Sop Tetanus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TETANUS No. Dokumen SOP No. Revisi



: 440/SOP..../PkmCibeuteung/2022 :



Tanggal Terbit : Halaman



2022



:



UPT PUSKESMAS



HIDAYAH ILMIATI .K



CIBEUTEUNG UDIK 1. Pengertian



Tetanus adalah penyakit pada system saraf yang disebabkan oleh tetanus pasmin. Penyakit ini ditandai dengan spasmetonik persisten, disertai serangan yang jelas dan keras. Tetanos pasmin adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.



2. Tujuan



Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan (Puskesmas) dalam penanganan/ penatalaksanaan pertama Tetanus.



3. Kebijakan



Keputusan Kepala Puskesmas Nomor. 440/SK-/PKM.CU/II/2020 tentang Pelayanan Klinis



4. Referensi



KEPMENKES RI NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.



5. Alat dan Bahan



a. Gown / baju APD b. Handscoon c. Masker d. Safety glasses / kacamata pelindung e. Stetoskop f. Senter g. Sarana pemeriksaan neurologis h. Obat antikonvulsan i. Tabung oksigen j. Infus set k. Blangko Resep l. Blangko Lab m. Blanko Rujukan pasien n. RM o. Buku Register BP dan Anak



6. Langkahlangkah



1. Petugas memakai APD Level 2 sebelum melakukan pelayanan 2. Pasien dipersilakan masuk ruangan pemeriksaan 3. Petugas melakukan anamnesis, yang tersusun : Keluhan: Manifestasi klinis tetanus bervariasi dari kekakuan otot setempat, trismus, 1/1



sampai kejang yang hebat. Manifestasi klinis tetanus terdiri atas 4 macam yaitu: 1.



Tetanus lokal. Gejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal luka. Tetanus lokal dapat berkembang menjadi tetanus umum.



2.



Tetanus sefalik. Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi 1-2 hari, yang disebabkan oleh luka pada daerah kepala atau otitis media kronis. Gejalanya berupa trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial. Tetanus sefal jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum dan prognosisnya biasanya jelek.



3.



Tetanus umum/generalisata. Gejala klinis dapat berupa berupa trismus, iritable, kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut (opistotonus), rasa sakit dan kecemasan yang hebat serta kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.



4.



Tetanus neonatorum. Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali pusat, Gejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable, diikuti oleh kekakuan dan spasme.



Faktor Risiko: Tidak ada a.



Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik: Dapat ditemukan: kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang hebat. 1.



Pada tetanus lokal ditemukan kekakuan dan spasme yang menetap.



2.



Pada tetanus sefalik ditemukan trismus, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial.



3.



Pada tetanus umum/generalisata adanya: trismus, kekakuan leher, kekakuan dada dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai, kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.



4.



Pada tetanus neonatorum ditemukan kekakuan dan spasme dan posisi tubuh klasik: trismus, kekakuan pada otot punggung menyebabkan opisthotonus yang berat dengan lordosis lumbal. Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari mengepal, 2/1



ekstremitas



bawah



hiperekstensi



dengan



dorsofleksi



pada



pergelangan dan fleksi jari-jari kaki. Tidak ada pemeriksaan penunjang yang spesifik. b.



Penegakan Diagnostik (Assessment) Diagnosis Klinis: Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi. Penunjang: Derajat penyakit tetanus menurut modifikasi dari klasifikasi Albleet’s: 1.



Grade 1 (ringan) Trismus ringan sampai sedang, spamisitas umum, tidak ada penyulit pernafasan, tidak ada spasme, sedikit atau tidak ada disfagia.



2.



Grade 2 (sedang) Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atau sedang namun singkat, penyulit pernafasan sedang dengan takipneu.



3.



Grade 3 (berat) Trismus berat, spastisitas umum, spasme spontan yang lama dan sering, serangan apneu, disfagia berat, spasme memanjang spontan yang sering dan terjadi refleks, penyulit pernafasan disertai dengan takipneu, takikardi, aktivitas sistem saraf otonom sedang yang terus meningkat.



4.



Grade 4 (sangat berat)



5.



Gejala pada grade 3 ditambah gangguan otonom yang berat, sering kali menyebabkan “autonomic storm”.



Diagnosis Banding: Meningoensefalitis, Poliomielitis, Rabies, Lesi orofaringeal, Tonsilitis berat,



Peritonitis,



Tetani



(timbul



karena



hipokalsemia



dan



hipofasfatemia di mana kadar kalsium dan fosfat dalam serum rendah), keracunan Strychnine, reaksi fenotiazine c.



Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan: 1.



Manajemen luka Pasien tetanus yang diduga menjadi port de entry masuknya kuman tetani harus mendapatkan perawatan luka. Luka dapat menjadiluka yang rentanmengalami tetanus atauluka yang tidakrentan tetanus



2.



Rekomendasi manajemen luka traumatik a.



Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan debridemen.



b.



Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan.



c.



TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10 3/1



tahun jika riwayat imunisasi tidak diketahui, TT dapat diberikan. d.



Jika riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun yang lalu, maka



tetanus



imunoglobulin



(TIg)



harus



diberikan.



Keparahan luka bukan faktor penentu pemberian Tig. 3.



Pengawasan, agar tidak ada hambatan fungsi respirasi.



4.



Ruang Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara, cahaya-ruangan redup dan tindakan terhadap penderita.



5.



Diet cukup kalori dan protein 3500-4500 kalori per hari dengan 100-150 gr protein. Bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan dapat diberikan per sonde atau parenteral.



6.



Oksigen, pernapasan buatan dan trakeostomi bila perlu.



7.



Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan respon klinis. Diazepam atau Vankuronium 6-8 mg/hari. Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan diazepam dosis 0,5 mg/kgBB/kali i.v. perlahan-lahan dengan dosis optimum 10 mg/kali diulang setiap kali kejang. Kemudian diikuti pemberian. Diazepam



per



oral



(sonde



lambung)



dengan



dosis



0,5



mg/kgBB/kali sehari diberikan 6 kali. Dosis maksimal diazepam 240 mg/hari. Bila masih kejang (tetanus yang sangat berat), harus dilanjutkan dengan bantuan ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat ditingkatkan sampai 480 mg/hari dengan bantuan ventilasi mekanik, dengan atau tanpa kurarisasi. Magnesium sulfat dapat pula dipertimbangkan digunakan bila ada gangguan saraf otonom. 8.



Anti Tetanus Serum (ATS) dapat digunakan, tetapi sebelumnya diperlukan skin tes untuk hipersensitif. Dosis biasa 50.000 iu, diberikan IM diikuti dengan 50.000 unit dengan infus IV lambat. Jika pembedahan eksisi luka memungkinkan, sebagian antitoksin dapat disuntikkan di sekitar luka.



9.



Eliminasi bakteri, penisilin adalah drug of choice: berikan prokain penisilin, 1,2 juta unit IM atau IV setiap 6 jam selama 10 hari. Untuk pasien yang alergi penisilin dapat diberikan Tetrasiklin, 500 mg PO atau IV setiap 6 jam selama 10 hari. Pemberian antibiotik di atas dapat mengeradikasi Clostridium tetani tetapi tidak dapat mempengaruhi proses neurologisnya.



10. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika spektrum luas dapat dilakukan. Tetrasiklin, Eritromisin dan Metronidazol dapat diberikan, terutama bila penderita alergi penisilin. Tetrasiklin: 30-50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis. Eritromisin: 50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari. Metronidazol 4/1



loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya 7,5 mg/KgBB tiap 6 jam. 11. Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama, dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan dengan dosis inisial 0,5 ml toksoid intramuskular diberikan 24 jam pertama. 12. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai. 13. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Konseling dan Edukasi: Peran keluarga pada pasien dengan risiko terjadinya tetanus adalah memotivasi untuk dilakukan vaksinasi dan penyuntikan ATS. Rencana Tindak Lanjut : 1.



Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai. Pengulangan dilakukan 8 minggu kemudian dengan dosis yang sama dengan dosis inisial.



2.



Booster dilakukan 6-12 bulan kemudian.



3.



Subsequent booster, diberikan 5 tahun berikutnya.



Laporkan kasus Tetanus ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dengan menggunakan Laporan W1 (Laporan Kejadian Luar Biasa).



5/1



1. Diagram Pasien Masuk : Melakukan Anamnesa



Alir (jika dibutuhkan) Pemeriksaan penunjang (Bila Perlu)



Pemeriksaan Fisik



Menegakkan diagnosa klinis



Melakukan Therapy



Memberikan Edukasi



RUJUK (Bila Perlu)



Mengarahkan pasien untuk mengambil obat ke ruang obat



Selesai



Pendaftaran Rekam medis 2. Unit Terkait Pelayanan Umum Rawat jalan Ruang Tindakan 3. Dokumen terkait 4. Rekaman Histori



No



Yang Diubah



Isi Perubahan



Tanggal Mulai Diberlakukan



Perubahan



6/1



DAFTAR TILIK TETANUS



UPT PUSKESMAS



HIDAYAH ILMIATI .K



CIBEUTEUNG UDIK Unit



:….......…………………………………………………………………



Nama Petugas



:…......………………………………………………………………….



Tanggal Pelaksanaan



:…………………………………………………………………..........



No 1



Langkah Kegiatan



Ya



Tidak



Apakah Petugas memakai APD Level 2 sebelum melakukan pelayanan?



2



Apakah petugas menerima rekam medis dari petugas pendaftaran?



3



Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut?



4



Apakah Petugas mencocokkan identitas pasien dengan Rekam Medis?



5



Jika ada ketidak sesuaian data apakah petugas mengkonfirmasikan dengan sub unit pendaftaran?



6



Apakah Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien?



7



Apakah Petugas melakukan pemeriksaan penunjang (bila perlu)?



8



Apakah Petugas menegakan diagnosis klinis ?



9



Apakah Petugas melakukan therapy ?



10



Apakah Petugas memberikan edukasi ?



11



Apakah Petugas merujuk (bila perlu) ?



12



Apakah Petugas mengarahkan pasien untuk mengambil obat ke ruang obat? Jumlah



Compliance rate (CR) : ……………..% ………………………………..,………….. Pelaksana / auditor



………………………………………. NIP: ………………..........................



1/1