Sistem Fonologi Dialek [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SISTEM FONOLOGI BAHASA TAE DIALEK RONGKONG DI KABUPATEN LUWU UTARA SULAWESI SELATAN



NURLIANA 1501403033



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO 2019



1



SISTEM FONOLOGI BAHASA TAE DIALEK RONGKONG DI KABUPATEN LUWU UTARA SULAWESI SELATAN



SKRIPSI



Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cokroaminoto Palopo



NURLIANA 1501403033



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO 2019



PENGESAHAN SKRIPSI Judul Nama NIM Program Studi Tanggal Ujian



: Sistem Fonologi gi Bahasa Tae Dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan : Nurliana : 1501403033 : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia : 27 Mei 2019



Menyetujui, Pembimbing II,



Pembimbing I,



Suparman, S.S., M.Hum.



Prof. Dr. Hj. St. Hawang Hanafie, M M.S.



Mengesahkan, Ketua Program Studi Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia,



Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,



Abd. Rahim ahim Ruspa, S.Pd., M.Pd. Tanggal:



Dr. Rusdiana Junaid, M.Hum., M.A. Tanggal:



iii



ABSTRAK



Nurliana. 2019. Sistem Fonologi Bahasa Tae Dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan (dibimbing oleh St. Hawang Hanafie dan Suparman). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan secara kualitatif sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan. Analisis dilakukan pada 200 kosa kata Swades yang dilakukan di lapangan. Hasil penelitian dianalisis dalam empat kategori. Kategori yang dimaksud adalah identifikasi fonem, distribusi fonem, gugus fonem dan pola persukuan dalam bahasa Tae dialek Rongkong. Berdasarkan identifikasi fonem ditemukan 5 (lima) fonem vokal [u], [a], [e], [O], dan [o]; 9 (Sembilan) fonem konsonan [m], [l], [s], [r], [b], [k], [d], [t], dan [n]; berdasarkan distribusi fonem vokal ditemukan 9 (Sembilan) fonem vokal [a], [i], [u], [I], [e], [e], [o], [U], dan [O]; sedangkan pada distribusi fonem konsonan ditemukan 15 (lima belas) fonem konsonan [b], [d], [g], [j], [k], [l], [m], [n], [ŋ], [p], [r], [s], [t], [v], dan [?]; ditemukan pula 10 (sepuluh) gugus fonem vokal /ai/, /au/, /ae/, /ia/, /ua/, /uo/, /ei/, /oe/, /oa/, dan /io/; dan pada gugus fonem konsonan ditemukan 6 (enam) fonem konsonan /nd/, /nt/, /mb/, /mp/, /ŋk/, /kg/, dan /nd/; pola persukuan pada yang ditemukan peneliti dalam bahasa Tae dialek Rongkong terdiri dari pola persukuan bersuku satu V, bersuku dua K.V, V.K, bersuku tiga K.K.KV dan bersuku empat KK.K.K.V. Kata Kunci : Bahasa Tae, Dialek Rongkong, Sistem Fonologi.



iv



KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Sistem Fonologi Bahasa Tae Dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai rintangan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak yang bersifat moril maupun bersifat materil, sehingga penulisan proposal ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis, khususnya kepada ibu Prof. Dr. Hj. St. Hawang Hanafie M.S. dan bapak Suparman, S.S., M.Hum. Pembimbing I dan Pembimbing II yang meluangkan banyak waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Abd. Rahim Ruspa, S.Pd., M.Pd. Ucapan terima kasih selanjutnya ditujukan kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dr. Rusdiana Junaid, M.Hum., M.A., Ucapan yang selanjutnya ditujukan kepada Prof. Drs. Hanafie Mahtika, M.S Rektor Universitas Cokroaminoto Palopo yang telah meluangkan waktu dan tenaga serta pikiran dalam membimbing penulis sejak awal sampai terselesainya skripsi ini. Seluruh dosen dan staf Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan ikhlas membekali penulis berbagai pengetahuan selama perkuliahan dan sampai saat ini. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan saudara yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dan mendoakan dengan penuh kasih sayang sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar sesuai yang diharapkan. Ucapan terima kasih tidak lupa pula penulis sampaikan kepada seluruh teman dan sahabat atas dukungan, bantuan, dan semangat yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan yang ada pada penulis sehingga bentuk dan isi dari penulisan jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis



v



mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi penulis pribadi. Pada kesempatan ini sekali lagi penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam upaya penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi salah satu reverensi dalam studi kebahasaan. Akhir kata semoga Tuhan, tetap melimpahkan berkat-Nya kepada kita semua. Palopo, Mei 2019 Penulis



Nurliana



vi



RIWAYAT HIDUP Nurliana, lahir pada tanggal 15 Maret 1997 di Palopo. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, buah hati dari pasangan Ayahanda Abdul Wahab dan Ibunda Jumariallo. Penulis mulai memasuki pendidikan formal pada jenjang sekolah dasar di SD Negeri 370 Lagaligo Kota Palopo tahun 2003 dan tamat pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Kota Palopo dan tamat pada tahun 2012. Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Kota Palopo dan selesai pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah dan memilih Universitas Cokroaminoto Palopo Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia S-1. Penulis aktif dalam organisasi kepramukaan yang ada di Universitas Cokroaminoto Palopo yaitu Racana Sawerigading – We’Cudai Gugus Depan 01.001 – 01.002 Universitas Cokroaminoto Palopo. Penulis menjabat sebagai Sekretaris Dewan Racana We’Cudai selama 2 Tahun pada periode kepengurusan yang berbeda yaitu pada tahun 2017 dan 2018. Pada tahun 2017 penulis menjadi salah satu peserta untuk mewakili Kota Palopo pada kegiatan Pertiwana Daerah di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, serta pada tahun 2017 penulis menjadi Mahasiswa Teladan tingkat Program Studi di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada tahun 2018 penulis mendapatkan penghargaan berupa bintang 3 (tiga) atas sumbangsi dan dedikasinya selama berada di Racana Sawerigading – We’ Cudai UNCP dan pada tahun 2019 penulis diangkat sebagai Pemangku Adat Racana We’Cudai. Pada tahun 2019 penulis menyelesaikan pendidikan jenjang kuliah dengan jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Cokroaminoto Palopo dengan judul skripsi “Sistem Fonologi Bahasa Tae Dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan”.



vii



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii ABSTRAK ..................................................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................ vii DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6 2.1 Kajian Teori ................................................................................ 6 2.2 Hasil Penelitian Relevan .............................................................. 18 2.3 Kerangka Pikir ............................................................................ 20 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 21 3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 21 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 21 3.3 Data dan Sumber Data ................................................................. 21 3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 22 3.5 Teknik Analisis Data ................................................................... 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 25 4.1 Hasil Penelitian............................................................................ 25 4.2 Pembahasan ................................................................................. 40 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 42 5.1 Simpulan ..................................................................................... 42 5.2 Saran ........................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 44 LAMPIRAN ................................................................................................. 45



viii



DAFTAR TABEL Halaman Tabel. 1. Daerah artikulasi dan cara artikulasi .................................................. 14 Tabel. 2. Data identifikasi fonem vokal bahasa Tae dialek Rongkong .............. 27 Tabel. 3. Data identifikasi fonem konsonan bahasa Tae dialek Rongkong ........ 28 Tabel. 4. Data distribusi fonem vokal [a] bahasa Tae dialek Rongkong ............ 29 Tabel. 5. Data distribusi fonem vokal [i] bahasa Tae dialek Rongkong ............. 30 Tabel. 6. Data distribusi fonem vokal [I] bahasa Tae dialek Rongkong............. 30 Tabel. 7. Data distribusi fonem vokal [u] bahasa Tae dialek Rongkong ............ 30 Tabel. 8. Data distribusi fonem vokal [U] bahasa Tae dialek Rongkong ........... 30 Tabel. 9. Data distribusi fonem vokal [e] bahasa Tae dialek Rongkong ............ 31 Tabel. 10. Data distribusi fonem vokal [é] bahasa Tae dialek Rongkong .......... 31 Tabel. 11. Data distribusi fonem vokal [o] bahasa Tae dialek Rongkong .......... 31 Tabel. 12. Data distribusi fonem vokal [O] bahasa Tae dialek Rongkong ......... 32 Tabel. 13. Data distribusi fonem konsonan [b] bahasa Tae dialek Rongkong .... 32 Tabel. 14. Data distribusi fonem konsonan [d] bahasa Tae dialek Rongkong .... 33 Tabel. 15. Data distribusi fonem konsonan [g] bahasa Tae dialek Rongkong .... 33 Tabel. 16. Data distribusi fonem konsonan [j] bahasa Tae dialek Rongkong..... 33 Tabel. 17. Data distribusi fonem konsonan [k] bahasa Tae dialek Rongkong .... 33 Tabel. 18. Data distribusi fonem konsonan [l] bahasa Tae dialek Rongkong..... 34 Tabel. 19. Data distribusi fonem konsonan [m] bahasa Tae dialek Rongkong... 34 Tabel. 20. Data distribusi fonem konsonan [n] bahasa Tae dialek Rongkong .... 35 Tabel. 21. Data distribusi fonem konsonan [m] bahasa Tae dialek Rongkong... 35 Tabel. 22. Data distribusi fonem konsonan [p] bahasa Tae dialek Rongkong .... 35 Tabel. 23. Data distribusi fonem konsonan [r] bahasa Tae dialek Rongkong .... 36 Tabel. 24. Data distribusi fonem konsonan [s] bahasa Tae dialek Rongkong .... 36 Tabel. 25. Data distribusi fonem konsonan [t] bahasa Tae dialek Rongkong..... 36 Tabel. 26. Data distribusi fonem konsonan [v] bahasa Tae dialek rongkong ..... 37 Tabel. 27. Data distribusi fonem konsonan [w] bahasa Tae dialek Rongkong ... 37 Tabel. 28. Data distribusi fonem konsonan [?] bahasa Tae dialek Rongkong .... 37



ix



1



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal dengan berbagai macam bahasa yang digunakan oleh masyarakat atau penduduknya. Keanekaragaman bahasa tersebut merupakan bahasa daerah yang di dalam suatu daerah dapat memiliki dua atau tiga bahasa yang digunakan oleh masyarakat daerah tersebut, seperti halnya yang dikemukakan oleh Sumarsono (2017), dalam sebuah wilayah memiliki bahasa bahkan dapat memiliki lebih dari satu bahasa. Bahasa merupakan objek kajian dari linguistik, Soeparno (2013:25) mengemukakan bahwa cakupan linguistik meliputi semua aspek dan komponen bahasa, linguistik tidak hanya terbatas pada salah satu bahasa saja (misalnya bahasa Indonesia, bahasa Jawa, atau bahasa Inggris), akan tetapi mencakup semua bahasa yang ada di dunia. Berbagai macam bahasa tersebar di Indonesia seperti bahasa Batak, bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan masih banyak lagi. Bahasa-bahasa yang ada di Indonesia didominasi oleh bahasa daerah yang berbeda di setiap pulau yang ada di Indonesia. Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan pulau-pulau kecil yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia memiliki keunikan dari segi bunyi bahasa yang gunakan oleh masyarakat dalam berkomunikasi sehari-hari. Sumarsono (2017:18) mengemukakan bahwa, dalam berbahasa penggunanya mengeluarkan bunyi-bunyi yang berurutan membentuk suatu struktur tertentu, bunyi-bunyi itu merupakan lambang, yaitu yang melambangkan makna yang bersembunyi di balik bunyi itu. Berdasarkan keberagaman bahasa yang dimiliki oleh Indonesia, salah satu pulau yang juga memiliki keberagaman bahasa yang melimpah yaitu pulau Sulawesi yang terbagi atas Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo. Penelitian yang hendak dilaksanakan oleh peneliti mencakup penelitian kebahasaan yang ada di Sulawei Selatan, untuk lebih memahami keberagaman bahasa yang ada di Sulawesi Selatan dapat dilihat dari kutipan di bawah ini:



1



2



Bahasa-bahasa daerah di Sulawesi Selatan menurut peta bahasa yang dikeluarkan oleh ‘The Australian Academy of the Humanitas’ menunjukkan pengelompokkan ditekankan pada situasi geografis. Pengelompokkan tersebut adalah; (1) Bugis terdiri atas Luwu, Wajo, Palakka, Enna, Soppeng, Sidenreng, Pare-pare, dan Sawitto; (2) Makassar terdiri atas Lakiung, Turatea, Bantaeng, Konjo, dan Selayar, (3) Mandar terdiri atas Balanipa, Majene, dan Botteng Tappalang; (4) Saqdan Toraja terdiri atas Rongkong, Makki, Mamasa, Mappapama, Kesuq Rantepao, Makale, Silanan, Dandang, Batu dan Sangalla; (5) Mamuju; (6) dan Maiwa; (7) Seko dan (8) Pitu Ulunna Salu (Keraf dalam Musayyedah, 2014: 354 ). Berdasarkan pemetaan tersebut dapat dilihat bahwa keberagaman bahasa khususnya yang ada di Sulawesi Selatan sangatlah beragam dan bervariasi, bentuk dialek di setiap daerah juga sangat beranekaragam. Masyarakat Sulawesi Selatan khususnya pada daerah Luwu juga memiliki sebuah bahasa yang masyarakat penuturnya menyebut bahasa tersebut ‘bahasa Tae’. Bahasa Tae adalah salah satu bahasa daerah yang digunakan di Tana Luwu Sulawesi Selatan, khususnya di Kabupaten Luwu, Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara, dan Kabupaten Luwu Timur. Bahasa Tae ini digunakan sebagai bahasa percakapan penduduk setempat. Rumpun bahasa Tae adalah rumpun Austronesia Malayo Polinesia. Bahasa Tae memiliki beberapa dialek diantaranya dialek Rongkong, Luwu Timur, Bone-bone, Masamba, Bua dan memiliki kesamaan leksikal. Bahasa Tae paling banyak digunakan di Kabupaten Luwu meliputi Kecamatan Larompong, Kecamatan Suli, Kecamatan Belopa, (Ibu kota Kabupaten Luwu), Kecamatan Bajo, Kecamatan Bupon (Bua Ponrang), Kecamatan Bastem (Basse Sangtempe’), Kecamatan Walendrang, dan Kota Palopo. Nama-nama lain untuk bahasa Tae adalah dialek Rongkong, Rongkong Kanandede, Luwu, Toraja Timur, Sada, Toware, Sangngalla’, Tae-Tae. Sejumlah dialek terdapat dalam bahasa Tae, yaitu dialek Rongkong, dialek Luwu, dialek Timur laut Luwu, dialek Luwu Selatan, dan dialek Bua (Hidayah, 2017: 196). Keberagaman suatu bahasa memiliki keunikan dari setiap penutur bahasa dengan berbagai macam dialek, keanekaragaman tersebut menghasilkan suatu bunyi yang dituturkan oleh penutur bahasa. Dari hal itu penelitian tentang bunyi bahasa atau fonologi bagi peneliti merupakan penelitian yang memiliki keunikan tersendiri, hal ini dikarenakan bentuk dan suara yang dihasilkan dari setiap bunyi bahasa yang dituturkan oleh setiap orang memiliki kekhasan tersendiri, seperti



2



3



halnya yang dikemukakan oleh Charmilasari (2017), penelitian tentang bunyi bahasa memiliki keunikan tersendiri, hal ini karena bunyi bahasa cenderung bersifat natural dan tidak formal yang sangat berbeda dengan kaidah-kaidah bahasa tulis yang cenderung formal dan dibakukan, ciri khas yang lain berupa sistem bunyi yang dimiliki oleh masing-masing bahasa daerah. Penelitian tentang bunyi bahasa sangatlah banyak seperti penelitian yang dilakukan oleh Charmilasari (2017) tentang sistem fonetis bahasa Makassar dialek Turatea yang berfokus di daerah Cikoang Kabupaten Takalar. Data penelitian ini berupa cerita tentang asal usul Maudu’ Lompoa yang diadakan setiap tahunnya di Cikoang dengan memilih tokoh masyarakat yang memahami asal usul Maudu’ Lompoa sebagai informan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa pasangan minimal dan beberapa bunyi yang menempati awal suku kata, tengah suku kata dan akhir suku kata baik vokal dan konsonan bahasa Makassar serta huruf vokal paling dominan berada pada akhir kata, hanya ŋ dan ʔ dari huruf konsonan yang berada pada akhir kata. Dalam Bahasa Makassar terdapat beberapa konsonan rangkap. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Juniato Sidauruk (2017) tentang sistem fonologi Bahasa Bugis Bone, ditemukan tiga puluh tujuh (37) bunyi terdiri atas lima belas (15) vokoid /o/, /o:/, /Ø/, /u/, /U/, /a/, /a:/, /ú/, /A/, /i/, /i:/, /e/, /E/, /E:/, /¨:/, dua puluh (20) kontoid /c/, /k/, /m/, /l/, /t/, /b/, /n/, /f/, /g/, /dZ/, /w/, /r/, /d/, /p/, /s/, /N/, /h/, / /, / /, / /, dan 2 diftong /ai/, /ui/ pada bahasa Bugis Bone. Bunyi-bunyi bahasa inilah beserta runtunan dan segala aturannya yang menjadi objek kajian linguistik yang disebut fonologi. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya dengan berbagai macam temuan-temuan fonem yang ada pada bahasa daerah yang menjadi objek penelitian tersebut, peneliti akan melakukan sebuah penelitian yang sama dengan penelitian sebelumnya dengan daerah atau objek penelitian yang berbeda sehingga diharapkan semakin banyak struktur bahasa yang ada di Indonesia diketahui oleh masyarakat setempat, dalam hal ini bahasa yang menjadi objek penelitian peneliti dari segi sistem fonologi adalah bahasa Tae yang digunakan oleh masyarakat penuturnya pada Kecamatan Rongkong Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan. Peneliti memilih dialek Rongkong karena di sekitar peneliti atau masyarakat sosial yang dihadapi oleh peneliti merupakan masyarakat



3



4



pengguna bahasa Tae dialek Rongkong, pada saat menuturkan sebuah kata dari bahasa dan dialek tersebut memiliki keunikan dari setiap bunyi yang didengarkan oleh peneliti pada saat berinteraksi dimasyarakat pengguna bahasa tersebut, sehingga peneliti ingin melakukan penelitian yang mendalam tentang penelitian sistem fonologi dialek Rongkong sesuai dengan judul skripsi ini, adapun tentang penjelasan terkait mengenai hal-hal seputur skripsi ini akan dibahas di bab selanjutnya. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan?



1.3.Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan secara kualitatif sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu: 1.



Manfaat teoretis



a) Penelitian ini diharap dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam rangka pemahaman sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong pada masyarakat. b) Melalui penelitian ini diharapkan memberikan mamfaat sebagai sumbangan informasi ilmiah dalam pengembangan studi kebahasaan. 2.



Manfaat praktis



a) Bagi mahasiswa, dengan melakukan penelitian ini memperoleh wawasan dan pengalaman mengenai sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong, selain juga dapat menjadi bahan informasi mahasiswa lainnya yang ingin mengadakan penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini. b) Bagi masyarakat, memberikan sumbangsi teoretis tentang sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong dan untuk melestarikan bahasa Tae di daerah 4



5



Rongkong serta masyarakat setempat juga dapat mengetahui fenomena kebahasaan yang terjadi di daerahnya. c) Bagi Pembina/guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembina/guru agar memperhatikan bahasa Tae dialek Rongkong pada daerah setempat dan berupaya untuk melestarikannya.



5



6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 1.



Linguistik Bahasa merupakan objek kajian dari linguistik. Chaer (2014:2)



mengemukakan bahwa kata linguistik (berpadanan dengan linguistics dalam bahasa Inggris, linguistique dalam bahasa Prancis, dan linguistiek dalam bahasa Belanda) diturunkan dari kata bahasa Latin lingua yang berarti ‘bahasa’. Sama halnya dengan Soeparno (2013:25) yang mengemukakan bahwa linguistik atau ilmu bahasa adalah disiplin ilmu yang mempelajari bahasa secara luas dan umum. Chaer



(2014:3) berpendapat bahwa ilmu linguistilk itu tidak hanya



mengkaji sebuah bahasa saja, seperti bahasa Jawa atau bahasa Arab, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, senada dengan hal tersebut Soeparno (2013:25) juga mengemukakan bahwa cakupan linguistik meliputi semua aspek dan komponen bahasa, linguistik tidak hanya terbatas pada salah satu bahasa saja (misalnya bahasa Indonesia, bahasa Jawa, atau bahasa Inggris), akan tetapi mencakup semua bahasa yang ada di dunia. Linguistik tidak hanya ilmu yang mengkaji bahasa namun juga mengkaji seluruh aspek bahasa seperti seluk beluk bahasa dan segala hal yang berkaitan dengan bahasa itu, linguistik juga tidak hanya mengkaji satu bahasa namun seluruh bahasa yang ada, keberagaman bahasa yang ada di dunia meskipun banyak perbedaannya, tetapi ada pula persamaannya. Terdapat ciri-ciri yang universal, hal seperti ini yang menjadi penelitian linguistik. Chaer (2014:4) juga mengemukakan bahwa, sebagai alat komunikasi manusia bahasa adalah suatu sistem yang bersifat sistematis dan sekaligus sistemis, yang dimaksud dengan sistemis adalah bahwa bahasa itu bukan suatu sistem tunggal, melainkan terdiri pula dari beberapa subsistem, yaitu subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem semantik. 2.



Fonologi Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang



berarti ‘bunyi’ dan logi yang berarti ‘ilmu’. Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim



6



7



diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alatalat ucap manusia (Chaer, 2015:1). Menurut Kridalaksana (2008:63) Fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Saat kita mendengar suara orang berbicara entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi-bunyi bahasa yang terusmenerus, kadang-kadang terdengar suara menaik dan menurun, kadang-kadang terdengar hentian sejenak dan hentian agak lama, kadang-kadang terdengar pula suara panjang dan suara biasa, dan sebagainya. Runtutan bunyi bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkat-tingkat kesatuannya. Bunyibunyi bahasa inilah beserta runtunan dan segala aturannya yang menjadi objek kajian linguistik yang disebut fonologi. Menurut status atau hierarki satuan bunyi terkecil yang menjadi objek kajiannya, fonologi dibagi atas dua bagian, yaitu fonetik dan



fonemik. Secara umum fonetik bisa dijelaskan sebagai cabang



fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa tanpa memperhatikan statusnya, apakah bunyi-bunyi bahasa itu dapat membedakan makna (kata) atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang kajian fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna (kata) (Chaer, 2015:1-3). Fonologi bertujuan mengungkapkan prinsip-prinsip kesemestaan bahasa dengan membandingkan sistem bunyi bahasa-bahasa di dunia, melakukan segmentasi terhadap bunyi-bunyi bahasa, mengelompokkan pola dan kelas bunyi bahasa manusia, menganalisis proses fonologisnya, menjelaskan variasi bahasabahasa di dunia berdasarkan variasi bunyi ujar, dan meberikan terjadinya perubahan bunyi bahasa manusia (Yusuf, 1998:7). a.



Fonetik Fonetik adalah cabang fonologi yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa tanpa



memperhatikan statusnya, apakah bunyi-bunyi bahasa itu dapat membedakan makna (kata) atau tidak (Chaer, 2015:3).



7



8



1) Jenis-jenis Fonetik Berdasarkan dimana beradanya bunyi bahasa itu sewaktu dikaji, dibedakan adanya tiga macam fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik audiotoris (Chaer, 2015:10). a) Fonetik artikulatoris, disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Pembahasannya, antara lain meliputi masalah alat-alat ucap yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa itu, mekanisme arus udara yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa, bagaimana bunyi bahasa itu dibuat, mengenai klasifikasi bunyi bahasa yang dihasilkan serta apa kriteria yang digunakan, mengenai silabel, dan juga mengenai unsur-unsur atau ciriciri suprasegmental, seperti tekanan, jeda, durasi, dan nada. b) Fonetik akustik, yang objeknya adalah bunyi bahasa ketika merambat di udara, antara lain membicarakan gelombang bunyi beserta frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan, dan intensitas bunyi. Juga mengenai skala desibel, resonansi, akustik produksi bunyi, serta pengukuran akustik itu. c) Fonetik auditoris, meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu ‘diterima’ oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahammi. 2) Transkripsi fonetik Transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi-bunyi bahasa secara akurat atau secara tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan fonetik. Huruf fonetik ini dibuat berdasarkan huruf (alphabet) latin yang dimodifikasikan atau diberi tanda-tanda diakritik (Chaer, 2015:13). 3) Alat ucap Menurut



Chaer



(2015:18-23)



alat-alat



yang



digunakan



untuk



menghasilkan bunyi-bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat fisiologis. Misalnya paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mencecap, dan gigi untuk mengunyah. Namun, alat-alat itu secara linguistik digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu berujar. Kita perlu mengenal nama alat-alat ucap itu satu per satu untuk bisa memahami bagaimana bunyi bahasa itu diproduksi.



8



9



Adapun nama alat-alat ucap yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa adalah sebagai berikut: a) Paru-paru (lung), sumber arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa. b) Pangkal tenggorokan (laring), pita suara, glotis dan epiglotis adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan yang diujungnya ada sepasang pita suara. Pita suara ini dapat terbuka lebar, terbuka agak lebar, terbuka sedikit, dan tertutup rapat, sesuai dengan arus udara yang dihembuskan ke luar. Celah diantara pita suara itu disebut goltis. Pada glotis inilah awal terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi itu. Bila glotis berada dalam keadaan terbuk lebar, tidak ada bunyi bahasa yang dihasilkan, selain desah nafas. Bila glotis dalam keadaan terbuka agak lebar akan terjadi bunyi tak bersuara. Bila glotis dalam keadaan terbuka sedikit akan terjadi bunyi bersuara. Lalu, bila glotis dalam keadaan tertutup rapat akan terjadi bunyi hamzah atau bunyi hambat glotal. Proses pembunyian ini dibentuk oleh epiglotis (katup pangkal tenggorokan) yang bertugas menutup dan membuka jalan nafas (jalan udara dari dan ke paru-paru) dan jalan makanan/minuman ke arah pencernaan. c) Rongga kerongkongan (faring), adalah sebuah rongga yang terletak di antara pangkal tenggorokan mulut dan rongga hidung. Faring berfungsi sebagai ‘tabung udara’ yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar. Bunyi bahasa yang dihasilkan disebut bunyi faringal. d) Langit-langit lunak (velum), anak tekak (uvula) dan pangkal lida (dorsum). Velum atau langit-langit lunak dan bagian unjungnya yang disebut uvula (anak tekak) dapat turun naik untuk mengatur arus udara ke luar masuk melalui rongga hidung atu rongga mulut. Uvula akan merapat ke dinding faring kalau arus udara ke luar melalui rongga mulut, dan akan menjauh dari dinding faring kalau arus udara ke luar melalui rongga hidung. Bunyi yang dihasilkan kalau udara ke luar melalui rongga hidung disebut bunyi nasal, dan kalau udara keluar melalui rongga mulut disebut bunyi oral. Bunyi yang dihasilkan dengan velum sebagai artikulator pasif dan dorsum sebagai artikulator aktif disebut bunyi dorsovelar, dari gabungan kata dor-sum dan velum. Sedangkan yang dihasilkan oleh uvula disebut bunyi uvular.



9



10



e) Langit-langit keras (palatum), ujung lidah (apeks), dan daun lidah (laminum). Dalam pembentukan bunyi-bunyi bahasa, langit-langit keras (palatum) berlaku sebagai artikulator pasif (artikulator yang diam, tidak bergerak) dan yang menjadi artikulator aktifnya adalah ujung lidah (apeks) atau daun lidah (laminum). Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh palatum dan apeks disebut bunyi apikopalatal. Sedangkan yang dihasilkan oleh palatum dan laminum disebut bunyi laminopalatal. f)



Ceruk gigi (alveolum), apeks, dan daun lidah (laminum), dalam pembentukan bunyi bahasa, alveolum sebagai artikulator pasif, dan apeks atau laminum sebagai artikulator aktifnya. Bunyi yang dihasilkan oleh alveolum dan apeks disebut bunyi apikoalveolar. Lalu, yang dihasilkan oleh alveolum dan laminum disebut bunyi laminoalveolar.



g)



Gigi (dentum), ujung lidah (apeks) dan bibir (labium), dalam produksi bunyi bahasa, gigi atas dapat berperan sebagai artikulator pasif, yang menjadi artikulator aktifnya adalah apeks. Bunyi yang dihasilkan oleh gigi atas dan apeks disebut bunyi apikodental, dan yang dihasilkan oleh gigi atas dan bibir bawah disebut bunyi labiodental. Dalam hal ini ada juga bunyi interdental, dimana apeks sebagai artikulator aktif berada diantara gigi atas dan gigi bawah yang menjadi artikulator pasifnya.



h) Bibir bawah dan bibir atas, dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas bisa menjadi artikulator pasif dan bibir bawah menjadi artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkan disebut bunyi bilabial, seperti bunyi [b] dan bunyi [p]. Bibir bawah bisa juga menjadi artikulator aktif, dengan gigi atas sebagai artikulator pasifnya. Lalu, bunyi yang dihasilkan disebut bunyi labiodental, dari kata labium dan dentum. i)



Lidah (tongue), lidah terbagi atas empat bagian, yaitu ujung lidah (apeks), daun lidah (laminum), punggung atau pangkal lidah (dorsum) dan akar lidah (root). Lidah dengan bagian-bagiannya dalam pembentukan bunyi bahasa selalu menjadi artikulator aktif, yakni artikulator yang bergerak. Sedangkan artikulator pasifnya adalah alat-alat ucap yang terdapat pada rahang atas. Posisi lidah ke depan, ke tengah, atau ke belakang,dan ke atas atau ke bawah menentukan jenis vokal yang dihasilkan.



10



11



j)



Mulut dan rongga mulut, ronggo mulut dengan ke dua belah bibir (atas dan bawah) berperan dalam pembentukan bunyi vokal. Kalau bentuk mulut membundar maka akan dihasilkan bunyi vokal bundar atau bulat kalau bentuk mulut tidak bundar atau melebar akan dihasilkan bunyi vokal tidak bundar. Secara umum semua bunyi yang dihasilkan di rongga mulut disebut bunyi oral, sebagai lawan bunyi nasal yang dihasilkan melalui rongga hidung.



k) Rongga hidung, bunyi bahasa yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal. Bunyi nasal ini dihasilkan dengan cara menutup rapat-rapat arus udarah di rongga mulut, dan menyalurkannya keluar melalui rongga hidung. 4) Proses pembunyian Menurut Chaer (2015:25-27) alat ucap atau alat bicara dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu: a) Komponen subglotal, terdiri dari paru-paru (kiri dan kanan), saluran bronchial, dan saluran pernafasan (trakea). Disamping ketiga alat ucap ini masih ada yang lain, yaitu otot-otot paru-paru, dan rongga dada. Secara fisiologis komponen ini disebut sistem pernafasan. Lalu dalam hubungannya dengan fonetik disebut sistem pernafasan subglotis. Fungsi utama komponen subglotal ini adalah ‘memberi’ arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjandinya bunyi bahasa. b) Komponen



laring (tenggorokan), merupakan kotak yang terbentuk dari



tulang rawan yang berbentuk lingkaran. Didalamnya terdapat pita suara. Laring berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara paru-paru, mulut, dan hidung. Dalam rangka proses produksi bunyi, pada laring inilah terjadinya awal mula bunyi bahasa itu, baik dengan aliran udara egresif maupun aliran udara Ingresif. Sehubungan denga arus udara, sebagai sumber pembunyian, biasanya dibedakan adanya tiga macam arus udara, yaitu (a) arus udara pulmonik, yaitu arus udara yang berasal dari paru-paru, (b) arus udara glotalik, yaitu arus udara yang berasal dari rongga faring, dan (c) arus udara velarik, yaitu arus udara yang berasal dari gerakan-gerakan ke belakang di dalam rongga mulut. Namun, yang utama adalah arus udara pulmonik.



11



12



c) Komponen supraglotal, adalah alat-alat ucap yang berada di dalam rongga mulut dan rongga hidung baik yang menjadi artikulator aktif maupun yang menjadi artikulator pasif. 5) Jenis-jenis bunyi bahasa Menurut Chaer (2015:32-35) bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat-alat ucap dapat dibedakan sebagai berikut: a) Bunyi vokal, konsonan, dan semi vokal, b) Bunyi Oral dan bunyi nasal, kedua bunyi ini dibedakan keluarnya arus ujar. Bila arus ujar ke luar melalui rongga mulut maka disebut bunyi oral. Bila ke luar melalui rongga hidung disebut bunyi nasal. c) Bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara, dibedakan ada tidaknya getaran pata pita suara sewaktu bunyi itu diproduksi. d) Bunyi keras dan bunyi lunak, pembeda kedua bunyi ini berdasarkan ada tidaknya ketegangan kekuatan arus udara ketika bunyi ini diartikulasikan. e) Bunyi panjang dan bunyi pendek, dibedakan berdasarkan pada lama dan tidaknya bunyi itu diartikulasikan. f)



Bunyi tunggal dan bunyi rangkap, dibedakan berdasarkan pada hadirnya sebuah bunyi yang tidak sama sebagai satu kesatuan dalam sebuah silabel (suku kata).



g) Bunyi nyaring dan tak nyaring, dibedakan berdasarkan derajat kenyaringan (sonoritas) bunyi-bunyi itu yang ditentukan oleh besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi itu diujarkan. h) Bunyi egresif dan bunyi ingresif, dibedakan berdasarkan dari mana datangnya arus udara dalam pembentukan bunyi itu. i)



Bunyi segmental dan bunyi supersegmental, dibedakan berdasarkan pada dapat tidaknya bunyi itu disegmentasikan.



j)



Bunyi utama dan bunyi sertaan, dalam pertuturan bunyi-bunyi bahasa itu tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan saling pengaruh-mempengaruhi baik dari bunyi yang ada sebelumnya maupun dari bunyi sasudahnya.



12



13



6) Bunyi vokal Menurut Chaer (2015: 38-41), bunyi-bunyi vokal dapat diklasifikasikan; a) Tinggi rendanya posisi lidah, berdasarkan tinggi rendanya posisi lidah bunyibunyi vokal dapat dibedakan atas: 1.



Vokal tinggi atas, seperti bunyi [i] dan [u]



2.



Vokal tinggi bawah, seperti bunyi [I] dan [ᴜ]



3.



Vokal sedang atas, seperti bunyi [e] dan [o]



4.



Vokal sedang bawah, seperti bunyi [ɛ] dan [‫]ﬤ‬



5.



Vokal sedang tengah, seperti bunyi [∂]



6.



Vokal rendah, seperti bunyi [a]



b) Maju mundurnya lidah 1.



Vokal depan, seperti bunyi [i], [e], dan [a]



2.



Vokal tengah, seperti bunyi [∂]



3.



Vokal belakang, seperti bunyi [u] dan [o]



c) Striktur, pada bunyi vokal adalah jarak antara lidah dengan langit-langit keras (palatum). d) Bentuk mulut, sewaktu bunyi vokal itu diproduksi dapat dibedakan: 1.



Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut membundar.



2.



Vokal tak mundar, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak membundar, melainkan terbentang melebar, seperti bunyi [i], bunyi [e], dan bunyi [ɛ].



3.



Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk mulut tidak bundar dan tidak melebar, seperti bunyi [a].



e) Bunyi Diftong (Chaer, 2015: 44-45). Konsep diftong berkaitan dengan dua buah vokal dan yang merupakan satu bunyi dalam satu silabel, namun posisi lidah ketika mengucapkan bergeser ke atas atau ke bawah. Karena itu, dikenal adanya tiga macam diftong, yaitu: 1.



Diftong naik, terjadi jika vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah menjadi lebih tingga dari pada yang pertama. Contoh : [ai]  [au] [oi]



13



14



[∂i] 2.



Diftong turun, yakni yang terjadi bila vokal kedua diucapkan dengan posisi lidah lebih rendah dari pada yang pertama



3.



Diftong memusat, yaitu yang terjadi bila vokal kedua diacu oleh sebuah atau lebih vokal yang lebih tinggi, dan juga diacu oleh sebuah atau lebih vokal yang lebih rendah.



f)



Bunyi Konsonan menurut Chaer (2015:48-51), adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar keluar dari glotis, lalu mendapat hambatan pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga mulut atau rongga hidung, bunyi konsonan dapat diklasifikasikan berdasarkan:



a.



Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya bunyi konsonan atau tempat bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif.



b.



Cara artikulator, yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan terhadap arus udara yang baru ke luar dari glosit dalam menghasilkan bunyi konsonan.



c.



Bergetar tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam proses pembunyian itu turut bergetar atau tidak.



d.



Striktur, yaitu hubungan posisi antara artikulator aktif dan artikulator pasif. Dengan melihat tempat artikulasi, cara artikulasi dan bergetar tidaknya



pita suara, nama-nama bunyi konsonan dapat disebut sebagai berikut: Tabel1. Daerah artikulasi dan cara artikulasi. Daerah Artikulasi Cara Artikulasi Bilabial Labiodental Apikoalveoler Palatal Hambat BS b d (letup) TBS p t Paduan BS j (afrikatif) TBS c Geseran BS V z š (Frikatif) TBS F s Nasal m n ñ Getar r (tril) Lateral i Semivokal w y Sumber: (Chaer, 2014 :72)



Keterangan: 1) BS



= Bersuara



2) TBS = Tak Bersuara



14



Velar Glotal g ? k



x



ŋ



h



15



g) Unsur suprasegmental, bekerja atau berlangsung sewaktu bunyi segmental diproduksikan. Unsur suprasegmental terdiri dari: tekanan, nadan dan jeda atau persendian (Chaer, 2015:53-55). h) Silabel atau suku kata, adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arur ujaran (Chaer, 2015:57). b. Fonemik 1) Fonem (Chaer, 2015:62), merupakan abstraksi dari satu atau sejumlah fon, entah vokal maupun konsonan. 2) Alafon (Chaer, 2015:66), vokal-vokal yang menjadi anggota dari sebuah fonem, seperti [u] dan [ᴜ] untuk fonem /u/ disebut dengan istilah alafon. 3) Fonem vokal, nama-nama fonem vokal yang ada di bahasa Indonesia adalah; /i/ vokal depan, tinggi, tak bundar. /e/ vokal depan, sedang, atas , tak bundar. /a/ vokal tengah, rendah, tak bundar. /∂/ vokal tengah, sedang, tak bundar. /u/ vokal belakang, atas, bundar. /o/ vokal belakang, sedang, bundar.



3.



Sistem fonologi Fonem dari suatu sistem bahasa bisa didapatkan dengan cara mencari



minimal pairs (pasangan minimal). Minimal pairs yaitu dua kata yang hampir sama karena hanya memiliki satu segmen yang berbeda. Dengan melakukan tes pasangan minimal tersebut, akan didapatkan unit-unit bunyi yang membedakan makna atau fonem (Sidauruk, 2017). Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: vokal dan konsonan. Pembedaan tersebut didasarkan pada ada tidaknya rintangan terhadap arus udara dalam saluran suara. Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan dan bentuk bibir pada saat pengucapkan bunyi vokal tersebut. Sedangkan bunyi konsonan diproduksi dengan cara yang berbeda sehingga ada tiga faktor yang terlibat dalam pelafalan



15



16



konsonan, yaitu: keadaan pita suara, penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap dan cara alat ucap itu bersentuhan atau berdekatan (Sidauruk, 2017). Sistem fonologi yang menjadi penelitian dari peneliti mencakup: 1.



Identifikasi fonem Untuk membuktikan apakah terdapat bunyi fonemis atau tidak, maka



peneliti mengidentifikasi pasangan minimal dari bunyi-bunyi vokal dan konsonan. Bunyi-bunyi yang dipasangkan adalah bunyi-bunyi yang memiliki kemiripan bunyi. 2.



Distribusi fonem Distribusi fonem adalah letak atau beradanya sebuah fonem di dalam satu



ujaran, yang kita sebut sebuah kata atau morfem (Chaer, 2015:89). Distribusi fonem dibedakan atas distribusi vokal dan konsonan. Untuk melihat posisi dari keberadaan bunyi vokal dan bunyi konsonan dapat dilihat dari distribusi fonem tersebut. 3.



Gugus fonem Gugus fonem adalah dua buah fonem yang berbeda tetapi berada dalam



sebuah silabel atau suku kata (Chaer, 2015:83). Gugus vokal sama dengan diftong, diftong berkaitan dengan dua buah vokal dan merupakan satu bunyi dalam satu silabel. Terjadinya vokal rangkap dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yakni diftong dan deret vokal. Gugus konsonan (consonant cluster) adalah kumpulan dua atau lebih konsonan yang berlainan dalam suku kata tanpa vokal yang menyelanya; misalnya pr- dalam ‘prakata’, str- dalam ‘strategi’ (Sidauruk, 2018: C-9). 4.



Pola persukuan Suku kata, atau silabe adalah satuan ritmis terkecil dalam arus ujaran.



Puncak ritmis atau irama itu sama dengan kenyaringan atau sonaritas, yaitu pantulan suara yang dihasilkan, yang dimungkinkan oleh adanya ruang resonansi (Verhaar, 1988:28). Menurut Chaer (2015:57) satu silabel biasanya melibatkan satu bunyi vokal, atau satu vokal dan satu konsonan atau lebih, kenyaringan atau sonaritas yang menjadi puncak silabel terjadi karena adanya ruang resonansi berupa rongga mulut, rongga hidung, atau rongga-rongga lain di dalam kepala atau dada.



16



17



4.



Dialektologi Istilah dialektologi berasal dari kata dialect dan kata logi. Kata dialect



berasal dari bahasa Yunani dialektos. Kata dialektos digunakan untuk menunjuk pada keadaan bahasa di Yunani yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan kecil dalam bahasa yang mereka gunakan. Adapun kata logi berasal dari bahasa Yunani logos, yang berarti „ilmu‟. Gabungan dari kedua kata ini berserta artinya membawa pengertian dialektologi sebagai ilmu yang mempelajari suatu dialek saja dari suatu bahasa dan dapat pula mempelajari dialek-dialek yang ada dalam suatu bahasa (Dewi dkk, 2017:61) Dialektologi adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi-variasi bahasa dengan memperlakukannya dengan struktur yang utuh (Kridalaksana, 2008:49). Dialektologi juga mempelajari variasi bahasa dalam semua aspeknya (Keraf, 2017:61). Menurut Trudgill (2017:61) menyatakan bahwa dialek mengacu pada perbedaan-perbedaan antara macam-macam bahasa yang berbeda kosa kata, tata bahasa dan juga pengucapannya. a.



Dialek Bahasa muncul dalam berbagai variasi. Variasi-variasi bahasa itu



dikelompokkan dengan cara tertentu. Poedjosoedarmo mengemukakan adanya tujuan faktor penentu penjenisan variasi bahasa: probadi penutur, asal usul penutur, suasana atau tempat penutur, relasi O1-O2, tujuan tutur, topik atau ranah tutur, dan perasaan penutur. Ketujuh faktor penentu penjenisan variasi bahasa: idiolek, dialek, ragam, undak-usuk, register, jargon, dan genre (Sariono, 2016:2). Dialek merupakan variasi bahasa atau ragam bahasa berdasarkan faktor geografis. Adisumarto (2017:61) mengemukakan istilah dialek berasal dari bahasa Yunani, yaitu dialektos. Dialek atau variasi dialektal ini dapat didefinisikan sebagai variasi bahasa berdasarkan pemakainya, dengan kata lain dialek merupakan bahasa yang biasa digunakan oleh pemakainya yang tergantung pada siapa pemakainya, darimana pemakainya berasal. Chaer dan Leonie (dalam Dewi dkk, 2017:61) menyatakan bahwa dialek yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Menurut Kridalaksana (2008:48) mengemukakan bahwa dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai; variasi bahasa yang dipakai



17



18



oleh kelompok bahasawan di tempat tertentu (dialek regional), atau golongan tertentu dari suatu kelompok bahasawan (dialek sosial), atau oleh kelompok bahasawan yang hidup dalam waktu tertentu (dialek temporal). Nababan (2017:61-62) mengemukakan bahwa idiolek-idiolek yang menunjukkan lebih banyak persamaan dengan idiolek-idiolek lain dapat digolongkan dalam satu kumpulan kategori yang disebut. Dialektologi mempelajari dialek-dialek, dan pengertian dialek adalah bahasa sekelompok masyarakat yang tinggal di suatu daerah tertentu. Perbedaan dialek di dalam sebuah bahasa maka ditentukan oleh letak geografis atau region kelompok pemakainya (Sumarsono, 2017:21).



2.2



Hasil penelitian yang relevan Penelitian yang relevan dalam penelitian Sistem Fonologi Bahasa Tae



Dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pada penulisan ini ada beberapa penelitian yang tergolong relevan seperti pada beberapa judul dan metode penelitian berikut: a.



Penelitian Ni Putu Ekayani: dengan judul “Sistem Fonologi Bahasa Sumba di Pulau Sumba” merupakan penelitian lapangan atau



field research. Data



leksikon yang diperoleh ada kalanya dibandingkan dengan buku Bahasa Kodi, Materi Muatan Lokal Kelas III SD yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur (2005). BK memiliki lima vokal secara fonemis, yaitu /i, e, a, o, u/, tujuh vokal secara fonetis, yaitu [i, e, ɛ, a, o, ɔ, u], dua puluh konsonan, baik secara fonemis maupun fonetis, yakni p, t, c, k, ʔ, ɓ, ɗ, ɠ, m, n, ŋ, mb, nd, nj, ŋg, l, h, r, w, y/. Pola persukuan BK yang ditemukan adalah V dan KV. BK tidak mengenal rangkaian segmen konsonan pada leksikon dasar, karena tergolong bahasa vokalis. Seluruh fonem vokal BK berdistribusi lengkap kecuali fonem /e/ yang hanya menempati posisi tengah dan akhir leksikon. BK tidak memiliki sistem tulisan tersendiri. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan yang ada di antara segmen fonologis BK.



18



19



b.



Penelitian Junianto Sidauruk, 2017 dengan judul “Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendeskripsikan secara kualitatif sistem fonologi Bahasa Bugis Bone. Analisis dilakukan pada 88 data perolehan dari lapangan. Hasil penelitian dikelompokkan atas tujuh (7) kategori. Kategori dimaksud adalah pembuktian vokal, pembuktian konsonan, distribusi vokal, distribusi konsonan, diftong, gugus vokal, dan gugus konsonan. Dalam Bahasa Bugis Bone ditemukan lima (5) fonem-fonem vokal /u/, /Ø/, /o/, /i/, dan /a/; sembilan (9) fonem-fonem konsonan /w/, /b/, /f/, /t/, /k/, /c/, /p/, /m/, dan / /; berdasarkan distribusi vokal ditemukan lima belas (15) fonem-fonem vokal /o/, /o:/, /Ø/, /u/, /U/, /a/, /a:/, /ú/, /A/, /i/, /i:/, /e/, /E/, /E:/, dan /¨:/; sedangkan pada distribusi konsonan tidak terdapat konsonan di tengah silabe. Ditemukan pula dua puluh (20) fonem-fonem konsonan /c/, /k/, /m/, /l/, /t/, /b/, /n/, /f/, /g/, /dZ/, /w/, /r/, /d/, /p/, /s/, /N/, /h/, / /, / /, / /, dan dua (2) diftong /ai/ dan /ui/. Selain itu, ditemukan empat (4) pola gugus vokal dan gugus konsonan per silabe V, VK, KV, KVK. Singkatnya, dalam Bahasa Bugis Bone ditemukan tiga puluh tujuh (37) bunyi terdiri atas lima belas (15) vokoid /o/, /o:/, /Ø/, /u/, /U/, /a/, /a:/, /ú/, /A/, /i/, /i:/, /e/, /E/, /E:/, /¨:/, dua puluh (20) kontoid /c/, /k/, /m/, /l/, /t/, /b/, /n/, /f/, /g/, /dZ/, /w/, /r/, /d/, /p/, /s/, /N/, /h/, / /, / /, / /, dan 2 diftong /ai/, /ui/.



c.



Penelitian Charmilasari, 2017 dengan judul “Sistem Fonologi Bahasa Makassar Dialek Cikoang Kabupaten Takalar” penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan sistem fonetis bahasa Makassar dialek Turatea yang berfokus di daerah Cikoang Kabupaten Takalar. Data penelitian ini berupa cerita tentang asal usul Maudu’ Lompoa yang diadakan setiap tahunnya di Cikoang dengan memilih tokoh masyarakat yang memahami asal usul Maudu’ Lompoa sebagai informan. Data dianalisis dengan menggunakan metode padan dibantu dengan aplikasi IPA (International Phonetic Association). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa pasangan minimal dan beberapa bunyi yang menempati awal suku kata, tengah suku kata dan akhir suku kata baik vokal dan konsonan bahasa Makassar. Huruf vokal paling dominan berada pada akhir kata, hanya ŋ dan ʔ



19



20



dari huruf konsonan yang berada pada akhir kata. Dalam Bahasa Makassar dalam cerita ini terdapat beberapa konsonan rangkap.



2.3. Kerangka pikir Bahasa Tae



Sistem Fonologi Dialek Rongkong



Identitas Fonem



Distribusi Fonem



Gugus Fonem



Dialek Rongkong



Data



Analisis



Sistem Fonologi Bahasa Tae Dialek Rongkong Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir



20



Pola Persukuan



21



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pendekatan kualitatif berarti berusaha memahami fenomena sosial kebahasaan yang tengah diteliti. Istilah memahami diartikan sebagai usaha mencari makna suatu fenomena yang diteliti sesuai dengan pemahaman subjeknya, fenomena dari segi kebahasaan yang dimaksud adalah sistem fonologi bahasanya. Penelitian kualitatif sangat terlibat dalam interaksi dengan realitas yang ditelitinya, mendeskripsikan fenomena yang menjadi fakta dan sarana penelitian secara alamia. Alamiah maksudnya fenomena yang menjadi sasaran penelitian, dideskripsikan sebagaimana adanya tanpa disertai perlakuan, pengukuran, dan perhitungan statistik.



Penelitian



ini menggunakan pendekatan deskriptif



kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode lapangan (field method) dan metode pustaka untuk memperoleh informasi yang berkorelasi dengan kajian tersebut. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan teknik catat. Hasil wawancara terbuka terkait instrumen, disimak, lalu dicatat. Selanjutnya, keseluruhan data dianalisis untuk mengetahui sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan. 3.2 Lokasi penelitian Letak lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. 3.3 Data dan Sumber Data 1.



Data Data penelitian ini berupa tuturan dialek Rongkong.



2.



Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah penutur dialek Rongkong atau



masyarakat Kecamatan Rongkong. 21



22



3.4 Teknik pengumpulan data Penelitian ini menggunakan metode simak. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap dikatakan sebagai tekni dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan atau penulis dalam upaya mendapatkan, dilakukan dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau berapa orang yang menjadi informan. Dalam praktik selanjudnya, peneliti menggunakan teknik sadap ini dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas lipat cakap, catat, dan teknik rekam. 1.



Teknik simak Teknik simak maksudnya peneliti hanya berperan sebagai pengamat



pengguna bahasa oleh para informannya. Peneliti tidak terlinat dalam peristiwa penuturnya yang bahasanya sedang diteliti. Peneliti hanya menyimak dialog yang menjadi sumber informasinya. 2.



Teknik catat Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan



metode simak dengan teknik lanjutan di atas. 3.



Teknik rekam Teknik rekam dimungkinkan terjadi jika bahasa yang diteliti adalah



bahasa yang masih dituturkan oleh pemiliknya. Selain itu teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, yakni: 4.



Teknik observasi Teknik observasi merupakan salah satu teknik yang paling banyak



dilakukan dalam sebuah penelitian. Observasi melibatkan tiga objek sekaligus, yaitu a) lokasi tempat penelitian berlangsung, b) para perilaku dengan peran-peran tertentu, c) aktivitas para pelaku yang dijadikan sebagai objek penelitian (Ratna, 2016: 217-220). 5.



Teknik wawancara Sebagai mekanisme komunikasi pada umumnya wawancara dilakukan



sesudah observasi. Pengamat secara garis besar, seperti wawancara melibatkan dua komponen, pewawancara yaitu peneliti itu sendiri dan orang-orang yang diwawancarai (Ratna, 2016:222).



22



23



6.



Teknik dokumen Teknik pengumpulan data berkaitan dengan sumber data. Dalam suatu



penelitian sumber data melibatkan tiga faktor, yaitu: latar penelitian, orang-orang yang terlibat, dan segala sesuatu yang dihasilkan melalui keterlibatan orang-orang tersebut. Teknik dokumentasi berkaitan dengan sumber terakhir , interaksi bermakna antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, interaksi internal dalam diri sendiri, seperti hasil-hasil karya baik ilmiah maupun nonilmiah, karya seni dan berbagai bentuk catatan harian lainnya (Ratna, 2016:233-234). 3.5 Teknik analisis data Dalam penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Analisis data adalah proses untuk mengatur urut data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Proses analisis data terdapat komponen-komponen yang harus benar-benar dipahami. Komponen tersebut adalah reduksi data, kajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk menganalisis data yang sudah ada digunakan



metode



deskriptif



analitik.



Metode



ini



digunakan



untuk



menggambarkan data yang sudah diperoleh melalui proses analitik yang mendalam dan selanjudnya diakomodasikan dalam bentuk bahasa secara runtut atau dalam bentuk naratif. Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta. Apabila ketika hal tersebut dapat dilakukan, maka diambil suatu keputusan atau verifikasi. Data



dari



lapangan



terkumpul



dengan



menggunakan



metode



pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif. Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat penelitian. 23



24



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Setelah peneliti melakukan beberapa cara dalam mengumpulkan data, berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian yang diperoleh yaitu sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara. Hasil penelitian yang penulis akan paparkan adalah sistem fonologi bahasa berupa identifikasi fonem, distribusi fonem, gugus fonem dan pola persukuan yang terdapat pada bahasa Tae dialek Rongkong. Dalam penelitian ini peneliti memunculkan 200 kosa kata Swades untuk mengetahui sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan. Peneliti mengumpulan data dari 5 informan yang ada di Kecamatan Rongkong Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan. Dari kosa kata tersebut peneliti menemukan beberapa fenomena bahasa yang terjadi pada bahasa Tae dialek Rogkong. Fenomena tersebut berupa keanekaragaman bahasa, contohnya dalam satu kosa kata yang disajikan peneliti terhadap beberapa kosa kata yang dimiliki oleh masyarakat pengguna bahasa Tae dialek Rongkong terhadap kata tersebut, diantaranya sebagai berikut: Kata ‘jalan’ dalam bahasa Tae dialek Rongkong memiliki dua penyebutan yaitu [lumiŋka] dan [lalan], hal ini juga di temukan pada kata ‘datang’ dengan penyebutan [ratu] dan [rampo]. Terdapat pula kosa kata yang memiliki tiga penyebutan dalam bahasa Tae dialek Rongkong seperti pada kata ‘jahat’ yaitu [matampo], [makacca?] dan [kadake], hal ini banyak ditemui pada saat peneliti melakukan penelitan terkait bahasa Tae dialek Rongkong, bahkan terdapat pula kosa kata yang memiliki lebih dari tiga penyebutan dalam bahasa Tae dialek Rongkong contohnya pada kata ‘itu’ masyarakat pengguna bahasa Tae dialek Rongkong menyebut kata tersebut dengan kata [indetUu], [dio], yatOo], [iyatUu], [tu]. Dari data yang diperoleh peneliti, masyarakat Rongkong menggunakan kosa kata tersebut secara bergantian. Peneliti juga menemukan beberapa kosa kata yang mengalami perbedaan penyebutan saat berkomunikasi dan berinteraksi pada masyarakat Rongkong di Kabupaten Luwu Utara. Kosa kata tersebut terdiri dari:



24



25



Kata ‘memegang’, masyarakat Rongkong menyebutnya dengan kata [mentove], fonem [v] terdengar rendah dan halus. Sering pula masyarakat Rongkong menyebut kata ‘memegang’ dengan kata [mentowe] fonem [w] terdengar sangat jelas dan keras,



serta ditemukan pula masyarakat yang



mengucapkannya dengan kata [mentoe], dari kata [mentoe] terdapat aspirasi semi vokal [w] seperti [mentowe] fonem [w] terdengar rendah dan halus. Pada kata ‘air’, masyarakat Rongkong menyebutnya dengan kata [uvai], fonem [v] terdengar rendah dan halus. Sering pula masyarakat Rongkong menyebut kata ‘air’ dengan kata [uai] terdapat aspirasi semi vokal [w] seperti [uwai]. Pada kata ‘tikus’, masyarakat Rongkong menyebutnya dengan kata [balavo], fonem [v] terdengar rendah dan halus. Sering pula masyarakat Rongkong menyebut kata ‘tikus’ dengan kata [balao] terdapat aspirasi semi vokal [w] seperti [balawo]. Dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Setiap kata yang memiliki fonem [v] dalam bahasa Tae dialek Rongkong seperti pada kata [mentove], [uvai], dan [balavo] apabila fonem [v] pada kata tersebut diucapkan dengan nada yang tinggi atau keras bagi masyarakat Rongkong hal tersebut dikatakan tidak sopan. Peneliti juga menemukan kata yang digunakan oleh masyarakat Rongkong di Kabupaten Luwu Utara untuk membedakan tingkatan usia mereka, seperti kata [iko] kata tersebut memiliki beberapa arti yaitu kata ‘kamu’, ‘engkau’, ‘kami’ dan ‘dia’, kata [iko] dalam bahasa Tae dialek Rongkong digunakan apabila ditujukan kepada seseorang di bawah umur si pembicara seperti pada usia anak-anak. Pada saat mengucapkan kata [iko] kepada seseorang yang lebih tua dari si pembicara, bagi masyarakat Rongkong hal tersebut dikatakan tidak sopan. Masyarakat menggunakan kata [kamu], [iya], dan [kita] untuk mengganti penggunaan kata [iko] pada saat berkomunikasi kepada seseorang yang lebih tua dari si pembicara. Dari hasil penelitian yang ditemukan peneliti terkait tentang sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan, peneliti juga menemukan bentuk Morfo-Fonologi atau Morfo-Fonemik pada bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan, diantaranya sebagai berikut: 1.



Pergeseran fonem, terdapat pergeseran fonem pada bahasa Tae dialek Rongkong, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari posisi awal ke posisi



25



26



satu suku kata yang lainnya. Contohnya dalam pengimbuhan sufiks –na pada kata dasar [muane] terjadi pergeseran pada fonem yang semula berada pada suku kata [mua.ne] menjadi [mua.ne.na]. Demikian juga dalam pengimbuhan sufiks –na pada kata dasar [baine], yang semula berada pada satu suku kata [bai.ne] berpindah menjadi berada di suku kata nena pada [bai.ne.na]. Sufiks –na pada kata [muanena] dan [bainena] merupakan bentuk kepemilikan dari kata [muanena] yang berarti ‘suami’ dan kata [bainena] yang berarti ‘istri’. 2.



Penambahan fonem, terdapat penambahan fonem glotal /?/ setelah prefiks Ma- pada bahasa Tae dialek Rongkong. Contohnya pada kata [ma?nasu] terdapat penambahan fonem glotal /?/ setelah prefiks Ma- yang bertemu dengan kata sifat nasu hingga mejadi [Ma?nasu] dengan bentuk Ma + Nasu = [ma?nasu] yang berarti ‘memasak’. Demikian pula pada kata [ma?temba?] terdapat penambahan fonem glotal /?/ setelah prefiks Ma- yang bertemu dengan kata kerja temba? Sehingga menjadi [ma?temba?] dengan bentuk Ma + Temba? = [ma?temba?] yang berarti ‘menembak’, hal ini juga ditemukan pada kata [ma?jama] ‘bekerja’ dan [ma?leba] ‘melempar’ terdapat penambahan fonem glotal /?/ setalah prefiks Ma-. Ditemukan pula penambahan fonem [ŋ] pada bahasa Tae dialek rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan, contohnya pada kata [Maŋŋimpi] terdapat penambahan fonem [ŋ] setelah prefiks Ma- bertemu dengan kata kerja ŋimpi dengan bentuk Ma- + ŋimpi = [maŋŋimpi] yang berarti ‘bermimpi’. Itulah beberapa fenomena bahasa yang ditemukan peneliti pada saat



melakukan penelitian terkait sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sistem fonologi yang menjadi penelitian dari peneliti mencakup: 1.) identifikasi fonem, yang dapat membuktikan apakah terdapat bunyi fonemis atau tidak dari bahasa Tae dialek Rongkong, maka peneliti mengidentifikasi pasangan minimal dari bunyi-bunyi vokal dan konsonan bahasa tersebut. 2.) Distribusi fonem, yang dapat melihat posisi dari keberadaan bunyi vokal dan bunyi konsonan pada bahasa Tae dialek Rongkong. 3.) Gugus fonem, yang dianalisis dari dua buah fonem yang berbeda tetapi berada dalam sebuah silabel atau suku kata. 4.) Pola persukuan , yang dapat



26



27



melihat puncak ritmis atau irama dengan kenyaringan atau sonaritas pantulan suara yang dihasilkan, yang dimungkinkan oleh adanya ruang resonansi. Dari ke empat hal tersebut berikut pemaparannya: 1.



Identifikasi Fonem Identifikasi fonem pada penelitian ini mencakup identifikasi fonem vokal



dan identifikasi fonem konsonan pada bahasa Tae dialek Rongkong. a.



Identifikasi fonem vokal Identifikasi fonem vokal dapat diketahui dengan mencari pasangan



minimal dari data yang telah ditemukan. Berikut ini merupakan pembuktian fonem vokal bahasa Tae dialek Rongkong dalam bentuk pasangan-pasangan fonem yang berada dalam pasangan minimal: Tabel 2. Data identifikasi fonem vokal bahasa Tae dialek Rongkong Vokal Pasangan Minimal Makna dalam bahasa Indonesia [a] [é] [mata] ‘mata’ [maté] ‘mati’ [u] [O] [tallO] ‘telur’ [tallu] ‘tiga’ [a] [e] [saŋa] ‘nama’ [seŋa] ‘lain’ [O] [e] [indO] ‘ibu’ [inde] ‘ini’ [o] [u] [avo] ‘di atas’ [avu] ‘abu’



Berdasarkan data identifikasi fonem vokal pada ‘Tabel. 2’ peneliti menemukan 5 (lima) pasangan minimal kata pada bahasa Tae dialek Rongkong yang terdiri dari pasangan kata: Pasangan kata [mata] ‘mata’ dan [mate] ‘mati’ ditemukan fonem voka [a] dan [e] pada posisi akhir silabel. Pasangan kata [tallO] ‘telur’ dan [tallu] ‘tiga’ ditemukan fonem vokal [O] dan [u] pada akhir silabel. Pasangan kata [indO] ‘ibu’ dan [inde] ‘ini’ ditemukan fonem vokal [O] dan [e] pada akhir silabel. Pasangan kata [avo] ‘di atas’ dan [avu] ditemukan fonem vokal [o] dan [u] pada akhir silabe. Pasangan kata [seŋa] ‘lain’ dan [saŋa] ‘nama’ ditemukan fonem vokal [e] dan [a] pada tengah silabel. Dari 5 (lima) pasangan minimal kata tersebut peneliti menemukan fonem vokal dari 4 (empat) pasang minimal yang berada pada akhir silabel, yang terdiri dari fonem vokal [u] dan [a], [a] dan [e], [O] dan [u], [o] dan



27



28



[u], serta fonem vokal pada 1 (satu) pasangan minimal kata yang berada di tengah silabel, yaitu fonem vokal [e] dan [a]. Berdasarkan data identifikasi fonem yang peneliti peroleh dari bahasa Tae dialek Rongkong sejauh ini membuktikan bahwa bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara memiliki 5 (lima) fonem vokal yang diantaranya: fonem vokal [u], [a], [e], [O], dan [o]. b.



Identifikasi fonem konsonan Identifikasi fonem konsonan dapat diketahui dengan mencari pasangan



minimal dari data yang telah ditemukan. Berikut ini merupakan pembuktian fonem konsonan bahasa Tae dialek Rongkong dalam bentuk pasangan fonem yang berada dalam pasangan minimal: Tabel 3. data identifikasi fonem konsonan bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Pasangan Minimal Makna dalam Bahasa Indonesia [m] [l] [lima] ‘tangan’ [lila] ‘lidah’ [s] [r] [masiri] ‘malu’ [mariri] ‘merah [r] [b] [ratu] ‘datang’ [batu ] ‘batu’ [k] [l] [buku] ‘tulang’ [bulu] ‘bulu’ [d] [t] [daun] ‘daun’ [taun ] ‘tahun’ [s] [n] [misU] ‘duduk’ [minU] ‘minum’



Berdasarkan data identifikasi fonem konsonan pada ‘Tabel 3’ peneliti menemukan 6 (enam) pasangan kata pada bahasa Tae dialek Rongkong yang terdiri dari: pasangan kata [lima] dan [lila] ditemukan konsonan [m] dan [l] pada posisi tengah silabel, pada pasangan kata [masiri] dan [mariri] ditemukan konsonan [s] dan [r] pada posisi tengah silabel, pada pasangan kata [ratu] dan [batu] ditemukan konsonan [r] dan [b] pada posisi awal silabel, pada pasangan kata [buku] dan [bulu] ditemukan konsonan [k] dan [l] pada posisi tengah silabel, pasangan kata [daun] dan [taun] ditemukan konsonan [d] dan [t] pada posisi awal silabel, dan pada pasangan kata [misU] dan [minU] ditemukan konsonan [s] dan [n] pada posisi tengah silabel. Dari 6 (enam) pasangan minimal kata tersebut, peneliti menemukan 4 (empat) pasangan minimal yang memiliki fonem konsonan dan terletak pada posisi tengah silabel yaitu fonem konsonan [m] dan [l], [s] dan



28



29



[r], [k] dan [l], [s] dan [n]. serta 2 (dua) pasangan minimal yang memiliki fonem konsonan dan terletak pada posisi awal silabel yaitu fonem konsonan [r] dan [b], [d] dan [t]. Berdasarkan data identifikasi fonem yang peneliti peroleh sejauh ini membuktikan bahwa bahasa Tae dialek Rongkong memiliki 9 (Sembilan) fonem konsonan yang diantaranya: fonem konsonan [m], [l], [s], [r], [b], [k], [d], [t], dan [n]. 2.



Distribusi fonem Distribusi fonem dibedakan atas distribusi vokal dan konsonan. Untuk



melihat posisi dari keberadaan bunyi vokal dan bunyi konsonan dapat dilihat dari distribusi fonem tersebut. a.



Distribusi fonem vokal Untuk melihat posisi dari keberadaan bunyi vokal, dapat dilihat dari



distribusi vokalnya. Dalam bahasa Tae dialek Rongkong peneliti menemukan fonem-fonem vokal yang menempati posisi awal silabel, tengah silabel serta akhir silabel. Berikut distribusi fonem vokal bahasa Tae dialek Rongkong: Tabel 4. Data distribusi fonem vokal [a] bahasa Tae dialek Rongkong Vokal Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [a] [avu] ‘abu’ [ratu] ‘datang’ [lumiŋka] ‘berjalan’ ‘jalan’ [ate] ‘hati’ [tambu?] ‘perut’ ‘usus’ [rara] ‘darah’ [ana?] ‘anak’ [rara] ‘darah’ [lila] ‘lidah’ [ambe] ‘bapak’ [bélua?] ‘rambut’ [métawa] ‘tertawa’ [asu] ‘anjing’ [ménava] ‘bernafas’ [lima] ‘lima’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 4’ vokal [a] pada bahasa Tae dialek Rongkong menempati seluruh posisi dari keberadaan bunyi vokal tersebut, contohnya pada [avu] vokal [a] berapa di awal silabel, kata [ratu] vokal [a] berada di tengah silabel, dan [lumiŋka] vokal [a] berada pada akhir silabel. Tabel 5. Data distribusi fonem vokal [i] bahasa Tae dialek Rongkong Vokal Awal Silabe Tengah Silabe Akhir Silabe [i] [isi] ‘gigi’ [maŋŋimpi] ‘bermimpi’ [maŋimpi] ‘bermimpi’ [indO] ‘ibu’ [tillua] ‘muntah’ [isi] ‘gigi’ [ikkO] ‘ekor’ [mentiŋkudu] ‘meludah’ [ma?pori] ‘mengikat’ [illaan] ‘di dalam [talinga] ‘telinga’ [ma’dasi] ‘menjahit’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 5’ vokal [i] pada bahasa Tae dialek Rongkong menempati seluruh posisi dari keberadaan bunyi vokal tersebut,



29



30



contohnya: kata [isi] vokal [i] berada di awal silabel, kata [mentiŋkudu] vokal [i] berada di tengah silabel, dan kata [maŋimpi] vokal [i] berada di akhir silabel. Tabel 6. Data distribusi fonem vokal [I] bahasa Tae dialek Rongkong Vokal Awal Silabe Tengah Silabe Akhir Silabe [I] [sIpI] ‘sempit’ [kulI] ‘kulit’ [tumaŋI] ‘menangis’ [laŋI] ‘langit’ [sIpI] ‘sempit’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 6’ vokal [I] pada bahasa Tae dialek Rongkong tidak menempati posisi awal silabel seperti pada tabel tersebut, namun vokal [I] menempati posisi tengah dan akhir silabel contohnya pada kata [sIpI] dan pada kata [kulI]. Tabel 7. Data distribusi fonem vokal [u] bahasa Tae dialek Rongkong Vokal Awal Silabe Tengah Silabe Akhir Silabe [u] [ulu] ‘kepala’ [lumiŋka] ‘berjalan, jalan’ [ratu] ‘datang’ [uran] ‘hujan’ [burere] ‘kotor’ [avu] ‘debuh’ [uvai] ‘air’ [tambu?] ‘perut, usus’ [mentiŋkudu] [umbanaŋei] ‘di mana’ [bukU] ‘tulang’ ‘meludah’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 7’ vokal [u] pada bahasa Tae dialek Rongkong menempati seluruh posisi dari keberadaan bunyi vokal tersebut, contohnya: kata [ulu] vokal [u] berada di awal silabel, kata [lumiŋka] vokal [u] berada di tengah silabel, dan pada kata [ratu] vokal [u] berada di akhir silabel. Tabel 8. Data distribusi fonem vokal [U] bahasa Tae dialek Rongkong Vokal Awal Silabe Tengah Silabe Akhir Silabe [U] [minU] ‘minum’ [guntU] ‘guntur’ [bukU] ‘tulang’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 8’ vokal [U] pada bahasa Tae dialek Rongkong tidak menempati posisi awal silabel dan tengah silabel seperti pada tabel tersebut, namun Vokal [U] pada bahasa Tae dialek Rongkong hanya menempati posisi akhir silabel contohnya pada kata [minU].



30



31



Tabel 9. Data distribusi fonem vokal [e] bahasa Tae dialek Rongkong Vokal Awal Silabe Tengah Silabe Akhir Silabe [e] [kalempeŋ] ‘punggung, bahu] [kumande] ‘makan’ [burere] ‘kotor’ [burere] ‘kotor’ [ma?pekirI] ‘berfikir’ [ate] ‘hati’ [kadake] ‘jahat’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 9’ vokal [e] pada bahasa Tae dialek Rongkong tidak menempati posisi awal silabel seperti pada tabel tersebut, namun vokal [e] pada bahasa Tae dialek Rongkong hanya menempati posisi tengah silabel dan akhir silabel contohnya pada kata [kalempeŋ] vokal [e] berada di tengah silabel, dan pada kata [kumande] vokal [e] berada di akhir silabel. Tabel 10. Data distribusi fonem vokal [é] bahasa Tae dialek Rongkong Vokal Awal Silabe Tengah Silabe Akhir Silabe [é] [ménava] ‘bernafas’ [latté] ‘kaki’ [métawa] ‘tertawa’ [ma?keké] ‘menggigit’ [méntiŋkudu] ‘meludah’ [kédé] ‘naik’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 10’ vokal [é] pada bahasa Tae dialek Rongkong tidak menempati posisi awal silabel seperti pada tabel tersebut, namun vokal [é] pada bahasa Tae dialek Rongkong hanya menempati posisi tengah silabel dan akhir silabel contohnya pada kata [ménava] vokal [é] berada di tengah silabel, dan pada kata [latté] vokal [é] berada di akhir silabel. Tabel 11. Data distribusi fonem vokal [o] bahasa Tae dialek Rongkong Vokal Awal Silabe Tengah Silabe Akhir Silabe [o] [moroŋ] ‘berenang’ [mentiro] ‘melihat’ [kolloŋ] ‘leher’ [tuo] ‘hidup, bertumbuh’ [ma?pori] ‘mengikat’ [balavo] ‘tikus’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 11’ vokal [o] pada bahasa Tae dialek Rongkong tidak menempati posisi awal silabel seperti pada tabel tersebut, namun vokal [o] pada bahasa Tae dialek Rongkong hanya menempati posisi tengah silabel dan akhir silabel contohnya pada kata [mentove] vokal [o] berada di tengah silabel, dan pada pada kata [mentiro] vokal [o] berada di akhir silabel.



31



32



Tabel 12. Data distribusi fonem vokal [O] bahasa Tae dialek Rongkong Vokal Awal Silabe Tengah Silabe Akhir Silabe [O] [indO] ‘ibu’ [meronnO] ‘jatuh’ [ikkO] ‘ekor’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 12’ vokal [o] pada bahasa Tae dialek Rongkong tidak menempati posisi awal dan tengah silabel seperti pada tabel tersebut, namun vokal [O] pada bahasa Tae dialek Rongkong hanya menempati posisi akhir silabel contohnya pada kata [indO] vokal [O] berada di akhir silabel. Berdasarkan data distribusi fonem vokal yang peneliti peroleh sejauh ini membuktikan bahwa dalam bahasa Tae dialek Rongkong fonem vokal [a], [i] dan [u] menempati seluruh posisi dalam keberadaan bunyi vokal tersebut. Fonem vokal [I], [e], [é], dan [o] menempati posisi tengah silabel dan akhir silabel. Dan fonem vokal [U] dan [O] menempati posisi akhir silabel. Dari data distribusi fonem tersebut peneliti menemukan 9 (Sembilan) fonem vokal pada bahasa Tae dialek Rongkong yang terdiri dari vokal [a], [i], [u], [U], [e], [é], [o], dan [O]. b.



Distribusi fonem konsonan Untuk melihat posisi dari keberadaan bunyi vokal, dapat juga dilihat dari



distribusi konsonannya. Dalam bahasa Tae’ dialek Rongkong distribusi vokalnya peneliti menemukan fonem-fonem konsonan yang menempati posisi awal silabel, tengah silabel serta akhir silabel, berikut distribusi fonem konsonan bahasa Tae’ dialek Rongkong: Tabel 13. Data distribusi fonem konsonan [b] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [b] [burere] ‘kotor’ [tambu?] ‘perut’ dan ‘usus’ [buku] ‘tulang’ [ambe] ‘bapak’ [belua?] ‘rambut’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 13’ Konsonan [b], pada bahasa Tae dialek Rongkong menempati posisi awal silabel dan tengah silabel contohnya pada kata [burere] konsonan [b] terletak di awal silabel, dan pada kata [tambu?] konsonan [b] terletak di tengah silabel. Konsonan [b] tidak menempati posisi akhir silabel pada bahasa Tae dialek Rongkong.



32



33



Tabel 14. Data distribusi fonem konsonan [d] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [d] [daun] ‘daun’ [pudu?] ‘mulut’ [dioŋ] ‘di bawah’ [mentiŋkudu] ‘meludah’ [da?dua] ‘dua’ [kumande] ‘makan’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 14’ Konsonan [d], pada bahasa Tae dialek Rongkong menempati posisi awal silabel dan tengah silabel contohnya pada kata [dioŋ] konsonan [d] terletak di awal silabel, dan pada kata [pudu?] konsonan [d] terletak di tengah selabel. Konsonan [b] tidak menempati posisi akhir silabel pada bahasa Tae dialek Rongkong. Tabel 15. Data distribusi fonem konsonan [g] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [g] [gavun] ‘awan’ [guntU] ‘guntur’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 15’ Konsonan [g], pada bahasa Tae dialek Rongkong menempati posisi awal silabel contohnya pada kata [gavun]. Konsonan [g] tidak menempati posisi akhir silabel pada bahasa Tae dialek Rongkong. Tabel 16. Data distribusi fonem konsonan [j] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [j] [jarun] ‘jarum’ [ma?jama] ‘bekerja’ [kaju] ‘kayu’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 16’ konsonan [j], pada bahasa Tae dialek Rongkong konsonan [j] posisi awal silabel dan tengah silabel, contohnya pada kata [jarun] konsonan [j] terletak di awal silabel, dan pada kata [ma?jama] konsonan [j] terletak di tengah silabel. Konsonan [j] tidak menempati posisi akhir silabel pada bahasa Tae dialek Rongkong. Tabel 17. Data distribusi fonem konsonan [k] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [k] [kiri] ‘kiri’ [lumiŋka] ‘berjalan, jalan’ [kanan] ‘kanan’ [mappekiri] ‘berfikir’ [kulI] ‘kulit’ [mataku] ‘malu’ [kalempeŋ] ‘punggung, bahu’ [meŋkema] ‘mengunyah’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 17’ konsonan [k], pada bahasa Tae dialek Rongkong konsonan [k] hanya menempati posisi awal silabel dan tengah silabel,



33



34



contohnya pada kata [kulI] konsonan [k] terletak di awal silabel, dan pada kata [lumiŋka] konsonan [k] terletak di tengah silabel. Konsonan [k] tidak menempati posisi akhir silabel pada bahasa Tae dialek Rongkong. Tabel 18. Data distribusi fonem konsonan [l] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [l] [lima] ‘lima’ [kalempeŋ] ‘punggung, [latte’] ‘kaki’ bahu’ [lumiŋka] ‘berjalan, [kolloŋ] ‘leher’ jalan’ [lila] ‘lidah’ [lila] ‘lidah’ [ulu] ‘ular’ [loppo] ‘lemak’ [tillua] ‘muntah’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 18’ Konsonan [l], pada bahasa Tae dialek Rongkong konsonan [l] hanya menempati posisi awal silabel dan tengah silabel, contohnya pada kata [loppo] konsonan [l] terletak di awal silabel, dan pada kata [kalempeŋ] konsonan [l] terletak di tengah silabel. Konsonan [l] tidak menempati posisi akhir silabel pada bahasa Tae dialek Rongkong. Tabel 19. Data distribusi fonem konsonan [m] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [m] [moroŋ] ‘berenang’ [lima] ‘lima’ [ma?pekiri] ‘berfikir’ [lumiŋka] ‘berjalan, jalan’ [mataku] ‘takut’ [tambu?] ‘perut, usus’ [menava] ‘bernafas’ [kalempeŋ] ‘punggung, [maŋŋuduŋ] bahu’ ‘mencium’ [tumaŋI] ‘menangis’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 19’ konsonan [m], pada bahasa Tae dialek Rongkong konsonan [m] menempati posisi awal silabel dan tengah silabel, contohnya pada kata [moroŋ] konsonan [m] terletak di awal silabel, dan pada kata [lumiŋka] konsonan [m] terletak di tengah silabel. Konsonan [m] tidak menempati posisi akhir silabel pada bahasa Tae dialek Rongkong. Tabel 20. Data distribusi fonem konsonan [n] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [n] [kanan] ‘kanan’ [kanan] ‘kanan’ [menava] ‘bernafas’ [issan] ‘tahu’ [kumande] ‘makan’ [mantanan] [ma?nasu] ‘memasak’ ‘menanam’ [minU] ‘minum’ [kamban] ‘ [mentiro] ‘melihat’ [tekken] ‘tongkat’



34



35



Berdasarkan data pada ‘Tabel 20’ konsonan [n], pada bahasa Tae dialek Rongkong konsonan [n] tidak menempati posisi awal silabel. Namun konsonan [n] menempati posisi tengah silabel dan akhir silabel pada bahasa Tae dialke Rongkong, contohnya pada kata [menava] konsonan [n] terletak di tengah silabel, dan pada kata [issan] konsonan [n] terletak di akhir silabel. Tabel 21. Data distribusi fonem konsonan [m] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [ŋ] [ŋasan] [lumiŋka] ‘berjalan, [moroŋ] ‘berenang’ ‘mereka, semua’ jalan’ [kalempeŋ] ‘bahu, [tumaŋi] ‘menangis’ punggung’ [mentiŋkudu] [kolloŋ] ‘leher’ ‘meludah’ [bataŋ] ‘batang’ [loloŋ] ‘mengalir’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 21’ Konsonan [ŋ] pada bahasa Tae dialek Rongkong menempati seluruh posisi dalam keberadaan bunyi konsonan tersebut, contohnya pada kata [ŋasan] konsonan [ŋ] terletak di awal silabel, pada kata [lumiŋka] konsona [ŋ] terletak di tengah silabel, dan pada kata [moroŋ] konsonan [ŋ] terletak di akhir silabel. Tabel 22. Data distribusi fonem konsonan [p] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [p] [pudu?] ‘mulut’ [kalempeŋ] ‘punggung, bahu’ [papa] ‘atap’ [ma?pekiri] ‘berfikir’ [panI] ‘sayap’ [maŋimpi] ‘bermimpi’ [paŋŋala’] ‘hutan’ [papa] ‘atap’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 22’ Konsonan [p] pada bahasa Tae dialek Rongkong menempati posisi awal silabel dan tengah silabel, contohnya pada kata [pudu?] konsonan [p] terletak di awal silabel, dan pada kata [kalempeŋ] konsonan [p] terletak di tengah silabel. Konsonan [p] tidak menempati posisi akhir silabel pada bahasa Tae dialek Rongkong. Tabel 23. Data distribusi fonem konsonan [r] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [r] [ratu] ‘datang’ [rara] ‘darah’ [rara] ‘darah’ [moroŋ] ‘berenang’ [rambu] ‘asap’ [burere] ‘kotor’ [rampo] ‘datang’ [ma?pikiri] ‘berfikir’



35



36



Berdasarkan data pada ‘Tabel 23’ Konsonan [r] pada bahasa Tae dialek Rongkong menempati posisi awal silabel dan tengah silabel, contohnya pada kata [ratu] konsonan [r] terletak di awal silabel, dan pada kata [moroŋ] konsonan [r] terletak di tengah silabel. Konsonan [r] tidak menempati posisi akhir silabel pada bahasa Tae dialek Rongkong. Tabel 24. Data distribusi fonem konsonan [s] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [s] [susu] ‘susu’ [susu] ‘susu’ [saŋa] ‘nama’ [issan] ‘tahu’ [sia] ‘garam’ [isi] ‘gigi’ [sIpiI] ‘sempit’ [ma?nasu] ‘memasak’ [seŋa] ‘lain’ [masurru?] ‘mengisap’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 24’ Konsonan [s], pada bahasa Tae dialek Rongkong menempati posisi awal silabel dan tengah silabel, contohnya pada kata [sia] konsonan [s] terletak di awal silabel, dan pada kata [isi] konsonan [s] terletak di tengah silabel. Konsonan [s] tidak menempati posisi akhir silabel pada bahasa Tae dialek Rongkong. Tabel 25. Data distribusi fonem konsonan [t] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [t] [tambu?] ‘perut, usus’ [lattE] ‘kaki’ [tumaŋi] ‘menangis’ [ratu] ‘datang’ [tillua] ‘muntah’ [ate] ‘hati’ [taliŋa] ‘telinga’ [mataku] ‘takut’ [metawa] ‘tertawa’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 25’ Konsonan [t], pada bahasa Tae dialek Rongkong menempati posisi awal silabel dan tengah silabel, contohnya pada kata [tambu?] konsonan [t] terletak di awal silabel, dan pada kata [ratu] konsonan [t] terletak di tengah silabel. Konsonan [t] tidak menempati posisi akhir silabel pada bahasa Tae dialek Rongkong. Tabel 26. Data distribusi fonem konsonan [v] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [v] [avo] [menava] ‘bernafas’ [mentove] ‘memegang’



36



37



Berdasarkan data pada ‘Tabel 26’ Konsonan [v], pada bahasa Tae dialek Rongkong tidak menempati posisi awal silabel dan akhir silabel, konsonan [v] hanya menempati posisi tengah silabel, contohnya pada kata [mentove]. Tabel 27. Data distribusi fonem konsonan [w] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [w] [metawa] ‘tertawa’ -



Berdasarkan data pada ‘Tabel 27’ Konsonan [w], pada bahasa Tae dialek Rongkong tidak menempati posisi awal silabel dan akhir silabel, konsonan [w] hanya menempati posisi tengah silabel, contohnya pada kata [metawa]. Tabel 28. Data distribusi fonem konsonan [?] bahasa Tae dialek Rongkong Konsonan Awal Silabel Tengah Silabel Akhir Silabel [?] [ma?nasu] ‘memasak’ [ana?] ‘anak’ [ma?keke] ‘menggigit’ [belua?] ‘rambut’ [ma?kada] ‘berbicara’ [tambu?] ‘perut, usus’



Berdasarkan data pada ‘Tabel 4.27’ Konsonan [?], pada bahasa Tae dialek Rongkong tidak menempati posisi awal silabel, namun konsonan [?] menempati posisi tengah silabel dan akhir silabel, contohnya pada kata [ma?nasu] konsonan [?] terletak di tengah silabel, dan pada kata [tambu?] konsonan [?] terletak di akhir silabel. Berdasarkan hasil distribusi fonem konsonan yang peneliti peroleh sejauh ini membuktikan bahwa dalam bahasa Tae dialek Rongkong fonem konsonan [ŋ] menempati seluruh posisi dalam keberadaan bunyi konsonan tersebut, pada fonem konsonan [b], [d], [j], [k], [l], [m], [p], [r], [s], [t] menempati posisi awal silabel dan tengah silabel, pada fonem konsonan [n] dan [?] menempati posisi di tengah silabel dan di akhir silabel, pada fonem konsonan [g] hanya menempati posisi awal silabel. Pada fonem konsonan [w], dan [v] hanya menempati posisi tengah silabel. 3.



Gugus fonem Gugus fonem dibedakan atas gugus fonem vokal dan gugus fonem



konsonan. Pemaparan data gugus fonem pada bahasa Tae’ dialek Rongkong sebagai berikut: a.



Gugus fonem vokal /ai/ :



[baine] ‘perempuan’



37



38



[uvai] ‘air’ [maido] ‘hijau’ /au/ :



[tau] ‘orang’ [daun] ‘daun’ [taun] ‘tahun’



/aé/ :



[taé] ‘tidak’



/ia/ :



[tumia?] ‘terbang’ [sia] ‘garam’ [iakE] ‘jika’



/ua/ :



[belua?] ‘rambut’ [muane] ‘laki-laki’ [banua] ‘rumah’ [kalua?] ‘panjang’ [da?dua] ‘dua’



/uo/ :



[tuo] ‘hidup , bertumbuh’



/ei/ :



[ma?pilei] ‘memilih’ [umbanangei] ‘di mana’



/oe/ :



[bentoen] ‘bintang’



/oa/ :



[batoa] ‘besar’



/io/ :



[diong] ‘di sana’



Berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti sejauh ini membuktikan bahwa gugus fonem vokal yang terdapat pada bahasa Tae dialek Rongkong adalah 10 (sepuluh) gugus fonem vokal yang terdiri dari: gugus fonem vokal /ai/, /au/, /aé/, /ia/, /ua/, /uo/, /ei/, /oe/, /oa/, dan /io/. Gugus fonem vokal yang ditemukan peneliti pada bahasa Tae dialek Rongkong hanya menempati posisi tengah silabel dan akhir silabel, dapat dilihat pada keterangan di atas. b.



Gugus fonem konsonan /nd/ :



[kalando] ‘panjang’ [kende?] ‘naik’ [kumande] ‘makan’ [indO] ‘ibu’ [makundu] ‘tumpul’



38



39



[mabanda] ‘berat’ /nt/ :



[mentiro] ‘melihat’ [bentoen] ‘bintang’ [guntU] ‘guntur’



/mb/ :



[makamban] ‘tebal’ [mambela] ‘jauh’ [tambu?] ‘perut’, ‘usus’ [ambe] ‘bapak’ [rambu] ‘asap’ [kamban] ‘bengkak’



/mp/ :



[kalempeŋ] ‘bahu’



/ŋk/ :



[mentiŋkudu] ‘meludah’ [meŋkema] ‘mengunyah’ [maŋkali] ‘menggali’ [mareŋko] ‘kering’



/kg/ :



[lumekgo] ‘belok’



Berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti sejauh ini membuktikan bahwa gugus fonem konsonan yang terdapat pada bahasa Tae dialek Rongkong adalah 6 (enam) gugus fonem konsonan yang terdiri dari: gugus fonem konsonan /nd/, /nt/, /mb/, /mp/, /ŋk/, /kg/. Gugus fonem konsonan yang peneliti temukan pada bahasa Tae dialek Rongkong hanya berada pada posisi tengah silabel, contohnya: kata ‘kalando’ [panjang], hal ini juga ditemukan pada gugus fonem konsonan yang lainnya. 4.



Pola persukuan Suku kata atau silabel merupakan satuan ritmis terkecil dalam arus



ujaran, puncak ritmis atau irama itu sama dengan kenyaringan atau sonaritas. Berikut pola persukuan yang ada pada bahasa Tae dialek Rongkong: a.



b.



Bersuku satu [avu] ‘abu’



:



[a.vu] :



V



[ate] ‘hati’



:



[a.te]



:



V



:



K.V



Bersuku dua: [lima] ‘tangan’



:



[li.ma]



39



40



[kulI] ‘kulit’



c.



d.



:



[ku.lI]



:



K.V



[bukU] ‘tulang’ :



[bu.kU]



:



K.V



[minU] ‘minum’ :



[mi.nU]



:



K.V



[ate] ‘hati’



[a.te]



:



V.K



:



Bersuku tiga: [kaləmpəŋ] ‘bahu’



:



[ka.ləm.pəŋ] :



K.KV.K



[ma?pekirI] ‘berfikir



:



[ma?.pekirI]



:



K.K.KV



[barinnI] ‘kecil’



:



[ba.rin.nI]



:



K.KK.V



[ma?dasi] ‘menjahit’



:



[ma?.da.si]



:



KK.K.V



Bersuku empat: [ma?péraŋŋi] ‘mendengarkan’



:



[ma?.pé.raŋ.ŋi]



:



KK.K.K.V



[ma?tobo?] ‘menikam’



:



[ma?tobo?]



:



KK.K.KVK



Berdasarkan data pola persukuan yang peneliti peroleh sejauh ini membuktikan bahwa pola persukuan yang terdapat pada bahasa Tae dialek Rongkong terdiri dari polo persukuan bersuku satu, bersuku dua, bersuku tiga dan bersuku empat.



4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dari data perolehan 200 kosa kata Swades yang dianalasis ke dalam bahasa Tae dialek Rongkong, peneliti menemukan sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong berupa identifikasi fonem, distribusi fonem, gugus fonem serta pola persukuan dari hasil tersebut. Berdasarkan hasil identifikasi fonem yang dilakukan dalam bahasa Tae dialek Rongkong peneliti menemukan 5 (lima) fonem vokal yang diantaranya fonem vokal [u], [a], [e], [O], dan [o], dan 9 (Sembilan) fonem konsonan yang diantaranya fonem konsonan [m], [l], [s], [r], [b], [k], [d], [t], [n] yang diperoleh dari hasil pasangan minimal kata yang terdapat pada bahasa Tae dialek Rongkong. Berdasarkan hasil distribusi fonem yang peneliti lakukan pada bahasa Tae dialek Rongkong membuktikan bahwa bahasa Tae dialek Rongkong memiliki distribusi fonem vokal dan fonem konsonan. Pada fonem vokal ditemukan fonem vokal [a], [i] dan [u] yang menempati seluruh posisi dalam keberadaan bunyi 40



41



vokal tersebut, fonem vokal [I], [e], [é], dan [o] menempati posisi tengah silabel dan akhir silabel, dan fonem vokal [U] dan [O] hanya menempati posisi akhir silabel pada bahasa Tae dialek Rongkong. Pada distribusi fonem konsonan membuktikan bahwa dalam bahasa Tae dialek Rongkong ditemukan fonem konsonan [ŋ] yang menempati seluruh posisi dalam keberadaan bunyi konsonan tersebut, pada fonem konsonan [b], [d], [j], [k], [l], [m], [p], [r], [s], [t] menempati posisi awal silabel dan tengah silabel. Fonem konsonan [n] dan [?] menempati posisi di tengah silabel dan di akhir silabel, dan pada fonem konsonan [g] hanya menempati posisi awal silabel, serta pada fonem konsonan [w] dan [v] hanya menempati posisi di tengah silabel pada bahasa Tae dialek Rongkong. Gugus fonem pada penelitian ini mencakup gugus fonem vokal dan gugus fonem konsonan. Peneliti menemukan 10 (sepuluh) gugus fonem vokal pada bahasa Tae dialek Rongkong yang terdiri dari gugus fonem vokal /ai/, /au/, /ae/, /ia/, /ua/, /uo/, /ei/, /oe/, /oa/, dan diftong /io/, dan pada gugus fonem konsonan peneliti menemukan 6 (enam) fonem konsonan pada bahasa Tae dialek Rongkong yang terdiri dari gugus fonem konsonan /nd/, /nt/, /mb/, /mp/, /ŋk/, /kg/, dan /nd/ . Berdasarkan hasil penelitian pola persukuan yang ada pada bahasa Tae dialek Rongkong memiliki pola persukuan diantara, pola persukuan bersuku satu contohnya pada kata [avu] ‘abu’ yang memiliki pola persukan sebagai berikut: [avu] ‘abu’



:



[a.vu] :



V



Pada pola persukuan bersuku dua yang ada pada bahasa Tae dialek Rongkong contohnya pada kata [lima] yang memiliki pola persukuan sebagai berikut: [lima] ‘tangan’



:



[li.ma]



:



K.V



Pada pola persukuan bersuku tiga yang ada pada bahasa Tae dialek Rongkong contohnya pada kata [ma?dasi] yang memiliki pola persukuan sebagai berikut: [ma?dasi] ‘menjahit’



:



[ma?.da.si]



:



KK.K.V



Pada pola persukuan bersuku empat yang ada pada bahasa Tae dialek Rongkong contohnya pada kata [ma?péraŋŋi] yang memiliki pola persukuan sebagai berikut: [ma?péraŋŋi] ‘mendengarkan’



:



[ma?.pé.raŋ.ŋi]



:



KK.K.K.V



Berdasarkan uraian tersebut bahasa Tae dialek Rongkong memiliki sebuah sistem yang terdapat pada sistem fonologi bahasa berupa identifikasi fonem, distribusi fonem, gugus fonem dan pola persukuan.



41



42



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara, dapat disimpulkan bahwa bahasa Tae dialek Rongkong memiliki sistem fonologi bahasa berupa identifikasi fonem, distribusi fonem, gugus fonem dan pola persukuan yang diperoleh dari analisis data berdasarkan 200 kosa kata swades yang peneliti lakukan. Pada identifikasi fonem yang dilakukan peneliti pada bahasa Tae dilaek Rongkong ditemukan 5 (lima) fonem vokal yang diantaranya fonem vokal [u], [a], [e], [O], dan [o], dan 9 (Sembilan) fonem konsonan yang diantaranya fonem konsonan [m], [l], [s], [r], [b], [k], [d], [t], [n] yang diperoleh. Pada distribusi fonem yang ada pada bahasa Tae dialek rongkong ditemukan 9 (Sembilan) fonem vokal yang diantaranya fonem vokal [a], [i], [u], [I], [e], [é], [o], [U] dan [O] yang masingmasing menempati posisi keberadaan bunyi vokal pada bahasa Tae dialek Rongkong. Pada distribusi fonem konsonan ditemukan 15 (limabelas) fonem konsonan dalam bahasa Tae dialek Rongkong ditemukan fonem konsonan yang terdiri dari fonem konsonan [b], [d], [g], [j], [k], [l], [m], [n], [ŋ], [p], [r], [s], [t], [v] dan [?]. Dalam bahasa Tae dialek Rongkong Gugus fonem yang ditemukan peneliti mencakup gugus fonem vokal dan gugus fonem konsonan yang terdiri dari 10 (sepuluh) gugus fonem vokal yang diantaranya gugus fonem vokal /ai/, /au/, /ae/, /ia/, /ua/, /uo/, /ei/, /oe/, /oa/, dan diftong /io/, dan 6 (enam) fonem konsonan yang terdiri dari gugus fonem konsonan /nd/, /nt/, /mb/, /mp/, /ŋk/, /kg/, dan /nd/. Berdasarkan data pola persukuan yang peneliti peroleh sejauh ini membuktikan bahwa pola persukuan yang terdapat pada bahasa Tae dialek Rongkong terdiri dari polo persukuan bersuku satu, bersuku dua, bersuku tiga, dan bersuku empat.



5.2 Saran Dalam penelitian sistem fonologi bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi yang peneliti lakukan merupakan penelitian lapangan berskala kecil dan masih sangat sederhana, oleh karena itu dipandang



42



43



perlu untuk melakukan penelitian lanjutan bagi penikmat bahasa khususnya mengenai linguistik terkait bahasa Tae dialek Rongkong di Kabupaten Luwu Utara sehingga dapat lebih memahami bahasa yang ada di lingkungan tersebut. Peneliti juga menyarankan bahwa penelitian tentang linguistik, khususnya fonologi sangatlah baik dalam memahami struktur yang ada pada bahasa yang kita gunakan, sehingga kedepannya bahasa yang sangat beragam yang kita miliki di Negara kita Indonesia dapat diketahui dan dapat dipahami sehingga dapat dilestarikan sebagaimana keinginan kita dalam melestarikan bahasa kita sendiri.



43



44



DAFTAR PUSTAKA Chaer, A. 2014. Linguistik Umum. Rineka Cipta. Jakarta Chaer, A. 2015. Fonologi Bahasa Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta. Charmilasari. 2017, Sistem Fonologi Bahasa Makassar Dialek Cikoang Kabupaten Takalar. Jurnal Onoma Volume 3. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. M. Nur Hidayah, Asri. 2017.



Frasa Dalam Bahasa Tae. Jurnal Volume 23



Nomor 2. Musayyedah. 2014. Korespondensi Bunyi Bahasa Bugis Dialek Soppeng dan Dialek Ennak. Jurnal, Volume 20:354. Ratna, N.K. 2016. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sariono, A. 2016. Pengantar Dialektologi Panduan Penelitian dengan Metode Dialektometri. PT Buku Seru. Jakarta. Sidauruk, J. 2017. Sistem Fonologi Bahasa Bugis Bone (Telaah Fonologi: Field Research). Jurnal:C-6. Sumarsono. 2017. Sosiolingustik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Soeparno. 2013. Dasar-dasar Linguistik Umum. Tiara Wacana. Banten. Verhaar, John W. M. 1998. Pengantar Linguistik. Gadja Mada University Press. Yogyakarta. Yusuf, S.1998. Fonetik dan Fonologi . PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.



44



45



LAMPIRAN



45



24



24



25



25



24



No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23



Data Informan 200 Kosa Swades ke dalam Bahasa Tae Dialek Rongkong Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan Kosa kata Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Tangan Lima Lima Lima Lima Kiri Kiri Kiri Kairi Kiri Kanan Kanan Kanan Kanan Kanan Kaki Latte Latte' Latte' Latte' Berjalan Lumingka Lumingka Lumingka Lumingka Jalan Lumingka Lumingka Lumingka Lalan Datang Ratu Sae Datang Rampo/ Ratu Belok Belo' Belok Belok Lumenggo Berenang Morong Morong Mo'rong Morong Kotor Burere Mariga Burere Burere Debu Abu Abu Abu-abu Avu-avu / Sovok Kulit Kulit Kuli' Kuli' Kuli' Punggung Boko Pokkong Kalempeng Kalempeng / Boko' Perut Tambuk Tambuk Tambuk Tambuk Tulang Buku' Buku' Buku' Buku Usus Usus Tambuk Usus Tambuk Hati Hati Ate Ate Ate Susu Susu Susu Susu Susu Bahu Kalempeng Kalempeng Kalempeng Kalempeng Tahu Kuissan Issan Issang Issan Berfikir Ma'pikiri' Matanga' Ma'pakiri Mappekiri Takut Mataku' Mataku' Mataku' Mataku' Darah Rara Darah Rara Rara 24



Informan 5 Lima Kiri Kanan Latte Lumingka Lumingka Ratu Lumeggo Morong Burere Avu Kuli' Kalempeng Tambuk Buku' Tambuk Ate Susu Kalempeng Issan Ma'pikiri Mataku Rara



25 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48



Kepala Leher Rambut Hidung Bernafas Mencium Mulut Gigi Lidah Tertawa Menangis Muntah Meludah Makan Mengunyah Memasak Minum Menggigit Mengisap Telinga Mendengar Mata Melihat Menguap Tidur



Ulu Kollong Beluak Illong Menava Manggudung Puduk Isi Lila Metawa Tumangi' Tilluwa Tingkudu Kumande Mengkema Manasu Minu' Makeke Masurruk Talinga Mapesadding Mata Mentiro Mangangoak Mamma'



Ulu Kollong Beluak Illong Menava Mapebau Puduk Isi Lila Metawa Tumangi' Tiluwa Mentikudu Kumande Mangkema Ma'nasu Minu Ma'keke Ma'pebau Talinga Ma'pesadding Mata Mentiro Malangoa' Mamma'



Ulu Kollong Baluak Illong Menava Menggudung Puduk Isi Lila Metava Tumangi' Tillua Mentingkudu Kumande Itamma' Mannasu Minu' Ma'keke Manggiso' Tallinga Mapperangi Mata Mentiro Manggoak Mamma' 25



Ulu Kallong Beluak Illong Menava Ma'pebau / Manggudung Puduk Isi Lila Metawa Tumangi Tilua Mentingkudu Kumande Mengkema Ma'nasu Minu' Ma'keke' Massurruk Talinga Maperanggi / Ma'Pesadding Mata Mentiro Melangoa'k Mamma'



Ulu Kollong Beluak Illong Menava Ma'pebau Puduk Isi Lila Metawa Tumangi Tilua Mentingkudu Kumande Mengkema Manasu Minu' Mangkeke' Masurruk Talinga Ma'peranggi Mata Mantiro Melangoak Mamma'



26 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73



Berbaring Bermimpi Duduk Berdiri Orang Laki-laki Perempuan Anak Suami Istri Ibu Bapak Rumah Atap Nama Berkata Tali Mengikat Menjahit Jarum Berburu Menembak Menikam Memukul Mencuri



Sisare Manggimpi Misu' Ke'de' Tau Muane Baine Ana' Muane Baine Indo' Ambe' Banua Papa Sanga Ma'kada Ulang Ma'pori Mandasi Jarun Manggasu Ma'Temba' Ma'tobok Makambe Maboko



Mamma'-Mamma' Manggimpi Misu' Ke'de Tau Muane Baine Ana' Muanena Bainena Indo' Papa' Banua Ata' Sanga Ma'kada-kada Tulu Ma'pori Ma'dasi Jarun Mangula' Matemba' Ma'kajang Makambei Ma'boko



Motok Mangimpi Misu' Ke'de Tau Muane Baine Anak Muane Baine Indo' Ambe' Banua Papa Sanga Ma'kada Tali Dipori Ma'dasi Jarun Siula' Tembak Ditembak Dikambei Boko 26



Tungara Manggimpi Misu Ke'de' Tau Muane Baine Ana' K Muanena Bainena Indo Ambe Banua Ata' / Papa Sanga' Ma' Kada Pepori Ma'pori Ma'dasi Jarun Muasu / Mangula' Ma'temba' Ma'gajang Ma'Kambe Ma'boko



Tunggara Manggimpi Misu Ke'de' Tau Muane Baine Ana'k Muanena Bainena Indo Ambe Banua Ata/ Papa Sanga Ma'kada Pepori Ma'pori Madasi Jarun Manggula' Matemba Matossok Makambe Ma'boko



27 74 75 76 77 78 79



Membunuh Mati Hidup Menggaruk Memotong Kayu



Papatean Mate Tuo Mengkajok Malongki' Kayu



Papatean Mate Tuo Mengkajok Ma'letoi/ ma'tata Kaju



80



Membela



Ma'pesangka



Matamai



81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97



Tajam Tumpul Bekerja Menanam Memilih Bertumbuh Bengkak Memeras Memegang Menggali Membeli Membuka Mengetuk Melempar Jatuh Anjing Burung



Mataran Tanpabela/Tanpatama Ma'jama Mantanam Dipilei Batoa Kambang Maparra Mentove Mangkali Mangalli Dibukai Ma'tu'-tu' Maleba' Meronno Asu Burung



Matata' Makundu Ma'jama Mantanan Ma'pilei Tuo Kamban Ma'parra' Mentove Mangkali Manggalli Ma'buka' Ma'de'dek Maleba' La'po' Asu Dassi



Dipatei Mate Tuo Dikajok Dile'toi Kaju Dipiak / Dibakkai / pada dialai Mataran Makundu Ma'jama Mantanan Dipili Tuo Kojong Ma'passa Mentove Dikali Manggalli Dibuka Ma'de'dek Maleba Melenten Asu Manuk-Manuk



27



Ma'Patei Mate Tuo Mengkajok ma'Letto Kaju



Ma'Patei Mate Tuo Mengkajok Ma'le'to Kaju



Ma'Piak/ Ma'Bisak



Ma'piak



Mataran Makundu Ma'jama Mantanan Ma'pilei Tuo Kamban Ma'parra' Mentove Mengkali Manggalli Ma'bukka' Ma'de'dek Maleba' Meronno' Asu Manuk-manuk



Mataran Malleng Ma'jama Mantanan Mampile Tuo Kamban Ma'parra Mentove Mangkali Manggalli Ma'buka Makatto Maleba Meronno' Asu Manuk-manuk



28 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122



Ayam Telur Bulu Sayap Terbang Tikus Tongkat Lemak Ekor Ular Cacing Kutu Nyamuk Laba-laba Ikan Busuk Batang Daun Akar Bunga Buah Rumput Tanah Batu Pasir



Manuk Tello Bulu Pani' Tumia' Balavo Tekken Maloppo Ikko Ula' Kalinting Kutu Kasisi Laba-laba Bete Bubau Batang Daun Avoka Bunga Buah Revu Tana Batu Bungin



Manuk Tallo Bulu Pani' Tumia' Balavo Tekken Loppo Ikko' Ula' Alati Kutu Kasisik Lava-lava Bete Bosi / Bubau Batang Daung Avoka Bunga Buah Reu Litak Batu Bungin



Manuk Tallo Bulu Pani' Tumiak Balavo Tekken Loppo Ikko Ula' Kalindoro Kutu Kasisi Lava-lava Bete Bubosi Batang Daun Ovaka Bunga Buah Revuk Tanah Batu Bungin 28



Manuk Tallo Bulu Pani' Tumia' k Balavo Tekken Loppo Ikko' Ula' Alati Kutu Kasisi Lava-lava Bete Bosi Batang Daun Owaka Bunga Buah Revu (Refu) Litak Batu kassi'



Manuk Tallo Bulu Pani' Tumiak Balavo Tekken Loppo Ikko Ula' Alati Kutu Kasisi Lava-lava Bete Bubosi Batang Daun Owaka Bunga Buah Revuk/ Reuk Litak Batu Kassi'



29 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137



Air Mengalir Laut Garam Danau Hutan Langit Bulan Bintang Awan Kabut Hujan Guntur Kilat Angin



Uvai Lolong Tasik Sia Danau Panggala' Langi' Bulan Bintang Gavun Kabut Uran Guntu' Susu Lanju' Angin



138



Meniup



Maburru



139 140 141



Panas Dingin Kering



Malassu Madingin Madengo'



Uvai Lolong Tasik Sia Limbong Pangala' Langi' Bulan Bentoeng Gavun Gavun Uran Guntu' Kila' Angin Ma'burru / Mentuve Malassu Madingin Ma'dengo



142



Basah



Buruk



Buruk



143 144 145



Berat Api Membakar



Mabanda Api Mentuvei



Mabanda Api Ma'sove



Uvai Malammo' Tasik Sia Danau / Limbong Panggala' Langit Bulan Bentoen Gavun Rembon Gavun Uran Guntu' Kilat Barak'



Uwai Lolong Tasik Sia Limbong Panggala' Langi' Bulan Bentoen Gavun Rembon Gavun Uran Guntu' Susu lanju' Anging



Uwai Lolong Tasik Sia Limbong Panggala Langi' Bulan Bentoen Gavun Gavun Uran Guntu' Kila' Angin



Diburru



Mentuve



Ma'burru



Malassu Madingin Madengo' Basah/ Buruk / Bosi Mabantang api Mantunu



Malassu Madingin Marengko



Malassu Madingin Marengko



Buruk



Bosi



Mabanda Api Mantunu



Mabanda Api Mantunu



29



30 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170



Asap Abu Hitam Putih Merah Kuning Hijau Kecil Besar Pendek Panjang Tipis Tebal Sempit Lebar Sakit Malu Tua Baru Baik Jahat Benar Malam Hari Tahun



Asap Abu Malotong Mabusa Mararang Kuning Hijau Barinni' Batoa Kapoddi' Kalando Manippi' Makamban Si'pi' Kaluak Masaki Masiri' Tua Baru Maballo Matampo Tongan Malillin Siang Taun



Rambu Avu Malotong Mabusa Mearah Kuning Maido Baritti/ Barinni Batoa Kapoddi' Kalando Manippi' Ma'kamban Si'pi' Kalua' Masaki Masiri' Matua Ba'ru Maballo Makacca Tongan Bongi Siang Taun



Rambu Avu Malotong Mabusa Mararang Mariri Maido Barinni Batoa Kapoddi Kalando Manippi' Makamban Si'pi' Kalua'k Masaki Masiri Matua Ba'ru Maballo Matampo-tampo Tongan Bongi Allo Taun 30



Rambu Avu Malotong Mabusa Mararang Mariri Maido Barinni' Batoa Kapoddi' Kalando Manippi' Makamban Si'pi' Kaluak Masaki' Masiri' Matua Ba'ru Maballo Kadake Tongan Bongi Allo Taun



Rambu Avu/ awu Malotong Mabusa Mararang Mariri Maido Barinni Batoa Kapoddi' Kalando Manippi' Makamban Si'pi' Kaluak Masaki Masiri Matua Ba'ru Maballo Nakal Tongan Bongi Allo Taun



31 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195



Kapan Sembunyi Naik Di Di dalam Di atas Di bawah Ini Itu Jauh Di mana Saya Kamu Engkau Kita Kami Dia Mereka Apa Siapa Lain Semua Dan, dengan Jika Bagaimana



Piran Membuni Kendek Indete' Laan Avo Diong Inde Indetu'u Membela Umbanangei Aku' Iko Iko Aku Iko Iko Dia Apa Minna Sanga' Iyyangasang Sola iko Jika Umbanakua



Piran Membuni Langgan Dio Lalan Avo Diong Inde Dio Mambela Dia Aku Aku Dia Ngasan Kita Iya Ngasan Ma'pa' Minna Senga' Ngasan Sola Iyya Ma'pai



Piran Membuni Kendek Di Illaan Avo Diong Inde Yato'o Mambela Umbanangei aku Iko Iko Kita / Ngasan Aku iya Indemai / Ngasan apa Minna Senga' Ngasan Sola Iyya Matumba 31



Piran Membuni Kendek Te'e Illaan Awo Diong Inde Iya tu'u Mambela Umbanangei Aku Iko Kamu Kita Kita Iyya Iyya tu mati Apa Minna Senga' Ngasan Sola Iyyake Matumba



Piran Membuni Kendek Tu'u / Di Illaan Awo Diong Inde Tuu Mambela Umbanangai Aku Kita / Iko Kita / Iko Kita Kami Iya Ngasan Apa Minna Senga' Ngasan Sola Iyyake Umbanakua



32 196 197 198 199 200



Tidak Hitung Satu Dua Tiga



Tae' Marekeng Mesa' Dua Tiga



Da'a Bilang Mesa Da'Dua Tallu



Tae Direkeng Mesa Dua Tallu



32



Tae Rekeng / Bilang Mesa Da'dua Tallu



Tae Bilang Mesa Da'dua Tallu



33



Data perolehan 200 kosa kata Swades ke dalam bahasa daerah yang telah ditranskripsi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47



Kosa kata swades (glos) tangan kiri kanan kaki berjalan jalan datang belok berenang kotor debu kulit punggung perut tulang usus hati susu bahu tahu berfikir takut darah kepala leher rambut hidung bernafas mencium mulut gigi lidah tertawa menangis muntah meludah makan Mengunyah memasak minum menggigit Mengisap Telinga Mendengar Mata Melihat Menguap



33



Bahasa daerah [lima] [kiri] [Kanan] [latté] [lumiŋka] [lumiŋka] / [lalan] [ratu] / [rampo] [lumə?go] / [belO] [mɔroŋ] [burərə] [avu] [kulI] [bɔkO] / [kaləmpeŋ] [tambu?] [bukU] [tambu?] [ate] [susu] [kaləmpəŋ] [Issan] [ma?pékirI] [matakU] [rara] [ulu] [kollOŋ] [bélua?] [IllOŋ] [menava] [maŋŋuduŋ] / [mapebau] [pudu?] [isi] [lila] [métawa] [tumaŋI] [tillua] [méntiŋkudu] [kumande] [méŋkəma] [ma?nasu] [minU] [ma?kékE] [massurruk] [taliŋa] [ma?péraŋŋi] / [ma?pésaddiŋ] [mata] [méntiro] [melaŋoa?]



34



48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70



tidur berbaring bermimpi duduk berdiri orang laki-laki perempuan anak suami istri ibu bapak rumah atap nama berkata tali mengikat menjahit jarum berburu menembak



71



Menikam



72



Memukul



73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95



mencuri membunuh mati hidup menggaruk memotong kayu Membela Tajam tumpul bekerja Menanam Memilih Bertumbuh Bengkak Memeras Memegang Menggali Membeli Membuka Mengetuk Melempar Jatuh



[mamma?] [tuŋŋara] / [mamma?] [maŋŋimpi] [misU] [ke’de’] [tau] [muane] [baine] [ana?] [muanena] [bainena] [indO] [ambE] [banua] [ata] / [papa] [saŋa] [ma?kada] [ulaŋ] / [tulu]/ [pépori]/ [tali] [ma?pori] [ma?dasi] [jarun] [maŋŋula?] / [muasu]/ [siula?] [ma?temba?] [ma?tobo?]/ [ma?kajaŋ]/ [ma?gajaŋ]/ [matɔssɔ?] [ma?kambe] / [ma?kambei] / [dikambei] / [makambe] [ma?bɔko] [papatean] / [ma?patei] [mate] [tuo] [méŋkajok] [ma?letto] [kaju] [ma?pia?] [mataran] [makundu] [ma’jama] [mantanan] [ma’pilei] [tuo] [kamban] [ma?parra?] [mentove] [maŋkali] [maŋŋalli] [ma?buka] [ma?de’dek] [ma?leba] [mérɔnnO] 34



35



96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145



Anjing Burung Ayam Telur Bulu sayap Terbang tikus tongkat lemak ekor ular cacing kutu nyamuk laba-laba ikan busuk batang daun Akar bunga buah rumput tanah batu pasir air mengalir laut garam danau hutan langit bulan Bintang Awan kabut hujan Guntur kilat angin meniup panas dingin kering basah berat api Membakar



[asu] [manu?-manu?] / [dassI] [manu?] [tallO] [bulu] [panI] [tumia’] [balavo] [tékken] [lɔppo] [IkkO] [ula’] [alati] [kutu] [kasisi] [lava-lava] [bête] [bubau]/ [bosi]/ [bubosi] [bataŋ] [daun] [avoka] / [ovaka] / [owaka] [buŋa] [buah] [revu] / [reu?] / [revu?] [litak] [batu] [buŋin] [uvai / uwai / uawi] [loloŋ] [tasi?] [sia] [limboŋ] [paŋŋala’] [laŋI] [bulan] [bentoen] [gavun] [rembon gavun] [uran] [guntU] [susu lanju] /[kila?] [angin] / [bara?] [ma?burru] / [mentuve] [malassu] [madiŋin] [mareŋko] [buru?] / [bosi] [mabanda] [api] [mantunu] 35



36



146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165



asap abu hitam putih merah kuning hijau kecil besar pendek panjang Tipis tebal Sempit Lebar sakit Malu tua Baru baik



166



Jahat



167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178



Benar Malam Hari Tahun Kapan Sembunyi Naik Di di dalam di atas di bawah Ini



179



Itu



180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193



Jauh di mana Saya Kamu Engkau Kita Kami Dia Mereka Apa Siapa Lain Semua dan, dengan



[rambu] [avu] [malotoŋ] [mabusa] [mararaŋ] [mariri] [maido] [barinnI] [batoa] [kapoddI] [kalando] [manippI] [makamban] [sIpI] [kalua?] [masaki] [masiri] [matua] [ba?ru] [maballo] [matampo] / [makacca?] / [matampotampo] / [kadake] [toŋan] [boŋgi] [allo] [taun] [piran] [membuni] [kéndé?] [di] / [dio] / [te’e] / [tu’u] [Illaan] [avo] [dioŋ] [Inde] [indetu?u] / [dio] / [yato?o] / [iatu?u] / [tu] [mambéla] [umbanaŋei] [akU] [iko] [iko] / [dia] / [kamu] / [kita] [aku] / [ŋasan] / [kita] [iko] / [kita] [iko] / [ia] / [Ia] [dia] / [ŋasan] / [indemai] [apa] [minna] [seŋa] [ŋasan] [sola] 36



37



194 195 196 197 198 199 200



Jika Bagaimana Tidak Hitung Satu Dua Tiga



[Iake] [umbanakua] / [ma’pai] / [matumba] [tae] [rekeŋ] / [bilaŋ] [mesa] [da?dua] [tallu]



37



38



No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48



Data pola persukuan bahasa Tae dialek Rongkong Bahasa daerah Pola Persukuan [lima] K.V [kiri] V.K [Kanan] K.K [latté] K.KV [lumiŋka] KV.K. [lumiŋka] / [lalan] KV.K / K.KV [ratu] / [rampo] K.V / K.KV [lumə?go] / [belO] KV.K / K.V [mɔroŋ] KVK [burərə] KV.KV [avu] V [kulI] K.V [bɔkO] / [kaləmpeŋ] K.V. / K.KV.K [tambu?] K.VK [bukU] K.V. [tambu?] K.VK [ate] V. [susu] K.V [kaləmpəŋ] K.KV.K [Issan] VK.K [ma?pékirI] K.K.KV [matakU] K.KV [rara] K.V [ulu] V.K [kollOŋ] K.KVK [bélua?] K.KVK [IllOŋ] VK.KVK [menava] KV.V [maŋŋuduŋ] / [mapebau] KK.V.KK / KV [pudu?] K.VK [isi] V [lila] K.V [métawa] V.K.V [tumaŋI] K.KV [tillua] K.KV [méntiŋkudu] KVK.KK [kumande] .KV.KV [méŋkəma] KVK.KV.KV [ma?nasu] KK.KV [minU] K.V [ma?kékE] K.V [massurru?] K.KV.K [taliŋa] K.VK [ma?péraŋŋi] / [ma?pésa?ddiŋ] KK.K.K.V / K.K.K [mata] K.V [méntiro] KV.KV [melaŋoa?] K.V.K [mamma?] K.K 38



39



49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96



[tuŋŋara] / [mamma?-mamma?] [maŋŋimpi] [misU] [ke?de?] [tau] [muane] [baine] [ana?] [muanena] [bainena] [indO] [ambE] [banua] [ata?] / [papa] [saŋa] [ma?kada] [ulaŋ] / [tulu]/ [pépori]/ [tali] [ma?pori] [ma?dasi] [jarun] [maŋŋula?] / [muasu]/ [siula?] [ma?temba?] [ma?tobo?]/ [ma?kajaŋ]/ [ma?gajaŋ]/ [matɔssɔ?] [ma?kambe] / [ma?kambei] / [dikambei] / [makambe] [ma?bɔko] [papatean] / [ma?patei] [mate] [tuo] [méŋkajo?] [ma?letto] [kaju] [ma?pia?] [mataran] [makundu] [ma’jama] [mantanan] [ma’pilei] [tuo] [kamban] [ma?parra?] [mentove] [maŋkali] [maŋŋalli] [ma?buka] [ma?de?de?] [ma?leba?] [mérɔnnO] [asu] 39



K.K - K.K K.V.V K.V VK.K V KV.V K.V V.K KV.V KV. V.V V.V K.V V.K / K.V KV K.K V.K / K.V / KV / K.V K.V K.K.V K.KV.K KK..VK / K.K K.K.K K.V.K.K / KK.K / KK.K / KK.KK KK.K.KV / KK.K.KV / K.K.KV / K.K.KV KK.V K.K.VK K.V .V KK.K.KK KK.KV K.V KK.V.K K.K.K K.K.V KK.K K.K.K KK.K.V V K.KK KK.K.KK KK.V KK.K.V KK.KK.V KK.KV KK.K.K KK.K K.KV V.



40



97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146



[manu?-manu?] / [dassI] [manu?] [tallO] [bulu] [panI] [tumia?] [balavo] [tékken] [lɔppo] [IkkO] [ula’] [alati] [kutu] [kasisi] [lava-lava] [bête] [bubau]/ [bosi]/ [bubosi] [bataŋ] [daun] [avoka] / [ovaka] / [owaka] [buŋa] [buah] [revu] / [reu?] / [revu?] [litak] [batu] [buŋin] [uvai / uwai / uawi] [loloŋ] [tasi?] [sia] [limboŋ] [paŋŋala?] [laŋI] [bulan] [bentoen] [gavun] [rembon gavun] [uran] [guntU] [susu lanju] /[kila?] [angin] / [bara?] [ma?burru] / [mentuve] [malassu] [madiŋin] [mareŋko] [buru?] / [bosi] [mabanda] [api] [mantunu] [rambu] 40



K.KK – K.KK / KK.V K.KK KK.V K.V K.V K.V.K K.K KK.K K.KV V.K V.K V.KV K.V K.K.V K.V-K.V K.K K.KV / K.V / K.K.V K.K.K K.K V.K / V.K.K / V.K.K K.K.V K.V K.V / K.K / K.K.K K.K.K KV K.KV V / V.V / V.V K.K K.VK V K.K.K K.K.K K.V K.K.K K.KVK K.K K.K.VK K.K V.K K.KV K.V K.KV/ K.KK V.VK KK.KV / K.KKV KV.KVK.KV KV.KK K.K.KV K.K.K / K.V K.K.KV V KK.K.V K.K



41



147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194



[avu] [malotoŋ] [mabusa] [mararaŋ] [mariri] [maido] [barinnI] [batoa] [kapoddI] [kalando] [manippI] [makamban] [sIpI] [kalua?] [masaki] [masiri] [matua] [ba?ru] [maballo] [matampo] / [makacca?] / [matampotampo] / [kadake] [toŋan] [boŋi] [allo] [taun] [piran] [membuni] [kéndé?] [di] / [dio] / [te’e] / [tu’u] [Illaan] [avo] [dioŋ] [Inde] [indetu?u] / [dio] / [yato?o] / [iatu?u] / [tu] [mambéla] [umbanaŋei] [akU] [iko] [iko] / [dia] / [kamu] / [kita] [aku] / [ŋasan] / [kita] [iko] / [kita] [iko] / [ia] / [ia?] [dia] / [ŋasan] / [indemai] [apa] [minna] [seŋa] [ŋasan] [sola] [Ia] 41



V K.KK K.KV K.K.KK K.KV KV.V K.KK.V K.KV K.KV K.KV K.KK.V K.K.K.K KV.V K.K K.V.V K.V.V K.KV K.K.V K.KK.V K.K.KV / K.KK.KK / K.K.KV – K.KV / K.K.KV K.K.K K.V VK.V K.K K.K.K K.K.V K.K.K K. / V / V.KK V K.VK V.K V.K.K.V / K.V / K.K.V / V.K.V / KV KK.K.V V.KV V V V / K.V / K.V / K.V V / V.K.KV / K.V V / K.V V. / V / VK V / K.KK / V.K.KV V KK.V K.KV KV.K K.V V



42



195 196 197 198 199 200



[umbanakua] / [ma’pai] / [matumba] [tae] [rekeŋ] / [bilaŋ] [mesa] [da?dua] [tallu]



42



V. K.V K.K.K / K.K.K V.KV KK.KV KVK.KV



43



Dokumentasi Penelitian



43



44



44



45



45



46



46