SOP Gadar Trauma 19.20 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Modul Praktikum Keperawatan Kegawatdaruratan Trauma



Tim Keperawatan Gawat Darurat



MODUL PRAKTIKUM



POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN 2020



KUMPULAN SOP GADAR TRAUMA TIM GADAR TRAUMA POLTEKKES RS dr SOEPRAOEN (2020) I. Manajemen Tension Pneumothorak Persiapan Alat : - Stetoskop - Tensimeter - Jarum infus ukuran 18 G - Kapas alkohol - Plester - Sarung tangan - Non Rebreathing Mask & Oksigen



Tahapan : 1. Pertahankan jalan nafas terbuka. 2. Berikan oksigen aliran tinggi. 3. Dekompresi bagian dada yang terkena, jika diindikasikan. Indikasi untuk melakukan dekompresi darurat adalah adanya tension pneumotoraks dengan dekompensasi yang dibuktikan oleh lebih dari satu hal berikut: a. Gangguan pernapasan dan sianosis b. Nadi radialis tidak teraba (tanda shock) c. Menurunnya tingkat kesadaran 4. Tahapan Needle Dekompresi Anterior 1) Kaji pasien untuk memastikan kondisinya karena tension pneumotoraks. Tanda-tanda tension pneumotoraks tersebut yaitu : a. Tingkat kesadaran menurun (LOC) b. Buka jalan nafas c. Respirasi dangkal yang cepat; gangguan pernapasan d. Denyut nadi lemah; mungkin tidak teraba nadi radialis e. Kulit dingin, lembap, diaphoretic; pucat atau sianotik f. Distensi vena jugularis (mungkin tidak berhubungan jika terdapat pendarahan parah) g. Kemungkinan deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena h. Suara nafas tak ada atau menurun di sisi yang terkena i. Tympany (hiperresonansi) / hipersonor untuk perkusi pada sisi yang terkena



2) 3) 4) 5) 6)



Berikan pasien aliran oksigen dan bantuan ventilasi yang tinggi. Tentukan indikasi adanya dekompresi darurat. Gunakan sarung tangan Bersihkan area insersi dengan kapas alkohol Lihat sisi yang terkena tension pneumotoraks, mengidentifikasi ruang interkostal kedua atau ketiga di dada anterior garis midclavicular di sisi yang yang terkena pneumotoraks. Area insersi harus sedikit lateral ke garis midclavicular (garis puting susu) jantung atau pembuluh darah mediastinum.



7) Cepat siapkan area dengan antiseptik. 8) Lepaskan penutup jarum infus besar 14-18 G atau kateter sepanjang 6 sampai 9 cm, masukkan jarum ke ruang interkostal pada sudut 90 derajat di superior tulang rusuk ketiga untuk menghindari bundel neurovaskular. Berhati-hatilah jangan sampai memiringkan jarum ke arah mediastinum. Saat jarum memasuki ruang pleura, akan ada "pop." Jika terjadi tension pneumotoraks, akan ada suara udara saat pneumotoraks didekompresi. Lepaskan jarum dan biarkan kateter terpasang. Fiksasi kateter dengan plester.



5. Load and go 6. Segera bawa ke rumah sakit yang tepat. 7. Berikan laporan medis lebih awal di tempat rujukan. Jika Anda tidak diberi wewenang untuk dekompresi dada, pasien harus segera diangkut dengan cepat ke Rumah sakit. Dekompresi jarum adalah tindakan sementara, tapi menyelamatkan nyawa.



II. Management Flail Chest Persiapan Alat : - Elastis bandage/ plester panjang - Long spine board - Sarung tangan - Non Rebreathing Mask & Oksigen



Tahapan : 1. Pastikan saluran napas terbuka. 2. Jaga ventilasi. 3. Berikan oksigen aliran tinggi. 4. Awalnya, stabilkan segmen flail chest dengan tekanan manual, kemudian stabilkan dengan bebat besar pada dinding dada. Atau bisa menggunakan elastis bandage kurang lebih melewati 2 cm diatas dan dibawah area flail chest. 5. Letakkan pasien pada longspine board. Pertahankan tekanan manual pada flail chest pada saat melakukan log roll. 6. Load and go 7. Transportasi cepat ke tempat rujukan yang sesuai. 8. Berikan laporan medis lebih awal pada tempat tujukan. 9. Pertimbangkan intubasi lebih awal untuk memberi kecukupan ventilasi. Ventilator mobile menu CPAP bisa digunakan jika tersedia. 10. Berikan bantuan nyeri yang cukup, hindari depresi pernapasan. 11. Jika ada shock atasi, namun cegah kelebihan cairan yang bisa memperburuk hipoksemia. Ingat bahwa intubasi dan ventilasi tekanan positif adalah cara terbaik untuk menstabilkan flail chest, tapi ini mungkin sangat sulit di lapangan jika pasien masih memiliki refleks muntah. Intubasi dengan bantuan obat berguna jika tersedia. Juga perlu diingat bahwa pneumotoraks umumnya terkait dengan flail chest. Waspadai perkembangan tension pneumotoraks.



III. Managemen Open Pneumothorak Persiapan Alat : - Plastik persegi empat kedap udara, lebar sekitar 5 cm dari tepi luka - Plester panjang - Gunting - Sarung tangan - Non Rebreathing Mask & Oksigen



Tahapan : 1. Pastikan saluran napas terbuka. 2. Berikan oksigen aliran tinggi. Bantu ventilasi seperlunya.



3. Gunakan sarung tangan. Tempatkan segel dada produk komersial. Kita bisa membuat segel dada dari plastik, pada tiga sisi ditempelkan dengan plester dan sebagian sisi ke empat dibiarkan terbuka untuk bertindak sebagai flutter-type valve). 4. Jangan menempelkan seluruh bagian keempat sisinya karena ini bisa mengubah pneumotorak terbuka menjadi tension pneumotoraks. 5. Load and go. 6. Pantau TTV untuk perbandingan sesudah tindakan. 7. Pantau saturasi oksigen dengan oksimeter dan CO2 ekspirasi dengan capnograf (jika tersedia). 8. Transportasi cepat ke rumah sakit yang sesuai. 9. Beri laporan medis lebih awal ke tempat rujukan.



IV. Managemen Masif Hemothorak Persiapan Alat : - Infus Set & Cairan NS - Sarung tangan - Non Rebreathing Mask & Oksigen - Tensimeter dan stetoskop



Tahapan : 1. Amankan jalan napas terbuka. 2. Berikan oksigen dengan aliran tinggi. 3. Load and go. 4. Berikan laporan medis lebih awal di tempat rujukan.



5. Atasi jika pasien shock. Berikan volume cairan IV dengan hati-hati dalam perjalanan. Cobalah untuk menjaga tekanan darah yang cukup untuk mempertahankan denyut perifer (sistolik 80-90 mmHg). Meski masalah besar pada hemothorak masif biasanya syok hemoragik, meninggikan tekanan darah dapat meningkatkan pendarahan di dada. 6. Amati resiko kemungkinan pengembangan tension hemopneumotorak, yang memerlukan dekompresi dada akut.



V. Managemen Tamponade Jantung Persiapan Alat : - Infus Set & Cairan NS - Sarung tangan- Non Rebreathing Mask & Oksigen - Mesin EKG



Tahapan 1. Pastikan saluran napas terbuka. 2. Berikan oksigen aliran tinggi. 3. Load and go. 4. Transportasi cepat ke rumah sakit yang sesuai. 5. Berikan laporan medis lebih awal ke tempat rujukan. 6. Pantau jantung lebih awal, terutama dengan nyeri dada atau denyut nadi yang tidak teratur. 7. Jika tersedia, lakukan EKG 12-lead 8. Atasi shock. Infus larutan elektrolit dapat meningkatkan pengisian jantung dan meningkatkan curah jantung. Namun, karena mungkin ada perdarahan dalam rongga thorak berikan cukup cairan untuk menjaga denyut nadi (sistolik 80-90 mmHg). 9. Atasi arytmia jika muncul. 10. Perhatikan komplikasi lainnya, termasuk hemothorak dan pneumotorak.



VI. Water Rescue Persiapan Alat : - Baju atau alat pelampung bagi penolong dan korban - Tali panjang - Long back board - Pocket mask - Non Rebreathing Mask & Oksigen - Cervikal colar



Tahapan 1. Pantau apakah korban di air masih sadar atau tidak 2. Jika korban sadar, lemparkan pelampung yang terikat tali pada korban. Perintahkan korban memegang atau memakai pelampung, lalu tarik ke tempat penolong. 3. Jika korban tidak sadar, penolong harus menggunakan baju pelampung, lalu menuju ke arah korban 4. jika korban tertelungkup, penolong ke 1 dari atas kepala korban memegang punggung dan dada. 5. Putar searah jarum jam tubuh korban dengan memegang punggung dan dada 6. Jika korban tidak bernafas, berikan bantuan nafas aktif mouth to mouth atau mouth to mask 7. Jika korban bernafas, penolong ke 2 dan ke 3 meletakkan long backboard ke bawah korban secara tegak lurus, lalu putar sampai kepala dan kaki korban berada diatas LBB. 8. Pasang servical colar untuk imobilisasi leher 9. Pasang tali pengaman pada long backboard 10. Bawa ke tempat aman 11. Pasang oksigen NRBM



VII. Ekstrikasi Korban Kecelakaan Mobil dengan Kendrick Persiapan Alat : - KED - Cervikal colar - Long backboard



Tahapan 1. Siapkan Kendrick Extrication Device (KED). 2. Setelah cervikal colar telah dipasang, masukkan KED ke belakang pasien tepat di tengah. 3. Sejajarkan alat dengan benar. Lalu bungkus rompi di tubuh pasien. 4. Bila alat terpasang dengan benar melewati ketiak korban, kencangkan tali pengikat dada. 5. Bawalah masing-masing tali kaki di sekitar ipsilateral (juga pada sisi yang sama). Kencangkan dengan pas. 6. Amankan kepala pasien dengan tali pengikat. Pasang pad sesuai kebutuhan untuk mempertahankan posisi netral. 7. Ikat tali kedua tangan 8. Balikkan pasien dan alat sebagai satu unit kemudian turunkan pasien ke long backboard. Kendurkan tali pengikat dan biarkan kaki melebar. Akhirnya amankan pasien dan transportasi.



1.



2



3.



4.



5.



6.



7.



8.



VIII. Prosedur Ekstrikasi Cepat Persiapan Alat : - Cervikal colar - Long backboard



Tahapan 1. Stabilkan leher dan lakukan penilaian awal. Gunakan servical colar. 2. Penolong kedua berdiri di samping pintu kendaraan yang terbuka dan mengambil alih kendali tulang leher. Geser long backboard ke tempat duduk dan sedikit di bawah pasien. Hati-hati menopang leher, tubuh, dan tungkai korban, lalu tim penolong memutar pasien. 3. Stabilkan troley dorong di bawah back board. Mulailah menurunkan pasien ke back board. 4. Kaki diangkat, dan bagian belakang diturunkan ke long backboard. Dengan hati-hati geser pasien ke long backboard. Pasien segera pindah ke ambulan. Amankan pasien segera bawa ke RS.



1.



2.



3.



4.



IX. Evakuasi Korban dengan Long Backboard dan Prosedure Log-Roll Persiapan Alat : - Cervikal colar - Long backboard



Tahapan 1. Tetapkan dan pertahankan stabilisasi segaris. Gunakan cervical colar rigid. 2. Long backboard diposisikan disamping pasien. Penolong 1 mempertahankan leher stabil pada posisi netral. 3. Tim penolong 2, 3, dan 4 berada di sisi pasien dan di seberang papan, menyediakan jarak untuk menggulung pasien ke arah penolong. 4. Penolong di kepala mengarahkan penolong yang lain untuk menggulung pasien sebagai satu unit ke sisinya. 5. Kaji sisi posterior pasien. Penolong di bagian pinggang mencapai ke atas, memegang long backboard, dan menariknya ke posisi pasien. Hal ini juga bisa dilakukan oleh penolong kelima. Penolong di kepala menginstruksikan penolong untuk menggulung pasien ke long backboard. 6. Amankan tubuh pasien ke papan dengan tali pengikat. Gunakan ikatan longgar pada pergelangan tangan. 7. Gunakan cervikal colar dan immobilizer kepala, kencangkan kepala pasien ke long backboard. 8. Transfer pasien dan long backboard sebagai satu unit. Amankan pasien ke atas troley ambulan. 1.



3.



2.



4.



5.



6.



7.



8.



X. Ekstrikasi Korban Kecelakaan Motor : Melepas Helm Persiapan Alat : - Cervikal colar



Tahapan 1. Penolong pertama dari posisi atas korban meletakkan tangan di setiap sisi helm dengan jari pada mandibula pasien. Penolong kedua melepas tali helm sambil stabilisasi helm dipertahankan. 2. Penolong kedua menempatkan satu tangan pada sudut mandibula dan satu tangan yang lain menahan leher serta kepala korban bagian oksipital. 3. Penolong di bagian atas melepas helm perlahan, sementara penolong kedua bisa menyesuaikan posisi tangannya di bawah daerah oksipital. 4. Dua hal yang harus diingat: (a) Helm berbentuk telur maka harus diperluas secara lateral untuk membebaskan kepala. (b) Jika helm melingkupi cakupan wajah penuh, maka kacamata harus dilepas terlebih dahulu. 5. Selama proses pembebasan, penolong kedua mempertahankan stabilisasi segaris dari bawah dan mencegah kepala miring. 6. Setelah helm diangkat, penolong di bagian atas menggantikan tangannya di kedua sisi kepala pasien dengan telapak tangannya di atas telinga, mengambil alih stabilisasi. 7. Stabilisasi dipertahankan dari atas sampai ekstrikasi selesai. Pasang cervical colar karena curiga cidera leher. 1.



2.



3.



4.



5.



6.



XI. Manajemen Shock Karena Perdarahan Yang Terkontrol



Persiapan Alat : - NRBM dan oksigen - Set infus dengan jarum infus 16, 18. Cairan infus NS - Sarung tangan - Alat TTV, oksimetri, capnograf, ECG monitor - Needle 18 untuk intraoseus



Tahapan 1. 2. 3. 4. 5.



6.



7. 8. 9.



Letakkan pasien pada posisi horisontal, jika dimungkinkan kaki lebih tinggi dari tubuh Berikan aliran tinggi oksigen, sebaiknya menggunakan NRBM Transport segera dengan aman (menggunakan ambulan) Pasang jalur infus dengan IV cath yang besar (16,18). Pertimbangkan pemasangan melalui IO (intraoseus) jika pasien kritis dan vaskular kolaps/ kempes karena shock Berikan cairan NS secara cepat 20 ml/KgBB kemudian kaji kondisi klinis. Ketika perdarahan terkontrol, jaga tekanan darah ke arah normal. Jika tanda shock masih ada, lanjutkan pemberian cairan. Pada perdarahan yang sangat berat (>40% EBV) jumlah sel darah merah sangat menurun, tanda shock masih ada setelah diberikan infus, maka segera lakukan transfusi darah Pasang ECG monitor dan cek TTV secara berkala Pasang oksimetri untuk menilai SPO2 (normal 95-100%) dan jika ada pasang capnograf untuk menilai EtCO2 (normal 35-45 mmHg) Lanjutkan ongoing exam dan observasi ketat terutama jika ada perdarahan berulang.



XII. Manajemen Shock Pada Perdarahan Yang Tidak Terkontrol



Persiapan Alat : - NRBM dan oksigen - Set infus dengan jarum infus 16, 18. Cairan infus NS - Sarung tangan - Kasa, plester, torniquet - Obat hemostasis agent dan spuit 3-10 cc. - Alat TTV, oksimetri, capnograf, ECG monitor - Needle 18 untuk intraoseus



Tahapan : 1. 2. 3. 4.



Lakukan bebat tekan pada luka perdarahan Letakkan pasien pada posisi horisontal, jika dimungkinkan kaki lebih tinggi dari tubuh Jangan ragu menggunakan torniquet untuk perdarahan ekstrimitas yang sulit berhenti Jika anda tidak bisa menghentikan perdarahan menggunakan bebat tekan dan pada area yang tidak bisa menggunakan torniquet, maka gunakan hemostatik agent (contoh : asam traneksamat → (R) transamin, kalnex). Hemostatik agent merupakan satu bagian dari protokol menghentikan perdarahan. 5. Berikan aliran tinggi oksigen dengan NRBM 6. Transport segera dengan aman (menggunakan ambulan) 7. Pasang jalur infus dengan IV cath yang besar (16,18). Pertimbangkan pemasangan melalui IO (intraoseus) jika pasien kritis dan vaskular kolaps/ kempes karena shock 8. Berikan cairan infus NS untuk menjaga tekanan darah normal agar memberikan perfusi perifer adekuat 9. Tekanan darah sistolik yang tinggi perlu dijaga pada pasien dengan cidera kepala sebagai keseimbangan pada peningkatan TIK 10. Pada perdarahan berat tranfusi darah awal penting untuk mengganti kehilangan sel darah dalam jumlah banyak 11. Pasang ECG monitor dan cek TTV secara berkala 12. Pasang oksimetri untuk menilai SPO2 (normal 95-100%) dan jika ada pasang capnograf untuk menilai EtCO2 (normal 35-45 mmHg) 13. Lanjutkan ongoing exam dan observasi ketat terutama jika ada perdarahan berulang.



XIII. Pembidaian



Persiapan Alat : - Bidai sesuai ukuran - Kasa dan plester - Tali atau kain mitela segitiga - Sarung tangan



Tahapan 1. Penolong memeriksa secara cermat bagian cidera, pakaian yang menutupi cidera dibuka sebaiknya menggunakan gunting untuk mempertahankan imobilisasi. 2. Cek PMS (pulse, motorik, sensorik) pada bagian distal cidera sebelum dipasang bidai. 3. Jika terdapat tahanan pada eksrimitas, bidai tetap pada posisi ditemukan. Penolong harus jujur jika ada tahanan yang dirasakan. Dibutuhkan sedikit kekuatan untuk merobek vaskular atau menurunkan aliran darah ke serabut saraf. 4. Luka terbuka ditutup dengan kasa steril, jika ada perdarahan lakukan bebat tekan, selanjutnya dilakukan pembidaian. 5. Panjang bidai melewati satu sendi diatas dan dibawah area cidera. Sebaiknya sisi bidai bagian dalam lebih empuk dan lembut. 6. Lakukan pembidaian dengan baik. Ikat dengan tali atau mitela pada ujung bidai dan tengah bidai. 7. Beri bantalan pada area yang menonjol karena bidai yang menekan keras dapat menyebabkan rasa sakit atau luka tambahan pada kulit. 8. Jangan mencoba untuk mendorong ujung tulang kembali ke bawah kulit. Tutup ujung tulang dengan perban steril secara lembut lembut. 9. Cek PMS (pulse, motorik, sensorik) pada bagian distal cidera setelah dipasang bidai.



Berikut beberapa bentuk bidai :



XIII. Bandage (balutan)



Persiapan Alat : - Kasa steril - Handscoon - Plester - Mitela segitiga - Elastis bandage



Tahapan 1. Gunakan handscoon 2. Lakukan tekan luka perdarahan dengan kasa tebal sekitar 3 menit, lalu plester yang kuat 3. Pasang balutan yang diperlukan untuk fiksasi bebat tekan pada luka 4. Jika menggunakan mitela segitiga. Lipat sudut tengah mitela ke tengah, lalu lipat lagi 3x sampai membentuk pita 5. Pasang tengah mitela tepat diatas bebat luka, lalu pasang melingkar dan disimpul dengan erat sesuai anatomi dan kebutuhan balutan. 6. Rapikan dan pastikan balutan mitela terpasang dengan baik, bila perlu fiksasi dengan peniti. 7. Jika menggunakan elastis bandage, fiksasi awal pada ujung elastis bandage dengan lipatan pada ujung, lalu dilanjutkan pembebatan sirkular sesuai anatomi, lalu fiksasi.



XIV. Pengkajian Gadar Trauma



Persiapan Alat : - Tensimeter, stetoskop - Oksimetri, capnograf jika ada - Pen light A. Primary Survey



Scene Survey (Persiapan) : - Siapkan universal precaution yang dibutuhkan (handscoon, helm, pelampung, dll) - Pastikan jumlah korban seimbang dengan jumlah penolong/ ambulan - Pastikan lingkungan korban aman - Siapkan peralatan yang dibutuhkan (peralatan oksigenasi, long backboard, cervikal colar, trauma box, dll) - Tanyakan mekanisme cidera korban (jatuh, kebakaran, kecelakaan mobil atau motor, tabrakan mobil arah depan atau samping, dll)



Initial Assesment - Periksa keadaan umum korban - Periksa kesadaran dengan AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unrespond). - (A) Airway. Periksa bunyi jalan nafas abnormal (snoring, gurgling, stridor). Jika abnormal lakukan head tilt chin lift, finger swab, suction, atau pasang orofaringeal tube. - (B) Breathing. Hitung RR, kedalaman nafas. Jika RR 24x/menit, tanda sesak nafas → beri oksigen sesuai kebutuhan - (C) Circulation. Periksa nadi radialis, jika nadi >100x/menit dan lemah, akral dingin, pucat → tanda shock. Periksa apakah ada perdarahan → stop perdarahan, pasang infus NS loading cepat



Rapid Trauma Survey atau Focus Exam Jika trauma multipel, pada initial assesment ABC tidak stabil → lakukan Rapid Trauma Survey Jika trauma fokus di satu tempat, initial assesment ABC stabil → lakukan fokus exam Pada Rapid Trauma Survey - Lakukan inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi mulai kepala sampai ke lutut dan punggung - Periksa TTV - Periksa pupil (ukuran, reaksi cahaya) - Periksa GCS (EVM) Pada Focus Exam - Periksa fokus cidera lokal Selesai primary survey dapat langsung dilakukan load and go (bawa dengan ambulan) jika pada korban ada penurunan kesadaran, gawat nafas, shock, dan kondisi gawat lainnya. Jika kondisi pasien stabil dilanjutkan secondary survey ditempat kejadian. B. Secondary Survey - Ulangi initial assesment - Monitor irama jantung, saturasi O2, kadar CO2 (kuasai nilai normalnya) - Monitor TTV (kuasai nilai normalnya) - Monitor GCS, pupil, motorik-sensorik pada ekstrimitas - Periksa lengkap head to toe (kepala sampai ujung kaki). Temukan tanda abnormal akibat cidera dengan : inspeksi (DCAPBLS), auskultasi, palpasi (TIK) C. Load and Go (Angkat dan bawa dengan ambulan ke RS)