Teori Akuntansi Bab 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JENIS PENGHARGAAN Dalam transaksi pertukaran, penghargaan sepakatan dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk sumber ekonomik atau instrument yang diserahkan oleh pemeroleh asset. Intstrumen tersebut dapat berupa uang tunai, saham atau obligasi. Bentuk instrument mempengaruhi dasar penentuan kos utama. Pemerolehan asset dapat terjadi dari transaksi atau kejadian yang melibatkan kas atau nonkas. Agar penghargaan yang telah disetujui dapat dicatat dalam sistem akuntansi, penghargaan tersebut harus dinyatakan dalam satuan uang. Seluruh jumlah rupiah yang telah disepakati sebagai penghargaan pada saat transaksi akan membentuk kos yang paling objektif karena tidak lagi melibatkan interpretasi atau pertimbangan penilaian. Bila transaksi terjadi dalam mekanisma pasar bebas antara pihak independen, kos tunai (cash cost) adalah pengukur asset yang paling valid dan objektif. Kalau sumber ekonomik nonkas merupakan penghargaan yang digunakan dalam transaksi, pengukur yang ideal untuk menentukan kos aset yang diperoleh adalah jumlah rupiah uang tunai yang akan diperoleh seandainya sumber ekonomik tersebut dijual dulu secara tunai kepada umum. Kos barang dan jasa yang diperoleh secara tunai adalah jelas merupakan jumlah rupiah uang, yang dibayarkan sedangkan kos barang atau jasa yang diperoleh melalu pertukaran dengan barang atau jasa yang diperoleh melalui pertukaran dengan barang atau jasa lain adalah jumlah rupiah tunai yang secara implisit melekat pada nilai jual barang atau jasa yang diserahkan dalam pertukaran tersebut. Jumlah rupiah melekat ini disebut jumlah setara tunai atau kos tunai terkandung atau implisit dari wujud penghargaan yang diserahkan oleh pemeroleh aset. Berikut ini akan dibahas berbagai dasar pengukuran kos untuk transaksi atau kejadian pemerolehan asset dengan instrumen selain kas dan konsep atau teori yang melandasinya. Kos Dalam Barter Barter atau pertukaran aset merupakan pemerolehan aset dengan penghargaan berupa aset berwujud atau non moneter lainnya. Bila hali ini terjadi, pengukuran aset yang diperoleh bergantung pada apakah aset yang dipertukarkan sejenis atau tidak sejenis. Aset sejenis artinya aset yang fungsinya sama dan tidak harus aset yang identik. Bila satu kesatuan usaha menukarkan aset sejenis, secara konseptual dianggap bahwa perusahaan tersebut melakukan pemeliharaan atau pemertahanan kapital dan bukan melakukan penjualan sehingga penerimaan aset dan penyerahan aset dianggap sebagai transaksi pemeliharaan bukan transaksi penjualan.



Bila kesatuan usaha menukarkan aset tidak sejenis, secara konseptual dianggap transaksi tersebut melibatkan dua transaksi yaitu penjualan dan pembelian. Dalam hal ini dianggap bahwa kesatuan usaha menjual aset yang diserahkan secara tunai kemudian seketika itu pula menggunakan seluruh kas yang diterima untuk membeli aset yang diterima. Dalam barter, dapat pula terlibat kas sebagai tembok baik dari pihak kesatuan usaha atau dari lawan barter. Bila dalam barter aset sejenis tembok diberikan oleh lawan barter, maka barter tersebut tidak murni sejenis tetapi campuran. Adapun prinsip – prinsip penentuan kos aset yang diterima dalam barter atau pertukaran : 1. Pertukaran tak sejenis, tanpa pembayaran tombok Aset yang diterima dicatat sebesar nilai wajar / pasar aset yang diserahkan atau nilai wajar aset yang diterima, mana yang lebih mudah atau jlas ditentukan. Untung atau rugi yang timbul diakui pada saat pertukaran 2. Pertukaran tak sejenis, dengan pembayaran tombok Aset yang diterima dicatat sebesar nilai pasar aset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai wajar / pasar aset yang diterima. Dalam hal ini, nilai pasar aset yang diserahkan menunjukkan kas yang akan diterima seandainya aset tersebut dijual. Untung atau rugi yang timbul diakui pada saat pertukaran. 3. Pertukaran sejenis, tanpa pembayaran tombok Aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku atau nilai pasar aset yang diserahkan, mana yang lebih rendah. Ini berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi. 4. Pertukaran sejenis, dengan pembayaran tombok Aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku aset yang diserahkan ditambah tombok atau nilai pasar aset yang diserahkan ditambah tombok mana yang lebih rendah. Ini juga berarti bahwa kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya kalau terjadi rugi, rugi tersebut diakui pada saat transaksi. 5. Pertukaran sejenis, dengan penerimaan tombok Jika terjadi rugi : aset yang diterima dicatat sebesar harga pasar aset yang diserahkan dikurangi kas yang diterima. Ini berarti rugi yang terjadi diakui semua pada saat terjadinya transaksi.



Jika terjadi untung : aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku aset yang diserahkan dikurangi porsi nilai buku aset yang diserahkan yang dianggap dijual. Atau, nilai psar / wajar aset yang diserahkan dikurangi untung tangguhan. Saham Sebagai Penghargaan Saham sebagai penghargaan merupakan salah atau bentuk pemerolehan aset dengan barter. Dalam beberapa kasus transaksi yang menggunakan saham perusahaan sebagai penghargaan untuk barang dan jasa yang diperoleh, nilai nominal ataupun nilai nyataan untuk tiap saham tidak dapat mempresentasi kos yang sebenarnya pada saat transaksi. Dalam beberapa hal, jumlah setara saham dapat dicari dengan membandingkan harga tunai jenis saham yang sama untuk memperoleh dana tunai (kas) yang diterbitkan kira – kira bersamaan dengan penyerahan saham untuk memperoleh aset bersangkutan. Pengahargaan yang didasarkan pada nilai tunai saham tidak menemukan jumlah yang meyakinkan karena harga saham tidak dapat ditentukan dengan memuaskan. Pendekatan praktis untuk memecahkan masalah ini adalah penentuan kos yang didasarkan atas taksiran harga pasar asset yang diperoleh. Perbedaan antara nilai nominal saham yang diserahkan dengan nilai setara tunai asset tersebut diperlakukan sebagai premium (agio) atau diskon (disagio) saham. Kos dalam reorganisasi Jika suatu perusahaan sudah berjalan atau beroperasi cukup lama kemudian mengalami reorganisasi, perusahaan tersebut biasanya tidak mempunyai data kos yang memadai untuk menentukan kos aset yang dikuasainya. Karena tujuan reorganisasi biasanya adalah menentukan nilai perusahaan pada saat tersebut, diperlukan taksiran nilai yang wajar seluruh aset perusahaan dengan mempertimbangkan kondisi aset dan keadaan pasar pada waktu itu. Hadiah atau hibah Masalah khusus timbul bilamana barang atau jasa yang jelas-jelas mempunyai manfaat ekonomik yang besar diperoleh perusahaan tanpa kos yang berarti atau dengan kos yang tidak sebanding dengan nilai ekonomik barang yang diperoleh. Gedung dan tanahnya yang diperoleh perusahaan melalui sumbangan atau hibah adalah contoh pemerolehan aset tanpa kos. Oleh karena itu pengakuan kos yang wajar diperlukan untuk menentukan secara tepat kemampuan



perusahaan dalam menghasilkan laba yang biasanya ditunjukkan oleh tingkat kembalian investasi. Temuan Kadangkala terjadi bahwa suatu sumber alam atau sarana ditemukan atau dikembangkan dan mempunyai nilai ekonomik yang jauh melebihi pengeluaran yang sebenarnya untuk memperolehnya. Misalnya, tambang minyak yang sangat berharga ditemukan dengan pekerjaan eksplorasi dengan kos nominal (cukup rendah dibandingkan dengan hasilnya). Demikian juga, suatu peralatan atau teknik pemrosesan yang mempunyai harga pasar yang cukup tinggi mungkin dikembangkan dan didaftarkan hak patennya tanpa suatu pengeluaran yang sebanding dengan nilai pasar temuan tersebut. Dalam kondisi yang khusus seperti ini diperlukan suatu pengukur baru kos atas dasar jumlah tunai implisit. Jumlah ini adalah jumlah rupiah uang tunai (kas) yang diperlukan untuk memperoleh sumber alam atau teknik pemrosesan tersebut seandainya keduannya sudah dalam keadaan siap pakai atau dalam status siap dipasarkan atau dikomersialkan. Kos dalam pembelian kredit Dengan sistem kredit, nilai waktu uang menjadi faktor yang sangat penting dalam mengukur kos yang sebenarnya (true cost). Kos yang sebenarnya dalam transaksi kredit bukanlah berapa nilai kontrak yang harus dilunasi dalam beberapa kali angsuran tetapi berapa kos yang sebenarnya pada transaksi. Kekeliruan sering terjadi karena anggapan bahwa nilai nominal atau nilai jatuh tempo utang menunjukkan kos barang atau jasa yang dibeli dan memang dalam beberapa kasus hal ini cukup beralasan karena kepraktisan dan materialitas. Potongan tunai dan keringanan Kos akan tercatat terlalu tinggi kalau potongan tunai (cash discount) dan keringanankeringanan (allowances) lain tidak dikurangkan terhadap harga kesepakatan. Secara teknis pembukuan memang dimungkinkan untuk sementara mendebit harga faktur bruto kedalam akun asset yang bersangkutan dan nantinya harus dilakukan penyesuaian untuk mengurangi jumlah yang tercatat tersebut menjadi jumlah secara tunainya. Potongan yang dimanfaatkan oleh pembeli sering dianggap sebagai laba. Hal ini tidak sejalan dengan konsep yang mendasarinnya yaitu bahwa laba tidak diperoleh melalui proses pembelian atau pemerolehan potensi jasa.



Pembelian semata-mata merupakan langkah pertama dalam upaya untuk menghasilkan pendapatan. Potongan dan keringanan lainnya sudah menjadi kebiasaan yang umum dalam setiap kegiatan usaha dan pada umumnya akan selalu dimanfaatkan oleh perusahaan yang dikelola dengan baik. Rugi dalam pemerolehan asset Sebelum pendapatan terjadi yang ditimbulkan oleh upaya yang direpresentasi oleh biaya, kos semata-mata mengalami penghimpunan, penggabungan dan reklasifikasi. Kos yang terhimpun tersebut tetap merepresentasi asset kalua asset tersebut belum dikeluarkan sebagai biaya. Akan tetapi, dapat terjadi bahwa karena sesuatu hal (atau keadaan yang tidak normal) potensi jasa tertentu menjadi tidak mempunyai lagi kemampuan atau daya dalam menghasilkan pendapatan pada waktu mendatang. Dalam keadaan semacam itu, dapat dikatakan bahwa manfaat ekonomik telah hangus atau menguap dan merupakan rugi. Sebelum kos potensi jasa dinyatakan hangus maka sebenarnya dapat dikatakan bahwa kos tersebut statusnya adalah menunngu perlakuan berikutnya (in suspense). Rugi dapat saja terjadi sebelum perusahaan mulai berproduksi. Pengikatan atau kontrak yang tidak bijaksana, kecurangan pihak lain



atau sekedar



musibah belaka tidak jarang mengakibatkan hangusanya (dissipation) manfaat ekonomik dalam perioda pendirian badan usaha atau pembangunan pabrik. Pemogokan yang berkepanjangan, kebakaran besar, banjir bandang atau bencan lainnya adalah contoh keadaan khusus atau tidak normal yang dapat mengakibatkan rugi besar. Kalau keadaan memang menunjukkan dengan jelas bahwa rugi telah diderita, satu-satunya perlakuan yang tepat adalah pemisahan jumlah rupiah rugi tersebut sebagai defisit atau dalam keadaan tertentu penghapusan jumlah rupiah rugi tersebut dengan pengurangan modal. Jadi, rugi hendaknya tidak dikapitalisasi atau diasetkan karena kriteria manfaat ekonomik masa datang tidak dipenuhi lagi. Jadi, dapat di simpulkan bahwa, kecuali karena hal-hal yang tidak normal yang mengharuskan kos yang terjadi segera diakui sebagai rugi yang dapat terjadi pada tahapan kegiatan usaha maupun, semua kos yang terjadi merupakan asset atau merupakan bagian dari jumlah rupiah total asset perusahaan paling tidak dalam beberapa saat.



Penilaian Pengukuran (measurement) adalah penentuan angka satuan pengukur terhadap suatu objek untuk menunjukkan makna tertentu objek tersebut. Objek dapat berupa barang, jasa, binatang, tubuh manusia, dan banda atau konstruk lainnya. Makna (attribute) dapat berupa nilai, luas, berat, voluma, tinggi, umur, indeks, prestasi, dan sebagainya. Kalau unit moneter dijadikan satuan pengukur untuk menunjukkan makna ekonomik suatu objek maka pengukuran disebut dengan penilaian. Jadi, penilaian adalah proses penentuan jumlah rupiah suatu objek untuk menentukan makna ekonomiknya di masa lalu, sekarang, atau mendatang. Di dalam akuntansi, istilah pengukuran dan penilain sering tidak dibedakan karena adanya asumsi bahwa akuntansi menggunkan unit moneter untuk mengukur makna ekonomik suatu objek, pos, ataun elemen. Pengukuran biasanya digunakan dalam akuntanssi untuk menunjukkan proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat untuk objek pada saat pemerolehan. Penilaian baiasannya digunkan untuk menunjukkan proses penentuan jumlah rupiah yang harus didekatkan pada tiap elemen atau pos statemen keuangan pada saat penyajian. Dalam penilaian suatu pos untuk tujuan penyajian, akuntansi dapat menggunakan berbagai dasar penilaian (base for valuation) bergantung pada makna yang ingin direpresentasi melalui pos statemen keuangan. Penilaian pos aset di maksudkan untuk menentukan berapa jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos aset dan apa dasar penilaiannya. Ada berbagai dasar penilaian yang dapat digunakan untuk tujuan pelaporan aset dalam rangka menyediakan informasi yang dapat membantu para pemakai untuk mengevaluasi posisi keuangan dan untuk memprediksi aliran kas di masa mendatang. Konsep dasar kontinuitas usaha menempatkan aset sebagai sisa potensi jasa yang akan menjadi upaya dalam menghasilkan pendapatan sehingga dasar penilaian yang paling menggambarkan makna tersebut adalah kos historis. Akan tetapi, dalam praktiknya pos-pos aset tidak hanya memiliki atribut sebagai sisa potensi jasa tetapi atribut yang lain. Investasi jangka pendek, misalnya, mempunyai manfaat ekonomik karena daya tukar menjadi kas atau keterpasaran (marketability). Demikian juga, aset moneter lainnya mempunyai tujuan pelaporan dan atribut yang berbeda. Karena adanya berbagai atribut yang disandang oleh pos-pos aset, berbagai dasar penilaian harus digunakan dalam penyajian agarinformasi semantik yang



dikandung dalam penyajian agar informasi semantik yang dikandung berpaut (relevan) bagi pemakai statemen keuangan. Tujuan Penilaian Aset Karena aset merupakan elemen pembentuk posisi keuangan sebagai informasi semantik bagi investor dan kreditor, tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan. Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang dapat membantu investor dan kreditor dalam menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas bersih ke badan usaha. Oleh karena itu, dasar penilaian aset akan relevan kalau penilaian tersebut dikaitkan dengan aliran kas ke badan usaha. Aliran kas bersih ke badan usaha dapat diprediksi melalui informasi semantik berupa: posisi keuangan, profitabilitas, likuiditas, dan solvensi yang penentuannya melibatkan penilaian aset. Jadi, tujuan penilaian aset adalah merepresentasi atribut pos-pos aset yang



berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis



penilaian yang sesuai. Konsep dan Basis Penilaian Hendriksen dan Van Breda (1992) membahas konsep dan dasar penilaian asset untuk tujuan pelaporan keuangan dari dua dimensi yaitu arah aliran asset dan waktu. Karena asset merupakan komponen penentu posisi keuangan pada saat tertentu, basis pengukuran untuk menilai asset pada saat tersebut yang paling valid adalah harga atau nilai pertukaran. Hal ini sejalan dengan konsep dasar penghargaan sepakatan yang sebenarnya sama dengan harga/nilai pertukaran. Nilai pertukaran dijadikan basis karena dianggap objektif sehingga memenuhi kualitas keterandalan informasi. Nilai pertukaran itu sendiri dapat dipandang dua sisi yaitu pertukaran dalam pemerolehan dan pertukaran dalam pemanfaatan asset (dikonsumsi atau dijual). Nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran pemerolehan disebut dengan nilai masukan, sedangkan yang diperoleh dari pertukaran pemanfaatan disebut nilai keluaran. Walaupun penyajian asset adalah untuk asset tertentu yang dalam dimensi waktu dapat diletakkan sebagai titik sekarang, nilai pertukarannya yang dapat dijadikan basis penilaian dapat nilai pertukaran masa lalu atau masa mendatang. Dimensi waktu dana rah pemerolehan menghasilkan 6 basis pengukuran yaitu: kos historis, kos pengganti, kos harapan, harga jual masa lalu, harga jual sekarang, dan nilai terealisasi harapan.



Nilai Masukan Nilai masukan didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh aset atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha. Kalau tujuan menyajikan makna aset ini adalah untuk menunjukkan aliran kas yang akan keluar dari unit usaha maka nilai masukan merupakan alternatif nilai keluaran untuk objek jasa bila memang tidak ada pasar objek tersebut sehingga nilai keluaran tidak dapat diukur dengan cukup pasti dan andal. Sebagai alternatif nilai keluaran, nilai masukan menunjukkan secara konservatif nilai maksimum objek jasa atau pos aset bersangkutan. Beberapa dasar penilaian yang masuk dalam kategori nilai masukan dibahas berikut ini. Kos Historis Kos historis sebagai nilai masukan merupakan pengukur potensi jasa yang paling objektif untuk pos aset yang baru diperoleh. Kos menunjukkan harga pertukaran pada saat terjadinya. Salah satu keunggulan kos historis dari sudut konsep penilaian adalah dapat diujinya hasil penilaian tersebut (veriable) karena kos historis terjadi dari hasil kesepakatan dua pihak yang independen. Karena dapat diuji validitas penilaiannya, kos historis dapat diandalkan sebagai informasi (reliable). Akan tetapi, ditinjau dari relevansi informasi, kos historis menjadi kurang kebermanfaatannya karena nilai aset berubah dengan berjalannya waktu baik akibat perubahan daya beli atauperubahan harga. Kos historis merupakan nilai kesepakatan terendah bagi pembeli karena dianggap pembeli tidak dapat memperoleh barang/jasa yang sama di tempat lain dengan nilai lebih rendah. Lebih dari itu, mekanisme pasar menjamin bahwa nilai kesepakatan terendah ini mempresentasi nilai sebenarnya atau aktual objek pada saat transaksi itu. Beberapa konsep kos masukan historis diajukan sebagai jawaban atas masalah ini yaitu kos bijaksana (prudent cost), kos standar (standard cost), dan kos asal (original cost). 1. Kos bijaksana adalah kos selayaknya yang manajemen bijaksana, atau hati-hati bersedia membayarnya untuk suatu objek. Kos ini tidak termasuk kos yang merepresentasi ketidaknormalan atau ketidakbijaksanaan seperti, pemborosan, manipulasi, salah urus, atau kurang kompetennya manajemen.



2. Kos standar adalah kos yang seharusnya terjadi dalam kondisi proses produksi tertentu yang diasumsi. Seperti kos bijaksana, kos ketakefisienan dan kapasistas menganggur dikeluarkan dari kos yang terjadi dalam proses produksi. 3. Kos asli merupakan kos suatu asset bagi perusahaan yang pertama kali menempatkannya untuk digunakan dalam layanan publik. Kos asli dikenal dalam konteks layanan publik khususnya bila perusahaan membeli asset bekas dari perusahaan layanan publik lain. Kos Pengganti Kos pengganti atau kos masukan sekarang menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh asset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara. Kos pengganti hampir sama konsepnya dengan kos standar sekarang. Kos standar sekarang adalah beberapa kos yang seharusnya untuk menghasilka suatu produk dengan kondisi harga, teknologi, dan efisiensi sekarang. Kos pengganti berbeda dengan kos standar sekarang karena kos pengganti hanya didasarkan pada harga sekarang tetapi masih tetap didasarkan pada teknologi dan efisiensi masa lalu. Beberapa alternative lain yang masuk dalam kategori kos pengganti adalah nilai penaksiran, nilai wajar, dan nilai terrealisasi bersih dikurangi laba normal. 1. Nilai penaksiran adalah nilai taksiran kos sekarang atau nilai sekarang yang ditentukan dengan prosedur dan analisis sistematik oleh pihak independen yang kompeten. Nilai penaksiran biasanya ditujukan untuk asset tetap perusahaan yang berjalan terus guna menetapkan “nilai buku sekarang” yaitu kos pengganti. 2. Nilai wajar secara umum berarti jumlah rupiah yang dapat diterima untuk suatu objek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan. Nilai wajar adalah nilai asset yang menghasilkan imbalan atau tingkat kembalian yang wajar kalau laba yang wajar telah ditetapkan. 3. Nilai terrealisasi bersih dikurangi laba normal adalah nilai yang diharapkan mempresentasi kos pengganti bila data untuk menetukan kos pengganti tidak tersedia. Jadi, nilai terrealisasi bersih/neto dikurangi laba normal merupakan cara untuk menaksir kos pengganti atau kos sekarang.



Kos Harapan Secara semantik, kos harapan suatu asset adalah nilai pengorbanan ekonomik di masa datang seandainya potensi jasa asset tersebut diperoleh secara bagian demi bagian dan bukan sekaligus. Untuk penilaian sekarang, kos harapan harus didiskun menjadi kos harapan sekarang atau kos masukan masa datang diskunan. Untuk dapat menggunakan dasar penilaian ini tentu saja harus ada alternatif pemerolehan aaset secara bagian demi bagian sebagai pembanding dan diketahui dengan pasti kos masa datang tiap bagian tersebut. Bila tidak ada alternatif semacam itu, penilaian semacam ini akan bersifat hipotesis belaka. Nilai Keluaran Berbagai penilaian atas dasar nilai masukan di atas harus dipahami/dipelajari dari perspektif penilaian alternatif terhadap nilai keluarn untuk tujuan menyediakan informasi yang dapat membantu pemakai dalam memprediksi aliran kas. Nilai keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya yang diterima suatu unit usaha apabila suatu asset atau potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan usaha melalui pertukaran atau konversi. Ada berbagai dasar penilaian yang dapat digunakan dan tiap pos asset dapat dinilai menurut dasar yang paling sesuai dengan tujuan pelaporan tiap pos tersebut. Harga Jual Masa Lalu Harga jual masa lalu sebenarnya menunjukkan kas yang cukup pasti akan diterima dari konversi suatu pos aset yang timbul karna transaksi masa lalu. Pos yang mempunyai atribut semacam ini adalah piutang usaha karena jumlah rupiah piutang usaha merupakan harga jual masa lalu. Oleh karna itu, harga jual masa lalu merupakan salah satu bentuk khusus penilaian yang disebut nilai terrealisasi neto. Nilai terrealisasi neto adalah seluruh kas yang akhirnya berhasil diperoleh atas konversi piutang atau penjualan barang dagangan sampai tuntas transaksinya. Dikatakan neto atau bersih karena rugi piutang tak tertagih atau kos kegiatan penjualan tambahan untuk mendapatkan nilai sekarang pos-pos asset tersebut dikeluarkan dari nilai keluaran.



Harga Jual Sekarang Harga jual sekarang didasarkan pada anggapan bahwa perusahaan akan berlangsung terus dan transaksi dilaksanakan dalam pasar yang normal. Bila tidak ada pasar reguker penilaian ditentukan atas dasar nilai likuidasi. Dasar penilaian ini dapat digunakan apabila unit usaha kemungkinan besar tidak akan dapat menjual produk atau asset dalam saluran penjualan yang normal atau apabila unit usaha tidak dapat lagi memanfaatkan seluruh potensi jasa normal yang diharapkan dari suatu asset. Nilai likuidasi dapat digunakan apabila kondisi pasar berbeda. Nilai jual sekarang sebenarnya didasari oleh konsep setara tunai sekarang. Nilai ini menunjukkan jumlah rupiah kas atau daya beli yang dapat direalisasi dengan cara menjual setiap jenis asset di pasar bebas dalam kondisi perusahaan melikuidasi asetnya secara normal. Secara teoritis, setara kas sekarang merupakan atribut atau poperties yang relevan untuk semua asset. Artinya, semua asset dapat menggunakan dasar penilaian ini pada titik waktu tertentu sehingga agregasi jumlah rupiah asset menjadi bermakna tanpa menghadapi masalah agregasi jumlah rupiah masa lalu, sekarang, dan masa datang yang skala daya belinya berbeda. Kelemahanny adalah tidak semua asset mempunya pasar dan harga pasar kutipan sehingga hasil pengukuran kurang terandalkan.