Teori Middle Range [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI MIDDLE RANGE DALAM KEPERAWATAN : THEORY OF REDUDANCY DAN THEORY OF THERAPEUTIC INTENTION Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Falsafah Dan Teori Keperawatan Dosen Pembimbing : Ns. Priyanto, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB



Disusun oleh : 1. Rizki Aprilriana



010118A122



2. Urwatul Usqo



010118A144



PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2019



Kata Pengantar Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Theory of Redudancy dan Theory of Therapeutic Intention” Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kit asemua tentang Theory of Redudancy dan Theory of Therapeutic Intention. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari materi maupun dari teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami, maka dari itu saran dan kritik yang membangun, sangat kami butuhkan dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini. Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi semua usaha kita. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh.



Ungaran, 19 Juli 2019



Penyusun



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan. Ilmu keperawatan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, memiliki teoriteori yang terbentuk dari filososi dan paradigm yang berbeda dari para pencetus teori keperawatan. Tidak semua teori dapat diaplikasikan secara langsung pada praktik keperawatan sehari-hari, tergantung pada kondisi pasien dan situasi lingkungan yang dialami pasien (Fawcett, 2005). Sehingga, perawat sebagai profesi yang menjalankan praktik berdasarkan batang tubuh ilmu keperawatannya, harus dapat mengenali dan memahami teori-teori yang berkembang dalam dunia keperawatan. Middle Range Theory adalah serangkaian ide/gagasan saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan. Teori ini menjelaskan fenomena spesifik dan telah diuji dalam penelitian dan digunakan untuk memandu praktek keperawatan. Kajian analis teori transendensi diri menjelaskan bagaimana penuaan atau mendorong kerentanan manusia melampaui batas-batas untuk intra pribadi focus pada makna kehidupan. Teori middle range yang merupakan level kedua dari teori keperawatan. Teori Middle Range cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petujuk riset dan praktik, middle range theory lebih banyak digunakan daripada grand theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris. Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas didukung oleh pengembaganagn teori dan model konseptual keperawatan. Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan berdampak sebagai pelayanan professional akan berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset keperawatan dan diimplementasikan di dalam praktek keperawatan.



Asuhan keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dan rasional dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang ada, dengan pendekatan yang dilakukan tersebut bentuk penyelesaian masalah keperawatan dapat terarah dan terencana dengan baik, dimana dalam asuhan keperawatan terdapat beberapa tahap yaitu pengkajian, penegakkan diagnose, perencanaan, implementasi tindakan, dan evaluasi. Profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori yang terdiri dari meta theory, grand theory, middle range theory, dan practice theory. Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan harapan dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan askep dalam praktek keperawatan. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan theory middle range dalam keperawatan? 2. Apa yang dimaksud dengan theory of therapeutic intention? 3. Apa yang dimaksud dengan theory of redundancy? C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui theory middle range dalam keperawatan 2. Untuk mengetahui theory of therapeutic intention 3. Untuk mengetahui theory of redundancy



BAB II PEMBAHASAN A. Theory Middle Range 1. Pengertian theory middle range Middle Range Theory dikemukakan oleh sosiolog Amerika Robert Merton dalam ‘Social theory and social Structure’(1957) untuk enghubungkan pemisah diantara hipotesishipotesis terbatas dari studi empirisme dan teori-teori besar yang abstrak yang diciptakan Talcott Parson. Middle Range Theory adalah serangkaian ide/gagasan saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan. Teori ini menjelaskan fenomena spesifik dan telah diuji dalam penelitian dan digunakan untuk memandu praktek keperawatan. Kajian analis teori transendensi diri menjelaskan bagaimana penuaan atau mendorong kerentanan manusia melampaui batas-batas untuk intra pribadi focus pada makna kehidupan. Teori Middle Range, merupakan level kedua dari teori keperawatan, abstraknya pada level pertengahan, inklusif, diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Contoh yang mewakili mid-range teori adalah teori meredakan nyeri dalam keperawatan. Teori ini lebih luas dari theori neural conduction terhadap rangsangan nyeri tetapi lebih sempit dari tujuan mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Jadi fenomena nyeri terkait pada konsep mid-range pada keperawatan, karena nyeri adalah salah satu dari fenomena yang terdiri dari konsep global suatu disiplin. Mid-range theories berfokus pada konsep peminatan perawat dan mencakup nyeri, empati, berduka, konsep diri, harapan, kenyamanan, martabat dan kualitas hidup. Contoh dalam keperawatan middle range theories adalah : Rogers’ Theory dari akselerasi perubahan, Roy’s Theory dari teori adaptasi,King’s Theory dari pencapaian tujuan. Teori chronic sorrow merupakan teori mid-range karena dalam teori ini membahas tentang fenomena yang spesifik yaitu tentang masalah- masalah yang timbul dari penyakit kronis mencakup proses berduka, kehilangan, faktor pencetus dan metoda



manajemennya. Karena kespesifikan teori tersebut, maka teori ini mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan. 2. Biografi Myra Estrin Levine Myra Estrin Levine (1920-1996) lahir di Chicago, Illinois. Ia adalah anak tertua dari tiga bersaudara. Levine mengembangkan minat dalam perawatan karena ayahnya sering sakit (mengalami masalah gastrointestinal) dan memerlukan perawatan Levine lulus dari Cook County School of Nursing tahun 1944 dan memperoleh gelar Bachelor Science of Nursing (BSN) dari University of Chicago pada tahun 1949. Setelah lulus, Levine bekerja sebagai perawat sipil untuk US Army, sebagai supervisor perawat bedah, dan administrasi keperawatan. Setelah mendapatkan gelar Master Science of Nursing (MSN) di Wayne State University pada tahun 1962, ia mengajar keperawatan di berbagai lembaga seperti University of Illinois di Chicago dan Tel Aviv University di Israel. Levine menulis 77 artikel yang dipublikasikan yang termasuk artikel “An Introduction to Clinical Nursing” yang dipublikasikan berulang kali pada tahun pada tahun 1969, 1973 & 1989.Ia juga menerima gelar doktor kehormatan dari Loyola University pada tahun 1992. Levine meninggal pada tanggal 20 Maret 1996 di usianya ke 75 tahun. Levine pribadi menyatakan bahwa ia tidak bertujuan khusus untuk mengembangkan “Teori keperawatan,” tetapi ingin menemukan cara untuk mengajarkan konsep-konsep utama dalam Keperawatan Medikal Bedah dan berusaha untuk mengajarkan siswa keperawatan sebuah pendekatan baru dalam kegiatan keperawatan. Levine juga ingin berpindah dari praktek keperawatan pendidikan yang  menurutnya sangat prosedural dan kembali fokus pada pemecahan masalah secara aktif dan perawatan pasien.



3. Konsep Utama



Selama bertahun-tahun, perawat (seperti Myra Levine) telah mengembangkan berbagai teori yang memberikan penjelasan yang berbeda dari disiplin keperawatan. Seperti dia Konservasi Model, semua berbagi teori empat konsep pusat atau utama: a. Konservasi adalah penyatuan dari sistem kehidupan. Bersama-sama berarti menjaga



keseimbangan yang tepat antara intervensi keperawatan aktif dan partisipasi pasien, di mana pasien berpartisipasi dalam batas aman dari kemampuannya. Individu mempertahankan sistem itu dalam interaksi konstan dengan lingkungan mereka dan memilih opsi yang paling ekonomis, hemat, hemat energi yang tersedia untuk menjaga integritas mereka. Sumber energi tidak dapat diamati secara langsung tetapi konsekuensi (manifestasi klinis) dari pertukarannya dapat diprediksi, dikelola, dan dikenali ( Levine, 1991 ). Konservasi adalah tentang mencapai keseimbangan antara pasokan dan permintaan energi dalam realitas biologis unik individu. b. Adaptasi adalah proses perubahan yang berkelanjutan di mana individu



mempertahankan integritas mereka dalam realitas lingkungan mereka ( Levine, 1989a ). Perubahan adalah proses kehidupan, dan adaptasi adalah metode perubahan. Pencapaian adaptasi adalah "penggunaan sumber daya lingkungan yang hemat, ekonomis, terkendali, dan terkontrol oleh individu demi kepentingan terbaiknya" ( Levine, 1991, hal. 5 ). Individu memiliki serangkaian respons adaptif yang unik bagi mereka. Kisarannya bervariasi sesuai usia dan ditantang oleh penyakit. Sebagai contoh, dorongan hipoksik merangsang pernapasan pada individu dengan penyakit paru obstruktif kronis. Sejarah, kekhususan, dan redundansi menjadi ciri adaptasi yang menunggu tantangan yang mereka tanggapi ( Levine, 1995)). Tingkat keparahan respon dan pola adaptif bervariasi berdasarkan pada struktur genetik spesifik dan pengaruh faktor sosial, budaya, spiritual, dan pengalaman. c. Redundansi merupakan pilihan anatomi, fisiologis, dan psikologis yang gagal-aman



yang tersedia bagi individu untuk memastikan adaptasi yang berkelanjutan ( Levine, 1991 ). Levine (1991)mengusulkan bahwa “[a] kesehatan chiting didasarkan pada pemilihan pilihan berlebihan yang disengaja” (hal. 6 ). Kelangsungan hidup tergantung pada opsi yang berlebihan yang ditantang dan membatasi penyakit, penyakit, dan penuaan.



d. Keutuhan ada ketika interaksi dengan dan adaptasi dengan lingkungan



memungkinkan jaminan integritas ( Levine, 1991 ). Perawat menggunakan prinsip konservasi untuk mempromosikan keutuhan. Pengakuan interaksi yang terbuka, lancar, dan terus berubah antara individu dan lingkungan adalah dasar dari pemikiran holistik. Keutuhan adalah kesehatan; kesehatan adalah integritas. Kesehatan adalah polanya, dan kesejahteraan adalah tujuan dari perubahan adaptif. Levine (1988) juga menyebut konsep metaparadigma tentang orang, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan sebagai tempat umum disiplin karena mereka diperlukan untuk deskripsi keperawatan 1) Orang Seseorang adalah holistik sedang yang terus berupaya untuk menjaga keutuhan dan integritas  dan satu "yang hidup, berpikir, berorientasi masa depan, dan masa lalu-sadar." The keutuhan (integritas) dari tuntutan individu yang hidup "individu memiliki artinya hanya dalam konteks kehidupan sosial "(Levine, 1973, hal 17). Orang juga digambarkan sebagai individu yang unik dalam persatuan dan kesatuan, perasaan, percaya, berpikir dan seluruh sistem dari sistem. 2) Lingkungan Lingkungan melengkapi keutuhan individu. Lingkugan terbagi menjadi 2 bagian yaitu lingkungan internal dan  eksternal : a. Lingkungan internal menggabungkan aspek fisiologi dan patofisiologi dari individu   dan konstan ditantang oleh lingkungan eksternal. Lingkungan internal juga adalah integrasi dari fungsi tubuh yang menyerupai homeorhesis daripada homeostasis dan tunduk terhadap tantangan dari lingkungan eksternal, yang selalu merupakan bentuk energi. b. Lingkungan eksternal dibagi ke dalam lingkungan persepsi, operasional, dan konseptual. Lingkungan persepsi adalah bagian dari lingkungan eksternal yang individu menanggapi dengan organ-organ indera mereka dan termasuk cahaya, suara, sentuhan, suhu, kimia perubahan yang berbau atau terasa, dan rasa posisi dan keseimbangan. Lingkungan



operasional adalah bagian dari lingkungan eksternal yang berinteraksi dengan jaringan hidup meskipun individu tidak memiliki organ perasa yang dapat merekam adanya faktor-faktor dan mencakup semua bentuk radiasi, mikroorganisme, dan polutan. Lingkungan konseptual adalah bagian dari lingkungan eksternal yang terdiri dari bahasa, ide, simbol, dan konsep dan penemuan dan mencakup pertukaran bahasa, kemampuan berpikir dan pengalaman emosi, sistem nilai, keyakinan agama, etnis dan tradisi budaya, dan psikologis individu pola yang berasal dari pengalaman hidup. 3) Kesehatan Sehat dan sakit merupakan pola perubahan adaptif. Kesehatan tersirat berarti persatuan dan kesatuan dan "merupakan adaptasi keutuhan dan sukses". Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan kesehatan. 4) Perawatan Perawatan melibatkan terlibat dalam "interaksi manusia". "Perawat itu masuk ke dalam kemitraan pengalaman manusia di mana saat-saat berbagi dalam waktu beberapa sepele, beberapa dramatis-daun tandanya selamanya pada setiap pasien". Tujuan keperawatan adalah untuk mempromosikan adaptasi dan memelihara keutuhan (kesehatan). Seperti telah disebutkan di atas, Levine Model Konservasi dibahas bahwa cara di mana orang dan lingkungan menjadi kongruen dari waktu ke waktu. Ini adalah fit dari orang dengan kesulitan nya waktu dan ruang. Respon adaptif spesifik membuat konservasi yang mungkin terjadi pada berbagai tingkatan; molekuler, fisiologis, emosional, psikologis, dan sosial. Tanggapan ini didasarkan pada tiga faktor (Levine, 1989): historisitas, spesifisitas dan redundansi.



Merujuk fakta bahwa setiap sistem yang membentuk manusia memiliki jalur stimulusrespons yang unik. Respons dirangsang oleh pemicu stres tertentu dan berorientasi pada tugas. Respons yang distimulasi dalam banyak jalur cenderung disinkronkan dan terjadi dalam kaskade reaksi komplementer (atau merugikan dalam beberapa kasus). Levine (1973a) menekankan bahwa pemahaman pasien tentang rencana perawatan dan studi diagnostik sangat penting. Untuk pemahaman ini perawat memberikan kontribusi pengetahuan ilmu keperawatan, riwayat penyakit pasien yang cermat, persepsi pasien tentang kesulitan saat ini, informasi yang diperoleh dari keluarga dan teman, dan pengamatan akut pasien dan interaksinya dengan orang lain ( Levine, 1966a ). Pendekatan terpadu untuk perawatan yang berpusat pada pasien ini memberikan dasar untuk perawatan kolaboratif dan pembentukan kemitraan dalam pemberian perawatan komprehensif. Pengobatan berfokus pada pengelolaan respons organismik, termasuk yang berikut: a. Fight or Flight Merupakan respon yang paling primitif dimana ancaman diterima individu baik nyata maupun tidak, merupakan respon terhadap ketakutan melalui menyerang atau



menghindar dan merupakan reaksi yang tiba-tiba. Respon yang disampaikan adalah kewaspadaan mencari informasi untuk rasa aman dan sejahtera. b. Respon terhadap peradangan Merupakan mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari lingkungan yang merusak, merupakan cara untuk menyembuhkan diri. Respon individu adalah menggunakan energi sistemik yang ada dalam dirinya untuk membuang iritan yang merugikan. c. Respon terhadap stress Merupakan respon defensif dalam bentuk perubahan yang tidak spesifik pada manusia, perubahan struktural dan kehilangan energi untuk beradaptasi secara bertahap terjadi sampai rasa lelah terjadi atau sampai dengan klien atau individu berespon terhadap pelayanan keperawatan. d. Kewaspadaan perceptual Informasi dan pengalaman hidup hanya bermanfaat ketika diterima secara utuh oleh individu, semua pertukaran energi terjadi dari individu ke lingkungan dan sebaliknya. Hasilnya adalah aktivitas fisiologi atau tingkah laku. Respon ini sangat tergantung kepada kewaspadaan perceptual individu, hanya terjadi saat individu menghadapi lingkungan baru di sekitarnya dengan cara mencari dan mengumpulkan informasi dimana hal ini bertujuan untuk mempertahankan keamanan dirinya. 4. Konsep Dasar Model Konservasi Levine Teori keperawatan Myra Levine dirumuskan pada tahun 1966 dan dipublikasikan pada tahun 1973, menggambarkan klien sebagai mahkluk hidup terintegrasi  yang saling berinteraksi  dan beradaptasi terhadap lingkungannya. Levine percaya bahwa intervensi keperawatan merupakan aktivitas konservasi, dengan konservasi energy sebagai pertimbangan utama (Fawcett,1989).Sehat dipandang dari sudut konservasi  energy dalam lingkup area sebagai berikut , Levine menyebutnya sebagai empat prinsip konservasi dalam keperawatan : 1) Konservasi Energi



Tujuan dari konversi energy ini adalah untuk menghindari penggunaan energy yang berlebihan atau kelelahan.Karena individu memerlukan keseimbangan energy dan memperbaharui energy sevara konstan untuk mempertahankan aktivitas hidup. Dalam praktek keperwatan hal ini terlihat di ruang rawat pasien disamping tempat tidur pasien. Contohnya menjag nutrisi dan kesehatan pasien dengan masalah nutrisi.



2) Konservasi Struktur Integritas Penyembuhan adalah suatu proses pergantian dari intergritas struktur .Seorang perawat harus membatasi  jumlah jaringan yang terlibat dengan penyakit melalui perubahan fungsi dan intervensi keperawatan. Contohnya membantu pasien dalam latihan berjalan, pemeliharaan kebersihan pribadi pasien.



3) Konservasi integritas personal Seorang perawat aharus dapat menghargai diri pasien. Hal ini bias terlihat ketika klien dipanggil dengan namanya .Sikap menghargai tersebut terjadi karena adanya proses nilai personal yang menyediakan privasi selama prosedur. Contohnya melindungi ruangan pasien dan memberi kenyamanan kepada pasien.



4) Konservasi Integritas Sosial Kehidupan berarti komunitas ,social dan kesehatan merupakan keadaan social yang telah ditentukan .Oleh karena itu ,perawat berperan menyediakan kebutuhan terhadap keluarga ,membantu kehidupan religius dan menggunakan hubungan interpersonal. Contohnya membantu individu untuk mempertahankan tempatnya dalam keluarga, komunitas dan masyarakat.



Meskipun penerapan teori Levine yang komprehensif dan luas, model ini bukannya tanpa batasan. Sebagai contoh, model konservasi Levine berfokus pada penyakit yang bertentangan dengan kesehatan; dengan demikian, intervensi keperawatan terbatas hanya untuk mengatasi kondisi yang ada pada seseorang. Oleh karena itu, intervensi keperawatan di bawah teori Levine memiliki fokus saat ini dan jangka pendek dan tidak mendukung promosi



kesehatan dan prinsip pencegahan penyakit, meskipun ini adalah komponen penting dari praktik keperawatan saat ini. Dengan demikian, batasan utama adalah fokus pada individu dalam keadaan sakit dan pada ketergantungan pasien.  Selain itu, perawat memiliki tanggung jawab untuk menentukan kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan, dan jika persepsi perawat dan pasien tentang kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan tidak cocok, ketidaksesuaian ini akan menjadi area konflik.  Ada sejumlah batasan dalam hal empat prinsip. Pada konservasi energi, tujuan Levine adalah untuk menghindari kelelahan atau penggunaan energi yang berlebihan. Ini dapat dikelola dalam perawatan di samping tempat tidur klien yang sakit. Dalam kasus di mana energi perlu digunakan daripada dilestarikan seperti pada pasien manik, ADHD pada anakanak atau mereka dengan gerakan terbatas seperti klien lumpuh, teori Levine tidak berlaku. Pada konservasi integritas struktural, fokusnya adalah untuk melestarikan struktur anatomi tubuh serta untuk mencegah kerusakan pada struktur anatomi. Ini, sekali lagi, memiliki keterbatasan.  Dalam kasus di mana struktur anatomi tidak begitu sempurna tetapi tanpa cacat atau masalah yang diidentifikasi seperti dalam operasi plastik, prosedur seperti peningkatan payudara dan sedot lemak; orang' Integritas struktural terganggu tetapi merupakan pilihan pasien yang mencari kecantikan fisik dan kepuasan psikologis yang dipertimbangkan. Jika tidak demikian, prosedur tidak boleh dipromosikan.  Pada konservasi integritas pribadi, perawat diharapkan untuk memberikan pengetahuan dan pasien perlu dihormati, diberikan privasi, didorong dan didukung secara psikologis. Keterbatasan di sini akan berpusat pada klien yang secara psikologis cacat dan lumpuh dan tidak dapat memahami dan menyerap pengetahuan, yaitu pasien koma, individu yang ingin bunuh diri atau klien. Terakhir, konservasi tujuan integritas sosial adalah untuk melestarikan dan pengakuan interaksi manusia, terutama dengan klien, orang lain yang signifikan yang membentuk sistem pendukungnya. Batasan khusus untuk ini, adalah ketika klien tidak memiliki orang lain yang signifikan seperti anggota keluarga. Anak-anak yang terbengkalai, pasien psikiatris yang tidak dapat berinteraksi, klien yang tidak responsif seperti orang yang tidak sadar, fokusnya di sini bukan lagi pasien itu sendiri tetapi orang-orang yang terlibat dalam perawatan kesehatannya. 



5. Kegunaan Middle Range Theory 1) Dalam bidang praktik dan penelitian mudah diaplikasikan dan cukup abstrak secara ilmiah. Tingkatnya menengah diorganisasi dalam lingkup terbatas, variabel terbatas, serta dapat diuji secara langsung. 2) Mampu menstimulasi dan mengembangkan pemikiran rasional dari penelitian. 3) Membimbing dalam penilitian variabel dan pernyataan dalam penelitian. 4) Membantu praktik dengan memfasilitasi pemahaman terhadap perilaku klien. 6. Tindakan Keperawatan Secara langsung berfokus pada sumber yang berasal dari dalam diri seseorang terhadap transendensi/berfokus pada beberapa factor personal dan kontekstual yang mempengaruhi hubungan antara transendensi diri dan keadaan baik/sehat. Proses Keperawatan Menggunakan Model Levine  a. Penilaian - Pengumpulan fakta, melalui wawancara dan observasi dengan pasien (mempertimbangkan prinsip konservasi). b. Judgment (Trophicognosis) - Penerapan diagnosis keperawatan yang akan memberikan fakta-fakta yang terkumpul dengan makna dalam konteks keadaan pasien. c. Hipotesis - Penerapan intervensi yang bertujuan untuk menjaga keutuhan pasien dan mempromosikan adaptasi mereka dalam situasi saat ini. d. Intervensi - Penggunaan intervensi akan menguji hipotesis perawat. e. Evaluasi - Penilaian tanggapan klien terhadap intervensi yang diberlakukan. 7. Contoh Tindakan keperawatan Kasus Seorang anak laki-laki usia 12 tahun 6 bulan, dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan utama lemas, demam, demam meningkat pada malam hari disertai batuk kering dan berkeringat dingin, anak mengeluhkan mual dan tidak nafsu makan. Ibu mengatakan anak hanya menghabiskan ½ sampai ¾ porsi yang disediakan rumah sakit. Menurut Ibu suhu tubuh anak naik menjelang sore hari dan turun bila minum obat penurun panas. Anak mengatakan bahwa dia merasa sesak nafas dan lebih nyaman tidur dengan posisi bantal dan kepala tempat tidur ditinggikan. Anak juga mengeluhkan badannya lemah, dan tidak kuat untuk melakukan



aktivitasnya sendiri (skor fatigue 6). Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan data berat badan anak adalah 24 kg, tinggi badan 124 cm (BB standar berdasarkan usia adalah 42,3 kg, klasifikasi BB/TB adalah 86% BB standar dengan criteria malnutrisi ringan, perawakan pendek, tinggi badan usia 7 tahun). Tanda-tanda vital (nadi: 80x/mnt, nafas: 40x/mnt, suhu:38,3°C dan tekanan darah 110/55 mmHg). Anak terlihat lemah, nafas sesak, pucat, demam dan gelisah. Semua aktivitas anak dibantu oleh ibu dan ayahnya. Selama pemberian asuhan keperawatan pada anak. Saat dilakukan pengkajian anak mengeluhkan mual dan tidak nafsu makan. Ibu mengatakan anak hanya menghabiskan ½ sampai ¾ porsi yang disediakan rumah sakit. Menurut Ibu suhu tubuh anak naik menjelang sore hari dan turun bila minum obat penurun panas. Anak mengatakan bahwa dia merasa sesak nafas dan lebih nyaman tidur dengan posisi bantal dan kepala tempat tidur ditinggikan. Anak juga mengeluhkan badannya lemah, dan tidak kuat untuk melakukan aktivitasnya sendiri (skor fatigue 6). Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, didapatkan data berat badan anak adalah 24 kg, tinggi badan 124 cm (BB standar berdasarkan usia adalah 42,3 kg, klasifikasi BB/TB adalah 86% BB standar dengan criteria malnutrisi ringan, perawakan pendek, tinggi badan usia 7 tahun). Tanda-tanda vital (nadi: 80x/mnt, nafas: 40x/mnt, suhu:38,3°C dan tekanan darah 110/55 mmHg). Anak terlihat lemah, nafas sesak, pucat, demam dan gelisah. Semua aktivitas anak dibantu oleh ibu dan ayahnya. Selama pemberian asuhan keperawatan pada anak, Trophicognosis yang muncul adalah kelelahan, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan keseimbangan suhu tubuh, pola nafas tidak efektif, perubahan perfusi jaringan, risiko infeksi dan risiko cedera akibat pemberian kemoterapi. Diagnose medis anak pada waktu pengkajian adalah Limfoma Hodgkin stadium IV. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan adalah: memberikan latihan fisik, membantu aktivitas anak, memantau nutrisi dan berat badan, memonitor suhu tubuh, memberikan kompres hangat, mempertahankan posisi semi fowler memberikan oksigen, melibatkan orang tua dalam perawatan anak, dan berkolaborasi dalam memberikan transfuse darah, obatobatan dan pemeriksaan penunjang. Hasil evaluasi setelah melakukan intervensi selama 2 minggu adalah kondisi anak cukup stabil, dimana klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri atau dengan bantuan ringan dari orang tua, suhu tubuh klien dapat dipertahankan dalam batas normal, peningkatan nafsu



makan namun belum menunjukkan peningkatan berat badan, pola nafas klien efektif, adanya perbaikan perfusi jaringan, anak tidak menujukkan tanda-tanda infeksi dan cedera selama dirawat. Konsep dan proposisi dari model konseptual dijabarkan dengan jelas termasuk mengidentifikasi teori yang dihasilkan dari model konseptual Levine (Fawcett, 2005; Alligood & Tomey). Evaluasi pada tahap ini mengkaji hubungan antara model konseptual yang masih bersifat abstrak dan umu dengan teori yang lebih spesifik dan konkrit. Conservation Model mengembangkan du teori yaitu Therapeutic Intention dan Redudancy.



Untuk meringkas, Levine menyatakan pandangan bahwa dalam hubungan perawat-pasien keadaan kesehatan pasien tergantung pada proses adaptasi yang didukung perawat. Ini memandu perawat untuk fokus pada pengaruh dan respons klien untuk mempromosikan keutuhan melalui Prinsip Konservasi. Tujuan dari model ini adalah untuk mencapai ini melalui konservasi energi, struktural, personal dan integritas sosial. Tujuan keperawatan adalah untuk mengenali, membantu, mempromosikan, dan mendukung proses adaptif yang bermanfaat bagi pasien.  B. Theory of Therapeutic Intention 1. Pengertian Niat terapeutik telah didefinisikan sebagai 'alasan' seorang terapis untuk memilih perilaku spesifik, mode tanggapan, teknik, atau intervensi untuk digunakan dengan klien disetiap momen tertentu dalam sesi. Karena itu, “mengapa” di balik tindakan seorang terapis, dan mungkin mencerminkan subjektifnyapengalaman sesi dengan klienHill and O’Grady



(2001) telah menyarankan bahwa meninjau niatnya dapat memungkinkan peserta pelatihan untuk memeriksanya. Motivasi menjadi lebih sadar akan apa yang dia coba capai, dan memungkinkan dia untuk melakukannyasecara sistematis memeriksa baik intervensi maupun reaksi kliennya. Tujuan dari inibelajar adalah untuk menggunakan proses pengkodean sesi konseling untuk niat terapis. Orchowski,Evangelista, dan Probst (2010) menyatakan bahwa refleksi diri penting bagi semua terapis dan yang paling penting untuk terapis pemula, karena dapat memungkinkan peserta untuk terlibat dalam pemikiran kritis dan meningkatkan pengambilan keputusan etis. Theory of therapeutic intention dikembangkan sejak tahun 1970. Pada tahun 1987 Levine menyatakan mengorganisasi intervensi keperawatan yang lebih dari realitas biologis dimana realitas tersebut harus dihadapi oleh perawat. Beberapa asumsi dari teori tersebut diantaranya konservasi sebagai hasil dari proses adaptasi, perubahan yang berhubungan denagn intervensi teraupetik menghasilkan proses adaptasi, penerapan dari prinsip model konservasi adalah restorasi kesehatan fisik, serta aktifitas yang berhubungan dengan upaya menjaga kesehatan meliputi promosi kesehatan, pengawasan kesehatan, dan aktifitas pemantauan kesehatan berkala. 2. Konsep teori Levine menyatakan cakupan dari teori of Therapeutic Intention meliputi tujuh area yaitu regimen teraupetik digunakan untuk mendukung proses penyembuhan fisik dan pemulihan optimal dari struktur dan fungsi tubuh sebagai respon alamiah terhadap penyakit, regimen teraupetik yang mensubstitusi proses servomechanism (mekanisme tubuh untuk menghasilkan tingkat energy yang lebih tinggi dari sebelumnya) sebagai akibat dari kegagalan proses autoregulasi tubuh, regimen teraupetik berfokus pada penyebab spesifik penyakit dan penyembuhan setelah pembedahan atau terapi pengobatan serta pemulihan kondisi kesejahteraan klien, regimen teraupetik yang tidak dapat mengganti proses patologis akan ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan klien, regimen teraupetik akan menyeimbangkan resiko terkena maupun proses penyakit, regimen teraupetik akan menstimulasi proses fisiologis dan memfasilitasi respon perbaikan fungsi tubuh serta regimen teraupetik berperan dalam menyeimbangkan kondisi metanolik, nutrisi dan latihan. Levine menyatakan dalam mengembangkan teori of Therapeutic Intention tidak semua idea tau konsep berasal dari model konsep konservasi. Levine meyatakan proses berpikirnya memang cukup konsisten akan tetapi dicurahkan dalam banyak area, tidak pada satu area saja. Schaefer (1991) menyatkan bahwa penerapan teori of Therapeutic Intention tidak hanya



menjelaskan informasi spesifik mengenai pemberian perawatan akan tetapi perawat harus memiliki informasi terkait respon individu sehingga teori ini pun mengarah pada kualitas perawatan dan efektifitas biaya. 3. Aplikasi keperawatan Dalam mengembangkan Theory of Therapeutic Intention, Fawcett (2005) mengutip model Levine karena kapasitasnya untuk mengatur intervensi keperawatan menggunakan realitas biologis yang dihadapi perawat dan mengusulkan rejimen terapeutik untuk mendukung tujuan berikut ( Fawcett, 2000 ): a. Memfasilitasi penyembuhan terintegrasi dan pemulihan struktur dan fungsi yang optimal. b. Memberikan dukungan untuk bagian autoregulasi yang gagal dari sistem terintegrasi. c. Kembalikan integritas dan kesejahteraan individu ( Gagner-Tjellesen, Yurkovich, &



Gragert, 2001 ). d. Memberikan langkah-langkah yang mendukung untuk memastikan kenyamanan dan mempromosikan kepedulian manusia. e. Seimbangkan risiko toksik terhadap ancaman penyakit ( Piccoli & Galvao, 2001 ).



f. Memanipulasi diet dan aktivitas untuk memperbaiki ketidakseimbangan metabolisme dan merangsang fisiologi. g. Memperkuat atau memusuhi respons biasa untuk menciptakan perubahan terapeutik. Niat teraupetic dilakukan oleh perawat kepada klien, dimana niat theraupetic disusaikan dengan kebutuhan perawat, misalnya untuk menggali informasi terkait penyebab penyakit yang diderita oleh pasien, menggali informasi terkait gejala yang dirasakan oleh pasien untuk mnetukan diagnose keperawatan yang tepat. C. Theory of Redudancy 1. Pengertian Teori selanjutnya yang dikembangkan berdasarkan Levine’s Conservation Model adalah teori of Redudancy. Teori ini masih bersifat spekulatif yang mendifinisakan ulang mengenai penuan dan hampir keseluruhan hal yang harus dilakukan berkenaan dengan kehidupan manusia. Levine menyatakan bahwa penuaan merupakan suatu kondisi dimana berkerungnya ketersediaan sistem redudansi yang dibutuhkan dalam rangka menjaga kesejahteraan fisik dan social. Selanjutnya dinyatakan bahwa penuaan menghasilkan



konsekuensi kegagalan redudansi proses fisiologis dan psikologis. Teori ini berasal dari konsep adaptasi. Schaefer mengembangkan teori redudansi dengan mengidentifikasi pernyataan asumsi dan proposisi dalam teori tersebut. Teori redudansi berasumsi bahwa tidak tersedianya kondisi baik dalam fisiologis, anatomi dan respon psikologis individu yang digunakan dalam pengembangan upaya perawatan pasien. Proposisi dalam teori tersebut adalah tubuh memiliki lebih dari satu cara untuk memenuhi fungsinya hal tesebut mencakup rangkaian proses adaptasi yang dilakukan individu ketika stabilitasnya terganggu, pilihan redudansi diambil berdasarkan pengetahuan dan konsultasi dari klien dan petugas kesehatan dan ketika pilihan redudansi tidak tersedia maka mempertahankan diri menjadi hal yang sulit bagi klien. Asumsi dari teori ini dikembangkan oleh Schaefer yang menyatakan bahwa seluruh aktifitas keperawatan merupakan konservasi, konservasi adalah prinsip fundamental dalam ilmu pengetahuan dasar, tujuan dari konservasi adalah tetap dalam kebersamaan menuju keseimbangan intervensi keperawatan dan partisipasi klien dalam konservasi menitikberatkan dalam keseluruhan, integritas serta kesatuan. Beberapa proposisi yang dikembangkan adalah individu selalu terkait dengan lingkungan dan kesadaran individu tentang lingkungan tersebut akan mempengaruhi perilaku individu tersebut, individu melindungi dirinya dari lingkungan dengan mengupayakan pencarian informasi terkait, perawat berpartisipasi aktif dalam lingkungan pasien termasuk mendukung proses adaptasi serta perawat harus mempertimbangkan interaksi lingkungan dan individu dalm asuhan keperawatan. Dalam perkembangannya, Conservation Model menjadi dasar dikembangkannya beberapa teori lain seperti teori menjaga keseimbangan yang dikembangkan oleh Schaefer (1996) dilakukan pada wanita dengan fibromyalgia, teori mengenai efek latihan berjalan bagi wanita yang menderia kanker payudara yang dikembangkan oleh Mock (1998). Teori Redundansi Levine, yang didasarkan pada adaptasi, memiliki kapasitas untuk memperluas pemahaman kita tentang penuaan ( Fawcett, 2005 ). Redundansi didasarkan pada kemampuan manusia untuk "memantau perilakunya sendiri dengan melestarikan penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk mendefinisikan identitas uniknya" ( Levine, 1991, hal. 4 ). Melekat dalam kemampuan untuk memilih dari lingkungan adalah ketersediaan opsi dari mana pilihan dibuat.



Mefford (2000; Mefford & Alligood, 2011a , b ) menguji validitas Teori Kisaran Menengah Promosi Kesehatannya untuk Bayi Prematur dan menemukan bahwa konsistensi perawat pengasuh memediasi integritas bayi saat lahir dan usia kesehatan diperoleh, dan inversi. hubungan antara penggunaan sumber daya oleh bayi prematur selama masa inap di rumah sakit dan konsistensi pengasuh. Watanabe dan Nojima (2005) mengembangkan teori kelas menengah dengan sub-blok menggunakan Levine's Conservation Model untuk menggambarkan, “pengiriman yang tenang.” Tinjauan literatur mengidentifikasi 22 konsep yang terkait dengan empat integritas model. Konservasi integritas sosial adalah integritas yang terkait dengan sekelompok lima konsep, termasuk dukungan sosial; hubungan diadik antara orang tua, generasi, dan lingkungan; dan fungsi keluarga. Mereka mengidentifikasi isyarat penting bagi para peneliti untuk melakukan studi di bidang ini. Laporan anekdotal mendukung teori dalam praktik. Sebagai contoh, seorang pasien diabetes yang mengikuti program diet dan olahraga lebih cenderung mengontrol kadar gula darahnya (niat terapeutik) daripada orang yang tidak mengikuti program yang sama. Pasien dengan emfisema yang melakukan aktivitas ruang untuk menghemat energi akan lebih puas dengan kehidupan sehari-hari daripada pasien yang tidak melakukan aktivitas ruang (konservasi). Pasien dengan penyakit kronis mengelola hidup mereka lebih baik ketika diberi pilihan untuk perawatan daripada pasien yang tidak diberikan opsi (redundansi). Menurut Levine (1991), kegagalan opsi yang berlebihan (kehilangan pendengaran di satu telinga) membantu menjelaskan penuaan. Teori Redundansi mungkin menjelaskan proses penuaan karena seiring bertambahnya usia fungsi organ, dalam beberapa kasus sebagai bagian dari proses penuaan. Jika gagal ginjal, Teori Redundansi tidak lagi berlaku karena hanya satu ginjal yang tersisa. Ini juga benar jika seorang pasien hanya dapat mendengar dari satu telinga; opsi untuk mendengar dengan kedua telinga sudah tidak ada. Tentu saja, alat bantu dengar dapat membantu memulihkan pendengaran di telinga dengan fungsi yang kurang optimal, mendukung Teori Redundansi melalui penggunaan teknologi.



BAB III KESIMPULAN Conservation Model mengembangkan dua teori yaitu theory of Redudancy dan theory of Theraupetic Intention. Teori of Redudancy menyatakan bahwa seluruh aktifitas keperawatan merupakan konservasi, konservasi adalah prinsip fundamental dalam ilmu pengetahua dasar, tujuan dari konservasi adalah tetap dalam kebersamaan menuju keseimbangan intervensi keperawatan dan partisipasi klien dan konservasi menitikberatkan dalam keseluruhan, integritas, serta kesatuan. Teraupetic regimen harus diterapkan untuk meningkatkan energy serta fungsional organ dalam proses mempercepat proses penyembuhan. Levine menyatakan pandangan bahwa dalam hubungan perawat-pasien keadaan kesehatan pasien tergantung pada proses adaptasi yang didukung perawat. Ini memandu perawat untuk fokus pada pengaruh dan respons klien untuk mempromosikan keutuhan melalui Prinsip Konservasi. Tujuan dari model ini adalah untuk mencapai ini melalui konservasi energi, struktural, personal dan integritas sosial. Tujuan keperawatan adalah untuk mengenali, membantu, mempromosikan, dan mendukung proses adaptif yang bermanfaat bagi pasien.  Theory of therapeutic intention dikembangkan sejak tahun 1970. Pada tahun 1987 Levine menyatakan mengorganisasi intervensi keperawatan yang lebih dari realitas biologis dimana realitas tersebut harus dihadapi oleh perawat.



Dalam mengembangkan Theory of Therapeutic Intention, Fawcett (2005) mengutip model Levine karena kapasitasnya untuk mengatur intervensi keperawatan menggunakan realitas biologis yang dihadapi perawat dan mengusulkan rejimen terapeutik untuk mendukung tujuan berikut ( Fawcett, 2000 ): a. Memfasilitasi penyembuhan terintegrasi dan pemulihan struktur dan fungsi yang optimal. b. Memberikan dukungan untuk bagian autoregulasi yang gagal dari sistem terintegrasi. c. Kembalikan integritas dan kesejahteraan individu ( Gagner-Tjellesen, Yurkovich, &



Gragert, 2001 ). d. Memberikan langkah-langkah yang mendukung untuk memastikan kenyamanan dan mempromosikan kepedulian manusia. e. Seimbangkan risiko toksik terhadap ancaman penyakit ( Piccoli & Galvao, 2001 ).



f. Memanipulasi diet dan aktivitas untuk memperbaiki ketidakseimbangan metabolisme dan merangsang fisiologi. g. Memperkuat atau memusuhi respons biasa untuk menciptakan perubahan terapeutik. Teori selanjtnya yang dikembangkan berdasarkan Levine’s Conservation Model adalah teori of Redudancy. Teori ini masih bersifat spekulatif yang mendifinisakn ulang mengenai penuan dan hampir keseluruhan hal yang harus dilakukan berkenaan dengan kehidupan manusia. Levine menyatakan bahwa penuaan merupakan suatu kondisi dimana berkerungnya ketersediaan sistem redudansi yang dibutuhkan dalam rangka menjaga kesejahteraan fisik dan social. Selanjutnya dinyatakan bahwa penuaan menghasilkan konsekuensi kegagalan redudansi proses fisiologis dan psikologis. Teori ini berasal dari konsep adaptasi. Teori Redundansi Levine, yang didasarkan pada adaptasi, memiliki kapasitas untuk memperluas pemahaman kita tentang penuaan ( Fawcett, 2005 ). Redundansi didasarkan pada kemampuan manusia untuk "memantau perilakunya sendiri dengan melestarikan penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk mendefinisikan identitas uniknya" ( Levine, 1991, hal. 4 ). Melekat dalam kemampuan untuk memilih dari lingkungan adalah ketersediaan opsi dari mana pilihan dibuat.



Daftar Pustaka Alligood Martha Raile. (2013). Nursing Theory utilization & application. (Ed. 5). Ilmu Kesehatan Elsevier. Delaune Sue and Ladner Patricia. (2001). Fundamentals Of Nursing Standards & Practice Fourth Edition. Canada by Nelson Education, Ltd. Delmar cengage Learning. Hidayat, A.Aziz Azimul.2007.Konsep dasar keperawatan edisi 2.Jakarta : Salemba Medika. Parker, M. (2001). Nursing theories and nursing practice. Florida: Philadelphia : F.A. Davis Potter, Patricia A. dan Anna G. Perry.2005. Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Buku Kedokteran. Schaefer, K.M. (1991). Levine’s conservation principles and research. Philadelphia: FA. Davis. Tomey, AM & Alligood, MR (2006). Teori keperawatan dan pekerjaan mereka. (Ed. 6). Ilmu Kesehatan Elsevier.  Yeager, S. (2002). Tinjauan teori perawat: model konservasi Myra Levine. Diperoleh dari: http://www4.desales.edu/~sey0/levine.html pada Juli 2019.