Terapi Bermain Uno-1 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Devi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN UNO STACKO PADA ANAK PRE-SCHOOL USIA < 7 TAHUN DI RUANG MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI



Disusun Oleh : 1.



Aprilia Ade Herviana



SN191012



2.



Ayu Setyawati



SN191021



3.



Dinda Ayu Wulandari



SN191033



4.



Febriani Martanti



SN191052



5.



Haryanto



SN191061



6.



Ike Wulandari



SN191067



7.



Neni Budi Purwaningsih



SN191104



8.



Nita Adenansi



SN191110



9.



Wirani Intan Saputri



SN191177



PRODI PROFESI NERS UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2019/2020



1



SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN UNO STACKO PADA ANAK PRE-SCHOOL USIA < 7 TAHUN DI RUANG MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI A. LATAR BELAKANG Hospitalisasi merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan Kontrol, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan (Wong, 2015). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan



aktivitas



yang



dapat



menstimulasi



pertumbuhan



dan



perkembangan anak dan merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara (Erlita, 2009). Anak-anak pada usia pra sekolah senang bermain dengan warna, oleh karena itu, bermain dengan mainan buatan yang berwarna bisa menjadi alternatif untuk mengembangkan kreatifitas anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Salah satu karakteristik perkembangan motorik halus pada anak pra sekolah adalah mampu mengenali warna. Dengan permainan pasir tepung kinetik yang



2



berbahan dasar tepung dengan diberi pewarna menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak. Terapi bermain yang akan dilakukan melibatkan peserta yaitu anak usia pra sekolah (usia 3-6 tahun) yang sudah kooperatif dan mau diajak bermain. Anak yang sudah kooperatif ini diharapkan dapat mengikuti terapi bermain dengan baik dan mampu mempraktikkan apa yang sudah dipelajarinya. Berdasarkan tujuan terapi bermain di rumah sakit pada prinsipnya merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat mempraktikkan keterampilannya,



menjadi



kreatif.



Dinamika



secara



psikologis



menuangkan inspirasi yang ada dalam fikiran anak,  anak akan mengekspresikan imajinasinya dalam bentuk hiasan sehingga untuk sementara waktu anak akan merasa lebih rileks. Menurut Gustiasih (2016), Model pembelajaran konstruktivistik perlu diterapkan pada anak usia dini karena model pembelajaran ini memudahkan anak belajar, menyenangkan, dan dapat memahami karakteristik yang dimiliki anak usia dini serta mengasah ingatan anak untuk memudahkan anak mengingat lambang bilangan. Selain itu, media pendukung dalam penerapan model pembelajaran konstruktivistik yang digunakan adalah media Uno Stacko. Uno Stacko adalah permainan menyusun balok-balok membentuk menara dengan mengambil balok dari bagian bawah atau tengah menara dan meletakannya di puncak menara secara bergantian tanpa boleh merobohkan menara atau menjatuhkan balok lain (Wikipedia, 2017). B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Setelah



mengikuti



terapi



bermain dapat



meminimalkan



dampak hospitalisasi pada anak sehingga dapat mempercepat proses kesembuhan anak.



3



2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan  perkembangan mental, imajinasi dan kreativitas anak usia pra sekolah. b. Melatih meningkatkan kognitif anak dalam hal kreatifitas anak dalam menuangkan isi fikiran. c. Dapat menerapkan waktu yang tepat untuk melakukan permainan sehingga anak tidak kehilangan waktu bermain. C. JENIS PERMAINAN Uno Stacko D. MEDIA 1. Uno Stacko 2. Alas / meja A. PESERTA Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang Melati II yang memenuhi kriteria : 1. Kriteria inklusi a. Anak mau diajak terapi bermain b. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga (kooperatif) c. Peserta terdiri dari anak usia pre-school usia < 7 tahun sebanyak 5 anak 2. Kriteria eksklusi 1. Terpasang alat medis seperti kateter, oksigen, NGT, dan lainnya 2. Penyakit menular seperti hepatitis, HIV, TB paru, dan lainnya 3. Sesak nafas 4. Epilepsi atau kejang 5. Post operasi



4



B. SETTING TEMPAT Keterangan : : fasilitator : peserta



C. WAKTU PELAKSANAAN 1. Hari/tanggal



:



2. Waktu



:



3. Tempat



: Ruang terapi bermain Melati 2



D. PENGORGANISASIAN 1. Leader



: Neni Budi P.



2. Co Leader



: Aprilia Ade Herviana



3. Observer



: Dinda Ayu Wulandari



4. Fasilitator



: 1. Wirani Intan S. 2. Febriani M. 3. Ike Wulandari 4. Intan Indah B. 5. Haryanto 6. Ayu Setyawati 7. Nita Adenansi



TUGAS : 1. Leader a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya b. Auxilery ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi



5



c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses



kegiatan ke arah



pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan 2. Co-leader a. Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain dalam terapi bermain b. Bertanggungjawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka dan menutup kegiatan ini 3. Observer a. Mengidentifikasi isu penting dalam proses b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan leader c. Evaluasi selama terapi bermain berlangsung 4. Fasilitator a. Membagikan alat dan bahan yang akan dikerjakan oleh peserta b. Mempertahankan kehadiran peserta c. Mempertahankan dan mengingatkan motivasi peserta d. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam kelompok E. RENCANA PELAKSANAAN N



Waktu



Kegiatan Bermain



o 1



5 menit



Pembukaan :



1. Menjawab salam



1. Leader membuka kegiatan



2. Mendengarkan



dengan



mengucapkan



salam. 2. Leader



Kegiatan Peserta



3. Memperhatikan 4. Memperhatikan



memperkenalkan



nama terapis yang lain. 3. Leader menjelaskan tujuan dari permainan 4. Kontrak waktu



6



2



25 menit



Pelaksanaan : 1. Leader dibantu oleh co leader dan fasilitator untuk mengatur



1. Mengikuti kegiatan



posisi duduk



setiap terapis dengan dua orang pasien anak 2. Fasilitator



menyiapkan



Uno Stacko 3. Memulai



bermain



Uno



Stacko dengan mengambil balok



tanpa



roboh



menyebutkan serta 3



10 menit



warna



dan



bilangan didampingi



oleh fasilitator. Evaluasi :



Beri pertanyaan



1. Menanyakan



tentang



perasaan



setelah



anak



diberi bermain membuat 4



5 menit



hiasan Terminasi : 1. Leader



1. Memperhatikan menutup



permainan



acara



2. Memberi salam



dengan



memberikan reward kepada seluruh peserta 2. Salam penutup



F. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan b. Posisi tempat di lantai menggunakan tikar 7



c. Adik-adik sepakat untuk mengikuti kegiatan d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya 2. Evaluasi Proses a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir. b. Leader mampu memimpin acara. c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan. d. Fasilitator mampu memotivasi adik-adik dalam kegiatan. e. Fasilitator



membantu



leader



melaksanakan



kegiatan



dan



bertanggung jawab dalam antisipasi masalah. f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir 3. Evaluasi Hasil a. Diharapkan anak mampu  menjelaskan, mempraktikkan apa yang sudah diajarkan. b. Menyampaikan perasaan setelah melakukan kegiatan c. Anak menyatakan rasa senangnya Lampiran Materi 1. Definisi Bermain



adalah



dunia



anak-anak



sebagai



bahasa



yang



paling universal, meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nurhayati, 2009). Bermain menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain berguna untuk mengembangkan potensi anak. Bermain



8



adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008). Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2015). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan.  Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: “Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.” 2. Fungsi Bermain Erlita (2009) memaparkan fungsi bermain antara lain : a. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan  taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi



9



dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat berkembang di bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini. b. Membantu Perkembangan Kognitif Perkembangan



kognitif



dapat



dirangsang



melalui



permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya. c. Meningkatkan Sosialisasi Anak Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang d. Meningkatkan Kreatifitas Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.



10



e. Meningkatkan Kesadaran Diri Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan,



anak



mau



belajar



mengatur



perilaku,



membandingkan dengan perilaku orang lain. f. Mempunyai Nilai Terapeutik Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya. g. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar. 3. Manfaat Terapi Bermain Manfaat yang didapat dari bermain, antara lain: a. Membuang ekstra energi. b. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ-organ. c. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak. d. Anak belajar mengontrol diri. e. Berkembanghnya



berbagai



ketrampilan



yang



akan



berguna



sepanjang hidupnya. f. Meningkatnya daya kreativitas. g. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.



11



h. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan. i. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya. j. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan. k. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya. 4. Alat permainan Edukatif Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk : a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok kertas origami, lilin, dll. b. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, kertas origami, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll. c. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, kertas origami, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll. d. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dan lain-lain. 5. Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Terapi Bermain Menurut Erlita (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikaan saat anak bermain, yaitu : a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.



12



c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk. d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin  bermain. e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit. 6. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit Menurut Aziz (2009) menyatakan bahwa prinsip bermain di rumah sakit adalah : a. Kelompok umur yang sama b. Permainan akan lebih efektif apabila dilaksanakan dalam kelompok umur yang sama agar jenis permainan yang diberikan dapat disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak. c. Pertimbangan keamanan dan infeksi silang d. Permainan yang digunakan hendaknya yang mudah dicuci agar infeksi silang dapat dihindari e. Tidak banyak energi serta permainan singkat f. Anak yang sakit biasanya tidak memiliki energi yang cukup untuk bermain sehingga permainan yang diberikan harus merupakan permainan yang tidak menguras tenaga energi yang besar g. Waktu bermain perlu melibatkan orang tua h. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tua, maka hubungan orang tua dengan anak akan lebih akrab dan kelainan atau perkembangan penyakit dapat segera diketahui secara dini.



7. Cara Bermain Uno Stacko a. Siapkan menara Uno Stacko yang ada. permainan ini untuk 2-10 pemain



13



b. Pemain pertama mengambil sebuah balok dari bagian bawah atau tengah menara dan meletakannya di bagian atas menara. pemain berikutnya harus mengambil balok dengan warna yang sama dengan nomor apa saja atau balok dengan angka yang sama dengan warna apa saja c. Apabila balok dengan tanda 'reserve' dipindahkan arah permainan dibalik. Sedangakan balok tanda 'draw two' mengharuskan pemain memindahkan 2 balok langsung ke atas menara. Balok dengan tanda 'skip' berarti pemain tersebut dilewati oleh pemain berikutnya. Dan ketika balok warna ungu diambil maka pemain tersebut harus menyebutkan warna balok apa yang harus diambil pemain berikutnya d. Permainan berakhir apabila menara roboh dan pemain yang menyebabkan robohnya menaralah yang kalah. 8. Manfaat Bermain Uno Stacko Manfaat bermain Uno Stacko antara lain (Fathani, 2015): a. Meningkatkan ketrampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. Dengan bermain Uno Stacko para pemain akan mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun balok secara teratur dan rapi b. Meningkatkan ketrampilan motorik Motorik halus berkaitan dengan kemampuan menggunakan otot-otot kecilnya khususnya tangan dan jari-jari tangan. Supaya balok dapat tersusun membentuk bangunan maka bagian-bagian balok harus disusun secara hati-hati. c. Meningkatkan keterampilan sosial Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Uno Stacko dapat dimainkan secara perorangan, namun Uno Stacko juga dapat pula dimainkan secara berkelompok. permainan yang dilakukan oleh kelompok akan meningkatkan interaksi sosial antara



14



permainnya. Dalam kelompok, anggota akan saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi astu sama lain d. Melatih kesabaran Bermain



Uno



Stacko



membutuhkan



ketekunan,



kesabaran



dan



memerlukan waktu untuk berpikir dalam menyelesaikan tantangan. e. Meningkatkan konsentrasi Bermain



Uno



Stacko



membutuhkan



konsentrasi



ketika



akan



memindahkan balok Uno Stacko keatas, karena jika tidak berhati-hati akan menyebabkan tumpukan Uno Stacko roboh dan permainan selesai.



DAFTAR PUSTAKA



15



Aziz, A & Hidayat, A. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika Erlita. 2009. Pengaruh Permainan Pada Perkembangan Anak. Terdapat Pada http://info.balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 09 januari 2018. Martin K. 2008. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta Nurhayati. 2009. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol 3. Editor Bahasa Indonesia: A. Samik Wahab-Ed.15. Jakarta : EGC Wong, Donna L. 2015, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi-4. Jakarta : EGC



DAFTAR HADIR PESERTA No



Tanggal/jam



Nama



16



Ttd



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.



17