Teori Strukturalisme Pertukaran: (Peter Blau) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI STRUKTURALISME PERTUKARAN (PETER BLAU)



Disusun Oleh:



RATU ADHILLA AZREIRA



(L1B021138)



RIZKA WAHYU SAPUTRI



(L1B021143)



PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MATARAM 2023/2024



A. Biografi Peter. M Blau Peter Michael Blau merupakan seorang Sosiolog dan pemikir yang berasal dari Austria. Ia lahir di Wina, Austria, 7 Februari 1918. Ia bermigrasi ke Amerika Serikat tahun 1939 dan menjadi warga Amerika Serikat tahun 1943. Blau pernah mengenyam pendidikan di Universitas Columbia (1952) dan Elmhurst (1942). Selain iu, Blau juga perah mendapatkan penghargaan dari Beasiswa Guggenheim untuk ilmu sosial AS dan Kanada. Ia meningal pada 12 Maret 2002 di carrboro, Carolina Utara, Amerika. Sebagian besar dari sumbangan terhadap Sosiologi adalah dalam bidang organisasi kelompok. Blau mendapatkan pengakuan di bidang sosiologi karena kontribusinya bagi studi organisasi-organisasi formal yang empiris, dan juga buku-buku pelajaran yang ditulisnya mengenai organisasi yang dikutip secara luas. Dia meninggal dunia pada 12 Maret 2002. Dan dia memberikan sumbangan yang penting kepada sosiologi. Buku yang pernah ditulis oleh Blau salah satunya adalah Exchange and Power in Social Life (1964), yang merupakan komponen utama teori pertukaran. Adapun buku lain yang pernah ditulis oleh Blau diantaranya adalah: • 1964: Exchange and Power in Social Life. • 1967: The American Occupational Structure. • 1970: A Formal Theory of Differentiation in Organizaztions. • 1977: Inequality and Heterogenity: a primitive theory of social structure. • 1984: Crosscutting Social Circles: Testing a Macrostructural Theory of Intergrooup Relations,with Joseph E. Schwarz. Meski Blau terkenal karena berbagai karya, yang menjadi perhatian di sini adalah kontribusinya terhadap teori Sosiologi. Dan yang menarik adalah Ia telah memberikan kontribusi penting terhadap dua orientasi teoritis yang berbeda. Bukunya Exchange and Power In Social Life (1964) merupakan komponen utama teori pertukaran masa kini. Kontribusi utama Blau tentang teori pertukaran pada kelompok berskala besar. Walaupun mengandung beberapa kelemahan, karyanya itu merupakan upaya penting untuk mengintegrasikan secara teoritis masalah sosiologi berskala luas dan berskala kecil. Blau pun berada di barisan terdepan pakar teori struktural. Selama masa jabatannya selaku presiden the American Sociological Association (1973 – 1974) Ia menjadikan teori struktural ini sebagai tema pertemuan tahunan asosiasi sosiologi itu. Sejak itu Ia telah menerbitkan sejumlah buku dan artikel yang direncanakan untuk menjelaskan dan mengembangkan teori struktural. Karya terakhirnya di bidang ini adalah Structural Contexts of Opportunities (1994), dan Crosscutting Social Circles edisi kedua (Blau dan Schwarz, 1997).



B. Karya fundamental Meski Blau terkenal karena berbagai karya, yang menjadi perhatian di sini adalah kontribusinya terhadap teori Sosiologi. Dan yang menarik adalah Ia telah memberikan kontribusi penting terhadap dua orientasi teoritis yang berbeda. Bukunya Exchange and Power In Social Life (1964) merupakan komponen utama teori pertukaran masa kini. Kontribusi utama Blau tentang teori pertukaran pada kelompok berskala besar. Walaupun mengandung beberapa kelemahan, karyanya itu merupakan



upaya penting untuk mengintegrasikan secara teoritis masalah sosiologi berskala luas dan berskala kecil. Blau pun berada di barisan terdepan pakar teori struktural. Selama masa jabatannya selaku presiden the American Sociological Association (1973 – 1974) Ia menjadikan teori struktural ini sebagai tema pertemuan tahunan asosiasi sosiologi itu. Sejak itu Ia telah menerbitkan sejumlah buku dan artikel yang direncanakan untuk menjelaskan dan mengembangkan teori struktural. Karya terakhirnya di bidang ini adalah Structural Contexts of Opportunities (1994), dan Crosscutting Social Circles edisi kedua (Blau dan Schwarz, 1997).



C. Pokok-pokok pemikiran (Teori gagasan utama) Adapun beberapa pokok-pokok pemikiran yaitu: 1. Teori Pertukaran Sosial dan Kekuasaan. Peter M. Blau menilai bahwa teori pertukaran yang dikemukakan Homans cenderung ke arah reduksionisme psikologis yang menekankan bahwa perilaku individu merupakan gambaran dari perilaku seluruh kelompok. Blau mengisyaratkan para ilmuwan sosial agar waspada akan bahasa reduksionisme yang mengabaikan kehadiran properti sosial dan struktural. Tekanan Blau atas kelahiran (emergence) atau properti kelompok yang tak dapat diredusir pada psikologi beorientasi individual. Hal ini membuat Peter Ekeh menggambarkan karya Blau sebagai suatu ‘tesis yang bersifat kolektivis strukturalis” yang dapat dibedakan dari teori individualistik behavioris dari Homans”. Konsep Blau mengenai teori pertukaran social terbatas terhadap tingkah laku yang menghasilkan ganjaran atau sanksi social. Blau menyatakan bahwa terjadi tarik – menarik yang mendasar antara pelaku – pelaku social tersebut yang menyebabkan terjadinya teori pertukaran social, dan dia menggunakan paradigm yang terdapat dalam karya Homans untuk menjelaskan mengenai ketimpangan kekuasaan. Ketimpangan tersebt bias terjadi dikarenakan adanya ketidakseimbangan ganjaran antara satu pihak dengan pihak yang lain. Blau mengatakan bahwa ‘sementara yang lain dapat diganjar dengan cara yang memadai melalui pengungkapan kepuasan telah menolongnya, maka pihak yang ditolong itu tidak harus memaksa dirinya dan menghabiskan waktunya untuk membahas pertolongan dari penolongnya. Blau juga berpendapat bahwa reduksionisme dalam ilmu sosial akan menghambat para ilmuwan sosial membahas fenomena yang emergent dan penting seperti stratifikasi dan kekuasaan. Dia menolak pendapat Homans bahwa topik demikian dapat dimengerti melalui prinsip –prinsip psikologi perilaku tentang pertukaran. Apa yang dilakukan Blau dalam teorinya tidak lain adalah memanfaatkan konsep pertukaran dari sosiologi mikro dan menyatukannya dengan konsep kekusaan yang merupakan subyek usaha – usaha makro teoritis. Sebagai hasilnya, Blau berhasil melahirkan karya monumental berjudul Exchange And Power in Social Life (1964). Meski mengandung beberapa kelemahan karyanya itu merupakan upaya penting untuk mengintegrasikan secara teoritis masalah sosiologi berskala luas (makro) dan berskala kecil (mikro).



Pada tingkat mikro, Blau membedakan penghargaan yang intrinsik dan yang ekstrinsik, di mana pertukaran dengan penghargaan intrinsik tunduk pada hambatan-hambatan normatif tertentu yang menghalangi terjadinya tawar menawar mengeni biaya dan imbalan dan yang mengurangi perhatian terhadap apa yang harus dibayarkan oleh individu. Selain itu, Blau menunjuk pada paradoks di mana orang menahan diri untuk mulai berinteraksi dengan mereka yang dapat memberikan imbalan yang menarik karena mereka mau menhindarkan diri dari subordinasi yang dapat terjadi dalam suatu hubungan seperti itu. Apabila orang-orang tidak mampu atau tidak bersedia untuk menghindari keadaan yang tidak seimbang dalam hubungan pertukaran, disana muncullah struktur kekuasaan. Orang yang menyediakan penghargaan di mana orang yang menerima itu menjadi tergantung dan mereka tidak dapat membalasnya, mampu menuntut ketaatan dari mereka dalam pertukaran. Seseorang yang memiliki kekuasaan atas orang lain dengan mengontrol sumber-sumber penghargaan di mana mereka menjadi tergantung, mampu untuk membangun suatu garis tindakan kelompok dalam hubungannya dengan orang atau kelompok lain atau dalam mencapai suatu tujuan kelompok. Perkembangan garis tindakan kelompok iinilah yang merupakan dasar munculnya struktur makro. Ada beberapa sifat dasar yang muncul dalam struktur makro yang membedakan dari struktur mikro, yakni terletak pada persoalan nilai dan norma (konsensus nilai) yang ada dalam masarakat. Menurut Blau, konsensus nilai itu mengganti pertukaran tak langsung dengan pertukaran langsung, sebagai contoh, seorang anggota menyesuaikan diri dengn norma kelompok dan mendapat persetujuan karena penyesuaian diri itu da mendapat persetujuan imlisit karena kenyataan bahwa penyesuaian diri memberikan kontribusi atas pemeliharaan dan stabilitas kelompok. Dengan kata lain, kelompok atau kolektivitas terlibat dalam suatu hubungan pertukaran dengan individu. Beberapa tipe yang berbeda mengenai nilai dan norma didiskusikan: nilai-nilai yang memberikan legitimasi, nilai-nilai oposisi, nilai-nilai partikularistik, dan nilai-niai universalistik. Dalam sistem yang besar dan kompleks seperti masyarakat keseluruhannya, nilai-nilai abstrak seperti itu menjadi lebih penting daripada penghargaan yang bersifat langsung, untuk mempertahankan pola – pola yang sudah mapan. Ini disebabkan karena banyak dari pola – pola ini bersiat tidak langsung meskipun bayaran orang secara pribadi itu selalu penting, orang sering rela untuk membatalkan pemuasan yang langsung atas beberapa kebutuhannya demi kepentinngan penyesuaian diri terhadap nilai – nilai dan norma – norma bersama, dan memperoleh dukungan sosial yang merupakan hasil dari penyesuaian diri itu. Pada umumnya dinamika-diamika sosial yang terkandung dalam proses institusionalissi sangat penting untuk menjelaskan sistem makro yng lus ini. Sebaliknya, proses-prose ini secara relatif kurang penting dibandingkan dengan bayaran aau penghargan yang diberikan secara pribadi pada tingkat mikro dalam pertemuan tatap muka. Menurut Blau, beberapa orang tertarik untuk dapat membangun sebuah asosiasi antar satu pihak dengan pihak yang lain. Begitu awal katan terjalin,



maka ganjaaran yang mereka berikan kepada sesamanya dapat berfungsi sebagai penguat suatu ikatan atau justru juga dapat menjadikan hal itu sebagai perusak hubungan ikatan yang terjalin tersebut yang dikarenakan ketidakseimbangan ganjaran antara satu pihak dengan pihak yang lain. Dann lebih jauhnya, tidak hanya memperlemah dan menghancurkan hubungan tersebut, namun juga akan menimbulkan eksploitasi kekuasaan. Ganjaran yang dimaksud diatas adalah sebuah hal yang bisa berupa instrinsik, seperti kasih, saying, afeksi, dan yng lainnya. Dan juga dapat berupa hal yang bersifat ekstrinsik seperti uang, barang, dan bahan material lainnya. Karena setiap kelompok tidak dapat memberikan ganjaran yang sama/simbang, maka disitulah keetimpangan kekuasaan terjadi. Blau (1964: 117) memberi batasan kekuasaan sesuai dengan pengertian Weberian, yaitu “kemampuan orang atau kelompok memaksakan kehendaknya pada pihak lain, walaupun terdapat penolakan melalui perlawanan, baik dalam bentuk pengurangan pemberian ganjaran secara teratur maupun dalam bentuk penghukuman, sejauh kedua hal itu ada, dengan memperlakukan sanksi negatif”… Sedangkan untuk menjelaskan hubungan-hubungan ketergantungankekuasaan (power-dependence), Blau (1964: 118) mengutip skema Richard Emerson sebagai dasar untuk menganalisa ketimpangan kekuasaan yang terdapat di dalam dan di antara kelompok-kelompok. Individu yang membutuhkan pelayanan orang lain harus memberikan alternatif berikut ini: 1) Mereka dapat memberi pelayanan yang sangat ia butuhkan sehingga cukup untuk membuat orang tersebut memberikan jasanya sebagai imbalan, walau hanya apabila mereka memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk ini; hal ini menjurus pada pertumbuhan timbal balik. 2) Mereka dapat memperoleh pelayanan yang dibutuhkan itu di manamana (dengan asumsi bahwa ada penyedia alternatif), yang menjurus pada pertukaran timbal-balik, sekalipun dalam bentuk hubungan yang berbeda. 3) Mereka dapat memaksa seseorang menyediakan pelayanan (dengan asumsi orang tersebut mampu melakukannya). Bilamana pemaksaan yang demikian terjadi, maka mereka yang mampu memperoleh pelayanan tersebut menciptakan dominasi terhadap penyedia (supplier). 4) Mereka dapat belajar menarik diri tanpa mengharap pelayanan atau menemukan beberapa pengganti pelayanan serupa itu. Keempat alternatif itu menunjukkan kondisi-kondisi ketergantungan sosial dari mereka yang membutuhkan pelayanan tertentu . bilamana orangorang yang menginginkan pelayanan itu tidak mampu memenuhi salah satu dari alternatif tersebut maka mereka tidak mempunyai pilihan kecuali menuruti kehendak penyedia “sebab kelangsungan persediaan pelayanan yang dibutuhkan tersebut hanya dapat diperoleh sesuai dengan kepatuhan mereka” (Blau, 1964: 118). Ketergantungan ini menempatkan penyedia pada posisi kekuasaan. Agar dapat mempertahankan posisinya penyedia ini harus tetap bersikap wajar terhadap keuntungan yang diperoleh atas pertukaran pelayanan



itu dan harus merintangi penyedia lain dalam kegiatan pelayanan yang sama (Blau, 1964: 121) Blau juga berpendapat (1964: 200) bahwa hanya perintahperintah kekuasaan sah yang akan dipatuhi”. Pertukaran sosial yang tidak seimbang akan menyebabkan adanya perbedaan dan diferensiasi kekuasaan karena dalam pertukaran tersebut ada pihak yang merasa lebih berkuasa dan mempunyai kemampuan menekan dan di lain pihak ada yang dikuasai serta merasa ditekan. Kekuasaan menurut Peter M. Blau adalah kemampuan orang atau kelompok untuk memaksakan kehendaknya pada pihak lain. Adapun strategi atau cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan kekuasaan terhadap orang lain yaitu memberikan sebanyak mungkin kepada pihak lain yang membutuhkan, sebagai suatu upaya menunjukkan statusnya yang lebih tinggi dan berkuasa, agar mereka yang dikuasai merasa berutang budi dan mempunyai ketergantungan. 2. Strukturalisme Pertukaran >< Pertukaran Perilaku Dua bahaya harus dihindarkan dalam derivasi proses sosial yang lebih kompleks dari yang lebih sederhana, dan dalam studi struktur sosial pada umumnya, perumusan konsepsi-konsepsi abstrak yang sangat terpisah dari realitas empiris yang dapat diteliti, dan reduksionisme yang mengabaikan kelahiran sosial dan struktural (Blau, 1964:2-3). Kutipan di atas merupakan kritik yang disampaikan oleh Blau terhadap teori pertukaran-perilaku milik Homans. Walaupun pada kenyataannya tidak dapat dipungkiri bahwa Peter M. Blau terinspirasi dan mengadopsi prinsipprinsip pemikiran yang berasal dari ahli Psikologi B.F. Skinner dan ahli teori pertukaran sosial George C. Homans. Tetapi dari pengamatan yang lebih dalam akan terungkap bahwa perbedaan antara Blau dan Homans mungkin lebih besar daripada kesamaan yang terlihat di permukaan. Sebagaimana diketahui, teori Homans cenderung ke arah reduksionisme psikologis, yang menekankan bahwa penjelasan perilaku individu juga berarti penjelasan seluruh perilaku kelompok. Sebagaimana terlihat dari kutipan di atas, Blau mengisyaratkan para ahli sosiologi agar waspada akan bahaya reduksionisme “yang mengabaikan kehadiran properti sosial dan struktural”. Tekanan Blau atas kelahiran (emergence), atau properti kelompok, yang tak dapat diredusir pada psikologi berorientasi individual, mengakibatkan Peter Ekeh (1974) menggambarkan karya Blau tersebut sebagai suatu “tesis yang bersifat kolektivitas strukturalis yang dapat dibedakan dari teori individualistik behaviors dari Homans. Peter M. Blau berusaha mengembangkan sebuah teori pertukaran yang menggabungkan tingkah laku sosial dasar manusia dengan struktur masyarakat yang lebih luas, yakni antara kelompok, organisasi, dan Negara. Konsep Blau tentang pertukaran sosial terbatas pada tingkah laku yang mendatangkan imbalan, yakni tingkah laku yang akan berhenti kalau dia berasumsi bahwa tidak bakal aka nada imbalan lagi. Menurutnya, orang-orang tertarik kepada satu sama lain karena bermacam-macam alasan yang memungkinkan mereka membentuk atau membangun asosiasi-asosiasi sosial atau organisasi-organisasi sosial (Raho, 2007: 176).



Jenjang mikrososiologi walaupun menurutnya proses perilaku sosial pada jenjang mikro tersebut mempunyai dampak pada makrososiologi, maka teori Blau berusaha untuk menjembatani kedua jenjang analisis tersebut. Jadi sebenarnya jika menurut Poloma (2004) apa yang dilakukan Blau dalam teorinya ialah memanfaatkan konsep pertukaran dari sosiologi mikro dan menyatukannya dengan konsep-konsep kekuasaan yang merupakan subyek usaha-usaha makro teoritis. Tidak hanya itu, terdapat perbedaan lain yang sebenarnya tidak terlalu mencolok antara Homans dan Blau yaitu pada keterlibatan pertukaran terhadap interaksi sosial. Jika Blau memang mengakui tidak semua perilaku manusia dibimbing oleh pertimbangan pertukaran sosial, walaupun menurutnya kebanyakan memang demikian (berdasarkan pertimbangan pertukaran sosial). Akan tetapi dia mengetengahkan dua persyaratan yang harus dipenuhi bagi perilaku yang menjurus pada pertukaran sosial: 1) perilaku tersebut harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dicapai melalui interaksi dengan orang lain, dan 2) perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut (Blau, 1964:5). 3. Mikro dan Makro Seperti disinggung sebelumnya, di level mikro atau individu pada konsep pertukaran sosial, Blau dan Homans tertarik pada proses yang sama. Tetapi menurut Ritzer & Goodman (2007; 369 Peter M. Blau berusaha mengembangkan sebuah teori pertukaran yang menggabungkan tingkah laku sosial dasar manusia dengan struktur masyarakat yang lebih luas, yakni antara kelompok, organisasi, dan Negara. Konsep Blau tentang pertukaran sosial terbatas pada tingkah laku yang mendatangkan imbalan, yakni tingkah laku yang akan berhenti kalau dia berasumsi bahwa tidak bakal aka nada imbalan lagi. Menurutnya, orang-orang tertarik kepada satu sama lain karena bermacam-macam alasan yang memungkinkan mereka membentuk atau membangun asosiasi-asosiasi sosial atau organisasi-organisasi sosial (Raho, 2007: 176). Hadiah yang dipertukarkan dapat berupa sesuatu yang bersifat intrinsik seperti cinta, kasih sayang dan rasa hormat, atau sesuatu yang bernilai ekstrinsik seperti uang dan tenaga kerja fisik. Orang yang terlibat dalam ikatan kelompok tak selalu dapat saling memberikan hadiah secara setara. Bila terjadi ketimpangan dalam pertukaran hadiah, maka akan timbul perbedaan kekuasaan dalam kelompok. Inilah yang nantinya juga akan dibahas oleh Peter M. Blau. Jadi bila satu orang membutuhkan sesuatu dari orang lain, tetapi tidak memberikan apa pun yang sebanding sebagai tukarannya, maka akan tersedia empat kemungkinan. Pertama, orang itu dapat memaksa orang lain untuk membantunya. Kedua, orang itu akan mencari sumber lain untuk memenuhi kebutuhannya. Ketiga, orang itu dapat mencoba terus bergaul dengan baik tanpa mendapatkan apa yang dibutuhkannya dari orang lain. Keempat, orang itu mungkin akan menundukkan diri terhadap orang lain dan dengan demikian memberikan orang lain itu “penghargaan yang sama”



dalam antar-hubungan mereka. Orang lain kemudian dapat menarik penghargaan yang diberikan itu ketika menginginkan orang yang ditundukkan itu melakukan sesuatu. (Alternatif yang terakhir ini jelas merupakan ciri esensial dari kekuasaan). Hingga di sini pendapat Blau sama dengan Homans, tetapi Blau meluaskan teorinya hingga ke tingkat fakta sosial. Blau juga bergerak pada tingkat kemasyarakatan dan membedakan antara dua jenis organisasi sosial. Organisasi sosial jenis pertama lahir dari proses pertukaran dan persainga. Dalam hal ini Blau mengakui kemunculan sifat kelompok sosial. Jenis organisasi sosial kedua tak muncul begitu saja, tetapi dengan sengaja didirikan untuk mencapai keuntungan optimal.



D. Kritik Peter Blau Peter Blau dalam bukunya (The Dinamic Of Bureaucracy), pandangan yang fleksibel tetap harus berlansung di organisasi rasional sekalipun (birokrasi). Didalam lingkungan yang berubah, pencapaian atas tujuan organisasi bergantung pada perubahan secara terus menerus didalam struktur birokrasi. Karena itu, efisiensi tidak dapat dijamin dengan membelenggu pejabat melalui seperangkat undang-undang yang kaku. Hanya dengan membolehkan pejabat mengidentifikasi tujuan-tujuan organisasi sebagai suatu keseluruhan, dan menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan persepsinya tentang keadaan yang berubah, maka akan dihasilkan suatu administrasi yang efisien.



E. Contoh Riset/Artikel jurnal bidang komunikasi/media studies Beberapa artikel jurnal: 1. ANALISIS PERILAKU POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2010 DI KABUPATEN DOMPU NTB “Studi Deskriptif Melalui Pendekatan Teori Pertukaran Sosial George Caspar Homans dan Teori Pertukaran Sosial Peter M. Blau” Oleh: Salahudin, S.IP Tahun Terbit: 2010. 2. Pertukaran Tanah Negeri Makariki Dalam Proses Pemindahan Ibu Kota Provinsi Maluku (Ditinjau Dari Teori Pertukaran Sosial Peter Blau) Oleh: David Somiyo Tahun Terbit: 2014. 3. Fenomena Makelar Kost dalam Sudut Pandang Sosio-Ekonomi Ditinjau dari Teori Pertukaran Peter Michael Blau. Journal Oleh: Esty Setyarsih Tahun Terbit: 2017.



DAFTAR PUSTAKA Buku Bernard Raho, SVD. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publise Ritzer, George-Douglas J. Goodman. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana Predana Media Group



JURNAL DAN ARTIKEL Jurnal dan Artikel Shokhibul, Mighfar. (2015). SOCIAL EXCHANGE THEORY: Telaah Konsep George C. Homans Tentang Teori Pertukaran Sosial. Journal LISAN AL-HAL.9-262-268. Esty, Setyarsih. (2017). Fenomena Makelar Kost dalam Sudut Pandang Sosio-Ekonomi Ditinjau dari Teori Pertukaran Peter Michael Blau. Journal Analisa Sosiologi. 6(2): 7690. Salahudin, S.IP.(2010 ). ANALISIS PERILAKU POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2010 DI KABUPATEN DOMPU NTB “Studi Deskriptif Melalui Pendekatan Teori Pertukaran Sosial George Caspar Homans dan Teori Pertukaran Sosial Peter M. Blau. https://www.researchgate.net/publication/320998624_Teori_Pertukaran_Sosial_Peter _Blau. di akses pada 6 Maret 2023 pukul 10.40. Lukman, Ilya. (2019). Pertukaran Sosial dalam Online Dating (Studi Pada Pengguna Tinder di Indonesia). JURNAL INFORMATIK. 15.22-24. Yusuf,Sapari. (2018). KOMUNIKASI DALAM PERTUKARAN. JOURNAL SIGNAL. 9. 56-64.



PERSPEKTIF



TEORI