Tita Rahayu (Skripsi Ke 1) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH SLOW DEEP BREATHING TERHADAP FATIGUE PADA PASIEN DENGAN PPOK DI RSUD MALINGPING



DISUSUN OLEH: TITA RAHAYU NIM. 18215271



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YATSI TANGERANG TAHUN 2022



PENGARUH SLOW DEEP BREATHING TERHADAP FATIGUE PADA PASIEN DENGAN PPOK DI RSUD MALINGPING



Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program studi sarjana keperawatan



DISUSUN OLEH: TITA RAHAYU NIM. 18215271



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YATSI TANGERANG TAHUN 2022



I



LEMBAR PERSETUJUAN Tugas Akhir ini telah disetujui dan diperiksa untuk dipertahankan dihadapan Penguji Skripsi Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Yatsi Tangeran



Tangerang,



September 2022



Menyetuji, Pembimbing



Ns. Zahrah Maulidia, S.Kep., M.Kep.



Mengetahui, Ketua STIKes Yatsi Tangerang



Drs. Trisonjaya, M. Si., MM



II



LEMBAR PENGESAHAN PENGARUH SLOW DEEP BREATHING TERHADAP FATIGUE PADA PASIEN DENGAN PPOK DI RSUD MALINGPING Disusun Oleh : TITA RAHAYU NIM. 18215271



Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji



Tangerang,



September 2022



Menyetujui, Penguji I



Penguji II



.………………………………



.………………………………



Mengetahui, Ketua STIKes Yatsi Tangerang



Drs. Trisonjaya, M. Si., MM



III



LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama



: Tita Rahayu



NIM



: 18215271



Tempat Tanggal Lahir : Lebak, 28 Oktober 1980 Institusi



: STIKes Yatsi Tangerang



Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Fatigue Pada Pasien Dengan Ppok Di RSUD Malingping” adalah bukan Tugas Akhir hasil karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis. Tangerang, Pembimbing



September 2022



Yang Menyatakan materai



Ns. Zahrah Maulidia, S.Kep., M.Kep.



Tita Rahayu



IV



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TANGERANG PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SKRIPSI, TAHUN 2022



YATSI



NAMA PENELITI : TITA RAHAYU NIM : 18215271 PENGARUH SLOW DEEP BREATHING TERHADAP FATIGUE PADA PASIEN DENGAN PPOK DI RSUD MALINGPING



ABSTRAK Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang disebabkan oleh kelainan saluran napas dan alveoli. PPOK menjadi masalah di seluruh dunia, karena penyebab utama terjadinya morbiditas dan mortalitas kronis. Sesak napas dan fatigue merupakan gejala utama yang dialami oleh pasien PPOK. Salah satu terapinya tanpa obat yaitu Slow Deep Breathing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Slow Deep Breating terhadap fatigue pada pasien dengan PPOK di RSUD Malingping. Desain penelitiannya yaitu QuasiEksperimen dengan pendekatan two group-pre test and post test design. Teknik pengambilan sampel menggunakan concecutive sampling dengan jumlah 30 responden yang dibagi menjadi dua kelompok. Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji t dependen. Hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat perbedaan skala fatigue sebelum dan sesudah dilakukan slow deep breathing pada pasien PPOK di RSUD Malingping kelompok Intervensi (p=0,000) dan tidak terdapat perbedaan skala fatigue sebelum dan sesudah dilakukan slow deep breathing pada kelompok control (p=0,651). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah slow deep breathing dapat mempengaruhi dan menurunkan skala fatigue pada pasien PPOK. Kata Kunci : Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), slow deep breathing, fatigue



V



YATSI HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE TANGERANG NURSING S1 STUDY PROGRAM SKRIPSI, YEAR 2022 RESEARCHER'S NAME ID



: TITA RAHAYU : 18215271



THE EFFECT OF SLOW DEEP BREATHING ON FATIGUE IN PATIENTS WITH COPD IN MALINGPING HOSPITAL



ABSTRACT Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a lung disease caused by abnormalities of the airways and alveoli. COPD is a worldwide problem, as a major cause of chronic morbidity and mortality. Shortness of breath and fatigue are the main symptoms experienced by COPD patients. One of the therapies without drugs is Slow Deep Breathing. The purpose of this study was to determine the effect of Slow Deep Breathing on fatigue in patients with COPD at Malingping Hospital. The research design is quasi-experimental with a two group-pre-test and post-test design approach. The sampling technique used consecutive sampling with a total of 30 respondents who were divided into two groups. The analytical technique used in this study is the dependent t test. The results of statistical tests showed that there was a difference in the fatigue scale before and after slow deep breathing in COPD patients at the Malingping Hospital in the Intervention group (p = 0.000) and there was no difference in the fatigue scale before and after slow deep breathing in the control group (p = 0.651). The conclusion of this study is that slow deep breathing can affect and reduce the fatigue scale in COPD patients. Keywords: Chronic obstructive pulmonary disease (COPD), slow deep breathing, fatigue



VI



KATA PENGANTAR Alhamdullilahirabbil‘alamin. Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini di lakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Sarjana Keperawatan, pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Yatsi Tangerang. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusun skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Trisnojaya, M. Si., MM., selaku Ketua STIKES Yatsi Tangerang yang memberikan Fasilitas dan kesempatan untuk belajar 2. Ns. Febi Ratnasari, S.Kep., M.Kep., selaku ketua program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Yatsi Tangerang yang mengarahkan dalam proses belajar mengajar 3. Ns. Zahrah Maulida, S.Kep., M.Kep., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini 4. Seluruh Pihak RSUD Malingping yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan 5. Orang tua, suami dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral 6. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini Akhir kata, saya berdoa kepada Allah SWT semoga membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu Tangerang,



September 2022 Penulis



VII



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................



i



LEMBAR PERSETUJUAN .....................................................................



ii



LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................



iii



LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................



iv



ABSTRAK .................................................................................................



v



ABSTRACT ................................................................................................



vi



KATA PENGANTAR ...............................................................................



vii



DAFTAR ISI...............................................................................................



viii



DAFTAR GAMBAR/SKEMA .................................................................



x



DAFTAR TABEL .....................................................................................



xi



BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................



1



1.1 Latar Belakang ............................................................................



1



1.2 Rumusan Masalah.......................................................................



3



1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................



4



1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................



4



1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................



6



2.1 Konsep PPOK .............................................................................



6



2.2 Konsep Slow Deep Breathing .....................................................



10



2.3 Konsep Fatigue ..........................................................................



12



2.4 Kerangka Teori ...........................................................................



13



BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL . .



14



3.1 Kerangka Konsep .......................................................................



14



3.2 Hipotesis .....................................................................................



14



3.3 Definisi Operasional....................................................................



15



VIII



BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...............................................



17



4.1 Desain Penelitian ........................................................................



17



4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................



18



4.3 Populasi dan Sampel ...................................................................



19



4.4 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data .....................................



21



4.5 Pengolahan dan Analisa Data......................................................



23



4.6 Etika Penelitian ...........................................................................



25



4.7 Keterbatasan Penelitian ..............................................................



26



BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................. 5.1 Karakteristik Responden ............................................................ 5.2 Hasil Penelitian ........................................................................... BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................... BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 7.1 Kesimpulan ................................................................................. 7.2 Saran ........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ LAMPIRAN



IX



DAFTAR GAMBAR/SKEMA Skema 2.1 Patogenesis PPOK .......................................................................



7



Skema 2.2 Kerangka Teori ..................................................................



13



Skema 3.1 Kerangka Konsep . ..................................................................



14



X



DAFTAR TABEL



Tabel 3.1 Definisi Operasional...................................................................... 15 Tabel 4.1 Quasi-eksperimen two group-pre test and post test design ………..17



XI



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang umum, dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan yang persisten dan pembatasan saluran napas yang disebabkan oleh kelainan saluran napas dan alveoli, biasanya partikel berbahaya, atau karena paparan gas yang parah. Gejala pernapasan yang paling umum adalah dipsneu dan batuk berdahak sehingga dapat menyebabkan ketidak nyamanan dalam bernafas serta beraktivitas (Decker, 2017). Sesak napas dan fatigue merupakan gejala utama yang dialami oleh pasien penyakit paru obstruktif kronik PPOK. Gejala ini menurunkan kinerja fungsional, fungsi kognitif, fisik dan psikososial hingga akan memperburuk kesehatan dan menurunkan kualitas hidup (Saragih et al., 2018). Gejala yang paling dominan pada pasien PPOK adalah sesak napas pada saat mulai beraktivitas. Kelelahan pada pasien PPOK disebabkan oleh atrofi otot yang menetap, adanya gangguan pada nutrisi, dan adanya sirkulasi pada sitokin. Theander (2007) dalam (Imamah et al., 2017) mengemukakan bahwa kelelahan salah satu penyebab berkurangnya partisipasi pasien PPOK dalam aktivitas social dan pekerjaan. Beberapa dampak yang signifikan pada pasien PPOK yaitu berdampak pada kebutuhan sehari-hari, karena tidak hanya gangguan fisik dan fisiologis tetapi juga gangguan mental, kurang konsentrasi dan depresi. Pada akhirnya kelemahan dapat menyebabkan kelelahan otot, termasuk otot pernapasan. Intervensi untuk penderita PPOK yaitu terdiri dai terapi obat dan terapi tanpa obat. Salah satu terapi tanpa obat yaitu Teknik pernapasan dalam dan lambat atau disebut juga Slow Deep Breathing. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan toleransi latihan, sehingga dapat memaksimalkan kapasitas kerja pada penderita PPOK.



Slow Deep Breathing (SDB) yaitu tatacara



bernapas menggunakan frekuensi < 10 napas per menit serta periode inspirasi 1



lama. Pernapasan lambat dan dalam adalah tindakan sadar untuk mengatur pernapasan dalam dan lambat. Pernapasan lambat dan dalam lebih menitikberatkan pada pengajaran pernapasan yang benar yang dapat meredakan gejala PPOK, sehingga PPOK dapat dikendalikan. Pernapasan dalam yang lambat adalah latihan pernapasan dengan teknik pernapasan dalam yang lambat yang menggunakan diafragma, memungkinkan perut naik perlahan dan tulang rusuk mengembang penuh. Dengan latihan pernapasan dalam dan lambat, Anda dapat mengontrol pernapasan dengan mantap untuk memaksimalkan ekspansi dan kontraksi paru-paru. Latihan ini efektif untuk penyakit pernapasan (Black, 2014). Berdasarkan penelitian sebelumnya, khususnya penelitian rehabilitasi paru tentang perubahan dispnea dan kelelahan untuk pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) menunjukkan bahwa t- tes untuk dyspnea diperoleh p< 0,001 dan p-value = 0,034 untuk kelelahan, sehingga disimpulkan bahwa rehabilitasi paru dapat mengurangi dispnea dan mengurangi kelelahan pada pasien PPOK (Imamah et al., 2017). PPOK adalah masalah global. Penyakit ini merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan yang banyak dihadapi saat ini. Penyakit ini signifikan dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas kronis di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) memberikan tanggapan bahwa pada tahun 2030 PPOK sebagai penyebab utama kematian yang ketiga di dunia. Pada tahun 2018 menunjukkan bahwa dari seluruh kematian di dunia terdapat 6 ribu karena PPOK. Kematian akibat PPOK diperkirakan akan meningkat dalam beberapa tahun kedepan karena paparan terus menerus terhadap faktor risiko PPOK, penuaan, dan populasi. Belakangan ini PPOK lebih sering dibicarakan karena prevalensinya yang semakin meningkat. Berdasarkan GOLD dan studi epidemiologi skala besar lainnya, diperkirakan jumlah PPOK adalah 384 juta pada tahun 2010. Secara global, ada sekitar tiga juta kematian. Dengan meningkatnya prevalensi merokok di negara-negara berkembang, dan populasi yang menua di negara-negara berpenghasilan tinggi, prevalensinya PPOK diperkirakan akan meningkat selama 30 tahun ke depan dan pada tahun 2020



2



mungkin ada lebih dari 4,5 juta kematian setiap tahun yang di akibatkan PPOK (Decker, 2017). Prevelensi dalam PPOK diperkiraan mengalami peningkatan secara drastis dampak beberapa negara pada Asia yg ditimbulkan sang peningkatan pemakaian tembakau. Dengan meningkatnya perkara merokok dinegara berkembang mengakibatkan PPOK sebagai lebih berfokus buat ditangani & pada tindaklanjuti. Diperkiraan menurut populasi dunia yg berumur 15 tahun adalah perokok aktif. Indonesia menjadi negara menggunakan jumlah perokok tinggi & terdapat beberapa pola hayati yg belum sanggup terjaga menggunakan baik, memiliki prevalensi yg besar. Data riset kesehatan dasar tahun 2018 memperlihatkan prevalensi pasien menggunakan PPOK mencapai 3,7% atau 9,2 juta penduduk (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan data 10 besar penyakit di Ruang Rawat Inap RSUD Malingping tahun 2020, PPOK termasuk 10 besar penyakit terbanyak di Ruang Rawat Inap RSUD Malingping, PPOK menduduki peringkat ke delapan yaitu sebesar 57 pasien/tahun. Peringkat pertama di tempati oleh Tb Paru sebanyak 121/tahun, kedua oleh CHF sebanyak 103, ketiga oleh DHF sebanyak 95, dan selanjutnya. (Instalasi Rekam Medik RSUD Malingping, 2021). Dan berdasarkan pengalaman peneliti selama 1 tahun bekerja dan sampai dengan saat ini pasien PPOK selalu masuk 10 besar di RSUD Malingping. Hal ini menggambarkan bahwa penyakit PPOK ini perlu mendapatkan perhatian khusus agar angkanya mengalami penurunan. Berdasarkan pengalaman peneliti tersebut, belum pernah ada intervensi khusus dalam menerapkan Slow Deep Breathing. Oleh sebab itu dalam penelitian ini akan melihat bagaimana pengaruh Slow Deep Breathing terhadap fatigue pada pasien PPOK di Ruang rawat inap RSUD Malingping 1.2 Rumusan Masalah PPOK menjadi masalah di seluruh dunia, karena di seluruh dunia penyakit ini merupakan penyebab utama terjadinya morbiditas dan mortalitas kronis. Pada tahun 2030 WHO memprediksikan PPOK sebagai penyebab



3



utama kematian. Di RSUD Malingping kasus PPOK masuk kedalam 10 besar penyakit di ruang rawat inap yaitu peringkat ke delapan. Berdasarkan



fenomena



diatas



dan



ketertarikan



penulis



untuk



mengetahui pengaruh Slow Deep Breating terhadap fatigue pada pasien dengan PPOK di RSUD Malingping. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka pertanyaan penelitian yang diangkat adalah: 1.3.1 Bagaimana skala fatigue sebelum dilakukan slow deep breating pada pasien PPOK di RSUD Malingping 1.3.2 Bagaimana skala fatigue sesudah dilakukan slow deep breating pada pasien PPOK di RSUD Malingping 1.3.3 Bagaimana perbedaan skala fatigue sebelum dilakukan slow deep breathing dan sesudah dilakukan slow deep breathing pada pasien PPOK di RSUD Malingping 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1



Tujuan Umum Diketahui pengaruh Slow Deep Breating terhadap fatigue pada pasien dengan PPOK di RSUD Malingping



1.4.2



Tujuan Khusus 1. Diketahui skala fatigue sebelum dilakukan slow deep breating pada pasien PPOK di RSUD Malingping 2. Diketahui skala fatigue sesudah dilakukan slow deep breating pada pasien PPOK di RSUD Malingping 3. Diketahui perbedaan skala fatigue sebelum dilakukan slow deep breathing dan sesudah dilakukan slow deep breathing pada pasien PPOK di RSUD Malingping



4



1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan dapat melengkapi kajian teoritis yang berkaitan dengan penyakit paru obstruktif (PPOK), dan memberi sumbangan saran dalam pengembangan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami PPOK. Dan penelitian ini juga dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian berikutnya terutama yang berhubungan dengan penelitian tentang pengaruh Slow Deep Breating terhadap fatigue pada pasien dengan PPOK. 1.5.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat di jadikan masukan bagi Rumah sakit untuk mengembangkan intervensi dalam asuhan keperawatan pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep PPOK 2.1.1



Pengertian PPOK merupakan penyakit yang ditandai dengan batuk produktif dan dipsneu, terjadi obstruktif saluran napas bersifat kronis dan merupakan gabungan empisema, bronchitis kronik, serta asma. Dalam beberapa keadaan perburukan PPOK ini dapat menyebabkan terjadinya gagal nafas atau istilah yang digunakan Acut on Cronic Respiratory failure (ACRF) (Tabrani, 2017) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. (Panitia PIR 2015 Nasional, 2015)



Karakteristik dari PPOK adalah adanya sumbatan jalan napas secara progressive, terjadinya inflamasi pada jalan napas, dan berpengaruh terhadap sistemik, dan hanya sebagian yang bisa kembali normal, (Decramer, 2012). 2.1.2



Faktor Resiko Kebiasaan merokok adalah sebab utama berkembangnya PPOK, merokok berat meningkatkan kemungkinan mengembangkan PPOK, dan dapat mengurangi refleks batuk dan faktor pendukung lainnya (bertambahnya usia, polusi lingkungan, pekerjaan). Faktor risiko munculnya PPOK antara lain (Tabrani, 2017) a) Pasien pria lebih banyak dari pada wanita b) Status



sosial



ekonomi



yang



rendah



mendapatkan PPOK yang lebih tinggi c) Terjadinya infeksi bronkus yang berulang



6



yang



kemungkinan



d) Hipersensitif atau Alergi pada bronkus e) Adanya faktor genetic 2.1.3



Patofisologi dan Patogenesis PPOK Berdasarkan (Tabrani, 2017) 1) Adanya sekresi mukus yang mengental terutama pada pasien bronchitis dan bronkospasme sehingga terjadi penyempitan dari saluran pernafasan 2) Adanya kontraksi dari otot bronkus yang di sertai dengan cairan edema akibat inflamasi pada asma kronik 3) Adanya destruksi dari perenkim paru pada emfisema



dan



penyempitan pada bronkus ini dapat menyebabkan terjadinya: a) Obstruksi saluran pernafasan menahun b) Terjadinya perangkap udara karena udara yang masuk pada saat inspirasi lebih mudah dari pada saat ekspirasi, hal ini terutama di temukan pada kasus emfisema pulmonal obstruktif skema 2.1 Patogenesis PPOK Inhalasi bahan berbahaya



inflamasi Mekanisme perlindungan



Mekanisme perbaikan



Kerusakan jaringan paru



Penyempitan saluran nafas dan fibrosis



Destruksi perenkrim



7



Hiper sekresi mukus



PDPI. Klasifikasi: PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) Diagnosis dan Penatalaksanaan. Edisi Juli 2011 2.1.4



Manifestasi Klinis Manifestasi klinis pada PPOK menurut (Decker, 2017) adalah: manifestasi awal merupakan malfungsi kronis pada sistem pernafasan dengan ditandai batuk-batuk ,produksi dahak khususnya yang muncul di pagi hari, nafas pendek, sesak nafas akut, frekuensi nafas yang cepat, penggunaan otot bantu pernafasan dan ekspirasi lebih lama dari pada inspirasi. Gejala PPOK yaitu nyeri, dyspnea saat aktivitas, fatigue yang berlebihan, penurunan toleransi olah raga, kecemasan dan depresi dalam aktivitas sehari-hari sehingga menurunkan kualitas hidup pasien (Chen et al., 2018)



2.1.5



Klasifikasi PPOK 1) PPOK Ringan Gejala klinisnya yaitu ada atau tidak adanya batuk, ada tidaknya sputum, sesak nafas grade 0 sampai sesak nafas grade 1 2) PPOK Sedang Gejala klinisnya yaitu ada atau tidak adanya batuk, ada tidaknya sputum, sesak napas: grade 2 sesak napas (sesak napas saat beraktivitas). 3) PPOK Berat Gejala klinisnya yaitu gagal napas kronik akibat dari sesak napas grade 3 dan 4, gagal napas kronik pada penderita PPOK di tunjukan dengan hasil labolatorium yaitu hasil AGD (Analisa Gas Darah) dengan kriteria adanya hipoksemia dengan normokapne atau hipoksemia dengan hiperkapneu. Eksaserbasi lebih sering terjadi disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan. (Panitia PIR 2015 Nasional, 2015)



8



2.1.6



Penatalaksanaan PPOK Penatalaksanaan PPOK bertujuan untuk: 1) Meredakan gejala 2) Pencegahan kerusakan berulang 3) Meningkatkan dan mencegah kerusakan fungsi paru-paru a) Meningkatkan kualitas hidup pasien b) Program



rehabilitasi



terdiri



dari



tiga



komponen:



fisik,



psikososial, dan pernapasan. 4) Ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan kapasitas sistem transportasi oksigen. Aktivitas fisik yang baik menyebabkan: a) Peningkatan kapasitas kerja aerobik dan anaerobik b) Peningkatan curah jantung dan volume sekuncup c) Peningkatan efisiensi distribusi darah d) Latihan pemulihan terbatas untuk meningkatkan otot-otot pernapasan 5) Status psikososial pasien harus dipantau secara hati-hati dan diobati dengan obat-obatan yang diperlukan. 6) Latihan Pernapasan Tujuan dari latihan ini adalah untuk mengurangi dan mengontrol sesak napas. Teknik latihan meliputi pernapasan perut, pernapasan bibir yang mengerucut, dan pernapasan dalam yang lambat untuk meningkatkan ventilasi serta menyamakan kerja otot perut dan dada. Juga bermanfaat untuk mengeluarkan dahak dan memperkuat otot tungkai (Panitia PIR 2015 Nasional, 2015) 2.1.7



Komplikasi Komplikasi pada PPOK antara lain gagal napas akut, gagal napas kronik, infeksi berulang dan kor pulmonal. Hasil AGD: PaO2 < 60 mmHg dan PaCO2 > 50 mmHg. Petunjuk terjadinya gagal napas kronis PH mungkin normal. sedangkan sesak napas dengan atau tanpa sianosis, peningkatan volume sputum dan nanah, demam, dan



9



penurunan kesadaran merupakan tanda gagal napas akut. Produksi sputum yang berlebihan pada penderita PPOK menyebabkan pembentukan koloni bakteri, sehingga mendorong perkembangan infeksi berulang. Selain itu, kondisi kronis ini melemahkan kekebalan tubuh. Hal ini ditandai dengan penurunan tingkat limfosit dalam darah. Adanya cor pulmonale ditunjukkan oleh EKG P cor pulmonale, hematokrit > 50%, dan mungkin berhubungan dengan gagal jantung kanan. (Panitia PIR 2015 Nasional, 2015) 2.2 Konsep Slow Deep Breathing (SDB) 2.2.1 Pengertian SDB adalah metode bernapas dengan laju < 10 napas per menit dan merupakan inhalasi jangka panjang. SDB adalah tindakan sadar untuk mengatur pernapasan dalam dan lambat. Kontrol regulasi pernapasan sadar adalah melalui korteks serebral, dan pernapasan spontan atau otomatis melalui medula oblongata (Martini, 2015). Slow Deep Breathing adalah metode pernapasan dalam lambat yang menggunakan otot diafragma untuk mengangkat perut perlahan dan melebarkan dada sepenuhnya (Smeltzer, et al, 2013). 2.2.2 Tujuan Latihan SDB yaitu salah satu alternatif untuk menjaga kesehatan dan bertujuan untuk mengoptimalkan seluruh organ tubuh melalui pernapasan dan olahraga yang teratur. Ini membantu meningkatkan hasil energi penggerak untuk latihan metabolisme dan aktivitas tubuh. Untuk mencegah penyakit. Gerakan pernapasan yang teratur dan terkontrol untuk memaksimalkan suplai oksigen ke paru-paru secara efektif (Ignatavicius & Workman, 2006). Dalam pengobatan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), keberhasilan pengobatan tidak ditentukan semata-mata oleh obat yang dikonsumsi pasien, sehingga teknik pernapasan lambat dalam dapat



10



digunakan sebagai penunjang. Namun dapat juga dipengaruhi oleh faktor pencetus dan pengendalian teknik pernapasan. Manfaat terapi pernapasan dalam lambat adalah: 1) Dapat berlatih pernapasan yang baik dan benar 2) Bisa menekuk dan otot-otot pernapasan semakin kuat 3) Bisa berlatih batuk efektif 4) Sirkulasi darah meningkat 5) PPOK semakin terkontrol 2.2.3 Standar Prosedure Oprasional Tehnik Slow Deep Breathing Tata cara terapi slow deep breathing dapat dilakukan sebagai berikut: (Smeltzer, 2013) 1) Posisikan untuk duduk dan dalam posisi yang nyaman 2) Tangan kanan Anda letakan di perut bagian bawah dada Anda dan letakan tangan kiri Anda di tengah bagian atas dada Anda. Buang napas dengan cepat melalui mulut Anda sebelum menghirup 3) Bernapaslah dalam-dalam melalui hidung selama 4 detik (dihitung dari 1 sampai 10) sampai Anda merasakan dada terangkat secara maksimal, dan tahan napas selama 2 detik dengan mulut tertutup selama inspirasi. 4) Buang napas perlahan melalui mulut tertutup dan mulut sedikit terbuka. 5) Lari setiap orang selama 1 menit dan beri setiap orang istirahat 2 menit. Terapi napas dilakukan dengan durasi selama 1530 menit. Apabila sudah menguasi teknik dada seperti diatas, terapi SDB bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Letakkan tangan diatas pangkuan yang satu di dalam yang lainnya dengan ibu jari yang saling bersentuhan. b) Kendurkan pundak dengan posisi melandai kebawah dan agak kebelakang saat kondisi rileks. 6) Pejamkan mata dan biarkan pada posisi beristirahat



11



7) Tarik napas dalam-dalam melalui hidung selama 10 hitungan, tahan selama beberapa detik lalu hembuskan perlahan 8) Hembuskan udara sebanyak-banyaknya 9) Ulangi selama 15-30 menit. 2.3 Konsep Fatigue Fatigue merupakan gejala umum yang terjadi pada pasien PPOK, dengan perkiraan prevalensi sekitar antar 39% hingga 77% (Chen et al., 2018; Goertz et al., 2018). Fatigue dikaitkan dengan dengan derajat keterbatasan aliran udara pada pasien PPOK yang disebabkan oleh penyempitan dan atau obstruksi jalan napas, hilangnya recoil elastis, atau keduanya (Goertz et al., 2019). Fatigue adalah persepsi kelelahan yang luar biasa, dimana pola atau tingkatkeparahannya bervariasi dan memiliki dampak negatif pada fungsi kemampuan seseorang serta berpengaruh luas pada pasien terkait pada aktivitas sehari-harinya (Barsevicket al., 2010; Armstrong & Gilbert, 2012). Fatigue yang tidak terdeteksi secara dini tidak dapat ditanggulangi secara tepat dapat mempengaruhi kondisi sistemik, fisik, psikologis dan perilaku pada pasien PPOK kearah yang lebih negatif (Paneroni et al., 2020). Diperlukan alat skrining untuk deteksi Fatigue yaitu salah satunya Manchester Chronic Obstructive Pulmonary (MCFS) merupakan skala yang valid dan responsive untuk mengukur Fatigue pada pasien PPOK pada fase rehabilitasi paru (Yohannes et al., 2019). Terdiri dari 27 item pertanyaan skala yang valid dan reliabel, dengan domain kelelahan fisik, kognitif dan psikososial (Kolsum et al., 2009)



12



2.4 Kerangka Teori



Faktor resiko: riwayat merokok, polusi lingkungan, infeksi bronkus yang berulang, jenis kelamin, faktor genetik



PPOK



Penatalaksanaan



Patofisiologi: Terjadinya penyempitan saluran pernafsan, kontraksi otot bronkus, empisema



Rehabilitasi paru



Slow deep breathing



Skala Fatigue



Skema 2.2 Kerangka Teori Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Skala Fatigue pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).



13



BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Konsep



adalah



abstraksi



dari



suatu



realitas



agar



dapat



dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel. Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2020) Berdasarkan uraian diatas menurut penulis kerangka konsep atau kerangka berpikir ini merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsepkonsep atau variabel-variabel yang akan diambil atau dilakukan melalui penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian ini menjelaskan hubungan antara variabel bebas (independent) dan variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh Slow Deep Breating terhadap fatigue pada pasien dengan PPOK di RSUD Malingping Skema 3.1 Kerangka Konsep Variabel independen



Variabel dependen Fatigue



Slow Deep Breathing



3.2 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian Hipotesa merupakan suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan masalah penelitiannya atau kebenaran yang akan dibuktikan dalam penelitian dan dinyatakan dalam bentuk pernyataan ilmiah atau proposi yaitu mengandung dua variable atau lebih, maka hipotesa itu dapat benar atau salah, atau dapat diterima atau ditolak. Apabila Hipotesis Nol adalah tidak adanya hubungan atau pengaruh antara dua fenomena yang di teliti, diberi simbol H0. Hipotesis Alternatif adalah adanya pengaruh atau adanya hubungan antara dua fenomena yang diteliti (variabel bebas dengan variabel terikat), di beri simbol H1 (Ha) (Kartika, 2017).



14



Jadi hipotesis itu adalah suatu pernyataan sementara atau dugaan sementara terhadap permasalahan yang akan di teliti oleh peneliti tetapi kebenarannya harus masih di uji. Berdasarkan kerangka konseptual penelitian, Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini: 1. (Ha) yaitu ada pengaruh Slow Deep Breating terhadap Fatigue pada pasien dengan PPOK di RSUD Malingping 2. (Ho) yaitu tidak ada pengaruh Slow Deep Breathing terhadap Fatigue pada pasien PPOK di RSUD Malingping 3.3 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengaruh Slow Deep Breating Terhadap Fatigue pada Pasien dengan PPOK di RSUD Malingping Variabel



Definisi Operasional Variabel Independen Slow Deep Teknik Breating pernapasan yang menggunakan otot diafragma untuk menarik napas dalamdalam, perlahanlahan mengangkat perut, dan melebarkan dada sepenuhnya



Alat & Cara Ukur



Hasil Ukur



SOP dan 1. Kurang lembar Efektif, jika observasi: prosedur 1. Jika Slow Deep tahapan Breating SOP di tidak sesuai lakukan SPO < skor 2 100% 2. Jika 2. Efektif, jika tahapan prosedur SOP tidak Slow Deep di lakukan Breating skor 1 sesuai SPO = 100%



Skala



Ordinal



Variabel Dependen Fatigue



Persepsi kelelahan yang dialami oleh penderita PPOK



MCFS 1. Fatigue (Manchester berat ≥ 27 COPD 2. Fatigue Fatigue ringan < 27 Scale) yang terdiri dari 27 pertanyaan 15



Rasio



tentang kelelahan fisik, psikologis dan sosial. Dengan penilaian: tidak pernah: 0 jarang: 0,5 kadang: 1 sering: 1,5 selalu: 2



16



BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain studi adalah strategi yang digunakan oleh peneliti untuk mengidentifikasi masalah sebelum pengumpulan data rinci dan perencanaan akhir analisis data. Desain penelitian ini berfungsi sebagai pedoman untuk merencanakan dan melakukan penelitian untuk mencapai tujuan dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian (Nursalam, 2020). Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan menggunakan desain eksperimen dan kelompok komparatif. Ini adalah desain yang berusaha untuk memperjelas hubungan dengan memasukkan kelompok kontrol di samping kelompok perlakuan (Nursalam, 2020).



Desain penelitian ini adalah desain Quasi-Eksperimen dengan pendekatan two group-pre test and post test design. Dimana desain ini menggunakan metode penelitian dua kelompok satu kelompok mendapatkan perlakuan atau intervensi dan satu kelompok lainnya tidak mendapatkan perlakuan atau intervensi. Sehingga dapat meminimalisir resiko terjadinya kesalahan dalam penelitian Wijaya, (2017). Intervensi yang diberikan dalam kelompok intervensi adalah dengan memberikan Slow Deep Breathing sedangkan pada kelompok kontrol hanya dilakukan pengukuran fatigue Tabel 4.1 Quasi-Eksperimen two group-pre test and post test design. Subjek



Pre



Perlakuan



Post



K-A



O



I



OI-A



K-B



O



-



OI-B



Time 1



Time 2



Time3



Sumber : Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Nursalam, 2020) Keterangan: K-A



: Pasien PPOK Perlakuan 17



K-B



: Pasien PPOK Kontrol



O



: Observasi fatigue sebelum Slow Deep Breathing (kelompok perlakuan dan kontrol)



I



: Intervensi (Slow Deep Breathing)



-



: Aktivitas Lainnya (selain Slow Deep Breathing)



O1-A



: Observasi fatigue Sesudah Slow Deep Breathing pada kelompok perlakuan



O1-B



: Observasi fatigue Sesudah Slow Deep Breathing pada kelompok kontrol Berdasarkan desain penelitian yang telah dipaparkan, penelitian



melakukan tes pada dua kelompok. Tes awal dilakukan sebelum diberi intervensi Slow Deep Breathing, kemudian dilakukan posttest untuk mengetahui fatigue setelah diberikan intervensi pada kelompok perlakuan sedangkan pada kelompok control tidak diberikan intervensi apa-apa. Setelah kelompok melakukan tes akhir, hasil keduannya kemudian dibandingkan atau diuji perbedaannya. Perbedaan yang signifikan antara kedua nilai pre dan post latihan Slow Deep Breathing akan menunjukkan perbedaan dari perlakuan yang telah diberikan. Dengan catatan bahwa pasien di dalam penelitian ini tetap, itu artinya jika pasien sudah dibolehkan pulang pada saat dilakukan penelitian maka latihan akan tetap dilakukan dan peneliti akan melakukan home care jika jarak rumah responden masih bisa terjangkau oleh peneliti. Contohnya pasien dipulangkan pada saat penelitian hari ke-2 maka penelitian hari ke-3 dilakukan di rumah pasien yaitu dengan mengurukur fatigue. Kemudian jika pasien dipulangkan setelah hari pertama penelitian maka hari ke-2 dan ke-3 penelitian pasien dilakukan penelitian dirumahnya. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap RSUD Malingping. Dengan waktu penelitian dimulai pada bulan Agustus 2022.



18



4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Menurut Donsu (2016), Populasi adalah suatu wilayah yang digeneralisasikan, terdiri dari objek-objek atau subjek-subjek dalam wilayah yang memenuhi syarat penelitian, yaitu wilayah yang memenuhi jumlah dan karakteristik tertentu yang telah ditentukan peneliti untuk menarik kesimpulan Sedangkan menurut Sugiyono (2018), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri



dari objek/subyek dengan sifat dan



karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti yang diteliti, dan ditarik kesimpulan. Populasi yang dirujuk dalam penelitian ini adalah seluruh pasien PPOK yang dirawat di ruang rawat inap RS Malingping sebanyak 55 orang pada bulan Maret 2022 4.3.2 Sampel Sampel adalah bagian dari populasi dan karakteristik (Sugiyono, 2018). Sampel terdiri dari sebagian dari populasi yang dipilih untuk penelitian (Nursalam, 2020). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien PPOK yang dirawat di fasilitas rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Malingping. Manurut Supranto (2015), untuk menentukan besar sampel dalam penelitian eksperimen dapat menggunakan rumus (t-1) (r-1) ≥ 19, diketahui banyak kelompok perlakuan dalam penelitian ini 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok tidak perlakuan atau t=2, maka yang digunakan adalah sebagai berikut: (t-1) (r-1) ≥ 19 Keterangan: t = Banyak Kelompok Perlakuan r = Jumlah replikasi ≥ 19 = Jumlah ketentuan



19



Sehingga:



(t-1)(r-1) ≥ 19 (2-1)(r-1) ≥ 19 (r-1) ≥ 19 r ≥ 19 + 1 r≥ 20



Untuk mengantisipasi terjadinya drop out maka sampel ditambah menjadi 30 responden. Jadi, dalam penelitian ini peneliti membagi 2 kelompok yaitu masing masing kelompok berjumlah 15 orang, satu kelompok 15 orang mendapatkan intervensi atau perlakuan dan satu kelompok yg lainnya 15 orang tidak mendapatkan intervensi atau perlakuan. Jadi jumlah keseluruhan sampel berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling yaitu consecutive sampling artinya sampel yang diambil adalah seluruh subjek yang diamati dan memenuhi kriteria pemilihan sampel yang kemudian dimasukkan dalam sampel sampai besar sampel yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2014). Sampel yang terlibat dalam penelitian ini adalah pasien PPOK yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Malingping yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Adapaun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.



Kriteria Inklusi 1) Pasien secara medis terdiagnosis Penyakit PPOK yang tercatat dalam rekam medik 2) Kesadaran pasien composmentis 3) Pasien yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Malingping 4) Pasien yang tidak ada keterbatasan secara fisik 5) Pasien yang tidak pernah mendapatkan terapi Slow Deep Breathing dari peneliti atau tenaga kesehatan lainnya



20



b.



Kriteria Eksklusi 1) Pasien tidak bersedia mengikuti penelitian. 2)



Mempunyai komplikasi penyulit degeneratif dan gangguan penyakit lainnya.



3)



Pasien pernah/sedang mendapat Therapy selain Slow Deep Breathing sebelumnya.



4.4 Instrumen dan Cara Pengumpul Data 4.4.1 Instrumen Menurut Nursalam (2020) Instrumen penelitian adalah segala fasilitas dan alat alat yang di gunakan untuk memudahkan dalam pengumpulan data sehingga dapat memudahkan peneliti dalam pengolahan data. Dalam penelitian ini instrument penelitian yang digunakan sebagai pengumpul data



yaitu lembar kuesioner. Isi dalam lembar



kuesioner ini ialah terkait dengan skala fatigue pada pasien PPOK sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Skala fatigue akan diukur dengan menggunakan Manchester COPD Fatigue Scale (MCFS). Tes ini dilakukan sebelum dan sesudah intervensi Slow Deep Breathing. Uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen penelitian tentang Skala fatigue tidak dilakukan karena peneliti menggunakan kuesioner baku hasil penelitian sebelumnya yang serupa yaitu penelitian dari Imamah, I. N., Sofro, M. A. U., & Johan, A. (2017) tentang rehabilitasi paru terhadap perubahan sesak nafas dan fatigue pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Dimana penelitian tersebut menggunakan Manchester COPD Fatigue Scale (MCFS). 4.4.2 Cara Pengumpul Data Prosedur pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang



21



diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2020). Adapun tahap-tahap penelitian dalam pengumpulan data, antara lain sebagai berikut: 1. Data primer yang diperoleh dari klien PPOK di RSUD Malingping. Sebelum penelitian peneliti harus mempersiapkan prosedur dalam pengumpulan data yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. 2. Meminta surat izin pada bagian Akademik STIKes Yatsi 3. Meminta surat rekomendasi penelitian dari bagian umum di RSUD Malingping untuk melakukan penelitian 4. Setelah mendapatkan surat rekomendasi dari bagian umum di RSUD Malingping, Peneliti menyerahkan dan meminta izin kepada Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Seksi Rawat Inap dan Kepala Instalasi Rawat Inap RSUD Malingping. 5. Setelah mendapatkan surat balasan izin penelitian, peneliti segera melakukan pendataan jumlah pasien PPOK yang ada di RSUD Malingping ke bagian Rekam Medik. 6. Setelah mendapatkan data peneliti datang ke tempat penelitian yaitu ruang Bougenville dan Ruang Wijaya Kusuma serta meminta izin kepada Kepala Ruangan disana. 7. Setelah diijinkan peneliti langsung melakukan penelitian. 8. Peneliti memperkenalkan diri pada calon responden. 9. Peneliti membina hubungan baik dengan responden. 10. Memberikan penjelasan tentang tujuan peneliti kepada responden. 11. Mempersilahkan calon responden menandatangani surat persetujuan untuk menjadi responden. 12. Peneliti melakukan pre-test untuk mengetahui fatigue sebelum diberikan perlakuan/treatment dalam hal ini latihan slow deep breathing. 13. Sebelum



melakukan



latihan



slow



deep



mempraktekan langkah kerjanya kepada pasien.



22



breathing,



peneliti



14. Melakukan perlakuan/Treatment dengan melaksanakan terapi slow deep breathing pada kelompok intervensi. Dan pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi 15. Melakukan Post-test untuk mengetahui fatigue setelah diberikan perlakuan/terapi dan mencatat di lembar observasi. 16. Mengakhiri pertemuan dengan responden. 4.5 Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan metode sebagai berikut: a.



Editing Memeriksa kelengkapan dalam pengisian kuisioner dan mengecek ulang apakah setiap pertanyaan sudah di jawab dengan benar.



b.



Koding Setiap respon yang masuk data di masukan kemudian respon tersebut di rubah menjadi angka atau simbol tertentu untuk setiap jawaban.



c.



Tabulasi Data Untuk memudahkan dalam pengolahan data di buat table berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga table tersebut mudah untuk di analisis. Kemudian gunakan program SPSS dalam pengolahan data.



4.5.2 Analisa Data 1. Analisis univariat Analisis univariat adalah analisis yang menganalisis setiap variabel dari hasil survei. Setelah data terkumpul, data disajikan dalam bentuk tabel minimum, maksimum, rata-rata dengan menginput semua data dan mengolahnya secara deskriptif untuk



23



melaporkan hasilnya dalam bentuk sebaran tiap variabel yang dianalisis menggunakan statistik deskriptif (Notoadmodjo, 2018). Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelelahan pada pasien PPOK sebelum dan sesudah intervensi nafas dalam yang lambat. Data disajikan dalam analisis univariat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral, atau histogram. Jika data berdistribusi normal, maka mean dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran konsentrasi dan nilai minimum dan maksimum sebagai ukuran dispersi. 2. Analisis bivariat Analisa



bivariat



bertujuan untuk menjawab



hipotesis



penelitian. Adapun uji yang digunakan untuk melihat pengaruh slow deep breathing terhadap fatigue pada pasien PPOK di Ruang Rawat Inap RSUD Malingping dengan melihat pretest dan post test. Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (pemberian slow deep breathing) terhadap variabel dependen (fatigue), apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan. Pada penelitian ini sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang ada. Uji normalitas merupakan uji untuk mengukur data memiliki distribusi normal atau tidak. Jika data distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik yaitu uji t dependen. Analisis penelitian ini menggunakan uji statistik T-Dependen. Uji ini digunakan untuk membandingkan rata-rata dua kelompok berpasangan. Maksudnya pengujian



dilakukan



terhadap



sampel



yang



sama



namun



pengukurannya berbeda. Misalnya sebelum dan sesudah adanya perlakuan tertentu terhadap sampel. Untuk memahami hasilnya, terdapat nilai signifikan yang memiliki arti tertentu terhadap hasij uji. Nilai ini menunjukan apakah perbedaan dari kedua kondisi



24



sampel yang diuji tersebut memiliki makna atau tidak. Jika nilai signifikan kurang dari 0,05, maka kedua variable memiliki perbedaan signifikan. Artinya perbedaan perlakuan terhadap sampel memberi pengaruh yang bermakna. sementara jika nilainya lebih dari 0,05 berarti tidak ada pengaruh bermakna dari perbedaan tersebut. Sedangkan



hasil



data



distribusi



tidak



normal



maka



menggunakan uji non parametrik. Dalam analisis ini uji statistik yang digunakan nonparametric Wilcoxon Sign Rank Test, uji ini di lakukan untuk menguji subjek pada situasi sebelum dan sesudah proses atau subjek yang serupa atau berpasangan. (Jenita, 2016) Adapun prasyarat untuk wilcoxon menurut Swarjana (2016) adalah: 1) Variable dependen berskala data ordinal atau interval/rasio tetapi tidak berdistribusi normal. Peneliti harus melakukan pre test dan post test atau uji normalitas untuk mendapatkan selisih nilai antara kedua kelompok. 2) Variable independen terdiri dari 2 kategori yang bersifat berpasangan. Dalam penelitian ini, hasil uji normalitas yang didapat adalah: Tabel 4.1 Uji normalitas data Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. .159 30 .052 .924 30 .035



Fatigue (Pre test) Fatigue (Post .113 30 .200* .956 Test) *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction



30



.246



Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa uji normalitas menggunakan kologorov Smirnov terlihat bahwa p value > 0,05 sehingga berdistribusi 25



normal selain itu didukung juga dengan hasil pembagian skewness dan standar eror menghasilkan < 2. Jadi jika data berdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan adalah uji parametrik yaitu uji t dependen 4.6 Etika Penelitian Dalam kegiatan penelitian ini etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang harus di lakukan pada setiap kegiatan penelitian dimana melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang di teliti dan masyarakat yang akan mendapatkan dampak dari hasil penelitian. (Notoatmodjo, 2018) Penelitian ini berpedoman pada 4 prinsip dalam melaksanakan penelitian: 1) Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity). Peneliti harus memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi). Peneliti juga harus memikirkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Selain itu, untuk menunjukkan bahwa kami sebagai peneliti telah berusaha untuk menghormati harkat dan martabat subjek penelitian, maka peneliti telah menyiapkan formulir persetujuan. Topik (informed consent) meliputi: a. Menjelaskan kegunaan atau manfaat penelitian. b. Menjelaskan kemungkinan resiko yang timbul dan ketidaknyamanan. c. Menjelaskan kegunaan atau manfaat yang didapat. d. Subjek dapat mengundurkan diri setiap saat dan dengan persetujuan subjek e. Informasi dan identitas yang di berikan responden di jamin kerahasiannya. 2) Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respec for privacy and confidentiality). Setiap orang mempunyai hak untuk tidak memberi tahu orang lain apa yang mereka ketahui. Karena setiap orang mempunyai hak dasar pribadi, dan hak atas privasi. Akibatnya, peneliti tidak dapat mengungkapkan informasi tentang identitas dan kerahasiaan subjek. Peneliti akan menggunakan kode



26



sebagai identitas responden, dan merupakan ungkapan peneliti bahwa peneliti sangat menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian. 3) Keadilan



dan



inklusivitas/keterbukaan



(respect



for



justice



an



inclusiveness). Peneliti akan berusaha untuk memberikan keadilan yaitu peneliti akan memperlakukan semua subjek penelitian dengan perlakuan ataupun dengan keuntungan yang sama. Prosedur penelitian juga harus di jelaskan agar prinsip keterbukaan dan keadilan yang memang perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. 4) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and bnefits). Pada pelaksanaan penelitian, peneliti harus dapat mencegah dampak yang dapat merugikan bagi subjek atau bisa mengurangi seperti rasa sakit,cedera,stress maupun kematian subjek penelitian. Sehingga masyarakat akan merasakan manfaat ksususnya pada subjek penelitian. 4.7 Keterbatasan Penelitian Kemungkinan kelemahan dalam penelitian ini yaitu jika pasien dipulangkan pada hari ke 2 penelitian maka peneliti harus melakukan penelitian ke rumahnya.



BAB V HASIL PENELITIAN



27



5.1 Karakteristik Responden Tabel 5.1 Karakteristik pasien PPOK di Ruang Rawat Inap RSUD Malingping (n=30) Variabel



Kelompok Intervensi (n=15)



Kelompok Kontrol (n=15)



11 (73,3%) 4 (26,7%)



11 (73,3%) 4 (26,7%)



Usia Mean, ±SD Min-Max



52, ± 18,504 19-78



58, ± 16,360 34-86



Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja



11 (73,3%) 4 (26,7%)



11 (73,3%) 4 (26,7%)



Tingkat Pendidikan SD SMP SMA PT



5 (33,3%) 1 (6,7%) 7 (46,7%) 2 (13,3%)



7 (46,7%) 3 (20,0%) 5 (33,3%) 0 (0%)



Riwayat Penyakit Ada Tidak ada



5 (33,3%) 10 (66,7%)



3 (20,0%) 12 (80,0%)



Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan



Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi pada pasien PPOK di ruang rawat inap RSUD Malingping sebagian besar (73,3%) berjenis kelamin laki-laki, rata-rata berusia 52 tahun, sebagian besar (73,3%) bekerja, hampir setengah (46,7%) berpendidikan SMA dan Sebagian besar (66,7%) tidak ada Riwayat penyakit. Sedangkan untuk kelompok kontrol pada pasien PPOK di ruang rawat inap RSUD Malingping sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (73,3%), rata-rata berusia 58 tahun, sebagian besar (73,3%) bekerja, hampir setengah (46,7%) berpendidikan SD dan Sebagian besar (80%) tidak ada Riwayat penyakit.



28



Tabel 5.2 Distribusi frekuensi observasi perlakuan responden kelompok intervensi pada pasien PPOK di Ruang Rawat Inap RSUD Malingping SPO Slow Deep Breathing Kurang Efektif Efektif Total



Kelompok Intervensi N % 1 6,7 14 93,3 15 100



Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa kelompok intervensi yang melakukan Slow Deep Breathing sesuai SPO dengan efektif sebanyak 14 responden (93,3%). 5.2 Hasil Penelitian 5.2.1 Analisis Univariat Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pretest Fatigue pada pasien PPOK di Ruang Rawat Inap RSUD Malingping Skala Fatigue Fatigue Berat Fatigue Ringan Total



Pretest Intervensi N % 11 73,3 4 26,7 15 100



Pretest Kontrol N % 10 66,7 5 33,3 15 100



Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa pretest pada kelompok intervensi sebagian besar (73,3%) pasien PPOK di ruang rawat inap RSUD Malingping mengalami fatigue berat. Begitu pula dengan kelompok kontrol, Sebagian besar (66,7%) mengalami fatigue berat.



Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan posttest Fatigue pada pasien PPOK di Ruang Rawat Inap RSUD Malingping Skala Fatigue



Post Test Intervensi 29



Post Test Kontrol



Fatigue Berat Fatigue Ringan Total



N 2 13 15



% 13,3 86,7 100



N 11 4 15



% 73,3 26,7 100



Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa post-test pada kelompok intervensi sebagian besar (86,7%) pasien PPOK di ruang rawat inap RSUD Malingping mengalami fatigue ringan. Sedangkan untuk kelompok kontrol, Sebagian besar (73,3%) mengalami fatigue berat. Tabel 5.5 Rerata Fatigue pada pasien PPOK di Ruang Rawat Inap RSUD Malingping Variabel



Fatigue Total



Rata-rata Kelompok Intervensi



Pre-test Post-test



31,73 18,87



Standar deviasi 13,956 9,870



Kelompok Kontrol



Pre-test Post-test



31,93 31,33



10,613 9,256



MinMax 11-52 7-39 15-50 15-48



Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa rata-rata fatigue pada kelompok intervensi pre-test adalah 31,73 ± 13,956 (11-52) dan post-test adalah 18,87 ± 9,870 (7-39). Sedangkan rata-rata fatigue pada kelompok kontrol pre-test adalah 31,93 ± 10,613 (15-50) dan post-test adalah 31,33 ± 9,256 (15-48).



5.2.2 Analisis Bivariat Tabel 5.6 Perbedaan skala Fatigue pre post dilakukan Slow Deep Breathing pada pasien PPOK di Ruang Rawat Inap RSUD Malingping 30



Kelompok responden Kelompok Intervensi



Mean Pre-test Post-test



Kelompok Kontrol



Pre-test Post-test



Min-Max



Nilai P



12,867



Standar deviasi 6,999



8,991 – 16,742



0,000



0,600



5,026



-2,183 – 3,383



0,651



Berdasarkan table 5.6 menunjukkan bahwa hasil uji statistik parametrik dengan t dependen pada kelompok intervensi pre-test dan post test didapatkan nilai P (P= 0,000) atau (P≤ 0,05) berarti terdapat perbedaan skala fatigue sebelum dan sesudah diberikan Slow Deep Breathing dengan rata-rata nilai pre-test dan post test 12,867. Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan nilai P (P= 0,651) atau (P > 0,05) berarti tidak terdapat perbedaan skala fatigue sebelum dan sesudah diberikan Slow Deep Breathing dengan rata-rata nilai pre-test dan post test 0,600.



BAB VI PEMBAHASAN



31



6.1 Skala fatigue sebelum dilakukan slow deep breathing pada pasien PPOK di RSUD Malingping Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala fatigue sebelum dilakukan slow deep breathing pada kelompok intervensi yaitu 73,3% mengalami fatigue berat dengan rata-rata nilai sebelum intervensi yaitu 31,73 ± 13,956 dengan nilai minimum 11 dan maksimum 52. Sedangkan rata-rata fatigue pada kelompok kontrol pre-test adalah 31,93 ± 10,613 dengan nilai minimum 15 dan maksimum 50 dimana terdapat 66,7% mengalami fatigue berat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Imamah (2017) dimana sebelum dilakukan rehabilitasi paru yaitu rata-rata skala fatigue 21,65. Hasil penelitian merupakan nilai awal sebelum membandingkan dengan nilai setelah diberikan slow deep breathing selama 3 hari, sehingga hasil penelitian ini sebagai data awal untuk menentukan adakah pengaruh slow deep breathing terhadap skala fatigue pada pasien PPOK. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa skala fatigue pada pasien PPOK sebelum diberikan intervensi dikategorikan fatigue berat. Sesak napas dan fatigue merupakan gejala utama yang dialami oleh pasien PPOK. Gejala ini menurunkan kinerja fungsional, fungsi kognitif, fisik dan psikososial hingga akan memperburuk kesehatan dan menurunkan kualitas hidup (Saragih, 2018). Fatigue pada pasien PPOK disebabkan karena disuse atrophy serta gangguan nutrisi serta adanya cytokine yang beredar pada pasien PPOK. Selain itu fatigue juga mengakibatkan berkurangnya partisipasi pasien PPPOK dalam aktivitas social serta pekerjaan. Kelemahan otot akhirnya dapat mengakibatkan terjadinya kelelahan otot (muscle fatigue) dimana didalamnya termasuk juga dengan otor pernafasan. Oleh sebab itu maka diperlukan salah satu therapi non farmakologi pada pasien PPOK yaitu dengan Slow Deep Breathing, dimana tujuan utamanya untuk meningkatkan toleransi terhadap Latihan sehingga pasien PPOK dapat memaksimalkan peningkatan kapasitas kerja (Imamah, 2017). Slow Deep Breathing adalah



32



metode pernapasan dalam lambat yang menggunakan otot diafragma untuk mengangkat perut perlahan dan melebarkan dada sepenuhnya (Smeltzer, et al, 2013). 6.2 Skala fatigue sesudah dilakukan slow deep breathing pada pasien PPOK di RSUD Malingping Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala fatigue setelah dilakukan slow deep breathing pada kelompok intervensi yaitu 86,7% mengalami fatigue ringan dengan rata-rata nilai sebelum intervensi yaitu 18,87 ± 9,870 dengan nilai minimum 7 dan maksimum 39. Sedangkan rata-rata fatigue pada kelompok kontrol post-test adalah 31,33 ± 9,256 dengan nilai minimum 15 dan maksimum 48 dimana terdapat 73,3% mengalami fatigue berat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Imamah (2017) dimana skala fatigue setelah intervensi mengalami penurunan yaitu dimana rata-rata skalanya menjadi 20,82. Hasil penelitian ini merupakan nilai akhir setelah diberikan slow deep breathing, sehingga hasil penelitian sebagai pembanding dari nilai awal dalam mengetahui pengaruh slow deep breathing terhadap skala fatigue pada pasien PPOK di RSUD Malingping. Jika respon tubuh tidak normal, pasien akan mengalami lelah, letih, lesu yang merupakan gejala fatigue (Hidayat, 2016). Menurut Mitchell et al. (2007) dalam Hasanah (2021) menyatakan bahwa intervensi potensial yang dapat dilakukan untuk menurunkan fatigue meliputi energi konservasi, manajemen aktifitas, meningkatkan kualitas tidur, relaksasi otot, slow deep breathing, masase, mengurangi keletihan dan edukasi. Upaya untuk mengurangi keluhan fatigue menjadi kunci penting dalam mengembalikan kemampuan fungsional penderita. Penderita harus dibantu dengan diarahkan agar tetap mampu beraktifitas sesuai level energi yang dimilikinya, bahwa penggunaan energi juga harus dilakukan sesuai dengan toleransi (Hasanah, 2021). Teknik slow deep breathing membuat tubuh kita mendapatkan input oksigen yang optimal, dimana oksigen merupakan pemegang peran penting



33



dalam sistem pernafasan dan sirkulasi tubuh. Saat kita melakukan teknik ini, oksigen mengalir ke pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa metabolisme yang tidak terpakai, meningkatkan metabolisme dan memproduksi energi yang kemudian akan memaksimalkan jumlah oksigen yang masuk dan disuplay ke seluruh jaringan sehingga tubuh dapat memproduksi energi dan menurunkan level keletihan/ fatigue (Pertiwi and Prihati 2020). 6.3 Perbedaan skala fatigue sebelum dilakukan slow deep breathing dan sesudah dilakukan slow deep breathing pada pasien PPOK di RSUD Malingping Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skala fatigue sebelum dan sesudah diberikan Slow Deep Breathing pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan skala fatigue sebelum dan sesudah diberikan Slow Deep Breathing. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imamah (2017) dimana terdapat perubahan fatigue sebelum dan sesudah rehabilitasi paru. Dan hasil penelitian ini juga Zakerimoghadam (2011) dimana breathing exercise efektif untuk menurunkan fatigue pada pasien PPOK. Selain itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oeh Saragih (2018) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor sesak dan fatigue pada pasien PPOK pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi Latihan Active Cycle of Breathing Technique. Hasil tersebut sesuai dengan konsep teori yang menyatakan bahwa Slow Deep Breathing yaitu salah satu teknik pernapasan secara mandiri untuk meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan perfusi oksigen ke jaringan perifer dan merupakan salah satu bentuk terapi yang mampu meringankan gejala kelelahan (Black & Hawks, 2014). Kelelahan merupakan manifestasi yang umumnya diasosiasikan dengan sebagian besar penyakit akut atau kronis namun juga dialami pada kehidupan normal dan memiliki fungsi yang sehat. Kelelahan dapat didefinisikan sebagai perasaan lelah yang berlebihan



34



dan penurunan aktivitas untuk kerja dan mental pada tingkatan yang biasa. Kelelahan dapat didefinisikan dalam pernyataan subjektif dimana pasien mengalami perasaan lelah dan hilangnya kapasitas untuk melakukan kerja fisik atau mental yang tidak dapat diredakan dengan istirahat. Hal ini merupakan indikasi awal proses abnormal dan mungkin berkembang menjadi kondosi yang kronis dan semakin menurun (Black & Hawks, 2014). Teknik Slow Deep Breathing yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki dan mengontrol dari gejala penyakit PPOK yang muncul. Hubungan antara dyspnea, aktivitas fisik atau latihan dan fatigue, exercise yang menggabungkan dengan respirasi exercise mengurangi kecepatan pernafasan dan meningkatkan alembic aeration. Peningkatan konsentrasi myoglobin setelah dilakukan latihan akan membantu difusi oksigen dari membrane sel ke mitokondria. Latihan Slow Deep Breathing dilakukan akan meningkatkan kapasitas otot rangka untuk melakukan metabolism aerob sehingga energi yang terbentuk lebih besar . Pasien dengan PPOK selain akan mengalami penurunan respirasi juga akan mengalami penurunan organ tubuh secara fisiologis, pasien akan mengalami penurunan kualitas hidup, kehilangan nafsu makan, fatigue dan gangguan tidur. Terapi non farmakologis Slow Deep Breathing merupakan salah satu terapi yang bertujuan untuk memperbaiki ventilasi, mensinkronkan dan melatih kerja otot abdomen serta thorak untuk menghasilkan tekanan inspirasi sehingga dapat melakukan ventilasi maksimal. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana Slow Deep Breathing berpengaruh terhadap penurunan fatigue (Imamah, 2017). Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa penelitian terkait maka peneliti menyimpulkan bahwa slow deep breathing merupakan terapi non farmakologi yang mampu menurunkan skala fatigue yang disebabkan banyak faktor dan salah satunya karena adanya PPOK, sehingga slow deep breathing dapat diterapkan oleh perawat dalam memberikan intervensi asuhan keperawatan pada fatigue pasien PPOK.



35



BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan



36



7.1.1



Skala fatigue sebelum dilakukan slow deep breating pada pasien PPOK di RSUD Malingping didapatkan hasil pada kelompok intervensi yaitu Sebagian besar mengalami fatigue berat dengan ratarata nilai sebelum intervensi yaitu 31,73. Sedangkan rata-rata fatigue pada kelompok kontrol adalah 31,93 dan Sebagian besar mengalami fatigue berat.



7.1.2



Skala fatigue sesudah dilakukan slow deep breating pada pasien PPOK di RSUD Malingping didapatkan hasil pada kelompok intervensi yaitu hamper seluruh mengalami fatigue ringan dengan rata-rata nilai sebelum intervensi yaitu 18,87. Sedangkan rata-rata fatigue pada kelompok kontrol adalah 31,33 dan Sebagian besar mengalami fatigue berat.



7.1.3



Terdapat perbedaan skala fatigue sebelum dilakukan slow deep breathing dan sesudah dilakukan slow deep breathing pada pasien PPOK di RSUD Malingping kelompok Intervensi dan tidak terdapat perbedaan skala fatigue sebelum dilakukan slow deep breathing dan sesudah dilakukan slow deep breathing pada pasien PPOK di RSUD Malingping kelompok kontrol



7.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan saran yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 7.2.1



Bagi RSUD Malingping Diharapkan di RSUD Malingping dapat menggunakan dan menjadi acuan bahwa slow deep breathing dapat menurunkan skala fatigue pada pasien PPOK.



7.2.2



Bagi Masyarakat



37



Diharapkan masyarakat lebih mengetahui terapi non farmakologi seperti slow deep breathing yang dapat menurunkan skala fatigue pada pasien PPOK. 7.2.3



Bagi Peneliti selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar, bahan perbandingan dengan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh slow deep breathing terhadap skala fatigue pada pasien selain PPOK.



DAFTAR PUSTAKA Black, J.M. & Hawks, J.H., 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. 8th ed. Diterjemahkan oleh R.A. Nampira, Yudhisitra & S.C. Eka. Jakarta: Salemba Medika.



38



Decker, Rebecca. et al. (2017). Global Initiative for Chronic Obstructive. GOLD, Global Obstructive Lung Disease, 1–44. Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699. Kolsum, U., Berry, P., Smith, J., Caress, A., Singh, D., & Vestbo, J. (2009). Development , dimensions , reliability and validity of the novel Manchester COPD fatigue scale. 950–955. https://doi.org/10.1136/thx.2009.118109 Nursalam. (2020). Metodologi penelitian ilmu keperawatan : Pendekatan praktis. Panitia PIR 2015 Nasional. (2015). Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Respirologi (PIR) Nasional. Saragih, L. N. M., Herawati, T., Adam, M., Kurnia, D. A., & Komalawati, D. (2018). Pengaruh active cycle of breathing technique acbt pada perubahan skor sesak dan fatigue pada pasien (PPOK)= Effect of active cycle of breathing technique acbt on dyspnea and fatigue scale changes in patients with (CPOD). 30. Yohannes et al. (2019). The responsiveness of the Manchester Chronic Obstructive Pulmonary Disease Fatigue Scale to pulmonary rehabilitation. 1–10. https://doi.org/10.1177/2040622319882206  



39



L A M P I R A N



DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama



: Tita Rahayu



NIM



: 18215271



Jenis Kelamin



: Perempuan



Tempat Tanggal Lahir



: Lebak, 28 Oktober 1980



Email



: [email protected]



Alamat



: Kp. Ciateul Desa Cidahu RT/RW 005/002 Kec. Banjarsari Kab. Lebak Banten 42355



Riwayat Pendidikan



: SDN Inpres Keusik 5, Tahun Lulus 1992 SMPN Banjarsari, Tahun Lulus 1995 SMUN Rangkasbitung, Tahun Lulus 1998 AKPER Faletehan Serang, Tahun lulus 2003



SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth Bapak/Ibu calon responden Di RSUD Malingping Dengan Hormat, Saya Yang bertandatangan di bawah ini: Nama



: Tita Rahayu



NIM



: 18215271



Status



: Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Yatsi Tangerang



Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Fatigue Pada Pasien Dengan PPOK Di RSUD Malingping”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Fatigue sebelum dan sesudah diberikan pemberian latihan Slow Deep Breathing pada pasien PPOK. Saya mengharapkan kesediaan bapak/ibu sekalian untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan melaksanakan terapi Slow Deep Breathing. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penlitian. Atas Perhatian dan persetujuan dari Bapak/Ibu responden saya mengucapkan terimakasih. Malingping, April 2022 Peneliti Tita Rahayu



INFORMED CONSENT/PENJELASAN PENELITIAN



Dengan menandatangani lembar ini, saya menyatakan bersedia menjadi Responden dan berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Yatsi Tangerang. Judul Penelitian



: Pengaruh Slow Deep Breathing Terhadap Fatigue Pada Pasien Dengan PPOK Di RSUD Malingping



Peneliti



: Tita Rahayu



NIM



: 18215271



Saya berharap bahwa penelitian ini tidak akan mempunyai dampak negatif serta merugikan bagi saya dan pihak RSUD Malingping, sehingga semua status kesehatan saya benar-benar dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian. Demikian pernyataan saya secara sukarela bersedia menjadi responden penelitian ini tanpa ada paksaan dari pihak mana pun untuk diperlukan sebagai mestinya. Malingping, Peneliti



Responden



Tita Rahayu



(...............................)



2022



Lembar Kuesioner PENGARUH SLOW DEEP BREATHING TERHADAP FATIGUE PADA PASIEN DENGAN PPOK DI RSUD MALINGPING Nomor Responden : Kelompok



:



Tanggal Pengisian : Petunjuk Pengisian: 1. Lembar diisi oleh responden 2. Berilah tanda check list (v) pada kotak yang telah disediakan 3. Kolom nomor dan kelompok tetap dibiarkan kosong 4. Apabila kurang jelas saudara berhak bertanya kepada peneliti 5. Mohon diteliti ulang agar tidak ada pertanyaan yang terlewatkan



A. Data Demografi Responden 1. Jenis kelamin : L/P 2. Usia



: ………….... tahun



3. Pendidikan : ………………… 4. Alamat



: …………………



B. Kuesioner Manchester Copd-Fatigue Scale (MCFS) No



Pikirkan tentang kelelahan yang dialami 2 minggu yang lalu



1



Karena kelelahan , saya membatasi kegiatan social di luar rumah Membawa beban yang ringan(missal: tas belanja) membuat saya kelelahan Saya menghindari berjalan di tanjakan atau naik tangga karena saya tahu akan merasa lelah



2 3



Kategori jawaban Tidak Jarang Kadang Sering Selalu Pernah



4



5 6 7 8 9 10



11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22



Saya menghindari mendorong beban ringan(misal: troli atau mesin pemotong rumput) karena saya tahu akan merasa lelah Saya merasa lelah bahkan sebelum saya memulai latihan Saat saya mengeluarkan wadah sampah saya merasa lelah Untuk berjalan dari rumah ke mobil atau bis membuat saya merasa lelah Dikarenakan kelelahan, saya menjadi susah untuk berpikir jernih Karena kelelahan, saya menjadi sulit untuk berkonsentrasi Saat saya ingin untuk melakukan beberapa aktivitas fisik, saya merasa tidak mempunyai energy untuk melakukan itu Kelelahan saya membuat saya frustrasi Saat saya kelelahan, saya mengambil makanan Kelelahan membuat saya merasa tertekan Kelelahan menghentikan saya melakukan sesuatu yang saya sukai Karena kelelahan, kaki saya menjadi terasa berat Karena kelelahan, saya menjadi lamban dalam melakukan sesuatu Rasa lelah sangat mengganggu saya Karena kelelahan, saya menjadi lambat dalam berpikir tentang sesuatu daripada orang lain Saya merasa mengantuk Karena kelelahan, saya merasa kurang motivasi daripada dahulu Saya merasa malas-malasan Saya merasa lemah karena kelelahan



23



Saya prihatin bagaimana rasa lelah ini dirasakan oleh orang lain



24



Secara keseluruhan, kelelahan mengganggu saya untuk bisa mengerjakan tugas dan tanggungjawab saya Secara keseluruhan, kelelahan menyebabkan masalah pada diri saya Karena kelelahan saya tidak sempat berpartisipasi dalam kehidupan sosial seperti dulu Mengerjakan aktivitas berulang kali (contoh: bangun dan turun dari kursi , atau berkebun, atau menunggu maupun tidak menunggu mesin pencuci) membuat saya kelelahan



25 26 27



Nomor Responden:



LEMBAR OBSERVASI A. Data Responden Nama (Inisial)



:



Umur



:



Jenis kelamin



:



Pendidikan



:



Alamat



:



Hari/Tanggal Masuk :



B. Tabel Standar Operasional Prosedur Slow Deep Breathing SPO



SLOW DEEP BREATHING



PENGERTIAN



TUJUAN



Slow Deep Breathing merupakan latihan pernapasan dengan teknik bernapas secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat secara perlahan dan dada mengembang penuh (Smeltzer, et al, 2015). 1. Dapat melatih cara bernapas yang benar 2. Dapat melenturkan dan memperkuat otot pernapasan 3. Dapat melatih ekspektorasi yang efektif 4. Dapat meningkatkan sirkulasi darah



PROSEDUR 1) Cuci tangan. 2) Jelaskan prosedur yang akan kita lakukan pada pasien. 3) Duduk pada posisi yang nyaman (bisa dilakukan dengan menggunakan kursi atau tidak menggunakan kursi) 4) Letakkan tangan kanan di perut pada bagian bawah tulang rusuk, dan tangan kiri di tengahtengah dada bagian atas. Sebelum menarik



DILAKUKAN



TIDAK DILAKUKAN



napas buang napas terlebih dahulu melalui mulut secara cepat. 5) Hirup napas panjang melalui hidung dengan hitungan 4 detik (hitungan 1 sampai 10) sampai dada terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap tertutup selama inspirasi dan tahan napas selama 2 detik. 6) Hembuskan napas panjang secara perlahan melalui mulut yang dirapatkan dan sedikit terbuka. 7) Melakukan setiap pengulangan selama 1 menit dengan jeda 2 menit setiap pengulangan. Terapi napas dilakukan dengan durasi selama15-30 menit. Jika sudah dapat menguasi teknik dada seperti diatas, terapi SDB bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Letakkan tangan diatas pangkuan yang satu di dalam yang lainnya dengan ibu jari yang saling bersentuhan. 2) Kendurkan pundak dengan posisi melandai kebawah dan agak kebelakang saat kondisi rileks. 3) Tutup mata dan biarkan pada posisi beristirahat 4) Tarik napas dalam-dalam melalui hidung selama 10 hitungan, tahan selama beberapa detik lalu hembuskan perlahan 5) Keluarkan udara sebanyak-banyaknya 6) Ulangi selama 15-30 menit



LEMBAR KONSULTASI PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH Nama Mahasiswa



: TITA RAHAYU



NIM



: 18215271



Pembimbing



: ZAHRAH MAULIDA, S.Kep.,Ners,M.Kep



Tanggal



Materi



Metode Bimbingan



Konsula



Masukan



Paraf



Pembimbing



n 07



Judul



Via Google meet



Tetapkan judul sesuai



Januari



fenomena



2021



lingkungan,



di cari



referensi buku minimal 10 tahun terakhir dan jurnal 5 tahun terakhir, terdapat



subjek



penelitian dan biaya yang terjangkau 12



Judul



Via wa group



Acc judul:



Januari



Pengaruh Slow Deep



2021



Breathing



terhadap



Fatigue pada pasien dengan PPOK



24 Januari 2021



Bab 1



Via goegle meet



Revisi bab 1: 1. Perbaiki bab 1  update, perbaiki



jurnal



sumber



tahun



penelitian 2. Perbaiki rumusan masalah 3. Buat bab 3-4 



intrumen



skala, intrumen eksperimen  peneliti terdahulu







lembar observasi 14



Bab



Februari



1,2,3,4



2022



Via wa group



1.Bab 2 : belum ada kerangka teori 2.



Untuk



definisi



operasional belum di isi



hasil



ukur



dan



skalanya 3. Pada bab 4 belum di jelaskan skala FACIT untuk fatigue scale 4.Populasinya berapa? Yang sampel



ada



hanya



17



Bab 3dan Via wa group



Kirim kuisioner dahulu



Februari



4



agar bisa di samakan



2022



dengan bab 3dan 4



28



Bab 3 dan Via goegle meet



1.



Maret



4



ukur dan skala pada



2022



Cantumkan



hasil



slow deep breathing 2. Cantumkan kriteria jumlah nilai ringan dan sedang pada fatigue 3. Cantumkan jumlah pasien ppok 3 bulan terakhir



*bimbingan dilakukan minimal 3 kali (pembimbing akademik)