Surveilans Ligkungan Dan K3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah



: Surveilans Kesehatan Masyarakat



Dosen



: Rini Angraeny, S.KM, M.KES



PROGRAM SISTEM SURVEILANS LINGKUNGAN DAN K3



DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 4



MUTMAINNAH



217240062



MARDIN R



217240024



ASA NURZALSABILA



217240033



FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE 2019



KATA PENGANTAR Segala Puji kita panjatkan kepada Allah SWT karena limpahan rahmat serta anugerah darinya sehingga kami mampu untuk merampungkan makalah dengan



judul



“SURVEILANS



KESEHATAN



LINGKUNGAN



DAN



KESEHATAN KERJA” ini. Sholawat dan salam selalu kita ucapkan dan curahkan untuk junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW yang sudah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, sebuah petunjuk paling benar yakni syariah agama islam yang sempurna dan satu satunya karunia paling besar kepada seluruh alam semesta. Penulis benar benar berterima kasih sebab mampu menyelesaikan makalah yang termasuk dari tugas surveilans kesehtan masyarakat. kami berharap agar ini makalah ini bisa berguna kepada setiap pembaca.



Parepare, 18 Desember 2019



Penulis,



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I.......................................................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................................................1 A. Latar Belakang..............................................................................................1 B. Rumusan Masalah.........................................................................................2 C. Tujuan...........................................................................................................2 BAB II......................................................................................................................3 PEMBAHASAN......................................................................................................3 A. Definisi Surveilans Kesehatan Lingkungan..................................................3 B. Definisi Surveilans Kesehatan Kerja............................................................3 C. Definisi Surveilans Kesehatan Lingkungan Dan K3....................................3 D. Tujuan Surveilans Kesehatan Lingkungan Dan K3......................................4 E. Macam-Macam Bahaya Fisik ditempat Kerja dan Dampaknya bagi Kesehatan.............................................................................................................4 F.



Metode Surveilans Kesehatan Kerja.............................................................9



G. Monitoring Dan Evaluasi Program Surveilans Kesehatan Lingkungan Dan K3...............................................................................................................13 H. Indicator Kinerja Surveilans Kesehatan Lingkungan dan K3.....................13 BAB III..................................................................................................................15 PENUTUP..............................................................................................................15 A. Kesimpulan.................................................................................................15 B. Saran............................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16



ii



iii



BAB I PENDAHULUAN A.  Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi semua orang karena bekerja adalah bagian kehidupan dan orang memerlukan pekerjaan sebagai sumber penghasilan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, sejak lama diketahui bahwa bekerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan



atau



penyakit,



dan



sebaliknya



kesehatan



dapat



mengganggu pekerjaan (Sulaksomono, 2016). Pekerjaan yang layak yang bersifat manusiawi yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kesehatan Kerja yang merupakan bagian dari Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (K3). K3 (Occupational Safety and Health) (OSH) yang bertujuan agar pekerja selamat, sehat, produktif dan sejahtera (Sulaksomono, 2016). Dengan demikian, produksi dapat berjalan dan berkembang lancar berkesinambungan (sustainable development) tidak terganggu oleh kejadian kecelakaan maupun pekerja yang sakit atau tidak sehat sehingga menjadi tidak produktif. Kesehatan Kerja itu sendiri bertujuan untuk mengenal (rekognisi) hazard kesehatan di tempat kerja, menilai risiko hazard dan melakukan intervensi terhadap risiko, agar menghilangkan atau meminimasi risiko kejadian penyakit. Untuk mengenal bahaya yang ada di lingkungan tempat kerja, maka dilakukan surveilans kesehatan kerja. Surveilans kesehatan dapat dilakukan baik terhadap penyakit umum maupun penyakit yang diakibatkan oleh kerja, baik terhadap penyakit menular maupun terhadap penyakit tidak menular. Surveilans kesehatan kerja dapat dipahami sebagai suatu strategi dan metode untuk mendeteksi dan menilai secara sistematik efek merugikan dari kerja terhadap kesehatan pekerja. Surveilans



kesehatan



kerja



tidak



dapat



dipisahkan



dari



usaha



identifikasi faktor bahaya di lingkungan kerja. Pengukuran secara kuantitatif terhadap keberadaan bahan berbahaya di lingkungan kerja oleh industrial hygienist merupakan masukan yang sangat berharga bagi dokter kesehatan kerja untuk merancang program pencegahan. Selain menghasilkan data masukkan tentang keberadaan bahan berbahaya di tempat kerja, hasil lain dari survey 1



industrial hygienist berdasarkan data pajanan tadi adalah terjadi seleksi pekerja yang membutuhkan



surveilans



kesehatan.



Surveilans



kesehatan



sendiri



merupakan pemecahan permasalahan yang mendasar, yang banyak digunakan dalam bidang kesehatan (Sulaksomono, 2016). B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu : 1. Definisi Surveilans kesehatan lingkungan dan K3 2. Tujuan Surveilans Kesehatan lingkungan dan K3 3. Macam-macam bahaya fisik ditempat kerja dan dampaknya 4. Metode surveilans kesehatan kerja 5. Monitoring Dan Evaluasi Program Surveilans Kesehatan Lingkungan Dan K3 6. Indicator Kinerja Surveilans Kesehatan Lingkungan dan K3 C. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu : 1. Untuk mengetahui Definisi Surveilans kesehatan lingkungan dan k3 2. Untuk Mengetahui Tujuan Surveilans K3 3. Untuk Mengetahui macan-macam bahaya fisik ditempat kerja dan dampaknya 4. Untuk mengetahui metode surveilans kesehatan kerja 5. Untuk Mengetahui Monitoring Dan Evaluasi Program Surveilans Kesehatan Lingkungan Dan K3 6. Untuk Mengetahui Indikator Kinerja Surveilans Kesehatan Lingkungan dan K3



2



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Surveilans Kesehatan Lingkungan Surveilans kesehatan lingkungan merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan (Auger, 2013). B. Definisi Surveilans Kesehatan Kerja Surveilans Kesehatan Kerja adalah usaha pengumpulan data secara sistematis dan berkelanjutan, melakukan analisisatas data tersebut serta melakukan interpretasidengan tujuan untuk perbaikan dari segi kesehatan dan keselamatan kerja (NIOSH = national institut occupatinal safety and health) (Sulaksomono, 2018). Surveilans Kesehatan Kerja merupakan : 1. Strategi metode untuk mendeteksi/menilai secara sistematik efek merugikan dari pekerjaan terhadap kesehatan pekerja secara dini 2. Perlu identifikasi faktor bahaya di lingkungan kerja Kualitatif maupun kuantitatif 3. Tetapkan populasi terpajan (population at risk) C. Definisi Surveilans Kesehatan Lingkungan Dan K3 Surveilans Kesehatan masyarakat merupakan pengumpulan analisia dan analisis data secara terus menerus dan sistematis dan kemudian di seminasikan atau disebarluaskan kepada pihak yang bertanggung jawab dalam pencegahan penyakit dan masalah ksehatan lainnya (Auger, 2013). 1. Surveilans lingkungan kerja, meliputi : a. Pemantauan dan pengukuran faktor resiko yang ada di tempat kerja setiap kurun waktu tertentu b. Mengadakan upaya perbaikan apabila terdapat faktor resiko melebihi NAB yang telah ditetapkan c. Memantau dan mengontrol sanitasi atau housekeeping lingkungan kerja d. Memantau dan mengevaluasi cara keja pekerja dilihat dari faktor ergonomic



3



e. Memilih, menetapkan APD (Alat Pelindung Diri) serta memberi penyuluhan cara pemakaian yang benar dan mengevaluasi manfaat dari APD tersebut. D. Tujuan Surveilans Kesehatan Lingkungan Dan K3 Tujuan utama survailans adalah untuk memperoleh gambaran kejadian morbiditas dan mortalitas serta kejadian peristiwa vital secara teratur sehingga dapat digunakan dalam berbagai kepentingan perencanaan dan tindakan yang berkaitan dengan kesehatan dalam masyarakat (Mulyanti, 2011). Secara rinci tujuan tersebut dapat meliputi hal berikut ini : 1.



Untuk pencegahan dan mendeteksi dini gejala P.A.K



2.



Untuk mengidentifikasi adanya kondisi atau situasi yang mengakibatkan seorang individu/pekerja berada pada resiko yang dapat memberi dampak buruk pada kesehatan



E. Macam-Macam Bahaya Fisik ditempat Kerja dan Dampaknya bagi Kesehatan a.   Temperatur Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin. Semua ini dari keadaan normal tubuh. Dalam keadaan normal anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda-beda, seperti bagian mulut sekitar 37ºC, dada sekitar 35ºC, dan kaki sekitar 28ºC. Tubuh



manusia



dapat



menyesuaikan



kemampuannya untuk melakukan



proses



diri



karena



konveksi,



memiliki



radiasi,



dan



penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya.. Dari suatu penelitian diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan  mencapai tingkat paling tinggi pada temperatur sekitar 24ºC sampai 27ºC.



4



b.   Kelembaban (Humidity) Yang dimaksud kelembaban di sini adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara (dinyatakan dalam %). Kelembaban ini dipengaruhi oleh temperatur udara. Suatu keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan kelembabannya tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistim penguapan, dan pengaruh lain ialah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen.



Tubuh manusia



selalu



berusaha



untuk



mencapai



keseimbangan antara panas tubuhnya dengan suhu disekitarnya. c.    Sirkulasi Udara (Ventilation) Seperti kita ketahui udara di sekitar kita mengandung sekitar 21% Oksigen, 0,03% Karbondioksida dan 0,9% gas lainnya (campuran). Oksigen terutama merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan hidupnya (proses metabolisme). Udara di sekitar kita dikatakan kotor bila kadar oksigen di udara telah berkurang dan bercampur dengan gas-gas lain yang berbahaya bagi kesehatan. Jika kita menghirup udara kotor kita akan marasa sesak dan akan lebih cepat merasa lelah. Sirkulasi udara dengan memberikan ventilasi yang cukup akan menggantikan udara yang kotor dengan udara yang bersih. Demikian juga dengan menaruh tanaman akan mampu membantu memberi kebutuhan akan oksigen yang cukup. d.   Pencahayaan (Lighting) Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek secara jelas dan cepat tanpa melakukan kesalahan. Pencahayaan yang kurang mengakibatkan pekerja mudah lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara membuka lebar-lebar. Lelahnya mata akan mengakibatkan pula kelelahan mental dan lebih jauh bisa merusak mata. Kemampuan mata untuk melihat objek dengan jelas akan ditentukan oleh ukuran objek, derajat kontras antara objek dengan sekelilingnya, luminensi (brightness) serta lamanya



5



waktu untuk melihat objek tersebut. Untuk menghindari silau (glare) karena letak dari sumber cahaya yang kurang tepat, maka sebaiknya mata tidak secara langsung menerima cahaya dari sumbernya akan tetapi cahaya tersebut harus mengenai objek yang akan dilihat yang kemudian dipantulkan oleh objek tersebut ke mata kita. e.    Kebisingan (Noise) Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita, karena dalam waktu panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi. Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan pada manusia yaitu: a. Lama waktu bunyi tersebut terdengar. b. Intentitas biasanya diukur dalam satuan desibel (dB) yang menunjukan besarnya arus energi per satuan luas. c. Frekuensi suara yang menunjukan jumlah dari gelombanggelombang suara yang sampai ke telinga kita setiap detik dinyatakan dalam jumlah getaran per detik (Hz). f.    Getaran Mekanis (Mechanical Vibration) Gerakan mekanis dapat diartiakn sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang kurang baik untuk tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi, getaran dan lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami dimana apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan  menimbulkan gangguan-gangguan antara lain : a. Mempengaruhi konsentrasi kerja b. Mempercepat datangnya kelelahan c. Gangguan-gangguan pada anggota tubuh seperti : mata, syaraf, oto-otot, dll.



6



g.   Bau Bauan Adanya bau-bauan yang dalam hal ini juga dipertimbangkan sebagai polusi akan dapat mengganggu konsentrasi orang bekerja. Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Oleh karena itu pemakaian Air Conditioning yang tepat merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja. h.   Warna Yang dimaksud disini adalah warna tembok ruangan dan interior yang ada disekitar tempat kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat objek, juga memberikan pengaruh yang lain seperti : a. Warna merah bersifat merangsang. b. Warna kuning memberikan kesan luas, terang dan leluasa. c. Warna hijau atau biru memberikan sejuk, aman dan menyegarkan. d. Warna gelap memberikan kesan sempit. e. Warna terang memberikan kesan leluasa. Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan warna ruangan tempat kerja perlu diperhatikan dalam arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya. Dalam keadaan dimana ruangan terasa sempit maka pemilihan warna yang sesuai  dapat menghilangkan kesan tersebut. Hal ini secara psikologis akan  menguntungkan karena kesan sempit cenderung menimbulkan stres. i.  Pembebanan Kerja Fisik Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial ekonomi dan derajat kesehatan. Pembebanan tidak melebihi 30 – 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari.



7



Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40 kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban maksimum tersebut harus disesuaikan. Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi sebelum bekerja. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : a. manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan b. properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin c. lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan d. kualitas produk barang dan jasa e. nama baik perusahaan. Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk



8



mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain : a. faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri b. faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir c. faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis. F. Metode Surveilans Kesehatan Kerja Dalam rangka pemantauan hazard dan risiko yang ada di tempat kerja, maka hal penting yang harus dilakukan adalah melakukan Surveilans Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surveilans K3 terdiri dari strategi-strategi dan metode untuk mendeteksi dan menilai secara sistematis dampak dari suatu pekerjaan terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Dengan surveilans maka dilakukanlah pengumpulan, analisis, interpretasi data, dan penyebaran informasi agar dapat diambil tindakan segera yang diyakini dapat mencegah pekerja dari penyakit dan kecelakaan. langkah awal dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan rekognisi faktor risiko, kemudian melakukan analisis, dan komunikasi yang nantinya diharapkan dapat dikembangkannya sistem pengumpulan, analisis dan diseminasi serta komunikasi data kesehatan dan keselamatan di tempat kerja. Kegiatan Program meliputi rekognisi, analisis data kesehatan seluruh pekerja



berisiko, dan



komunikasi pada seluruh pihak yang berkepentingan.



9



Metode yang digunakan untuk pelaksanaan Program Occupational Health surveilans adalah dengan melakukan identifikasi faktor risiko di tempat kerja dan identifikasi pekerja di populasi yang berisiko. a. Data Faktor Risiko Lingkungan Kerja b. Data Pemantauan Higiene Industri c. Data Pemantauan Ergonomi d. Data Pemantauan Stres Kerja e. Data



Pemeriksaan



Kesehatan



Sebelum



Bekerja,



Berkala,



Khusus, Return to Work, PHK/Pensiun f. Analisis & Komunikasi Trend Faktor Risiko & Status Kesehatan, Hubungan Antara Faktor Risiko & Efek Kesehatan Objek Surveilans Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut; a. Pekerja b. Lingkungan kerja c. Pekerjaan Pengukuran Pajanan pada Pekerja  a. Noise dosimeter b. Personal dust sampler c. Pengukuran dengan Spirometer d. Pengukuran logam berat di urine & darah e. Pengukuran Pajanan pada Lingkungan Kerja f. Kebisingan di lingkungan kerja g. Debu di lingkungan kerja h. Temperatur di lingkungan kerja i. Logam berat di lingkungan kerja Berdasarkan pekerjaan, tergantung lama pajanan orang pada pekerjaan tersebut, dijelaskan dalam bentuk hitungan atau fungsi dari pajanan dan tahun; pajanan x tahun = person-years



10



Adapun pengukuran Pajanan juga ada dua macam, yakni a. Pajanan  sesaat b. Pajanan kumulatif c. Pajanan rata2 berdasarkan: d. Sampel area e. Sampel individu (toksikan, BEI mis: azide iodide pd urine krn karbondisulfida asam t-t mukonat dalam urine karena benzene) Persyaratan dan Teknik Pelaksanaan Surveilans Kesehatan Kerja Persyaratan untuk  Mengadakan Surveilans K3 di Tempat Kerja adalah sebagai berikut. a. Ada penyakit



maupun



cedera yang



dapat



diidentifikasi atau adanya



dampak negatif pada pekerja lain yang dinilai dapat merugikan b. Efek penyakit dan/atau cedera  tersebut terkait dengan eksposur/pajanan di tempat kerjanya. c. Ada kemungkinan atau probability bahwa efek penyakit



dan/atau



cedera tersebut berpotensi dapat terjadi Teknik Surveilans kesehatan harus: a. Sensitif b. Spesifik c. Mudah untuk dilakukan dan diinterpretasikan d. Aman e. Non-invasif f. Dapat diterima Pelaksanaan Kegiatan Surveilans Kesehatan Lingkungan Dan K3 A. Pelaksanaan Kegiatan Surveilans Kesehatan Lingkungan Pelaksanaan Kegiatan Surveilans Kesehatan Lingkungan (Kadarusno, 2018), meliputi : 1. Pengumpulan data faktor resiko lingkungan berdasarkan penyakit



11



2. Pengolahan dan analisis data faktor resiko lingkungan berdasarkan penyakit 3. Diseminasi informasi hasil kajian faktor resiko lingkungan 4. Rencana tindak lanjut B. Pelaksanaan Kegiatan Surveilans K3 1. Tahap Pengumpulan Data a. Data faktor risiko Dikumpulkan dengan survey jalan selintas, interview, chemical inventory, tinjauan dokumen seperti safet data sheet. b. Data gangguan kesehatan Dikumpulkan dengan survei jalan selintas, notulen rapat P2K3 dan data pemeriksaan kesehatan pekerja. c. Data pemantauan Biologi Biasanya data ini didapat dari HI atau pengukuran dengan melibatkan laboratorium provider. Sedangkan informasi penanda kimia didapat dari ACGIH dan NIOSH. 2. Tahap analisis data dan surveilans PAK Dilakukan analisis trend dan interaksi pajanan, hasil pemantaun biologic dan efek kesehatan yang ditimbulkan, baik perorangan maupun kelompok. Analisis hasil



surveilans



hazard



adalah



membandingkan



dengan



nilai



ambang



batas. Analisis hasil surveilans efek kesehatan akan didapat apa, siapa, di mana, bilamana  gangguan kesehatan terjadi sehingga didapat data distribusi frekuensi penyakit berdasarkan beberapa factor risiko. Surveilans hazard kesehatan di lingkungan dapat menjawab intensitas, pajanan dan surveilans efek kesehatan pada pekerja menyediakan data status kesehatan pekerja (Lufiana, 2013). Menggabungkan data surveilans hazard dan surveilans efek



kesehatan



dapat



dilakukan



analisis



epidemiologi



untuk



menjelaskan mengapa dan bagaimana  suatu gangguan kesehatan timbul. Lebih lanjut dapat dilakukan pebandigan risiko relative pada pekerja terpajan dan tidak terpajan maka akan lebih jelas hubungan atau asosiasi antara factor risiko dan efek yang ditimbulkan.



12



3. Tahap pelaporan dan pemanfaatan hasil surveilans untuk perbaikan Pelaporan ini dilakukan pada forum yang melibatkan semua manajemen. Hasil analisis dikomunikasikan dalam bentuk agregat dengan kode etik dan menjunjung privasi. Penyampaian manfaat yang tinggi dan menguntungkan banyak pihak harus dilakukan untuk kesuksesan pelaksanaan rekomendasi, terkait program kesehatan yang diencanakan (Lufiana, 2013). G. Monitoring Dan Evaluasi Program Surveilans Kesehatan Lingkungan Dan K3 Kegiatan monitoring untuk program surveilens kesehatan lingkungan dan K3 dilakukan untuk memastikan kesesuaianya proses dan capaian sesuai rencana atau tidak. Monitoring dilakukan dengan cara menggali untuk mendapatkan informasi secara regular berdasarkan indicator yang sesuai dengan kesehatan lingkungan dan K3 (Hanisah, 2014). Adapun kegiatan monitoring bertujuan untuk: 1. Mengumpulkan data informasi yang dibutuhkan seperti masalah kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja 2. Memberikan masukan tentang kebutuhan dalam melaksanakan program terkait dengan kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja. 3. Mendapatkan gambaran ketercapaian tujuan setelah adanya kegiatan terkait masalah kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja. 4. Memberikan informasi tentang metode yang tepat untuk melaksanakan kegiatan. 5. Mendapatkan informasi tentang adanya kesulitan-kesulitan dan hambatan selama kegiatan berlangsung. 6. Memberikan umpan balik bagi system penilaian program. 7. Memberikan pernyataan yang bersifat penandaan berupa fakta dan nilai. Sedangkan evaluasi digunakan untuk mengetahui dan membenahi kegiatan surveilans pada kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja yang belum berkeja dengan baik (Hanisah, 2014). H. Indicator Kinerja Surveilans Kesehatan Lingkungan dan K3 Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kinerja harus menggunakan indikator kinerja yang dapat diukur sebagai dasar penilaian yang sekaligus merupakan 13



informasi mengenai keberhasilan pencapaian (firmanto, 2013). Dengan adanya indikator kinerja maka akan dihasilkan suatu sasaran yang khusus dimana sasaran tersebut dapat diukur, dicapai, sesuai dengan kenyataannya serta memiliki jangka waktu pencapaiannya. Beberapa indikator K3 yang dapat digunakan yaitu ; 1.      Indikator Negatif  a. Angka kecelakaan kerja b. Angka kasus penyakit akibat kerja c. Jumlah laporan pelanggaran K3 d. Jumlah ketidaksesuaian pelaksanaan SMK3 2.      Indikator Positif a. Penyelesaian suatu program kerja b. Jumlah pelatihan yang terlaksana c. Penyelesaian tindakan pengendalian risiko d. Angka hasil pengukuran lingkungan kerja e. Jumlah pemakaian alat pelindung diri f. Jumlah alat K3 yang tersedia g. Tingkat kepuasan karyawan akan pelaksanaan K3



14



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Surveilans kesehatan lingkungan merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan. Surveilans Kesehatan Kerja adalah usaha pengumpulan data secara sistematis dan berkelanjutan, melakukan analisisatas data tersebut serta melakukan interpretasidengan tujuan untuk perbaikan dari segi kesehatan dan keselamatan kerja (NIOSH = national institut occupatinal safety and health). Kegiatan Program meliputi rekognisi, analisis data kesehatan seluruh pekerja berisiko, dan komunikasi pada seluruh pihak yang berkepentingan. Metode yang digunakan untuk pelaksanaan Program Occupational Health surveilans adalah dengan melakukan identifikasi faktor risiko di tempat kerja dan identifikasi pekerja di populasi yang berisiko. B. Saran Surveilans kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan penanggulangan penyakit. Maka dari itu dalam pengoprasian data surveilans haruslah relevan dan akurat sehingga dalam pengambilan keputusan menjadi tepat sasaran.



15



DAFTAR PUSTAKA



Auger, D. (2013). Enviromental health. Hanisah. (2014). pengamatan penyakit (survei, surveilans, dan monitoring). banda aceh. Hargono, a. (2014). surveilans kesehatan lingkungan dan perilaku. In konsep surveilans



:



aplikasi



surveilans



epidemiologi



pemantauan



dan



penanggulanagan masalah kesehatan masyarakat. jakarta. Kadarusno, A. H. (2018). surveilans kesehatan lingkungan. jakarta. Mulyanti, S. (2011). Surveilans K3. In pemantauan wilayah setempat surveilans dan sistem informasi kesehatan dan keselamatan kerja. jakarta. Sulaksomono.



(2016). pengantarsurveilans



epidemiologi



kesehatan



dan



kesehatan kerja. jakarta. Sulaksomono, M. (2018). definisi surveilans kesehatan kerja. In surveilans kesehatan kerja. jakarta.



16