Terapi Somatik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Terapi somatik 1. Definisi Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptive menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang dilkukan. 2. Jenis-Jenis Terapi Somatik Pada Klien Gangguan Jiwa a. Pengikatan Merupakan tindakan yang paling lama dalam sejarah perawatan jiwa. Pengikatan dilakukan dengan rantai, diikat di pohon atau dipasung. Tujuan pengikatan adalah mengamankan likungan dari perilakupasien yang tidak terkontrol. Saat ini tindakan yang sama masih tetap dilakukan, hanya peralatannya sudah lebih aman dan perlakuan juga manusiawi. Alat pengikat berupa kamisol, jaket, ikatan pada pergelangan kaki atau tangan dan berupa selimut yang dililitkan.Pada saat akan diikat, perawat mengatakan alasan pengikatan walaupun pasien belum tentu dalam keadaan siap mendengar. Perhatikan ikatan agar tidak melukai pasien dan harus dibuka secara periodik agar tidak terjadi kontraktur dan dapat digerakan. Setelah pasien sadar, alasan pengikatan disampaikan lagi, kemudian didiskusikan penyebab pasien marah agar bisa diatasi. Pengikatan janganlah menjadi senjata untuk menakuti pasien atau menjadi hukuman bagi pasien. Perlakuan terhadap pasien harus manusiawi karena pasien dilindungi oleh hukum dan peraturan tentang hak-hak azazi manusia. (Riyadi, 2009)  Alasan pengikatan adalah : 1) Menghindari risiko menciderai diri sendiri atau orang lain. 2) Pengobatan yang untuk menurunkan perilaku agresif sudah tidak mempan lagi 3) Mencegah jatuh pada pasien yang sedang bingung 4) Agar pasien bisa istirahat 5) Pasien minta sendiri agar perilakunya bisa terkontrol.  Indikasi pengikatan yaitu: 1) Perilaku amuk 2) Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan 3) Ancaman terhadap infegritas fisik 4) Permintaan pasien utk pengendalian perilaku eksternal



b. Isolasi Pasien dikurung dalam satu ruangan tersendiri dengan alasan yang sama dengan pengikatan. Pastikan ruangan aman dan tidak memungkinkan pasien menyakiti dirinya sendiri. Isolasi adalah menempatkan pasien dlm suatu ruang di mana dia tdk dpt keluar dari ruangan tersebut sesuai kehendaknya. Tingkatan pengisolasian dpt berkisar dari penempatan dalam ruangan yg tertutup, tapi tdk terkunci sampai pada penempatan dlm ruang terkunci dengan kasur tanpa seprei di lantai, kesempatan berkomunikasi yg dibatasi, & pasien memakai pakaian rumah sakit atau kain terpal yang berat. Penggunaan kain terpal kurang dpt diterima & hanya digunakan untuk melindungi pasien aiau orang lain.  Indikasi penggunaan: 1) Pengendalian perilaku amuk yang potensial membahayakan pasien atau orang lain dan tidak dapat dikendalikan oleh orang lain dengan intervensi pengekangan yang longgar, seperti kontak interpersonal atau pengobatan 2) Reduksi stimulus lingkungan, terutama jika diminta oleh pasien.  Kontraindikasi adalah: 1) Kebutuhan untuk pengamatan masalah medik 2) Risiko tinggi untuk bunuh diri 3) Potensial tidak dapat mentoleransi deprivasi sensori Hukuman. c. Terapi Kejang Listrik Mula-mula pengobatan ini dilakukan pada pasien yang mengalami epilepsi tetapi akhirnya dipakai pada pasien dengan kondisi lain. Terapi ini dilakukan dengan memberikan kejutan listrik di kepala melalui elektroda yang ditusukkan di kulit kepala. Kejutan listrik bisa memberikan dampak pada nerokimia, neuroendrokrin, dan neuropsikologis seperti dampak obat-obatan antidepresan dalam waktu yang lama. (Black, 1993). Fink (1990) juga mengatakan bahwa ECT menghasilkan perubahan



pada reseptor neurotransmitter seperti asetilkolin, nor epinefrin, dopamin dan serotonin sama seperti obat antidepresan.  ECT bisa dilakukan pada : 1) pasien yang kekurangan gizi karena dikhawatirkan akan ada komplikasi medis 2) Pasien dengan penyakit jantung yang tidak bisa mentoleransi obat-obat



anti



depresan 3) Pasien psikotik yang depresi dan tidak mempan lagi dengan obat 4) Pasien yang pda fase depresi tidak mempan lagi dengan obat 5) Pasien dengan katatonia, karena depresi, atau lesi pada otak Risiko yang mungkin terjadi sudah sangat diminimalkan dengan peralatan yang baik, seperti : 1) Risiko patah tulang bisa dihindari dengan pemakaian obat relaksan otot dan anestesi. 2) Risiko apneu bisa dihindari dengan pemakaian bantuan oksigen dan staf yang sudah terlatih untuk mengatasinya. 3) Dampak pada kardiovaskuler adalah akut miokard, aritmia, henti jantung, gagal jantung atau hipertensi. Walaupun sebagai terapi ECT cukup aman, akan tetapi ada beberapa kondisi merupakan kontra indikasi diberikan terapi ECT. Kondisi kondisi klien yang kontra indikasi tersebut adalah: 1) Tumor intra kranial, karena ECT dapat meningkatkan tekanan intra kranial. 2) Kehamilan, karena dapat mengakibatkan keguguran. 3) Osteoporosis, karena dengan timbulnya grandmall dapat berakibat terjadinya fraktur tulang. 4) Infark miokardium, dapat terjadi henti jantung. 5) Asthma bronkial, karena ECT dapat memperberat penyakit ini.  Indikasi penggunaan adalah: 1) Penyakit depresi berat yang tidak berespons terhadap obat antidepresan atau pada pasien yang tidak dapat menggunakan obat



2) Gangguan bipolar dimana pasien sudah tidak berespons lagi terhadap obat 3) Pasien dengan buttuh diri akut yang sudah lama tidak menerima pengobatan untuk dapat mencapai efek terapeutik. 4) Jika efek sampingan ECT yang diantisipasikan lebih rendah daripada efek terapi pengobatan, seperti pada pasien lansia dengan blok jantung, dan selama kehamilan 



Peran Perawat dalam pemberian ECT Perawat harus mengkaji pengetahuan dan pendapat pasien dan keluarganya tentang ECT, memberikan penjelasan dan dukungan agar mereka tidak cemas. Langkahlangkah yang harus diberikan adalah : 1) Memberikan dukungan emosi dn penjelasan kepada pasien dan keluarganya. 2) Mengkaji kondisi fisik pasien 3) Menyiapkan pasien 4) Mengamati respon pasien setelah ECT 5) Pastikan pasien atau keluarganya sudah memberikan inform consen. d. Fototerapi Foto terapi atau terapi sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang 5-20x lebih terang daripada sinar ruangan. Klien biasanya duduk, mata terbuka, 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi mata. Waktu dilaksanakan foto terapi bervariasi dari orang per orang. Beberapa klien berespon kalau terapi diberikan pada pagi hari, sementara yang lain lebih berespon kalau diberikan pada sore hari. Efek terapi ditentukan selain oleh lamanya terapi juga ditentukan oleh kekuatan cahaya yang digunakan. Dengan kekuatan cahaya sebesar 2500 lux yang diberikan selama 2 jam sehari efeknya sama dalam menurunkan depresi dengan terapi dengan kekuatan cahaya sebesar 10.000 lux dalam waktu 30 menit sehari. Terapi sinar sangat bermanfaat dan menimbulkan efek yang positif. Kebanyakan klien membaik setelah 3-5 hari terapi kan tetapi bisa kambuh kembali segera setelah terapi dihentikan. Keuntungan yg lain klien tdk akan mengalami toleransi terhadap terapi ini.  Indikasi penggunaan fototerapi :



Fototerapi dpt menurunkan 75% gejala depresi yg dialami klien akibat perubahan cuaca (seasonal affective disorder(SAD)), misalnya pada musim hujan atau musim dingin(winter) di mana terjadi hujan, mendung terus menerus yg bisa mencetuskan depresi pd beberapa org.  Mekanisme Kerja : Fototerapi bekerja berdasarkan ritme biologis sesuai pengaruh cahaya gelap terang pada kondisi biologis. Dengan adanya cahaya terang terpapar pada mata akan merangsang sistem neurotransmiter serotonin & dopamin yang berperanan pada depresi.  Efek Samping : Kebanyakan efek samping yang terjadi meliputi ketegangan pada mata, sakit kepala, cepat terangsang, insomnia, kelelahan, mual, mata menjadi kering, keluar sekresi dari hidung dan sinus. e. Terapi deprivasi tidur Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan cara mengurangi jumlah jam tidur klien. Hasil penelitian ditemukan bahwa 60% klien depresi mengalami perbaikan yg bermakna setelah jam tidurnya dikurangi selama 1 malam. Umumnya lama penurangan jam tidur efektif sebanyak 3,5 jam.  Indikasi : 1) Terapi deprivasi tidur dianjurkan untuk klien depresi.  Mekanisme Kerja: Mekanisme kerja terapi deprivasi tidur ini adalah mengubah neuroendokrin yang berdampak anti depresan. Dampaknya adalah menurunnya gejala-gejala depresi.  Efek Samping : Klien yang didiagnosa mengalami gangguan efektif tipe bipolar bila diberikan terapi ini dpt mengalami gejala mania. f.



Restrain Restrain merupakan terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas klien. Alat tersebut meliputi penggunaan manset untuk



pergelangan tangan atau kaki dan kain pengikat. Restrain harus dilakukan pada kondisi khusus, hal ini merupakan intervensi yang terahir jika perilaku klien sudah tidak bisa diatasi atau dikontrol dengan strategi perilaku maupun modifikasi lingkungan. Indikasi restrain yaitu :- Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya.- Perilaku agitasi yang sudah tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.- Klien yang mengalami gangguan kesadaran- Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan pengendalian diri.- Ancaman terhadap integritas tubuh berhubungan dengan penolakan klien untuk istirahat, makan dan minum. Prinsip Tindakan Prinsip dari tindakan restrain ini adalah melindungi klien dari cedera fisik dan memberikan lingkungan yang nyaman. Restrain dapat menyebabkan klien merasatidak dihargai hak asasinya sebagai manusia, untuk mencegah perasaan tersebut perawat harus mengidentifikasi faktor pencetus apakah sesuai dengan indikasi terapi,dan terapi ini hanya untuk intervensi yang paling akhir apabila intervensi yang laingagal mengatasi perilaku agitasi klien. Kemungkinan mencederai klien dalam proses restrain sangat besar, sehingga perlu disiapkan jumlah tenaga perawat yang cukup dan harus terlatih untuk mengendalikan perilaku klien. Perlu juga dibuat perencanaan pendekatan dengan klien, penggunaan restrain yang aman dan lingkungan restrain harus bebas dari benda-benda berbahaya. g. Seklusi Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung pasien dalam ruangan khusus.Klien dapat meninggalkan ruangan tersebut secara bebas. Bentuk seklusi dapat berupa pengurungan diruangan tidak terkunci sampai pengurungan dalam ruangan terkunci dengan kasur tanpa seprei, tergantung dari tingkat kegawatan klien.Indikasi seklusi yaitu pasien dengan perilaku kekerasan yang membahayakan dirisendiri, orang lain dengan lingkungan.Kontraindikasi dari terapi ini antara lain :Risiko tinggi bunuh diri- Klien dengan gangguan social- Kebutuhan untuk observasi masalah medis- Hukuman. h. ETC (Electro Convulsif Therapi)



ETC (Electro Convulsif Therapi) adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui lektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejanggandmall. Indikasi terapi kejang listrik adalah klien pada psikosa manic depresi, klien schizophrenia stupor kakatonok dan gaduh gelisahkakatonik. ETC lebih efektif dari anti depresan untuk klien depresi dengan gejala psikotik (waham, paranoid) .Pada klien depresi memerlikan waktu 6-12x untuk mencapai perbaikan,sedangkan pada mania dan kakatonik membutuhkan waktu lebih lama yaitu antara10-20x terapi secara rutin. Terapi ini dilakukan dengan frekuensi 2-3x sekali. Jikaefektif, perubahan perilaku mulai terlihan setelah 2-6x terapi. Terapi ETC merupakan prosedur yang hanya digunakan pada keadaan direkomendasikan.