Suwaibah MNJ Keperawatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS INDIVIDU MANAJEMEN KEPERAWATAN LAPORAN PENDAHULUAN MANKEP, KARU, KATIM, PERAWAT PELAKSANA, LAPORAN PERAN, PENGELOLAAN KARU DAN KATIM SERTA LOG BOOK



DISUSUN OLEH : SUWAIBAH, S.KEP NIM : 201000414901169



PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI TAHUN 2021



1



LAPORAN PENDAHULUAN



A. KEPALA RUANGAN 1. Pengertian Kepala ruangan adalah perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang perawatan. 2. Tugas Pokok Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan diruang rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya. 3. Uraian Tugas 1) Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi : a) Merencanakan jumlah dan



kategori tenaga keperawatan serta



tenaga lain sesuai kebutuhan, b) Merencanakan



jumlah



jenis



peralatan



perawatan



yang



diperlukan sesuai kebutuhan. c) Merencanakan dan menentukan jenis keperawatan



kegiatan atau asuhan



yang akan diselenggarakan sesuai



kebutuhan



pasien. 2) Melaksanakan fungsi pelaksanaan, meliputi : a) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang rawat b) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga lain sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku. c) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru atau tenaga lain yang akan bekerja di ruang rawat. d) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan atau standar.



2



e) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang bekerjasama dengan berbagai pihak



ada



yang



dengan cara terlibat dalam



pelayanan diruang rawat inap. f) Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksanaan perawatan dan tenaga lain yang berada di wilayah tanggung jawabnya. g) Meningkatkan



pengetahuan



dan



ketrampilan



dibidang



perawatan antara lain melalui pertemuan ilmiah. h) Mengenal jenis



dan



kegunaan barang atau



mengusahakan pengadaannya sesuai



peralatan serta



kebutuhan pasien agar



tercapai pelayanan optimal. i) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan lain yang diperlukan diruang rawat. j) Mengatur dan



mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan



agar selalu dalam keadaan siap pakai. k) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan inventarisasi peralatan. l) Melaksanakan



program



orientasi



kepada



pasien



dan



keluarganya, meliputi penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari diruangan m) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visite) unutk pemeriksaan pasien dan mencatat program pengobatan, serta menyampaikan kepada staf untuk melaksanakannya. n) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya diruang rawat menurut tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi, untuk memindahkan pemberian asuhan keperawatan. o) Mengadakan pendekatan kepada setiap untuk



pasien yang dirawat



mengetahui keadaannya dan menampung keluhan serta



membantu memecahkan masalah yang dihadapinya p) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung q) Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga dalam batas kewenangannya.



3



r) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung. s) Memelihara dan



mengembangkan sistem peralatan dan



pelaporan asuhan keperawatan dilakukan



secara



tepat



dan dan



kegiatan benar



lain



yang



untuk tindakan



keperawatan selanjutnya. t) Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang yang lain, seluruh kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi, dan kepala unti di RS. u) Menciptakan dan memelihara susunan kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan. v) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan. w) Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan pasien, kemudian memeriksa dan meneliti saat pengkajian sesuai dengan diitnya. x) Memelihara buku register dan buku catatan medik. y) Membuat laporan harian



dan bulanan mengenai pelaksanaan



kegiatan lain diruang rawat. 3) Melaksanakan fungsi



pengawasan, pengendalian dan penilaian,



meliputi : a) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan. b) Melaksanakan pengetahuan



penilaian



terhadap



upaya



peningkatan



dan ketrampilan di bidang perawatan.



c) Mengawasi dan



mengendalikan pendayagunaan peralatan



perawatan serta obat- obatan secara efektif dan efisien. d) Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan kegiatan



asuhan keperawatan serta



pelaporan



mencatat kegiatan lain



diruang rawat. 4) Contoh Aplikasi dalam unit zaal penyakit dalam a) Perencanaan 1. Mengatur penjadwalan perawat



4



Jadwal perawat sebenarnya pagi, siang dan malam. Untuk pembelajaran saat ini 8 perawat semua masuk pagi,



pada



pukul 07.15 sampai 14.00 WIB. 2. Pembagian Tim Pengelolaan pasien kamar



5 sebanyak 4 orang, apabila



perawat sebanyak 8 orang. Dibagi menjadi 2 tim yaitu tim I dan tim II. 3. Menunjuk yang menjadi CCM (Clinical Case Manajer) 4. Menunjuk ketua tim dan anggota tim Disepakati laporan antar shift dilakukan pada siang hari sebelum istirahat siang. 5. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan Menurut Douglas (1992) pada



suatu layanan profesional



jumlah tenaga yang dibutuhkan bergantung pada pasien



dan



derajat



ketergantungan



pasien



jumlah terhadap



keperawatan yaitu minimal, partial, total care. Contoh : Diunit penyakit dalam karena sebagian pasien tingkat ketergantunya total care. Dengan jumlah pasien 4 orang (8 orang apabila penuh) maka perhitungan tenaga adalah : Pagi 8 x 0,36 = 2,88 Siang 8 x 0,30 = 2,40 Malam 8 x 0,20 = 1,60 Jumlah = 6,88 = 7 orang. 6. Merencanakan strategi pengembangan berkoordinasi dengan CCM (Clinical Case Manajer). a. Pengorganisasian a) Merumuskan metode penugasan Metode



penugasan



(primery nurse)



yang



digunakan adalah



PN



modifikasi dengan metode tim.



b) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim



5



7. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan Untuk



pagi



ini tenaga keperawatan mencukupi, satu



perawat primer (PP) mengelola 2 pasien. 8. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan Kebutuhan semua pasien terpenuhi atau tercukupi. 9. Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik Mahasiswa praktik mengelola pasien sesuai kebutuhan kamar klien 10. Pendelegasian tugas kepada ketua tim Tugas



untuk



membagi pasien kelolaan kepada praktikan



diserahkan kepada ketua tim I dan tim II. 11. Mengidentifikasi masalah-masalah dan cara penangganan Ditugaskan



kepada



CCM



dan



ketua



tim



untuk



mengidentifikasi masalah pasien dan penanganan masalahnya bila perlu koordinasi dengan kepala ruang. 12. Mengatur waktu laporan tenaga shift Ditugaskan kepada CCM



untuk



mengidentifikasi masalah



untuk di diskusikan pada jam sebelum istirahat siang ± jam 12.00 WIB. 4. Pengarahan 1. Memberi pengarahan kepada ketua tim tentang tugas. Tugas ketua tim dibacakan supaya diketahui dan ditindak lanjuti. 2. Menginformasikan hal-hal yang perlu diperhatikan. Dimohon untuk



memperhatikan hal-hal yang



penting untuk



mencegah pasien jatuh, kekeliruan pemberian obat, untuk mencatat input



dan



output terutama untuk



pasien dengan GE dan DHF,



Bronkopneumonia 3. Memberi bimbingan kepada ketua tim dan anggota tim. Bekerja



sesuai



prosedur,



apabila



menemui



kesulitan



agar



berkoordinasi dengan CCM atau kepala ruang. 4. Memberi pujian dan motivasi



6



Memberi pujian dengan memberikan reward positif dan memberikan motivasi kepada petugas yang belum mencapai tugas yang diberikan. 5. Mengadakan laporan tugas shift. 5. Pengawasan 1. Mengadakan ronde keperawatan Bersama dengan CCM dan ketua tim melakukan ronde keperawatan kepada semua pasien kelolaan, sekaligus melakukan evaluasi tingkat kepuasan pasien serta keluhan-keluhan pasien. 2. Menilai kinerja anggota Untuk



penilaian kinerja anggota dapat



dilakukan pada



saat



melakukan ronde keperawatan atau menggunakan angket yang diberikan kepada pasien atau keluarga pada saat pasien akan pulang. 3. Mengevaluasi pelaksanaan dengan rencana keperawatan Dapat dilakukan dengan berkoordinasi antara CCM dan ketua tim membandingkan rencana dengan pelaksanaan. 4. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan kolaboratif dan tindaklanjutnya. Hal-hal yang



dalam



pelaksanaannya memerlukan tindakan



kolaboratif harus tercatat untuk di evaluasi sudah dilakukan atau belum.



6. Struktur Organisasi



Kepala Ruang



CCM (Clinical Case Manajer)



Tim I



Tim II



PP



PP



Pasien



Pasien



7



B. KEPALA TIM / KETUA TIM a. Peran sebagai ketua tim 1. Fungsi: a. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang



didelegasikan oleh kepala ruangan. b. Membuat



penugasan, supervisi dan evaluasi kinerja anggota



tim/pelaksana. c. Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien d. Mengembangkan kemampuan anggota tim/pelaksana. e. Menyelenggarakan konferensi



2. Uraian Tugas a. Perencanaan: a) Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya bersama kepala ruangan. b) Bersama kepala ruangan melakukan pembagian tugas untuk anggota tim/pelaksana c) Menyusun rencana asuhan keperawatan. d) Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan. e) Memberi pertolongan segera pada pasien dengan masalah kedaruratan. f) Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan. g) Mengorientasikan pasien baru. h) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian b. Pengorganisasian dan ketenagaan: a) Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan tim. b) Bersama kepala ruangan membuat rincian tugas untuk anggota tim/pelaksana sesuai dengan perencanaan terhadap pasien yang menjadi



tanggung



jawabnya



dalam



pemberian



asuhan



keperawatan.



8



c) Melakukan pembagian kerja anggota tim/ pelaksana sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien. d) Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain. e) Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim/ pelaksana. f) Mendelegasikan tugas pelaksanaan proses keperawatan kepada anggota tim/pelaksana. g) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian. c. Pengarahan: a) Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana. b) Memberikan informasi kepada anggota tim/ pelaksana yang berhubungan dengan asuhan keperawatan. c) Melakukan bimbingan kepada anggota tim/ pelaksana yang berhubungan dengan asuhan keperawatan. d) Memberi



pujian



kepada



anggota



tim/



pelaksana



yang



melaksanakan tugasnya dengan baik, tepat waktu, berdasarkan prinsip, rasional dan kebutuhan pasien. e) Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana yang melalaikan tugas atau membuat kesalahan. f) Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana. g) Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai dengan akhir kegiatan. h) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian. d. Pengawasan: a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan anggota tim/ pelaksana asuhan keperawatan kepada pasien. b) Melalui supervisi: melihat/ mengawasi pelaksanaan asuhan keperawatan dan catatan keperawatan yang dibuat oleh anggota tim/ pelaksana serta menerima/ mendengar laporan secara lisan dari anggota tim/pelaksana tentang tugas yang dilakukan c) Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi pada saat itu juga



9



d) Melalui evaluasi 1. Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/ pelaksana dan membandingkan dengan peran masing-masing serta dengan rencana keperawatan yang telah disusun. 2. Penampilan



kerja



anggota



tim/



pelaksana



dalam



melaksanakan tugas. 3. Upaya peningkatan kemampuan, keterampilan dan sikap. e) Memberi umpan balik kepada anggota tim/ pelaksana. f) Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut. g) Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. h) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian. e. Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratik, otokratik, pseudo demokartik, situasional, dll f. Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional.



C. PERAWAT PELAKSANA a. Pengertian Perawat pelaksana adalah tenaga perawat profesional yang diberikan kewenangan untuk melaksanakan pelayanan keperawatan rawat inap. b. Peran Perawat Pelaksana Staff pelaksana adalah posisi pertama tenaga keperawatan terdiri dari semua kategori lulusan dari pendidikan keperawatan yang memenuhi persyaratan profesional. Prakteknya berpedoman pada standar praktek praktek umum yang yang dibuat oleh organisasi profesi. Kerjasama dengan tim kesehatan lainnya untuk mencapai sasaran utama keperawatan memberikan asuhan keperawatan sebaik mungkin dengan klien.



c. Tanggung Jawab Anggota Tim/Pelaksana 1. Menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab setiap kali di unit tersebut.



10



2.Mengikuti



instruksi



keperawatan



yang



terkena



dalam



rencana



keperawatan secara teliti. 3. Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan keperawatan yang dilakukan serta respon menerima bimbingan dan bantuan ketua tim. d. Tugas Perawat Pelaksana 1. Perencanaan a. Mengikuti serah terima. b. Menerima pembagian tugas dari katim c. Mempersiapkan keperluan asuhan keperawatan. d. Mengikuti ronde e. Menenrima klien baru. f. Melakukan pendokumentasian 2. Pengorganisasian a. Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian b. Menerima pembagian tugas dari katim c. Melaksanakan tugas yang diberikan ketua tim d. Menyesuaikan waktu istirahat dari anggota tim lain. e. Menerima tugas delegasi dari ketua tim. 3. Pengarahan a. Menerima pengarahan dan bimbingan b. Menerima informasi c. Menerima pendokumentasian 4. Pengontrolan a. Menyerahkan laporan yang diperlukan untuk evaluasi b. Melakukan pendokumentasian



11



DAFTARPUSTAKA



Nursalam. 2002.



Manajemen keperawatan, aplikasi dalam praktik



keperawatan profesional.Penerbit:SalembaMedika Ratna Sitono, Yulia. 2006. Metodepraktik keperawatan profesionaldi Rumah SakitJakarta :EGC RusselC,Swanburg.2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk perawatan klinis. Jakarta :EGC



12



D. MANAJEMEN KEPERAWATAN Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen



mendefinisikan manajemen keperawatan



sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 2002). Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut. Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial. Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok. 1. Prinsip Manajemen Prinsip manejemen



adalah dasar-dasar atau pedoman kerja yang



bersifat pokokyang tidak boleh diabaikan oleh setiap manajer atau pimpinan. Dalam prakteknya harus diusahakan agar prinsip-prinsip manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan harus luwes, yaitu bisa saja diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.



13



Prinsip-prinsip manajemen:  Pembagian kerja yang berimbang  Pemberian kewenangan dan rasa tanggung jawab Disiplin  Kesatuan perintah  Kesatuan arah



2. Fungsi Manajemen Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian),



Directing



(pengarahan),



Controlling



(pengendalian/evaluasi). 2.1 Planning (Perencanaan) Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (2004) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya. Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. a. Tujuan Perencanaan -



Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan



-



Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif



14



-



Membantu dalam koping dengan situasi kritis



-



Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya



-



Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa lalu dan akan datang.



-



Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah



-



Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif



b. Tahap dalam perencanaan : -



Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif



-



Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.



-



Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah



-



Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.



-



Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan program.



-



Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)



c. Jenis Perencanaan - Perencanaan Strategi Perencanaan



strategis



merupakan



suatu



proses



berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan. - Perencanaan Operasional Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan



15



orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien. Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek. d. Manfaat Perencanaan -



Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.



-



Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan



-



Memudahkan kordinasi



-



Memungkinkan



manajer



memahami



keseluruhan



gambaran



operasional secara jelas -



Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat



-



Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami



-



Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti



-



Menghemat waktu dan dana



e. Keuntungan Perencanaan -



Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.



-



Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai



-



Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi keperawatan



-



Memodifikasi gaya manajemen



-



Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan



f. Kelemahan Perencanaan -



Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang



-



Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak



-



Perencanaan mempunyai hambatan psikologis



-



Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif



16



-



Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil



2.2 Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2004). Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya. a. Manfaat Pengorganisasian Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui : 



Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.







Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.







Pendelegasian wewenang.







Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.



b. Langkah-langkah Pengorganisasian -



Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi perencanaan.



-



Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.



-



Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.



-



Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.



-



Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.



-



Mendelegasikan wewenang.



17



-



2.3 Staffing (Kepegawaian) Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan. Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka. Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur



18



organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana. Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada



siklus



berikutnya.



Jadwal



modifikasi



kerja



mingguan



menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.



2.3 Directing (Pengarahan) Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama. Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak



19



membaca, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi. Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu : - Autokratik Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan



penyelesaian



tugas



dari



pada



memperhatikan



karyawan. Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif. - Demokratis Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada



hubungan



Kepemimpinan



antara



manusia



demokratis



dan



meningkatkan



kerja



kelompok.



produktivitas



dan



kepuasan kerja. - Laissez faire Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi. Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku



yang



merangsang



motivasi



pada



para



pemiliknya,



mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional. 2.4 Controlling (Pengawasan) Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya.



20



Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998). Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan



mengukur



penyimpangan-penyimpangan,



serta



mengambil



tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002). Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998). Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :  Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.  Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.  Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.  Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.  Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :  Harus menunjukkan sifat dari aktivitas  Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera



21



 Harus memandang ke depan  Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis  Harus objektif dan fleksibel  Harus menunjukkan pola organisasi  Harus ekonomis dan mudah dimengerti serta



menunjukkan



tindakan perbaikkan. Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat. Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-tujuan keperawatan adalah:  Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.  Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan. Apabila



fungsi



pengawasan



dan



pengendalian



dapat



dilaksanakan dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat :  Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standard atau rencana kerja.  Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya  Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.  Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan.



22



3. Standard Asuhan Keperawatan Standar merupakan suatu tingkat keungulan yang ditentukan sebelumnya yang bertindak sebagai petunjuk untuk praktik. Standard memiliki karakteristik pembeda, ditetapkan sebelumnya, dibuat oleh para ahli, dikomunikasikan dan diterima oleh orang-orang yang terpengaruh olehnya. Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar keperawatan berupa standar yang dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undangundang , Keppres, Peraturan Pemerintah. Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik. Jenis-jenis standar profesi keperawatan meliputi: standard pelayanan keperawatan, standard praktik keperawatan, standard pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan keperawatan berkelanjutan. Selain standard tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakitharus melaksanakan standard asuhan keperawatan di rumah sakit. Standard asuhan keperawatan di rumah sakit, yang meliputi: Standard 1: Falsafah keperawatan Standard 2: Tujuan Asuhan Keperawatan Standard 3: Pengkajian Keperawatan Standard 4 : Diagnosa Keperawatan Standard 5 : Perencanaan Keperawatan Standard 6: Intervensi Keperawatan Standard 7 :Evaluasi Keperawatan Standard 8: Catatan Asuhan Keperawatan



23



Standard kinerja dapat digunakan untuk kinerja individual, dan kriteria dapat dikembangkan untuk evaluasi keseluruhan perawatan pasien. Standard membentuk kriteria kinerja, tujuan perencanaan, rencana strategis, pengukuran hasil secara fisik dan kuantitatif, unit pelayanan, jam personel, kecepatan, biaya, modal, pajak, program, dan standard-standard yang tidak jelas. Mereka juga menetapkan sebagai suatu pengukuran yang tidak diketahui tentang perbandingan dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif, kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standard atau tes dimana suatu pengevaluasian atau keputusan dapat dijadikan dasar. Manajer perawat mengembangkan kerja sama dengan perawat-perawat klinik, kriteria keperawatan klinik dihadapkan pada pengukuran hasil pasien dan proses keperawatan. Standar-standard ini digambarkan sebagai hasil pasien dan sebagai proses asuhan keperawatan. Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2010) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian, (2) Diagnosa keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi. a. Standard I : Pengkajian keperawatan Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat diperoleh, dikomunikasikan, dan dicatat.Kriteria Pengkajian meliputi : · Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang · Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan lain. · Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi : · Status kesehatan pasien masa lalu · Status kesehatan pasien saat ini · Status biologis-psikologis-sosial-spritual · Respon terhadap terapi



24



- Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal



b. Standard II : Diagnosa keperawatan Adapun kriteria proses : - Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan. - Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E). - Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan. - Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.



c. Standard III : Perencanaan keperawatan Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses, meliputi : - Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan - Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan - Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien - Mendokumentasikan rencana keperawatan d. Standard IV : Implementasi Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses Asuhan Keperawatan. Kriteria proses, meliputi : - Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan - Kolaborasi dengan tim kesehatan lain - Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien.



25



- Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan - Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien.



e. Standard V : Evaluasi keperawatan Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya adalah: - Menyusun



perencanaan



evaluasi



hasil



dari



intervensi



secara



komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus - Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah pencapaian tujuan - Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat - Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan keperawatan - Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah.



4. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Dokumentasi



merupakan



penulisan



dan



pencatatan



suatu



kejadian/aktivitas tertentu secara sah/legal (Carpenito, 1998). Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/tipe, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Fisbach, 1991 dalam Tyo, 2009).



26



a. Tujuan Dokumentesi Keperawatan Tujuan dokumentasi keperawatan sebagai berikut (Potter, 1989 dalam Tyo, 2009): - Alat komunikasi anggota tim - Biling keuangan - Bahan pendidikan - Sumber data dalam menyusun NCP - Audit keperawatan - Dokumen yang legal - Informasi statistik - Bahan penelitian



b. Makna Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek yaitu : - Hukum : Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan dimana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktuwaktu. Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat), tanggal dan perlu dihindari adanya interpretasi yang salah (Nursalam, 2001). - Jaminan mutu (Kualitas pelayanan) : Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien. Dan untuk mengetahui sejauh mana kesehatan pasien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan



27



dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Nursalam, 2001). - Komunikasi : Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan dapat melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan Asuhan Keperawatan (Nursalam, 2001). - Keuangan : Dokumentasi



dapat



bernilai



keuangan.



Semua



tindakan



keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi pasien (Nursalam,2001). - Pendidikan : Dokumentasi



mempunyai



nilai



pendidikan



karena



isinya



menyangkut kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan (Nursalam,2001). - Penelitian : Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat



dijadikan



sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan. (Nursalam, 2001). - Akreditasi : Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan kepada Pasien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian Asuhan Keperawatan yang diberikan, pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi (Nursalam, 2001). Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah (Tyo, 2009):



28



a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan b. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang informasi/data yang penting tentang keadaannya c. Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat d. Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada saat merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut : adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan perawat f. Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien adalah unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda. g. Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat h. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus. i. Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret dan diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani. j. Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan nama jelas penulis k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain sebelum menulis data terakhir. l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap. c.



Proses dokumentasi keperawatan Proses dokumentasi keperawatan mencakup: a. Pengkajian - Mengumpulkan Data - Validasi data - Organisasi data - Mencatat data b. Diagnosa Keperawatan



29



- Analisa data - Identifikasdi masdalah - Formulasi diagnosa c. Perencanaan / Intervensi - Prioritas Masalah - Menentukan tujuan - Memilih strategi keperawatan - Mengembangkan rencana keperawatan d. Pelaksanaan/implementasi - Melaksanakan intervensi keperawatan - Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat waktu dan tanggal pelaksanaan, mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa yang dilakukan intervensi tersebut, mencatat semua jenis intervensi keperawatan termasuk hasilnya, berikan tanda tangan dan nama jelas perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan intervensi. - Memberikan laporan secara verbal - Mempertahankan rencana asuhan e. Evaluasi - Mengidentifikasikan kriteria hasil - Mengevaluasi pencapaian tujuan - Memodifikasi rencana keperawatan d. Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi Manfaat kegunaan dokumentasi implementasiantara lain: a. Mengkomunikasikan



secara



nyata



tindakan-tindakan



yang



telah



dilakukan untuk klien. Hal ini penting untuk : - Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi tindakan, yang seharusnya tidak perlu terjadi Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat sehingga diberikan obat kembali - Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan menunjukkan apa yang secara nyata telah dilakukan terhadap klien dan bagaimana hubungannya dengan standar yang telah dibuat



30



- Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan keperawatan yang sudah diberikan (evaluasi klinis) b. Menjadi dasar penentuan tugas Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift jaga c. Memperkuat pelayanan keperawatan Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada dokumendokumen yang ada. - Dokumen tentang kondisi klien - Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk k1ien - Kejadian-kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan tindakan d. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan membantu perhitungan anggaran biaya suatu rumah sakit.



5. Model Asuhan Keperawatan Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan



oleh



pemilihan



metode



pemberian



asuhan



keperawatan



profesional. Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus, modifikasi metode tim-primer. a.



Metode fungsional Metode



fungsional



merupakan



manajemen



klasik



yang



menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman. Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan



terpisah-pisah,



tidak



dapat



menerapkan



proses



31



keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja. Kepala Ruangan



Perawat : Pengobatan



Perawat Merawat Luka



Perawat Pengobatan



Perawat Merawat Luka



Pasien / Klien Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional



b. Metode Tim Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbedabeda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan



32



terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya



dapat



mengidentifikasi



tujuan



asuhan



keperawatan,



mengindentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan. Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin pasien masih menerima



fragmentasi pemberian asuhan



keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi Kepala Ruangan



Ketua Tim



Ketua Tim



Ketua Tim



Staf Perawat



Staf Perawat



Staf Perawat



Pasien / klien



Pasien / klien



Pasien / klien



Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing



c. Metode primer Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat,



33



ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, malakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga. Metode



primer



membutuhkan



pengetahuan



keperawatan



dan



keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat primer mempunyai tugas



mengkaji



mengidentifikasi



dan



membuat



diagnosa



prioritas



keperawatan,



setiap



kebutuhan



mengembangkan



klien, rencana



keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.



Dokter



Kepala Ruangan



Sarana RS



Perawat Primer



Pasien / Klien



Perawat pelaksana evening



Perawat pelaksana night



Perawat pelaksana jika diperlukan days



Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing



34



d. Metode kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolaso, intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama. Kepala Ruangan



Staf Perawat



Staf Perawat



Staf Perawat



Pasien / klien



Pasien / klien



Pasien / klien



Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing



e. Modifikasi : MAKP Tim-Primer Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan : a Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara. b Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim. c Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar



35



adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan. Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat juga Ners. Perawat associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga terlihat pada gambar di bawah.



Kepala Ruang



PP1



PP2



PP3



PA



PA



PA



PA



PA



PA



PA



PA



PA



PA



PA



PA



7-8 Pasien



7-8 Pasien



7-8 Pasien



PP4



7-8 Pasien



(Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam dan Libur/Cuti) Skema 5. Sistem Asuhan Keperawatan Metode Primary Tim (Modifikasi)



36



f. JCIA (Joint Comition International Acreditation) Adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien yang diharapkan. Strata-strata dalam sistem Input



Proses



Output



Sumber daya



Penerimaan



Perlengkapan



rawat inap



kesehatan



Persediaan



Pemeriksaan pasien



Pelayanan



pasien Meningkatnya



status



yang



Edukasi terhadap pasien efisien Pengobatan



Kepuasan pasien



Tabel 1. Strata – strata dalam sistem JCIA Misi JCI Meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien di seluruh dunia. Tujuan JCIA 1. Kualitas pelayanan 2. Kepercayaan masyarakat 3. Patient safety ervirontment safety 4. Staff safety 5. Revenue 6. Margin 7. Kesejahteraan karyawan 8. Daya saing Manfaat JCIA 1. Meningkatkan kepercayaan public 2. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien kepuasan karyawan 3. Bernegosiasi dengan sumber sumber pembayaran 4. Memperhatikan pasien dan keluarganya, menghormati hak-haknya, melibatkan mereka dalam proses pelayanan 5. Menciptakan budaya yang terbuka 6. Membangun kepemimpinan yang kolaboratif



37



Persyaratan umum 1. Izin operasi 2. Ingin meningkatkan kualitas pelayanan 3. Mengikuti standar JCI Standar JCI 1. Patient focus function a.



International patient savety goals



b.



Access to care and continuity of care



c.



Care of patient



d.



Assesment of patient



e.



Anasthesia and surgical care



f.



Patient and family right



g.



Patient and family education



h.



Madication managemet and use



2. Organitation function a.



Staff Qualification and education



b.



Goverments, leadership and direction



c.



Fasility management and savety



d.



Management of comunication and information



e.



Quality improvement and patient savety



f.



Prevention and control of infection



38