Tugas 2 Pembangunan Masyarakat Desa & Kota (Ipem4542) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas.2 1. Uraikan berbagai permasalahan mengenai masyarakat perkotaan yang Anda ketahui setelah membaca dari berbagai sumber data yang sesuai. 2. Uraikan mengenai pemahaman Anda terkait dengan karakteristik masyarakat perkotaan. 3. Berikan pendapat Anda mengenai modal sosial yang dapat dikembangkan untuk pembangunan masyarakat kota. 4. Jelaskan pendapat Anda keterkaitan antara permasalahan masyarakat perkotaan, karakteristik masyarakat perkotaan dan modal sosial masyarakat kota dalam membuat program pembangunan masyarakat kota.



JAWAB 1. Setelah mencari dari berbagai sumber, maka saya menyimpulkan beberapa permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat kota, antara lain: a. Masalah Pemukiman Permukiman sebagai bagian dari lingkungan hidup dan merupakan lingkungan hidup buatan adalah salah satu hasil kegiatan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Permukiman sebagai wadah kehidupan manusia bukan hanya menyangkut aspek fisik dan teknis saja tetapi juga aspek sosial, ekonomi dan budaya dari para penghuninya. Tidak hanya menyangkut kuantitas melainkan juga kualitas. Selama ini kawasan pemukiman baru lebih ditekankan pada aspek fisik bangunannya saja. Sedangkan permukiman lama yang sudah ada tumbuh dan berkembang dengan pesat tanpa terkendali karena kurang adanya tertib dan pengawasan pembangunan. Menurunnya kualitas permukiman yang disertai dengan meningkatnya pencemaran lingkungan dan menipisnya sumber daya alam merupakan masalah penting bagi seluruh negara di dunia. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman merupakan prakondisi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebab produktivitas manusia terutama sekali tergantung pada tersedianya wadah yang memadai untuk bekerja, beristirahat sekeluarga dan bermasyarakat. b. Masalah Lingkungan Laju urbanisasi dan pembangunan kota yang tinggi akan membawa dampak tersendiri bagi lingkungan hidup di dalam maupun di sekitar kota. Perkembangan aktivitas ekonomi, social, budaya dan jumlah penduduk membawa perubahan



besar dalam keseimbangan lingkungan hidup di kota. Aktivitas kota dan pertumbuhan penduduk tersebut telah menyita areal taman, tanah kosong, hutan ladang di sekelilingnya untuk tempat tinggal, tempat usaha, tempat pendidikan, kantor, ataupun tempat berolahraga dan untuk jalan. Hal ini otomatis memperburuk keseimbangan lingkungan mulai dari menciutnya areal tanaman, merosotnya daya absorbsi tanah yang kemudian sering berakibat banjir apabila hujan, sampai masalah sampah dengan segala akibatnya. Demikian pula dengan perkembangan industri dan teknologi mencemari lingkungan dengan asap knalpopt kendaraan bermotor, jelaga dari cerobong pabrik, air buangan pabrik dan segala buangan produk obat-obatan anti hama seperti DDT dan lain-lain. Sampah plastik juga turut menambah permasalahan bagi lingkungan hidup karena tidak hancur lebur dengan tanah seperti sampah daun atau sampah lainnya yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Tak mengherankan lagi jika diperkotaan terjadi pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah dan kebisingan. c. Masalah Pendidikan dan Kesehatan Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar. Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan, dan pendidikan adalah hal pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga; keduanya adalah hal yang fundamental untuk membentuk kemampuan manusia yang lebih luas yang berada pada inti pembangunan. Di dalam komunitas masyarakat kota, pendidikan merupakan hal yang mahal. Seseorang yang menginginkan kualitas pendidikan yang baik maka haruslah menguras isi kantongnya. Sebaliknya masyarakat yang termasuk dalam kelas menengah ke bawah, haruslah menerima pendidikan apa adanya. Hal ini menimbulkan ketimpangan atau kesenjangan pendidikan di dalam masyarakat kota. Demikian halnya dengan kesehatan. Sebagimana dibahas di atas, pencemaran yang terjadi di lingkungan perkotaan sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. 2. Perlu saya sampaikan beberapa pendapat para ahli mengenai karateristik masyarakat perkotaan, antara lain: -



Menurut Durkheim, masyarakat perkotaan tertuju pada sebuah solidaritas, di mana solidaritas masyarakat



masyarakat



perkotaan (gesellschaft), menurutnya,



pedesaan (gemeinschaft) karena



masyarakat



berbeda



kota



dengan



dikategorikan



masyarakat yang memiliki solidaritas organik. Pada masyarakat perkotaan, berlaku hukum restitutif yang menghendaki para pelanggar untuk memberikan ganti rugi atas kesejahteraan mereka. Dari sinilah, masyarakat kota bisa dipahami sebagai masyarakat yang memiliki solidaritas kolektif rendah, karena masyarakat kota yang notabene sebagai masyarakat pendatang, berbeda dengan masyarakat pedesaan yang relatif dominan sebagai masyarakat asli dan memiliki solidaritas yang kuat atau solidaritas mekanik, saling bahu membahu, gotong royong dengan menerapkan slogan “berat sama dipikul ringan sama dijinjing”. Pekerjaan yang berat sekalipun apabila dilakukan bersama-sama akan terasa ringan. -



Marx mendefinisikan masyarakat dalam kaitannya dengan struktur sosial dan lebih condong dengan sistem ekonomi. Masyarakat dipandang sebagai struktur yang menderita



suatu



ketegangan



organisasi



atau



perkembangan



akibat



adanya



pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi. Jika ditarik pada masyarakat perkotaan, ia membagi dua bagian masyarakat yaitu masyarakat borjuis dan proletariat. Keduanya merupakan hal yang berbeda dalam kedudukan. Borjuis termasuk kategori kaum kaya, sedangkan proletar kaum miskin yang mana keduanya merupakan dua kelas utama dalam kedudukan sistem kapitalisme. -



Weber mengaitkan masyarakat perkotaan dengan konsep yang ia dicetuskan yaitu the protestant etics and the spirit of capitalism. Mmelihat realita yang terjadi pada era sekarang, masyarakat perkotaan memiliki semangat yang senada dengan konsep Weber. Dalam hal pekerjaan, masyarakat kota dibekali dengan semangat kapitalisme untuk terus memperoleh uang sebanyak banyaknya, berlomba-lomba dalam mencari finansial. Menurut Max Weber, sebuah wilayah baru menjadi kota jika penghuninya sebagian besar telah mampu memenuhi kebutuhan lewat pasar. Keterkaitan hal tersebut juga terdapat dukungan dari konsep yang dibawa Weber mengenai



etika



protestan,



karena



menurutnya,



masyarakat



disebut urban



society apabila penghuni setempat dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka saya simpulkan bahwa Masyarakat kota sebagai community juga merupakan masyarakat society. Pada masyarakat kota, anggota-anggotanya berpisah-pisah, saling tidak kenal, dan lebih terikat kontak kekeluargaan, hubungan-nya serba lugas, lepas dari pribadi dan sentimen serta ikatan tradisi dengan tanpa kepemimpinan mapan. Kehidupan masyarakat kota dan desa



pada dasarnya memiliki perbedaan hal ini dikarenakan Kota merupakan pusat dimana masyarakatnya dituntut untuk lebih cepat dan tanggap dalam menghadapi globalisasi, hal ini berdampak bagi karakteristik masyarakatnya yaitu mereka akan lebih bersifat individualisme sehingga terkesan cuek terhadap sekitar, menjadi masyarakat yang konsumtif serta memiliki ambisi yang tinggi hal ini dilakukan untuk meningkatkan status sosialnya serta karena adanya persaingan antar masyarakat. 3. Untuk membangun masyarakat yang lebih akur maka di butuhkan modal sosial. Modal Hubungan sosial terjadi atas dasar sikap saling percaya dan toleransi antar anggota mesyarakat. Individu yang memiliki posisi strategis di masyarakat cendrung memliki modal sosial relatif lebih banyak dibanding individu lainnya, hal ini terjadi karena posisi individu yang lebih tinggi dalam masyarakat akan memberikan akses yang lebih banyak dan lebih mudah terhadap sumber daya sosial tersebut. Meski eksistensinya tidak hilang, tetapi pembahasan mengenai modal sosial saat ini tidak sesemarak satu decade sebelumnya. Modal sosial, menurut salah satu teorisinya adalah “norma dan jaringan kerja masyarakat sipil yang melicinkan tindakan kerja sama di antara warga. Wujud dari modal sosial dalam berbagai organisasi sosial, ikatan atau hubungan sosial, norma dan kepercayaan yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan bersama. 4. Masyarakat kota kadang dianggap sebagai entitas yang kepemilikan atas modal sosialnya rendah. Model-model relasional pragmatis dalam perihidup orang kota, dianggap sebagai bukan dari perwujudan modal sosial. Sebab modal sosial tumbuh karena di dalamnya ada kepercayaan. Kepercayaan itu hadir karena aspek-aspek pragamatis-ekonomis kemasyarakatannya



sudah bisa



diminimalisir.



berubah



menjadi



Sehingga berbasis



bangunan



nilai



dan



sosial



kesadaran.



Bisa jadi hipotesis bahwa di modal sosial di kota lemah, harus ditinjau ulang. Sebab, warga kota saat ini, sudah berbeda jauh dengan anggapan itu. Warga kota saat ini bukan generasi yang hadir ketika kota di awal-awal kota dibangun. Mereka adalah generasi ketiga bahkan keempat, yang berinteraksi dengan warga lain dalam suatu bingkai sosial budaya yang heterogen. Mereka juga membaca bagaimana warga jaman dulu membangun masyarakat, yang kemudian sedaya upaya, dihadirkan kembali



pada



saat



ini,



meski



sebagian



masih



artifisial.



Contoh sederhana: lembaga-lembaga sosial-kemanusiaan di kota lebih semarak. Bahkan gerakan mereka yang massif, sistematis, terukur, dan manageable. Sehingga



berbeda dengan gerakan masa lalu, apa yang dilakukan jauh lebih tepat sasaran, terarah,



dan



tentu



saja



terukur



dampak



dan



manfaatnya.



Modal sosial kota terkumpul dalam beragam wujud dan bentuk, menyesuaikan kebutuhan dan aspek strategisnya. Modal sosial ini bisa tumbuh di café, taman kota, trotoar yang nyaman, lingkungan kampus dan sekolahan, bahkan masjid dan ruang kelas. Kota-kota saat ini terhubung tidak hanya dalam ruang nyata. Tetapi juga dalam ruang maya. Ikatan dan jaringan terbangun tidak hanya karena ada silaturahmi fisik, tetapi juga interaksi di ruang diskusi yang jarak fisiknya berjauhan. Di forum-forum tersebut, sebagai hal didiskusikan. Beragam aksi direncakan. Kopi darat atau temu fisik, kadang dilakukan hanya pas aksi saja. Sisanya diselesaikan di ruang maya. Modal sosial kota saat ini telah diperkaya oleh infrastruktur lain, yakni internet. IOT (Internet Of Think) yang baru-baru ini digencarkan pemerintah, sesungguhnya secara praktis sudah lama dipakai sebagai tools untuk membangun berbagai gerakan sosial. Optimalisasi modal sosial kota sejatinya bisa dilakukan dengan beberapa peta jalan berikut:



Pertama,



partisipasi



seluruh



kalangan



dalam



memperkuat



isu-isu



pembangunan dan kesejahteraan dalam beragam platform. Pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat, harus diajak duduk bersama untuk memperkuat atau memperkaya kesempatan ini untuk meningkatkan modal sosial kota; Kedua, secara khusus, kalangan perguruan tinggi diberikan peran lebih besar untuk mengisi substansi modal sosial ini, sebelum akhirnya dipergunakan sebagai peta jalan pembangunan;



Ketiga,



ruang



publik



yang



ada



harus



dievaluasi



aspek



fungsionalitasnya. Sebab kontribusi dari ruang publik untuk menghasilkan modal sosial sudah terbukti cukup efektif. Kota yang berkeadaban, di manapun, eksistensinya akan terasa dan berkelanjutan ketika upaya-upaya meningkatkan modal sosial terus dipelihara, dirawat, dan didifusikan ke seluruh anggota masyarakat. Sehingga, dengan cara pandang seperti ini, modal sosial kota bukan hanya akan memiliki stok yang banyak dan cukup, tetapi juga kuat dan pantas. Modal sosial dan karakteristik ini sangat berpengaruh dalam mengurangi permasalahan dalam masyarakat kota



Saat ini kita berada di ambang revolusi teknologi yang secara fundamental akan mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan satu sama lain. Dalam skala, ruang lingkup, dan kompleksitasnya, transformasi yang sedang terjadi berbeda dengan apa yang telah dialami manusia sebelumnya.