Tugas Audit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN ANTARA RESIKO AUDIT DENGAN BUKTI AUDIT



Seperti halmya materialitas, risiko yang juga telah disinggung pada Bab 4 merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti. Untuk membuat generisasi tentang hubungan ini, kita harus berhati-hati dalam merumuskan istilah risiko yang akan dibuat generilisasinya. Terdapat hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Artinya, untuk klien tertentu, semakin rendah tingkat risiko audit yang ingin dicapai, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan. Hubungan ini berlaku pula untuk risiko deteksi. Untuk asersi tertentu, semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima yang ditetapkan auditor, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan untuk membatasi tingak risiko deteksi pada tingkat tersebut. Sebaliknya, risiko bawaan dan risiko pengendalian mempunyai hubungan langsung dengan jumlah bukti yang diperlukan. Bukti yang diperlukan semakin sedikit apabila risikonya rendah karena dalam situasi demikian risiko deteksinya dapat menjadi tinggi. Namun demikian, perlu diingat bahwa menurut standar audit, auditor tidak bisa dibenarkan untuk menetapkan risiko bawaan dan risiko pengendalian sedemikian rendahnya sehingga tidak diperlukan lagi untuk melakukan pengujian substantif untuk seluruh asersi yang berkenaan dengan suatu rekening. Betapapun sedikitnya, sejumlah bukti tetap harus diperoleh melalui pengujian substantif untuk setiap saldo rekening yang signifikan, meskipun tidak harus untuk setiap asersi yang berhubungan dengan asersi tersebut.



HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, DAN BUKTI AUDIT Dia atas telah dijelaskan bahwa terdapat hubungan terbalik antara materialitas dengan bukti audit, dan terdapat hubungan terbalik antara risiko audit dengan bukti audit. Gambar 63 melukiskan hubungan antara ketiga konsep tersebut. dlam gambar ini kita akan mempertahankan agar risiko audit tetap, dan apabila kita menurunkan tingkat materialitas, maka bukti audit harus ditingkatkan agar lingkaran tetap bulat. Begitu pula apabila kita menginginkan agar tingkat materialitas tetap, dan mengurangi bukti audit, maka risiko audit harus dinaikkan agar lingkaran tetap bulat. atau apabila kita ingin mengurangi risiko audit maka kita bisa melakukan salah satu dari hal-hal berikut: (1) meningkatkan tingkat materialitas, sementara bukti audit tetap, (2) menaikkan bukti audit, sementara tingkat materialitas tetap, atau (3) melakukan sedikit kenaikan pada jumlah bukti audit dan pada tingkat materialitas.



Gambar 6-3 Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit



RISIKO AUDIT



BUKTI AUDIT



TINGKAT MATERIALITAS



Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit adalah mengurangi risiko audit yang dilakukan auditor pada tingkat rendah yang sesuai untuk mendukung suatu pendapat apakah laporan keuangan disajikan secara wajar didalam segala hal yang material. hal ini dicapai dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi-asersi dalam laporan keuangan yang disusun oleh manajemen. Mengingat adanya saling hubungan antara bukti, materialitas, dan komponenkomponen risiko audit seperti telah diterangkan diatas, maka auditor bisa memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit untuk masing-masing asersi atau kelompok asersi. pada pembahasan berikut, akan diterangkan tentang komponen-komponen strategi audit awal, dan dua alternatif strategi, serta penerapannya pada kelompok transaksi dan siklus-siklus.



KOMPONEN-KOMPONEN STRATEGI AUDIT AWAL Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk asersi-asersi, auditor merumuskan empat komponen sebagai berikut:    



Penetapan tingkat risiko pengendalian direncanakan Luasnya pemahaman atas struktur pengendalian intern yang harus dicapai Pengujian pengendalian yang akan dilakukan dalam penetapan risiko pengendalian Tingkat pengujian substantif direncanakan yang akan dilakukan untuk mengurangi risiko audit pada tingkat rendah yang sesuai.



Gambar 6-4 Strategi Audit Awal untuk Asersi-asersi Material Laporan Keuangan



PENDEKATAN RISIKO PENGENDALIAN DITETAPKAN MAKSIMUM



STRATEGI AUDIT



PENDEKATAN RISIKO PENGENDALIAN DITETAPKAN LEBIH RENDAH



KOMPONEN-KOMPONEN STRATEGI AUDIT AWAL



TINGKAT RISIKO PENGENDALIAN DIRENCANAKAN 1 MAX



TINGGI



MODERAT



RENDAH



2



LUAS ATAS PEMAHAMAN ATAS STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN



3



PENGUJIAN PENGENDALIAN



4



TINGKAT PENGUJIAN SUBSTANTIF DIRENCANAKAN



BIAYA KESELURUHAN PROSEDUR



Suatu strategi audit awal tidak merinci spesifikasi prosedur audit yang harus dilakukan dalam melaksanakan audit. strategi ini mencerminkan pertimbangan awal auditor tentang pendekatan audit dan didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu mengenai pelaksanaan audit. Sebagai contoh, dalam audit pertama kali komponen-komponen strategi audit biasanya tidak mencakup pengujian pengendalian tertentu dan pengujian substantif yang akan dilakukan, melainkan hanya kesimpulan sementara tentang penekanan yang harus dilakukan terhadap dua kelompok pengujian tersebut. Dalam audit ulangan, penentuan komponenkomponen ini mencakup kesimpulan sementara auditor bahwa pengujian pengendalian dan pengujian substantif yang digunakan pada periode yang lalu akan dapat digunakan juga pada tahun ini. Keputusan akhir mengenai hal ini dilakukan sejalan dengan perkembangan audit. Cara bagaimana auditor merumuskan keempat komponen strategi audit akan diuraikan untuk dua alternatif strategi audit pada bagian berikut. Kedua strategi tersebut adalah pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan maksimun (primarily substantif approach) dan pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan lebih rendah (lower assessed level of control risk approach). strategi-strategi tersebut merupakan dua kemungkinan strategi yang masing-masing memiliki spesifikasi yang berbeda untuk setiap komponen yang telah disebutkan diatas. Gambar 6-4 melukiskan tinjauan tentang spesifikasi yang berbeda untuk komponen pertama dan berbagai tingkat penekanan yang diberikan pada ketiga komponen lainnya pada kedua strategi alternatif. Bagian paling bawah dari gambar tersebut melukiskan tentang penghematan biaya potensial dari kedua pendekatan.



PENDEKATAN TINGKAT DITETAPKAN MAKSIMUM



RISIKO



PENGENDALIAN



Dalam pendekatan ini, auditor menetapkan komponen-komponen strategi audit sebagai berikut:    



Menggunakan perhitungan tingkat risiko pengendalian direncanakan yang maksimum (atau sedikit diabah maksimum) Merencanakan untuk mendapatkan pemahaman minimum atas struktur pengendalian intern yang relevan Merencanakan untuk hanya sedikit melakukan pengujian pengendalian (atau bahkan sama sekali tidak melakukan pengujian pengendalian) Merencanakan untuk melakukan pengujian substantif yang ekstensif berdasarkan tingkat risiko deteksi direncanakan yang dapat diterima yang rendah.



Auditor bisa menggunakan pendekatan ini, apabila ia telah mengetahui dari awal, mungkin dari pengalaman yang lalu dengan klien yang bersangkutan atau dari tahap perencanaan sebelumnya, bahwa tidak ada pengendalian yang berhubungan dengan asersiasersi atau pengendaliannya tidak efektif. Strategi ini juga bisa dipilih, apabila auditor menyimpulkan bahwa biaya untuk melaksanakan tambahan prosedur untuk mendapatkan pemahaman tentang struktur pengendalian intern dan pengujian pengendalian untuk mendukung perhitungan tingkat risiko pengendalian yang lebih rendah akan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang diperlukan untuk melakukan pengujian substantif yang lebih ekstensif. Keadaan tersebut bersangkutan dengan asersi-asersi untuk rekening-rekening yang terutama dipengaruhi oleh: (1) transaksi-transaksi yang jarang terjadi, atau (2) jurnal penyesuaian. sebagai contoh, asersi yang berhubungan dengan transaksi yang jarang terjadi, misalnya asersi-aseri yang berhubungan dengan aktiva tetap, utang obligasi, dan modal saham. Contoh asersi yang kedua, adalah asersi yang berhubungan akumulasi depresiasi, utang biaya, atau pendapatan masih akan diterima. Pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan maksimum ini biasanya lebih tepat digunakan dalam audit pertama dibandingkan dengan audit ulangan.



PENDEKATAN TINGKAT RISIKO DITETAPKAN LEBIH RENDAH



PENGENDALIAN



Dalam pendekatan ini, auditor menetapkan komponen-komponen strategi audit sebagai berikut:    



Menggunakan perhitungan tingkat risiko pengendalian direncanakan dengan moderat atau rendah Merencanakan untuk mendapat pemahaman yang mendalam tentang struktur pengendalian intern yang relevan Merencanakan untuk melaakukan pengujian pengendalian yang ekstensif Merencanakan untuk membatasi pengujian substantif berdasarkan tingkat risiko deteksi direncanakan yang dapat diterima yang moderat atau tinggi.



Auditor bisa menggunakan strategi ini, apabila ia berkeyakinan bahwa pengendalian yang berhubungan dengan asersi-asersi telah dirancang dengan baik dan berjalan dengan efektif. selain itu auditor yakin bahwa biaya untuk melaksanakan prosedur yang lebih ekstensif untuk mendapat pemahaman tentang struktur pengendalian intern dan pengujian pengendalian masih lebih rendah dibandingkan dengan penghematan biaya sebagai akibat adanya pengurangan dalam pelaksanaan pengujian substantif. Hal ini terutam sering terjadi pada asersi-asersi yang berhubungan dengan rekening-rekening yang terpengaruh oleh transaksi rutin yang tinggi volumenya, seperti misalnya penjualan, piutang dagang, persediaan dan gaji pegawai. Pendekatan ini juga baik digunakan untuk lebih banyak asersi pada audit ulangan dibandingkan dengan audit pertama kali.



HUBUNGAN TRANSAKSI



ANTARA



STRATEGI



DENGAN



SIKLUS



Strategi seperti yang telah diuraikan di atas, tidak dimaksudkan untuk diterapkan sebagai pendekatan pada keseluruhan audit, melainkan hanya sebagian pendekatan alternatif untuk mengaudit asersi secara individual. Dalam praktik, masing-masing pendekatan digunakan untuk sejumlah asersi. Namun demikian, seringkali strategi diterapkan pada sekelompok asersi yang terpengaruh oleh suatu kelompok transaksi. Logikanya adalah karena banyak pengendalian intern difokuskan pada pengolahan satu tipe transaksi dalam satu siklus. Meskipun kantor-kantor akuntan publik menggunakan nama berbeda-beda untuk kelompok-kelompok transaksi dan siklus, dan bahkan kadang-kadang berbeda pula dalam mengelompokkan transaksi yang dimasukkan ke dalam suatu siklus, namun pengelompokkan berikut ini banyak digunakan dalam praktik: Siklus



Kelompok Transaksi



Pendapatan Pengeluaran Jasa Personil Produksi Investasi Kuangan



Penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan Pembelian dan pengeluaran kas Penggajian Manufaktur Investasi jangka panjang dan jangka pendek Utang jangka panjang dan modal saham



Contoh berikut ini melukiskan bagaimana kerangka pengelompokkan transaksi ini bekerja dalam perencanaan dan pengorganisasian audit. Dua rekening yang hampir selalu memiliki pengaruh signifikan atas laporan keuangan adalah penjualan dalam laporan rugilaba dan piutang dagang dalam neraca. Kedua rekening inilah yang antara lain biasanya diindentifikasi sebagai siklus pendapatan. Saldo rekening penjualan dan piutang dagang bertambah dengan adanya transaksi penjualan yang seringkali sangat banyak jumlahnya. Oleh karena itu, asersi keberadaan atau keterjadian pada kedua rekening tersebut dipengaruhi oleh asersi keberadaan atau keterjadian kelompok transaksi, yaitu penjualan. Oleh karena saldo piutang dagang juga dipengaruhi oleh transaksi-transaksi penenerimaan kas dan penyesuaian penjualan, selain oleh transaksi penjualan, maka ekspektasi auditor tentang efektifitas pengendalian atas ketiga kelompok transaksi harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi awal audit untuk aseri-asersi piutang dagang. Dalam tiga bab berikut, akan dibahas secara lebih rinci tentang bagaimana auditor menerapkan pendekatan “tingkat risiko pengengendalian ditetapkan maksimum” dan pendekatan “tingkat risiko pengendalian ditetapkan lebih rendah” untuk perencanaan dan pengorganisasian audit dalam kerangka siklus transaksi. Bab 7 akan membahas tentang bagaimana auditor mendapatkan pemahaman tentang struktur pengendalian intern pada masing-masing pendekatan yang telah dibahas di atas. Bab 8 menguraikan tentang



metodologi untuk pengujian pengendalian dan memperhitungkan risiko pengendalian pada masing-masing pendekatan. Kedua bab tersebut menekankan pada pengumpulan informasi dan perhitungan risiko pengendalian untuk kelompok kelompok transaksi. Bab 8 juga menerangkan bagaimana informasi yang diperoleh untuk kelompok transaksi digunakan dalam penetapan risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo rekening. Bab 9 menjelaskan bagaimana pada akhirnya penetapan tersebut mempengaruhi penentuan risiko deteksi dan merancang pengujian substantif.



RINGKASAN Tiga komponen penting dalam perencanaan audit adalah membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas, mempertimbangkan risiko audit, dan menetapkan strategi audit. Materialitas harus dipertimbangkan baik untuk tingkat laporan keuangan maupun pada tingkat saldo rekening dan bisa dinyatakan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Tingkat materialitas mempunyai hubungan terbalik dengan jumlah bukti yang diperlukan. Risiko audit terdiri dari tiga komponen. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berada diluar kontrol auditor dan hanya ditetapkan oleh auditor. Risiko deteksi berhubungan terbalik dengan komponen risiko audit yang lainnya. Auditor menetapkan risiko audit pada tingkat rendah yang sesuai dengan mengendalikan risiko deteksi. Seperti halnya materialitas, risiko audit bisa dinyatakan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, dan mempunyai hubungan terbalik dengan jumlah bukti yang diperlukan. Untuk asersi-asersi laporan keuangan yang signifikan bisa ditetapkan strategi audit yang berbeda. Ada dua strategi audit yang dikenal dalam literatur auditing yaitu pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan maksimun (primarily substantif approach) dan pendekatan tingkat risiko pengendalian ditetapkan lebih rendah (the lower assesed level of control risk approach).