Terjemahan Jurnal Internasional Tentang Manajemen Waktu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

organisasi, karyawan cenderung menghabiskan waktu mereka pada tugas-tugas mudah. Namun, Time Management yang tepat adalah satu-satunya cara untuk mengembangkan keterampilan dan kebiasaan yang baik untuk mencapai kesuksesan profesional. Time Management mengacu pada teknik yang digunakan untuk mengelola (Davis, 2000; Jex & Elacqua, 1999; Macan, 1996, 1994; Macan et al., 1990; Mudrack, 1997) dan menggunakan waktu secara efektif untuk menyelesaikan berbagai tugas (Orpen, 1994; Slaven & Totterdell, 1993; Woolfolk & Woolfolk, 1986) melalui perencanaan dan alokasi waktu yang sesuai (Burt & Kemp, 1994; Francis-Smythe & Robertson, 1999a). Ini memungkinkan orang untuk mengikuti jalur terstruktur dan bertujuan (Bond & Feather, 1988; Sabelis, 2001; Strongman & Burt, 2000; Vodanovich & Seib, 1997) untuk mendapatkan wawasan yang cukup untuk mendistribusikan waktu secara efisien di berbagai kegiatan (King et al., 1986 ), yang membantu individu untuk memaksimalkan dan meningkatkan produktivitas intelektual mereka (Britton & Tesser, 1991). Satu studi tentang kepala sekolah dan praktik alokasi waktu mereka menemukan bahwa kepala sekolah mengalokasikan waktu mereka di berbagai tanggung jawab, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan karyawan, penganggaran, layanan siswa, hubungan eksternal dan sejumlah bidang lain (Goldring et al., 2008; Grissom, Loeb & Master 2013; Horng, Klasik & Loeb, 2010; Spillane, Camburn & Pareja, 2007; Spillane & Hunt, 2010). Kepala sekolah juga menghabiskan waktu untuk manajemen organisasi, termasuk, khususnya, manajemen personalia, penganggaran dan hasil sekolah lainnya (Horng, Klasik, & Loeb, 2010; May, Huff, & Goldring, 2012). Di tingkat guru, penelitian telah menunjukkan bahwa pelatihan Time Management dapat membantu guru meningkatkan Time Management Skills mereka (Claessens, Eerde, Rutte, & Roe, 2007) untuk hasil yang lebih baik.



2.1 Keterampilan dan Teknik Manajemen Waktu Time Management Skills dikaitkan dengan alokasi waktu di seluruh tugas pekerjaan dan ukuran kinerja pekerjaan yang lebih tinggi. Alokasi waktu sangat penting untuk mengelola instruksi dan meningkatkan kinerja. Dengan demikian, Time Management adalah strategi yang bermanfaat untuk mendukung pemangku kepentingan dalam fokus pada pengajaran dan mengejar kegiatan yang diperlukan terkait dengan peningkatan. Teknik dan perilaku Time Management (Time Management Techniques and Behaviors) cenderung memiliki kesamaan. Teknik dan perilaku Time Management cenderung berbagi beberapa sifat umum dan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok, termasuk perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka panjang dan sikap waktu (Britton & Tesser, 1991). Time Management melibatkan penetapan tujuan dan prioritas, membuat daftar dan penjadwalan, dan mengorganisir (Macan, 1994) kegiatan yang direncanakan terkait dengan perilaku positif, yang mendukung penggunaan waktu yang efektif selama penyelesaian kegiatan yang diarahkan pada tujuan (Claessens et al., 2007, 262). Kepala sekolah, khususnya, harus terlibat dalam Time Management multidimensi yang melibatkan keterampilan dan perilaku yang berkaitan dengan perencanaan jangka pendek, kesadaran waktu, delegasi, dan fokus. Kegiatan semacam itu lebih mudah diterapkan dan dikelola di sekolah yang lebih kecil. Namun, di semua jenis lembaga, Time Management Skills yang lebih baik dikaitkan dengan investasi waktu yang lebih produktif dan, dengan demikian, produksi yang lebih



menguntungkan (Horng, Klasik, & Loeb, 2010; Robinson, Lloyd, & Rowe, 2008) dikenal sebagai pendidikan berkualitas.



3. Manajemen Waktu, Kepuasan Kerja dan Motivasi Time Management adalah penggunaan proses pengaturan diri (Griffiths, 2003) untuk mengelola perilaku berisiko (King et al., 1986) melalui rencana, strategi dan pemanfaatannya yang efisien (Eilam & Aharon, 2003). Prosedur Time Management dapat membantu individu mencapai tujuan mereka (Hall & Hursch, 1982) dengan mengidentifikasi kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan rencana mereka (Kaufman-Scarborough & Lindquist, 1999), meningkatkan produktivitas, mengurangi stres (Lay & Schouwenburg, 1993), meningkatkan kepuasan dan meningkatkan motivasi. Perilaku Time Management telah ditemukan berkorelasi positif dengan kontrol yang dirasakan, kepuasan kerja dan kesehatan dan berhubungan negatif dengan stres (Claessens et. Al, 2007). Ini menunjukkan bahwa Time Management dapat mengurangi stres dan meningkatkan kepuasan, motivasi dan upaya di antara karyawan (Alvani, 2008). Selain itu, hubungan yang signifikan telah ditemukan antara stres kerja dan variabel dan dimensi Time Management seperti penetapan tujuan, perencanaan, dan evaluasi kinerja (Khodaveisi, Bahar & Ahmadi, 2015), yang dapat meningkatkan kepuasan kerja, motivasi, dan kualitas hidup guru. Peningkatan Time Management Skills telah terbukti mengurangi stres kerja di kalangan guru pendidikan jasmani, yang secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup mereka (Khodaveisi, Bahar & Ahmadi, 2015). Time Management Skills juga memungkinkan para profesional untuk bekerja dalam menuntut tempat kerja dengan membantu mereka menggunakan waktu mereka yang terbatas dengan cara yang bermanfaat dan efektif dan dengan memotivasi mereka untuk memusatkan perhatian mereka pada hal-hal prioritas tinggi untuk meningkatkan kinerja pekerjaan mereka secara keseluruhan (Claessens et al., 2007) dan pendidikan berkualitas melalui Job Statisfication and Motivation.



3.1 Manajemen Waktu dan Kinerja Time Management efektif mengurangi stres kerja, yang dapat menjadi penghalang penting untuk kinerja pekerjaan (Jamal, 1984) karena kebutuhan untuk mencapai tujuan dalam jadwal waktu yang ditetapkan (Schuler, 1979) dan pra perencanaan. Individu yang memiliki kontrol lebih besar atas waktu mereka mengalami lebih sedikit ketegangan dan menunjukkan lebih sedikit gejala fisik stres (Macan, 1994). Karena stres berkorelasi negatif dengan kinerja pekerjaan yang dinilai sendiri, mengurangi stres melalui Time Management dapat meminimalkan ketegangan kerja dan meningkatkan kinerja pekerjaan (Claessens et al., 2004) dalam organisasi yang efektif. Hubungan positif juga telah ditemukan antara Time Management dan kesehatan karyawan, yang dimediasi oleh kontrol yang dirasakan dan konflik di antara berbagai tuntutan pekerjaan dan dukungan keluarga (Adams & Jex, 1999) dan tanggung jawab. Time Management membantu para profesional untuk meningkatkan efisiensi pekerjaan mereka dengan mengalokasikan waktu secara tepat untuk masing-masing berbagai tugas pekerjaan mereka (Hall & Hursch, 1982; Orpen, 1994; Schuler, 1979). Ini, pada gilirannya, membantu meningkatkan hasil pekerja dan memungkinkan mereka untuk bekerja lebih cerdas di sektor swasta (Green & Skinner, 2005) untuk memaksimalkan produk.



Permintaan dan harapan pekerjaan yang berhubungan dengan Time Management Skills meningkat setiap hari dan memengaruhi apakah suatu pekerjaan layak atau tidak (Institute for Educational Leadership, 2000, hal. 12). Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa kinerja pekerjaan tergantung pada beberapa fungsi dan faktor yang sulit untuk diamati atau diukur, karena hasil organisasi dipengaruhi oleh kinerja individu dan kebijakan organisasi, prosedur dan implementasi (Hallinger & Heck, 1998) mungkin positif dan dan sebaliknya. Time Management memengaruhi berbagai faktor yang mungkin memengaruhi kinerja pekerjaan. Profesional yang mengatur waktu mereka melaporkan kelelahan emosional kurang, yang merupakan faktor paling penting dalam kelelahan profesional (Peeters & Rutte, 2005). Mereka yang menjalani pelatihan Time Management juga melaporkan kepuasan kerja yang lebih besar (Macan et al., 1990), motivasi dan keseimbangan kerja / rumah (Green & Skinner, 2005). Kepuasan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan telah terbukti secara fundamental berkontribusi pada kinerja karyawan (Judge et al., 2001), meskipun setiap organisasi menghadapi sumber daya, waktu, dan keterampilan yang terbatas (Ajzen, 1991). Time Management dapat meningkatkan persepsi kontrol dengan mengendurkan sikap karyawan (Macan, 1994), jika karyawan tidak terlibat dalam perilaku baru, mereka tidak dapat mengetahui perilaku mana yang paling produktif. Dalam situasi seperti itu, Time Management dapat meningkatkan kinerja dan mendukung tujuan (Ajzen, 1991). Time Management juga memprediksi kinerja pekerjaan; misalnya, sales man dengan Time Management Skills yang lebih baik memiliki penjualan yang lebih tinggi (Barling et al., 1996), mahasiswa dengan Time Management Skills yang lebih baik melaporkan nilai yang lebih tinggi (Britton & Tesser, 1991; Macan et al., 1990) dan direktur ekstensi county dengan Time Management Skills yang lebih baik adalah dinilai lebih tinggi oleh atasan mereka (Radhakrishna, Yoder, & Baggett, 1991). Hasil ini menunjukkan bahwa kinerja pekerjaan, Time Management dan kepuasan kerja terkait erat.



4. Metodologi



4.1 Metode dan Prosedur Penelitian Penelitian ini mengikuti desain penelitian kualitatif yang berakar pada asumsi filosofis epistemologi dan ontologi (Crotty, 1998) dan didukung oleh interpretivisme. Interpretivisme menunjukkan bahwa ada banyak realitas, dan konstruksionisme epistemologis menunjukkan bahwa pengetahuan dibangun dan bersifat subyektif (Creswell, 2009) untuk memahami fenomena tersebut. Studi ini melakukan wawancara semi-terstruktur untuk mengumpulkan data dari sampel guru yang direkrut dari berbagai departemen menggunakan pendekatan snowball sampling (atau "teman teman"). Semua diminta untuk berbagi pengalaman kehidupan profesional nyata mereka tentang Time Management dan Job Statisfication and Motivation. Semua juga diberikan deskripsi tertulis singkat tentang topik penelitian. Kemudian, para guru diundang untuk berbagi pengalaman mereka dengan pembelajaran, pengembangan profesional, kesuksesan dan Job Statisfication and Motivation, dengan referensi khusus untuk Time Management dalam profesi mereka. Data wawancara dijaga kerahasiaannya, dan identitas orang yang diwawancarai dilindungi (Shaw & Gould, 2001). Pendekatan penelitian kualitatif digunakan untuk mengeksplorasi dan



mendefinisikan makna pribadi peserta berdasarkan kalimat yang diriwayatkan, tanpa kehilangan kekayaan atau keaslian teks yang diucapkan asli (Flick, 1998; Strauss & Corbin, 1998). Untuk memastikan validitas alat dan data, penelitian ini dipandu dan didukung oleh pendekatan relativis dan daftar karakterisasi (Sparkes & Smith, 2009, 2014). Daftar ini menguraikan beberapa pertimbangan penelitian, seperti kelayakan topik dan kekayaan; pentingnya kontribusi pada literatur; ketelitian dan obyektivitas; pemilihan sampel yang tepat dan sesuai; makna, signifikan, dan kejelasan klaim yang dihasilkan dari data; rasionalitas dan kesehatan penelitian; dan pemilihan metode yang tepat berdasarkan kebutuhan dan persyaratan dari topik dan hasil studi (Tracy, 2010). Data dianalisis dengan menggunakan pendekatan penyelidikan naratif, karena penyelidikan naratif telah lama dianggap sebagai alat analisis yang cocok di bidang ilmu kognitif, studi organisasi, teori pengetahuan, sosiologi dan studi pendidikan. Penyelidikan naratif menangkap dimensi pengalaman pribadi dan manusia dari waktu ke waktu dan mengeksplorasi hubungan antara pengalaman individu dan konteks budaya (Clandinin & Connelly 2000). Ada beberapa bentuk analisis naratif yang berbeda. Beberapa pendekatan fokus pada konten cerita, yang lain fokus pada makna, dan yang lain fokus pada keduanya, tergantung pada posisi filosofis. Cerita-cerita ini dapat dianggap sebagai jendela menuju realitas yang dapat diketahui dan dapat dilihat sebagai konstruksi pengetahuan yang terletak secara sosial yang menghargai kekacauan, perbedaan, kedalaman dan tekstur kehidupan yang dialami (Polkinghorne, 1995). Proses analisis ini sering disebut analisis naratif, atau eksplorasi makna narasi yang ditemukan melalui proses penelitian (Riessman, 2008). Analisis naratif memperlakukan cerita sebagai pencipta pengetahuan yang membentuk realitas sosial narator sendiri (Etherington, 2004) dalam mode hitam putih dengan jelas. Analisis naratif dapat dilakukan dengan klien peneliti sendiri (Etherington, 2006, 2000; Wosket, 1999), dengan klien orang lain (Etherington, 2007) atau dengan orang yang bukan klien.



4.2 Peserta Total 40 peserta direkrut untuk penelitian ini menggunakan metode bola salju. Pendekatan bola salju dipilih untuk memfasilitasi pengumpulan data yang mendalam, benar dan nyata. Dalam pengambilan sampel bola salju, jumlah peserta dapat bervariasi dari 1 atau 2 hingga 30 atau 40, tergantung pada kebutuhan untuk melaporkan rincian tentang setiap individu atau situs (Creswell, 2012). Untuk merekrut