. Langit-langitnya tinggi, udara mengalir dari ujung depan sampai ke belakang. Jendela kaca besar membuat cahaya matahari leluasa menerangi ruangan. Lukisan penari khas Bali dan lukisan Kaligrafi besar tergantung di dinding menghadap seperangkat kursi tamu berukir yang didudukinya. Khas kursi ukiran Jepara yang terbuat dari kayu jati. Sayang kayunya jati muda, berwarna keputihan, finishing-nya kurang baik, dan motifnya ramai, kurang elegan. Meja-kursi itu mengkilat sehingga kelihatan murahan. “Seharusnya dihaluskan lagi dan finishing dengan melamik,” pikirnya. (21) - Bersambung



Pemerintah telah menyiapkan Peraturan Presiden (Perpres) untuk memperkuat penyuluh. Perpres tersebut tinggal menunggu tandatangan Presiden Joko Widodo. Saat ini posisinya sudah di Kantor Sekretariat Negara.



Prof. Dedi Nursyamsi



K



epala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Prof. Dedi Nursyamsi mengatakan, pemerintah telah membahas Peraturan Presiden untuk memperkuat posisi penyuluh pertanian nasional. Saat ini Perpres tersebut masih dalam pembahasan di Mensesneg, sebelumnya sudah dibahas di tingkat kementerian dan perguruan tinggi. “Perpres penguatan penyuluh itu diharapkan sudah bisa ditandatangani Presiden awal tahun depan,” kata Dedi saat Lokakarya DPW Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani) melalui daring, Selasa (29/6). Salah satu isi Perpres terebut adalah menempatkan posisi penyuluh pertanian tetap berada



di provinsi dan kabupaten/kota. Namun secara teknis dikomandani Kementerian Pertanian. Salah satu alasan penerbitan Perpres tersebut menurut Dedi adalah sejak UU No. 23/2014 tentang Otonomi Daerah, rumah besar penyuluh berdasarkan UU No 16/2006 yakni Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) dan BP3K hilang. Akibatnya rentang kendali penyuluh pertanian makin jauh. Penyuluh dan Peneliti Dedi menegaskan, penyuluh dan peneliti adalah kunci keberhasilan pembangunan pertanian. Bagaimana keduanya bisa membantu petani meningkatkan produksi, daya saing dan kesejahteraan petani. “Bukan pupuk, bukan benih dan juga bukan alsintan. Faktor utamanya adalah penyuluh. Itu dulu yang dibuktikan saat era Bimas dengan program Panca Usaha Tani. Saat itu terbukti peran penyuluh mampu meningkatkan produktivitas pangan,” tuturnya. Dedi menilai, saat ini daya saing produk pertanian dalam negeri masih kalah dibandingkan produk negara lain. Terlihat, harga pangan



Selama bertahun-tahun bekerja sebagai peneliti, penulis merekam banyak data dan berbagai kejadian yang dilihat dan dirasakan di sekitar pedesaan dan pertanian. Catatan itu memberikan gagasan kepada penulis untuk menggambarkan kembali dalam bentuk tulisan Novel yang bisa dibaca juga oleh selain peneliti.



Paimin Pulang Kampung



“Kok aku ini ngitung-ngitung rezeki orang,” katanya dalam hati. “Untung dia menang. Banyak orang kaya bangkrut dan banyak utang karena kalah pilkada. Malah ada yang gantung diri dan sakit jiwa segala,” Paimin meneruskan obrolannya. “Itu salah perhitungan. Punya duit pas-pasan saja ingin ikut Pilkada. Salah tuh. Biaya Pilkada itu harus dianggap uang lebih, uang hilang. Kalau kalah anggap saja buang sial. Begitu. Intinya jangan mau ditipu oleh pendukung



sehingga habis-habisan buang duit, jual ini jual itu, bahkan sampai berutang segala.” “Iya, yah. Bodoh mereka kalau begitu.” “Katanya suka ada sponsor?” kata Samad lugu. “Kang…Kang Samad. Sponsor itu lain lagi ceritanya. Kang Samad tahu artinya sponsor. Itu pasti ada pamrih. Kalau perusahaan jadi sponsor siaran langsung tinju, sebenarnya dia sedang masang iklan. Promosi. Supaya orang simpati, senang, dan beli barang jualannya. Kalau kampanye pakai



SDM 15



16



Edisi 7 - 13 Juli 2021 No. 3901 Tahun LI